Anda di halaman 1dari 9

Hukum Kekekalan Momentum

Pada contoh tersebut, jika resultan gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol, maka momentum
total sebelum tumbukan sama dengan momentum total setelah tumbukan.

Persamaan (5.5) merupakan Hukum Kekekalan Momentum, yang dapat dinyatakan berikut ini.

Jika tidak ada gaya luar yang bekerja pada benda, maka jumlah momentum sebelum tumbukan sama
dengan jumlah momentum setelah tumbukan.

Tumbukan

Dalam kehidupan ini, banyak kita jumpai peristiwa tumbukan. Tabrakan mobil di jalan raya, bus
menabrak pohon, tumbukan dua bola biliar, tumbukan antara bola dengan tanah atau dinding
merupakan contoh peristiwa tumbukan. Tumbukan dapat terjadi pada saat benda yang bergerak
mengenai benda lain yang sedang bergerak atau diam. Pada bab ini, kita hanya akan membahas
mengenai tumbukan sentral lurus, yaitu tumbukan antara dua benda yang arah kecepatannya berimpit
dengan garis hubung kedua pusat massa benda.

√ Vektor Fisika : Satuan, Posisi, Kecepatan dan Contohnya

Berdasarkan sifat kelentingan benda, tumbukan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu tumbukan lenting
sempurna, tumbukan lenting sebagian, dan tumbukan tidak lenting sama sekali. Dengan menggunakan
Hukum Kekekalan Momentum dan Hukum Kekekalan Energi, kita dapat menentukan peristiwa yang
terjadi setelah tumbukan.

Tumbukan Lenting Sempurna

Apabila tidak ada energi yang hilang selama tumbukan dan jumlah energi kinetik kedua benda sebelum
dan sesudah tumbukan sama, maka tumbukan itu disebut tumbukan lenting sempurna. Pada tumbukan
lenting sempurna berlaku Hukum Kekekalan Momentum dan Hukum Kekekalan Energi Kinetik. Misalnya,
dua buah benda massanya masing-masing m1 dan m2 bergerak dengan kecepatan v1 dan v2 dengan
arah berlawanan seperti pada Gambar 5.6.

Dari Hukum Kekekalan Energi Kinetik diperoleh:

Jika persamaan (ii) dibagi dengan persamaan (i) diperoleh:

Persamaan (5.6) dapat dituliskan:

Tumbukan Lenting Sebagian

Pada tumbukan lenting sebagian, beberapa energi kinetik akan diubah menjadi energi bentuk lain
seperti panas, bunyi, dan sebagainya. Akibatnya, energi kinetik sebelum tumbukan lebih besar daripada
energi kinetik sesudah tumbukan. Sebagian besar tumbukan yang terjadi antara dua benda merupakan
tumbukan lenting sebagian. Pada tumbukan lenting sebagian berlaku Hukum Kekekalan Momentum,
tetapi tidak berlaku Hukum Kekekalan Energi Kinetik.

Sehingga persamaan (5.7) dapat dituliskan:

Untuk menentukan koefisien restitusi benda yang bertumbukan, perhatikan contoh berikut ini.
Perhatikan Gambar 5.7. Sebuah bola elastis jatuh bebas dari ketinggian h1 dari lantai, maka akan terjadi
tumbukan antara bola dengan lantai sehingga bola memantul setinggi h2.

Berdasarkan persamaan pada gerak jatuh bebas, kecepatan benda sesaat sebelum tumbukan adalah:

Karena lantai diam, maka kecepatan lantai sebelum dan sesudah tumbukan adalah nol, v2 = v2 ‘ = 0,
sehingga besarnya koefisien restitusi adalah:

Tumbukan tidak lenting sama sekali

Pada tumbukan tidak lenting sama sekali, sesudah tumbukan kedua benda bersatu, sehingga kecepatan
kedua benda sesudah tumbukan besarnya sama, yaitu v1 ‘ = v2 ‘ = v’. Berdasarkan Hukum Kekekalan
Momentum maka:

Jadi, pada tumbukan tidak lenting sama sekali besarnya koefisien restitusi adalah nol (e =0).

Aplikasi hukum kekekalan momentum

Aplikasi Hukum Kekekalan Momentum dapat dilihat pada peristiwa balon yang ditiup dan prinsip kerja
roket. Pada saat balon yang ditiup dilepaskan balon akan melesat cepat di udara. Ketika balon melesat,
udara dalam balon keluar ke arah berlawanan dengan arah gerak balon. Momentum udara yang keluar
dari balon mengimbangi momentum balon yang melesat ke arah berlawanan. Hal yang sama berlaku
pada roket. Semburan gas panas menyebabkan roket bergerak ke atas dengan kecepatan sangat tinggi.
Sebuah roket mengandung tangki yang berisi bahan hi…

Ketika suatu sistem tidak dikenai gaya luar pada sistem tersebut, momentum sistem tersebut dikatakan
kekal. Ini menunjukkan bahwa momentum awal sistem akan selalu sama dengan momentum akhir dari
sistem dengan syarat tidak bekerja gaya luar. Sejenak marilah kita tinjau sebuah kasus sederhana yang
senantiasa terlihat pada keadaan realnya. Seorang penempak menanahan sebuah senapan yang akan
ditembakkan. Dalam keadaan ini, momentum sistem (orang-senapan) nol pada keadaan awalnya. Saat
senapan ditembakkan keluru keluar peluru dari senapan dengan momentum yang berarah ke depan.
Karena momentum awalnya nol, momentum yang baru muncul pada senapan muncul sebagai akibat
dari munculnya momentum peluru. Dalam hal ini senapan akan terdorong ke belakang. Momentum ini
haru. [14:06, 12/24/2020] malehoi: Ketika suatu sistem tidak dikenai gaya luar pada sistem tersebut,
momentum sistem tersebut dikatakan kekal. Ini menunjukkan bahwa momentum awal sistem akan
selalu sama dengan momentum akhir dari sistem dengan syarat tidak bekerja gaya luar. Sejenak marilah
kita tinjau sebuah kasus sederhana yang senantiasa terlihat pada keadaan realnya. Seorang penempak
menanahan sebuah senapan yang akan ditembakkan. Dalam keadaan ini, momentum sistem (orang-
senapan) nol pada keadaan awalnya. Saat senapan ditembakkan keluru keluar peluru dari senapan
dengan momentum yang berarah ke depan. Karena momentum awalnya nol, momentum yang baru
muncul pada senapan muncul sebagai akibat dari munculnya momentum peluru. Dalam hal ini senapan
akan terdorong ke belakang. Momentum ini harus sama nilainya dengan momentum peluru sehingga
kalau dijumlahkan momentumnya harus nol. Secara matematis, hukum kekekalan momentum dituliskan:

Aplikasi yang sering berguna ketika meninjau hukum kekekalan momentum adalah menerapakannya
dalam peristiwa tumbukan. Dalam tumbukan transfer impuls yang bekerja pada masing-masing benda
sama. Tetapi hal tersebut akan memberikan efek yang berbeda pada perubahan momentum benda.
Selain hukum kekekalan momentum, tinjaun energi kinetik menjadi sangat penting ketika ingin
mengetahui jenis tumbukan. Dua hukum di atas dapat dituliskan sebagai berikut:

Dengan dua hukum tersebut kita dapat menetapkan dua jenis tumbukan yang terkait dengan energi
kinetik sistem sesudah dan sebelum tumbukan.

Tumbukan lenting sempurna: Suatu tumbukan dimana kekekalan energi kinetik sistem berlaku. Ini
artinya sistem tidak kehilangan energi sama sekali selama tumbukan (e=1).

Tumbukan tidak lenting: Suatu tumbukan dimana kekekalan energi kinetik tidak terpenuhi. Ini artinya
dalam proses tumbukan sistem kehilangan energi kinetik dalam bentuk pengubahan ke dalam bentuk
energi yang lain seperti panan dan bunyi (0 < e < 1).
Penting untuk dipahami bahwa, dalam tumbukan apapun hukum kekekalan momentum akan selalu
terpenuhi dan berlaku, selama tidak ada gaya luar yang mempengaruhi. Jika kedua persamaan diatas
digabung, akan memunculkan suatu persamaan baru yang disebut koefisien restitusi tumbukan.

Persamaan di atas menunjukkan perbandingan selisih dua kecepatan sesudah tumbukan dengan
sebelum tumbukan. Kasus khusus yang sering ditinjau adalah tumbukan bola dengan lantai dimana bola
dijatuhkan dari ketinggian tertentu kemudian memantul ke ketinggian tertentu pula.

Koefisien restitusi tumbukan dapat diperoleh dari persamaan diatas, dengan anggapan gerak benda
adalah jatuh bebas (free fall), koefisien restitusi tumbukan dapat dituliskan dengan persamaan sebagai
berikut:

e menunjukkan koefisisen restitusi tumbukan, h1 adalah ketinggian awal benda sebelum menumbuk
lantai, dan h2 adalah ketinggian maksimum bola setelah bertumbukan dengan lantai.

Kaji-1: Merriam bermassa 200 kg menembakkan pelurunya yang bermassa 2 kg dengan laju 200 m/s.
Tentukanlah laju pentalan meriam sesaat setelah menembakkan pelurunya!
Jawab:

Besaran yang diketahui.

Laju pentalan meriam setelah menembakkan peluru dihitung dengan Hk kekekalan momentum

Latih-1: Merriam bermassa 300 kg menembakkan pelurunya yang bermassa 3 kg dengan laju v m/s.
Tentukanlah laju nilai v jika meriam terpental dengan kelajuan 4 m/s ke belakangng!

Kaji-2: Sebuah perahu massanya 100 kg dinaiki oleh seseorang yang massanya 50 kg. Mula-mula
bergerak dengan kecepatan 10 m/s. Kemudian orang tersebut melompat ke belakang, berlawanan
dengan arah gerak perahu dengan kecepatan 2 m/s. Tentukanlah kecepatan perahu sesaat setelah
orang melompat dari perahu!

Jawab:

Besaran yang diketahui.

Kecepatan perahu setelah orang loncat dihitung dengan kekekalan momentum.


Latih-2: Sebuah perahu massanya 100 kg dinaiki oleh dua orang yang massanya 50 kg. Mula-mula
bergerak dengan kecepatan 10 m/s. Kemudian seseorang dalam perahu tersebut melompat ke depan,
searah dengan arah gerak perahu dengan kecepatan 2 m/s. Tentukanlah kecepatan perahu sesaat
setelah orang melompat dari perahu!

Kaji-3: Bola A bermassa 2 kg meluncur ke kanan dengan kecepatan 10 m/s sepanjang meja licin dan
menumbuk bola B yang bermassa 8 kg diam. Bila arah ke kanan di ambil positif dan tumbukannya
lenting sempurna, tentukanlah kecepatan bola A dan B secara berturut-turut setelah tumbukan!

Jawab:

Besaran yang diketahui.

Pada saat tumbukan berlaku hukum kekekalan momentum.

Tumbukan bersifat lenting sempurna, sehingga didapatkan persamaan:

Gabung persamaan (1) dan persamaan (2) untuk mendapatkan nilai kecepatan sesudah tumbukan

Latih-3: Bola A bermassa 2 kg meluncur ke kanan dengan kecepatan 10 m/s sepanjang meja licin dan
menumbuk bola B yang bermassa 8 kg diam. Bila arah ke kanan di ambil positif dan tumbukannya tidak
lenting dengan koefisien restitusi 0.5, tentukanlah kecepatan bola A dan B secara berturut-turut setelah
tumbukan!

Kaji-4: Sebuah pendulum balistik didesain untuk mengukur kelajuan dari peluru yang keluar dari
senapan. Sebuah peluru yang ditembakkan bermassa 10 gram tepat mengenai balok dalam ayunan
balistik (lihat gambar di bawah).

Massa balok yang tergantung adalah 1.99 kg dan panjang tali adalah 1 m. Jika bandul menyimpang
maksimum dengan sudut 60 derajat, tentukanlah kecepatan peluru yang keluar dari mulut senapan!

Jawab:

Besaran yang diketahui.

Saat peluru menumbuk balok berlaku hukum kekekalan momentum

Saat sistem Balok-peluru mengayun sampai simpangan maksimum,ada perubahan EK menjadi EP

Gabung persamaan (1) dan (2) untuk mendapatkan kecepatan peluru


Latih-4: Sebuah pendulum balistik didesain untuk mengukur kelajuan dari peluru yang keluar dari
senapan. Sebuah peluru yang ditembakkan bermassa 10 gram tepat mengenai balok dalam ayunan
balistik (lihat gambar di atas). Massa balok yang tergantung adalah 1.99 kg dan panjang tali adalah L m.
Jika bandul menyimpang maksimum dengan sudut 60 derajat dan kelajuan awal peluru 100 m/s,
tentukanlah panjang tali dalam bandul balistik!

Kaji-5: Sebuah bola jatuh dari lantai dengan ketinggian awal 5m, dan kemudian memantul kembali
hingga mencapai ketinggian 4m. Seandanya bola terus mengalami pemantulan oleh lantai dan setiap
ketinggian pemantulannya berkurang, tentukanlah dua ketinggian pantulan berikutnya!

Jawab:

Besaran yang diketahui.

Dua ketinggian berikutnya dapat dihitung dengan koefisien restitusi tumbukan

Ketinggian h3 dapat dihitung sebagai berikut:

Ketinggian berikutnya dapat dihitung dengan persamaan yang sama

Latih-5: Sebuah bola jatuh dari lantai dengan ketinggian awal H meter, dan kemudian memantul kembali
hingga mencapai ketinggian 5m. Seandanya bola terus mengalami pemantulan oleh lantai dan setiap
ketinggian pemantulannya berkurang, tentukanlah ketinggian H jika pantulan berikutnya adalah 1.6m!

Anda mungkin juga menyukai