Anda di halaman 1dari 7

A.

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Menurut Luxemburg dkk (1986:9) Sastra adalah sebuah nama yang


dengan alasan tertentu diberikan kepada sejumlah hasil tertentu dalam suatu
lingkungan kebudayaan. Karya sastra dikelompokkan menjadi 3 jenis, yakni prosa,
puisi, dan drama. Prosa merupakan karangan yang berbentuk cerita yang bebas dan
tidak terikat. Sedangkan prosa fiksi merupakan prosa yang berbentuk imajinatif
yang isi ceritanya tidak berdasarkan pada fakta yang terjadi. Prosa fiksi sebagai
sebuah cerita rekaan yang biasa juga disebut sebagai cerita rekaan memiliki fungsi
untuk memberitahukan kepada pembaca tentang suatu kejadian atau peristiwa yang
mungkin ada dalam kehidupan nyata. Dalam karya prosa fiksi terkandung sebuah
amanat yang dibungkus oleh unsur-unsur cerita tersebut. Novel dan cerpen dapat
dikategorikan dalam bagian dari prosa fiksi.

Salah satu cara menganalisis karya sastra eperti novel adalah dengan
teori Psikologi Sastra. Psikologi sastra meruoakan gabungan dari dua sub teori
yakni teori Psikologi dan Sastra. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
kejiwaan, karakter, kepribadian dari seseorang. Dalam teori Psikologi Sastra secara
umum membicarakan tentang kejiwaan manusia. Dapat dikategorikan secara umum
yakni kejiwaan manusia ataupun berdasarkan usia seseorang.

1. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah


dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana kepribadian tokoh
Tya Mahani dalam novel Catatan Musim Karya Tyas Effendi?
2. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah ini untuk


mengetahui dan mendiskripsikan kepribadian tokoh Tya Mahani dalam novel
Catatan Musim Karya Tyas Effendi.
B. Kajian Pustaka

1. Konsep Kepribadian Sigmund Freud

Id
Pada bagian inti dari kepribadian yang sepenuhnya tidak disadari adalah
wilayah psikis yang disebut sebagai id, yaitu istilah yang diambil dari kata ganti
untuk”sesuatu” atau “itu” (the it), atau komponen yang tidak sepenuhnya diakui
oleh kepribadian. Id tidak punya kontak dengan dunia nyata, tetapi selalu berupaya
untuk meredam ketegangan dengan cara memuaskan hasrat-hasrat dasar. Ini
dikarenakan satu-satunya fungsi id adalah untuk memperoleh kepuasan sehingga
kita menyebutnya dengan prinsip kesenangan (pleasure principle) (Waslam, 2015:
143).

Ego

Ego atau saya adalah satu-satunya wilayah pikiran yang memiliki kontak
dengan realita. Ego berkembang dari id semasa bayi dan menjadi satu satunya
sumber seseorang dalam berkomunikasi dengan dunia luar. Ego dikendalikan oleh
prinsip kenyataan (reality principle), yang berusaha menggantikan prinsip
kesenangan milik id (Waslam, 2015: 144).

Superego
Dalam psikologi Freudian, superego atau saya yang lebih (abov-I),
mewakili aspek-aspek moral dan ideal dari kepribadian serta dikendalikan oleh
prinsip-prinsip moralitas dan idealis (moralistic and idealistic principles) yang
berbeda dengan prinsip kesenangan dari id dan prinsip realitas dari ego. Superego
berkembang dari ego, dan seperti ego, ia tidak punya sumber energinya sendiri.
Superego memiliki dua subsistem , suara hati (conscience) dan ego ideal. Freud
tidak membedakan kedua fungsi ini secara jelas, tetapi secara umum, suara hati lahir
dari pengalaman-pengalaman mendapatkan hukuman atas perilaku yang tidak
pantas da mengajari kita tentang hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan, sedangkan
ego ideal berkembang dari pengalaman mendapatkan imbalan atas perilaku yang
tepat dan mengarahkan kita pada hal-hal yang sebaiknya dilakukan (Waslam, 2015:
144).

C. Analisis dan Pembahasan


Dalam subbab B di atas telah dijelaskan bahwa teori Psikologi Sastra menurut
Sigmund Freud membagi kepribadian menjadi id, ego, dan superego.. Dalam
subbab ini akan dijelaskan aspek kepribadian tokoh Tya Mahani dalam novel
Catatan Musim krya Tyas Effendi.

Tahap Analisis dan pembuktian


1. Id
“Kutunggu sampai gerimis benar-benar berhemti. Beberapa menit
kemudian, akhirnya tugas langit itu habis sudah” (Effendi, 2012: 40).

Ego

“Aku tak mengucapkan apa pun kepada pemuda yang berdiri di


sampingku itu karena ia memang terlihat sedang tak ingin bicara.
Aku melangkah begitu saja meninggalkan shelter” (Effendi, 2012:
40).

Superego

“Aku menghela napas panjang sebelum akhirnya menoleh “Hei,


hujannya udah berhenti, Gema. Buat apa kamu masih berdiri di
sana?” tanyaku akhirnya” (Effendi, 2012: 40).
Analisis

Dari kutipan di atas dapat dianalisis bahwa id dari tokoh Tya


memutuskan untuk menunggu Gema hingga ia berbicara. Tetapi hingga hujan
mulai reda pun Gema tetap tak ingin berkutik. Membuat ego Tya imgin
mengambil keputusan dengan meninggalkan Gema yang mungkin memang
sedang tak ingin berbicara. Tokoh Tya sudah berniat untuk pergi, akan tetapi
superego dari Tya akhirnya membuat keputusan terakhir yakni menoleh dan
menyapa Gema dengan hellan napas panjang. Akhirnya dalam diri Tya saat itu
id menang karena ia memutuskan untuk kembali menoleh dan berbicara kepada
Gema.

2. Id

“Sudah lewat dua tahun sejak Gema pergi mengejar pendidikannya ke


Lille. Kenangan yang ditinggalkan Gema, walaupun sederhana, sangat
membekas dalam benakku”.
“Kamu udah melupakan pelukis itu?” Tanya teman baikku tiba-tiba.
Aku yang sedang makan snack, lalu menoleh kepadanya. “Mengapa
Tanya begitu?” tanyaku balik. “Dia Cuma seberkas kenangan yang udah
berlalu, Desti.”
“Good! Kamu memang seharusnya berlari ke masa depan, bukannya
kembali ke masa lalu,” ujarnya sambil mengetik.
Aku mengangguk sambil tersenyum. “Ya, aku sedang berusaha
melupakannya.” (Effendi, 2012: 52).
Ego
“Sore itu, yang kuingat aku terdiam terpaku menatap seonggok abu di
depan rumah Gema. Kak Gadis sendiri hanya bisa mengulang
mengucapkan satu kalimat sama, yang hanya membuatku menyesal”.

“Yang ada di otakku kemudian hanyalah satu: aku harus bertemu


dengan Gema di Lille” (Effendi, 2012: 62-63).
Superego

Aku menganggukkan kepala. “Tenang aja, nggak lama lagi aku akan ke
Lille, kok. Aku mengajukan beasiswa ke hamper semua universitas di
sana,” ceritaku sambil tertawa. “Dan, aku diterima di salah satunya.”
(Effendi, 2012: 80).

Analisis

Dari kutipan di atas terlihat bahwa id Tya Mahani memilih untuk


berusaha melupakan Gema karena mungkin ia tak akan bisa bertemu lagi
dengannya dan juga mungkin saja Gema hanya menganggapnya kenangan saja
dan melupakannya. Keuotusan itu juga didukung oleh teman baikknya. Akan
tetapi setelah Tya menemui kakak Gema dan mendengar kata kakak Gema
hingga ia menyesal, membuatnya ingin mengambil keputusan bahwa ia harus
pergi ke Lille dan bertemu dengan Gema. Seperti ada tekad yang tiba-tiba bulat
di situ. Hingga suara hati yang mennag yakni superego membuat Tya
mengambil keputusan akhir yakni ternyata beasiswa Tya diterima di salah satu
universitas di Lille dan membuat ia akhirnya berangkat ke Lille.

3. Id

“Sudah lewat dua minggu sejak aku mengirimkan gelas milik Gema,
namun aku belum juga menerima cangkirku. Selama berhari-hari, aku
hanya bisa memandangi kertas pemesanan miliknya yang kuletakkan di
samping lampu meja” (Effendi, 2012: 115).

Ego

“Aku sebenarnya mau menghubunginya, tetapi ragu” (Effendi, 2012:


115).
Superego

“Ah, tapi bukankah aku tak bersalah kalau menghubunginnya? Aku pun
menghampiri meja telepon yang ada di ruang keluarga, lalu menekan
sekian deret nomor itu” (Effendi, 2012: 115).

Analisis

Dari kutipan di atas dapat dianalisis bahwa suara hari pertama atau id
dari tokoh Tya mengatakan bahwa Tya harusnya menunggu saja hingga Gema
mengirim cangkir itu ke tempatnya. Akan tetapi ego dari Tya mengatakan
bahwa harusnya Tya menelepon karena jangka waktu sudah terlalu lama.
Hingga terlintas keputusan akhir yakni superego yang membuat Tya memilih
untuk akhirnya menelepon Gema agar segera mengirim cangkir itu ke
tempatnya.

D. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa psikologi sastra adalah


salah satu teori atau ilmu yang dapat digunakan untuk menganalisis karya sastra
seperti novel. Ilmu psikologi secara umum terdapat kejiwaan dan karakter dari
tokoh dalam suatu novel. Salah satu ilmu Psikologi Sastra yang cukup terkenal
adalah milik Sigmund Freud yakni yang berupa id, ego, dan superego seorang tokoh
dalam karya sastra.

E. Daftar Pustaka

Effendi, Tyas. 2012. Catatan Musim. Jakarta: GagasMedia.

Luxemburg, dkk.1986.Pengantar Ilmu Sastra.Jakarta: PT Gramedia.


Waslam. 2015. Kepribadian dalam Teks Sastra: Suatu Tinjauan Teori Sigmund.
Vol. 1 Nomor 2, Desember 2015. Diambil dari
http://journal.unas.ac.id/pujangga/article/download/ (9 Desember 2018).

Anda mungkin juga menyukai