Dasar-Dasar Merancang Kontrak
Dasar-Dasar Merancang Kontrak
Pembuatan :
Perjanjian baku
Dan/atau
Klausula baku
Dalam setiap dokumen atau perjanjian yang
dibuat oleh salah satu pihak yang “lebih
dominan” dari pihak lainnya
Dikatakan bersifat “baku” karena, baik
perjanjian maupun klausula tersebut
Tidak dapat
Dan
Tidak mungkin
Dinegosiasikan atau ditawar tawar oleh pihak
lainnya.
Take it or Leave it
PENGERTIAN
PERJANJIAN BAKU
MARIAM DARUS BADRULZAMAN Perjanjian
yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam
bentuk formulir
LENHOFF Perjanjian yang
bentuknya tertulis berupa formulir yang isinya
telah distandarisasi secara sepihak oleh produsen
serta bersifat massal tanpa mempertimbangkan
perbadaan kondisi yang dimiliki konsumen
PENGGUNAAN PERJANJIAN BAKU
DALAM PRAKTEK HUKUM DI IND
Menuntut kecepatan, efisiensi, kepraktisan
di segala bidang terutama di dunia usaha.
Tanpa mengabaikan kepastian hukum,
maka dunia usaha/bisnis di indonesia
banyak menggunakan perjanjian baku.
KETENTUAN PENCANTUMAN
KLAUSULA BAKU
UU Perlindungan Konsumen, merumuskan
klausula baku sebagai:
“setiap aturan atau ketentuan dan syarat
syarat yang telah ditetapkan terlebih
dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha
yang dituangkan dalam suatu dokumen
dan/atau perjanjian yang mengikat dan
wajib dipenuhi oleh konsumen”
Dalam UUPK mengenai ketentuan baku diatur
dalam bab V, yaitu pasal 18, yang secara
prinsip mengatur
Dua macam larangan yang diberlakukan bagi
pelaku usaha yang mencantumkan
klausula baku dalam perjanjian yang
dibuat olehnya
Pasal 18(1) mengatur larangan
pencantuman klausula baku;
Pasal 18(2) mengatur “bentuk” atau format,
serta penulisan perjanjian baku yang
dilarang
Pasal 18(1) menyatakan bahwa para pelaku usaha
dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang
ditujukan untuk diperdagangkan
Dilarang membuat atau mencantumkan klausula
baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian
dimana klausula baku tersebut akan
mengakibatkan:
a. Pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;
b. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak
menolak menyerahkan kembali barang yang
dibeli konsumen;
c. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak
menolak menyerahkan kembali uang yang
dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli
oleh konsumen; dll
Pasal 18(2) dijelaskan bahwa