Dosen Pengampu :
Disusun Olehg :
TAHUN 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia secara umum pengertian
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Lanidasan Yuridis Pendidikan Anak Usia Dini, dalam amandemen
UUD 1945 Pasal 28 B ayat 2 dinyatakan bahwa “setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi”. Sedangkan dalam UU No 23 Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1
tentang perlindungan anak dinyatakan bahwa “Setiap anak berhak memperoleh
pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya”. Pentingnya mendidik anak sejak
usia dini dapat direnungkan dalam hadist-hadist berikut ini “Setiap anak dilahirkan
atas fitrah (kesucian agama yang sesuai dengan naluri), sehingga lancar lahirnya,
maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia beragama Yahudi, Nasrani, atau
Majusi.” (H.R.Bukhori)., “Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah mereka dengan
budi pekerti yang baik”.
Anak Usia Dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini
merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan
kepribadian anak (Yuliani Nurani, Sujiono, 2009:7). Ada beragam pendapat mengenai
batasan tentang anak usia dini antara lain disampaikan oleh NAEYC (National
Association For The Education Of Young Children), yang mengatakan bahwa anak
usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang tercakup dalam
program pendidikan di taman penitipan anak (TPA), penitipan anak pada keluarga
(family child care home), pendidikan prasekolah baik swasta maupun negeri, TK, dan
SD (NAEYC, 1992). Sedangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 ayat 14 menyatakan
bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut (Depdiknas, 2003). Usia dini merupakan usia dimana anak mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini juga kerap kali disebut sebagai
usia emas (golden age). Terdapat beberapa alasan mengenai istilah golden age
tersebut, hasil kajian neurologi menunjukkan bahwa pada saat lahir otak bayi
membawa potensi sekitar 100 miliar yang pada proses berikutnya sel-sel dalam otak
tersebut berkembang dengan begitu pesat dengan menghasilkan bertrilliun-trilliun
sambungan antar neuron. Supaya mencapai perkembangan optimal sambungan ini
harus diperkuat melaui berbagai rangsangan psikososial karena sambungan yang tidak
diperkuat akan mengalami atropi (penyusutan) dan musnah. Inilah yang pada
akhirnya akan mempengaruhi kecerdasan anak. Hal ini telah dibuktikan dengan hasil
penelitian diBaylor Collage Of Medicine (Jalal, 2002: 21-25) yang menemukan
bahwa apabila anak jarang memperoleh rangsangan pendidikan maka perkembangan
otaknya lebih kecil 20-30% dari ukuran normal anak seusianya. Dalam kajian lain
juga diungkapkan bahwa sekitar 50% kapabilitas kecerdasan manusia terjadi ketika
anak berumur 4 tahun, 80% telah terjadi ketika berumur 8 tahun, dan mencapai titik
kulminasi ketika anak berumur sekitar 18 tahun. Hal ini berarti bahwa perkembangan
yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun pertama sama besarnya dengan
perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya, dan selanjutnya
otak akan mengalami stagnasi. Itulah sebabnya periode ini dinamakan usia emas
(golden age) dan setelah perkembangan ini lewat maka berapapun kapabilitas
kecerdasan yang dicapai individu, tidak akan mengalami peningkatan lagi atau
dengan kata lain tidak memiliki kebermaknaan. Perkembangan dan pertumbuhan
tersebut perlu difasilitasi sebuah rangsangan yang terdapat dalam pendidikan anak
usia dini.
Aspek Perkembangan Kognitif pada AUD sendiri ialah bagaimana anak
mampu mencari tahu, berpikir, dan mengeksp\lorasi sesuatu. Ini adalah salah satu
aspek perkembangan yang penting pada anak, seperti pengetahuan, kemampuan,
mengatasi maslah (problem solving), dan watak, yang akan membantu mereka untuk
berpikir dan memahami dunia di sekitar mereka. Oleh sebab itu peneliti di sini
melaksakan sebuah penelitian guna ingin menegtahui pengaruh kegiatan sains pada
anak usia 3-4 tahun di KB Mina Jadid dengan peningkatan perkembangan
kemampuanj kognitif anak.
Untuk pelaksanaan pendidikan Kognitif di lembaga KB Mina Jadid
Mojoanyar melaksanakan beberapa program kegiatan dan rangsangan pendidikan
yang akan dikupas dalam laporan analisis berikut.
B. FOKUS PENELITIAN
Bagaimana Perkembangan Aspek Kognitif anak usia 3-4 tahun di lembaga KB Mina
Jadid Mojoanyar ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Mengetahui perkembangan aspek kognitif anak usia 3-4 tahun di lembaga KB Mina
Jadid Mojoanyar.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan harapan hasil penelitian yang diperoleh dapat
memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Anak
Dapat membantu perkembangan kognitif anak usia 3-4 tahun dnegan rangsangan
kegiatan pembelajaran yang holistik integratif dari seorang pendidik kepada anak
didik.
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu memahami strategi dalam menerapkan kegiatan
pengembangan aspek kognitif pada anak usia dini.
3. Bagi Pendidik
Diharapkan dapat menjadi kritik, masukan dan saran bagaimana cara menerapkan
pengembanagn kognitif pada anak usia dini, serta menambah wawasan bagi
pendidik tentang strategi yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan
kognitif bagi anak usia dini.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN
Perkembangan (development) adalah bertambahnya
kemampuan ( skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari
proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi
dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan system organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya.termasuk juga perkembangan emosi, intelektual,
dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya
(Soetjiningsih,1995). Perkembangan dapat diartikan sebagai “perubahan yang
progresif dan kontinu (berkesinambungan) dalam diri individu dari
mulai lahir sampai mati (the progressive and continuous change in the
organism from birth to death). Pengertian lain dari perkembangan
adalah “perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme
menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation)
yang berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan
baik menyangkut fisik ( jasmaniah) maupun psikis (rohaniah)”
(Yusuf,2001). Perkembangan pribadi manusia menurut psikologi berlangsung
sejak terjadinya konsepsi sampai mati, yaitu sejak terjadinya sel
bapak-ibu (konsepsi) sampai mati individu senantiasa mengalami
perubahan-perubahan atau perkembangan (Fadliyanur, 2008).
Perkembangan seseorang adalah hasil dari faktor bawaan dan
lingkungan (nature vs nurture). Setiap individu adalah makhluk yang
unik dan setiap tahap perkembangan memiliki karakteristik yang khas.
Faktor bawaan mencakup ciri-ciri fisik, kecerdasan, bakat,
temperamen (yang akan menentukan bagaimana seseorang bertindak,
bereaksi, bersikap dari situasi satu ke situasi lain yang sifatnya relatif
menetap) (Tedjasaputra, 2009).
Perkembangan meliputi keuntungan dan kerugian, yang berinteraksi
dalam cara yang dinamis sepanjang siklus kehidupan. Sehingga selama proses
bertambahnya usia, maka selama itulah proses perkembangan akan terus
berjalan. Proses ini terjadi dalam diri manusia secara bertahap dan memiliki
fase-fase tertentu yang menjadi acuan proses perkembangan tersebut, seperti
yang dikemukakan oleh Sigmund Freud, fase perkembangan dibagi menjadi
enam fase yaitu ; Fase Oral atau mulut yang merupakan sentral pokok
keaktifan yang dinamis, Fase Anal, Fase Falis atau alat kelamin, Fase Latent,
Fase Pubertas dan Fase Genital atau proses menginjak kedewasaan.
A. SUBJEK PENELITIAN
Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di lembaga RA Mina Jadid yang
beralamatkan di Jln. Suntik No.10 Desa Kweden Kembar, Dusun Bungkem,
Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto Jawa Timur. Adapun waktu
penelitian dilaksanakan pada tanggal 15 Maret 2022 pukul 07.00-selesai.
Disambut hangat oleh Ibu Kepala Sekolah KB Mina Jadid beserta 3 tenaga
pendidik lainnya. 1 guru kelas, 1 guru pendamping, dan 1 Staff Tata Usaha.
Adapun subjek atau sasaran penelitian ini adalah peserta didik
Kelompok Bermain usia 3-4 tahun yang mana di sekolah KB Mina Jadid
dikelompokkan didalam satu kelas yang bernama kelas starkids. Kelas
Starkids tersebut berjumlah 15 anak, dengan guru kelas saya sendiri Amalia
Zahrotunnisa`.
B. METODE PENELITIAN
C. INSTRUMEN PENELITIAN
ANALISIS DATA
A. TABULASI DATA
Anak yang bernama Ada satu anak Setiap hari ada Dalam
Tino adalah seorang yang sangat kisah cerita yang Dokumentasi
anak yang cenderung penurut, dia dilukiskan dari terlihat ananda
hyperaktif, karena mampu masing-masing Tino sedang
saat observasi mengendalikan anak. Mereka berjalan kesana
peneliti melihat emosinya dengan mempunyai kemari,
gerak langkahnya baik, anak itu keunikan yang tergambar juga
sangat banyak dan bernama Raffa. beragam, ananda sedang
aktif, seperti lari Dia mampu duduk mempunyai melakukan
kesana kemari, tenang ketika kelebihan dan kegiatan
sembunyi di kolong berdoa dan saat kekurangannya eksperimen
meja, dan tidak bisa melakukan masing-masinmg. mereka masing-
duduk diam. Namun percobaan, masing serta
dia memiliki ananda sangat mengamati
kelebihan sangat aktif juga saat hasilnya.
aktif dalam kegiatan menjawab
berkomunikasi dan pertanyaan-
mengungkap bahasa pertanyaan dari
verbal bunda.
A. ANALISIS KRITIS
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan bermain sains
dengan metode eksperimen merupakan kegiatan yang bermaksud
mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak yang salah
satunya adalah mengembangkan kemampuan kognitif pada anak usia
3-4 tahun melalui metode ekperimen pada kegiatan ekperimen balon
mengembang tanpa ditiup anak dapat mengamati secara langsung
proses ekperimen tersebut, mampu mengumpulkan informasi dari
hasil eksperimen tersebut sehingga wawasan anak menjadi semakin
luas
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari tabulasi dan analisis data dapat disimpulan beberapa hal yaitu
sebagai berikut :
1. Dalam upaya meningkatkan perkembagan kognitif anak dapat dilakukan dengan
memberikan sebuah rangsangan yang mana rangsangan tersebut sesuai dengan
tahapan usianya, sehingga anak mampu menerima rangsanngan tersebut
dengan tepat karena sesuai dengan kebutuhannya. Pemberian rangsangan
pembelajaran pada AUD dapat dikemas dengan semenarik dan menyenangkan.
Kegiatan pembelajara sains dengan metode eksperimen tersebut berhasil
meningkatkan kemampuan kognitif anak, karena melalui pendekatan dimana
anak terlibat langsung di dalamnya sehingga anak mampu mengembangkan
kemampuan kognitifnya.
2. Lingkungan/ pemetaan setting ruang sentra sain berdasarkan tema
pembelajaran di KB Mina Jadid yakni tema air, api, udara yang sudah disiapkan
sedemikian rupa sehingga dapat mendukung pencapaian kemampuan yang
dimiliki anak.
B. SARAN
1. Menurut peneliti lembaga tersebut sudah bagus dalam konsep
pengembangan kognitif anak
2. Perlu adanya guru pendamping untuk mengatasi anak-anak yang
hyperaktif karena ekperimen tersebut tergolong bahay tanpa
danya suatu pengawasan yang lebih.
3. Penataan setting ruang bermain sentra sains yang kurang
menarik.
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1
Observasi Kegiatan Pengembangan di KB
KB : Mina Jadid
Tanggal : 15 Maret 2022
Usia : 3-4 Tahun