Pendahuluan
1. Latar Belakang
Sastra adalah seni kreatif yang bermediakan tulisan. Karya sastra ialah
pengalaman kemanusiaan dalam segala wujud dan dimensinya. Karya sastra
menurut jenisnya terdiri atas tiga macam, yaitu puisi, prosa fiksi, dan drama
(Najid,2009:19). Sastra dapat berhubungan dengan masyarakat yang disebut dengan
sosiologi sastra. Selain sosiologi sastra terdapat pula yang namanya teori episkologi
yakni teori psikologi sastra yang berhubungan dengan tingkah laku manusia
mengenai bagaiamana manusia bisa membuat kerusakan ataupun pelestarian alam.
Teori ini membahas tentang tingkah laku manusia dan juga alam. Salah satu cerpen
yang cocok dianalisis menggunakan teori ini adalah cerpen berjudul Gerimis Logam
karya Indra Tranggono. Cerpen ini menceritakan tentang bagaimana sisi
kepribadian manusia dan tingkah laku yang bisa merusak alam dan melestarikan
alam.
1. Rumusan masalah
“Ini untuk Bung. Terserah Anda mau mengisi berapa. Mau enam digit,
delapan digit, sepuluh digit, dua belas, lima belas, dua puluh digit…
Terserah. Yang penting tidak ada lagi demonstrasi. Capek Bung…
Capek….”
“Anda pikir kepalaku ini hanya berisi lumpur? Maaf, aku masih bisa hidup
dengan jalan yang tidak menjijikkan ini,” Jajak membuang cek ”
(Wordpress, 2005).
Analisis
Dari kutipan di atas dapat dianalisis bahwa ada beberapa orang yang
mencoba merusak alam yakni pabrik jeans yang membuang limbah di sungai,
mencemarinya, dan membuat beberapa orang mneinggal. Pabrik yang didirikan
di area pedesaan akan membuat sungai tercemar, belum lagi sungai merupakan
salah satu sumber air masyarakat di desa yang terkadang digunakan untuk
mencuci baju dan bahkan dikonsumsi. Selain itu ada tokoh yakni si Gempal
yang mencoba membela pabrik tersebut dengan atas nama pegawai dan juga
mencoba menyembunyikan bahwa sebenarnya pabrik tersebut sudah
mendapatkan izin untuk berdiri di area tersebut. Tingkah laku yang demikian
dapat dikategorikan sebagai bentuk necrophilia yakni merusak alam. Tingkah
laku yang demikian yakni perilaku tercela yang nantinya akan merugikan orang
lain dan alam sekitar. Jika limbah terus-menerus mengalir di sungai tersebut,
maka lama-kelamaan sungai itu tak akan bisa dimanfaatkan lagi airnya.
2. Biophilia
Saudara tahu, belasan warga desa kami mati gara-gara sumur dan
sawahnya tercemar limbah pabrik saudara! Apa pun alasannya, pabrik
jeans itu harus ditutup jika saudara tidak becus mengelola limbahnya.
Jangan paksa kami meminum air wenternya!!” Jajak menggebrak meja.
Laki-laki botak dan tambun yang disebut “saudara” itu kaget. Urat-urat di
wajahnya seperti mungkret. Tangannya cepat-cepat meraih gelas dan
meminumnya.
“Pakai sopan santun, Bung!” hardik lelaki bertubuh gempal yang duduk di
sebelah laki-laki botak. “Bos kami tidak seburuk yang bung sangka!”
Hardikan itu tidak menyurutkan amarah Jajak. “Apa yang masih tersisa
dari manusia berhati batu macam bos kamu! Apa?!”
“Sekali lagi saya ingatkan. Bung jangan merasa diri sendiri paling benar.
Soal produksi jeans, bos kami sudah mengantongi izin,” gertak si Gempal.
“Tapi soal limbah?”
“Kami tak peduli itu sudah include atau kentut! Pokoknya, pabrik itu harus
ditutup.”
“Perlu daripada sodara-sodara ketahui, soal limbah pabrik itu sudah kami
bicaraken guna mencari daripada penyelesaiannya. Kami mengharapken
daripada sodara-sodara sedikit sabar. Semoga, dalam lima anem hari nanti
sudah ada kabar….”
“Anda pikir kepalaku ini hanya berisi lumpur? Maaf, aku masih bisa hidup
dengan jalan yang tidak menjijikkan ini,” Jajak membuang cek (Wordpress,
2005).
Analisis
Dari kutipan di atas terlihat bahwa tingkah laku dari tokoh Jajak dapat
dikategorikan sebagai biophilia yakni tingkah laku yang menjaga alam.
Meskioun tindakan Jajak ini tidak langsung nampak seperti melakukan
penghujauan ataupun reboisasi, akan tetapi Jajak berusaha untuk bisa
menghentikan prosuksi limbah dari pabrik jeans tersebut. Ia prihatin akan
beberapa warga yang ditinggal keluarganya meninggal karena ulah limbah
pabrik tersebut. Selain Jajak, tokoh pak Lurah dan warga yang unjuk rasa juga
dapat dikategorikan sebagai upaya untuk menjaga alam, meskipun ditempuh
dengan cara yang sedikit keras. Hingga Jajaak diculik dan dipukuli pun ia tetap
bersikeras untuk mengupayakan agar pabrik tersebut ditutup.
D. Kesimpulan