Anda di halaman 1dari 7

A.

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Sastra adalah seni kreatif yang bermediakan tulisan. Karya sastra ialah
pengalaman kemanusiaan dalam segala wujud dan dimensinya. Karya sastra
menurut jenisnya terdiri atas tiga macam, yaitu puisi, prosa fiksi, dan drama
(Najid,2009:19). Sastra dapat berhubungan dengan masyarakat yang disebut dengan
sosiologi sastra. Selain sosiologi sastra terdapat pula yang namanya teori episkologi
yakni teori psikologi sastra yang berhubungan dengan tingkah laku manusia
mengenai bagaiamana manusia bisa membuat kerusakan ataupun pelestarian alam.
Teori ini membahas tentang tingkah laku manusia dan juga alam. Salah satu cerpen
yang cocok dianalisis menggunakan teori ini adalah cerpen berjudul Gerimis Logam
karya Indra Tranggono. Cerpen ini menceritakan tentang bagaimana sisi
kepribadian manusia dan tingkah laku yang bisa merusak alam dan melestarikan
alam.

1. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah


dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana teori Psikologi
Lingkungan dalam cerpen Gerimis Logam karya Indra Tranggono?
2. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah ini untuk


mengetahui dan mendiskripsikan teori Psikologi Lingkungan dalam cerpen Gerimis
Logam karya Indra Tranggono.
B. Kajian Pustaka

1. Konsep Psikologi Lingkungan


Psikologi Lingkungan merupakan ilmu perilaku yang berkaitan dengan
lingkungan fisik, merupakan salah satu cabang Psikologi yang tergolong masih
muda. Teori-teori Psikologi Lingkungan dipengaruhi, baik oleh tradisi teori besar
yang berkembang dalam disiplin Psikologi maupun di luar Psikologi. Grand
theories yang sering diaplikasikan dalam Psikologi Lingkungan seperti misalnya
teori kognitif, behavioristik, dan teori medan. Dikatakan oleh Veitch & Arkkelin
(1995) bahwa belum ada grand theories psikologi tersendiri dalam Psikologi
Lingkungan. Yang ada sekarang ini baru dalam tataran teori mini. Hal ini
didasarkan pandangan, bahwa beberapa teori memang dibangun atas dasar data
empiris tetapi sebagian yang lain kurang didukung oleh data empiris. Kedua,
metode penelitian yang digunakan belum konsisten. Oleh karenanya dalam
kesempatan ini, disajikan paparan secara garis besar aplikasi 3 tradisi besar orientasi
teori dalam Psikologi dan selanjutnya akan dipaparkan lebih mendalam mengenai
teori mini dalam Psikologi Lingkungan (Helmi, 1999: 1).
Menurut Haeckel (dalam Siahaan, 2004: 20) ilmu Ekologi diartikan sebagai
keseluruhan pengetahuan yang berhubungan dengan relasi atau kaitan secara total
antara organisme dengan lingkungannya yang bersifat organic maupun anorganik.
Perilaku manusia merupakan bagian dari kompleksitas ekosistem (Hawley dalam
Himmam & Faturochman, 1994), yang mempunyai beberapa asumsi dasar sebagai
berikut:
a. Perilaku manusia terkait dengan konteks lingkungan
b. Interaksi timbal balik yang menguntungkan antara manusia - lingkungan
c. Interaksi manusia - lingkungan bersifat dinamis
d. Interaksi manusia - lingkungan terjadi dalam berbagai level dan tergantung pada
fungsi (Helmi, 1999:7-8).
C. Analisis dan Pembahasan
Dalam subbab B di atas telah dijelaskan bahwa teori Psikologi Lingkungan menurut
membagi kepribadian dan tingkah laku manusia menjadi 2 yaitu necrophilia dan
biophilia. Dalam subbab ini akan dijelaskan aspek kepribadian dan tingkah laku
tokoh dalam cerpen Gerimis Logam karya Indra Tranggono.

Tahap Analisis dan pembuktian


1. Necrophilia
“Siapa yang akan menyusul Kang Marno. Cepat atau lambat limbah pabrik
itu kan menggulung riwayat kita. Kita telah dibunuh surat keputusan yang
dikeluarkan pemerintah… ” ujar seorang laki-laki yang mendekati Jajak.

Jajak hanya memandang laki-laki itu. Lalu tersenyum kecil. Pahit. Ia


mencoba mengusir kepahitan itu dengan asap tembakau yang diisapnya
kuat-kuat lalu diembuskannya. Ia merasakan impitan di dadanya sedikit
melonggar. Namun, ketika ia mengedarkan pandangan, menyapu ruang
sekitar hingga menanap jauh, dadanya mendadak kembali sesak. Pabrik
jeans itu masih mengepulkan asap, masih membanjiri sungai dengan
limbah wenter biru-menghitam. Aliran sungai keruh itu terasa berbalik
menuju ke nadinya. Arusnya terasa sangat kuat, hingga wenter biru-hitam
itu memenuhi seluruh rongga dalam tubuhnya. Sesak dadanya makin
menghebat. Jantungnya terasa penuh air limbah. Juga rongga kepalanya,
hingga ia merasakan otaknya terapung-apung di atas genangan limbah
biru-hitam.

Jajak membuka matanya. Ia merasa asing di ruangan itu. Asing juga


menjumpai beberapa laki-laki yang duduk mengepung dirinya. Hanya ada
satu yang ia kenal. Laki-laki berbadan gempal, yang seingatnya pernah ia
jumpai dalam pertemuan antara warga dan pemilik pabrik jeans beberapa
bulan yang lalu.

Si Gempal mendekati laki-laki botak. Mereka bicara dengan bahasa


isyarat. Si Botak mengeluarkan selembar kertas.

“Ini untuk Bung. Terserah Anda mau mengisi berapa. Mau enam digit,
delapan digit, sepuluh digit, dua belas, lima belas, dua puluh digit…
Terserah. Yang penting tidak ada lagi demonstrasi. Capek Bung…
Capek….”
“Anda pikir kepalaku ini hanya berisi lumpur? Maaf, aku masih bisa hidup
dengan jalan yang tidak menjijikkan ini,” Jajak membuang cek ”
(Wordpress, 2005).
Analisis

Dari kutipan di atas dapat dianalisis bahwa ada beberapa orang yang
mencoba merusak alam yakni pabrik jeans yang membuang limbah di sungai,
mencemarinya, dan membuat beberapa orang mneinggal. Pabrik yang didirikan
di area pedesaan akan membuat sungai tercemar, belum lagi sungai merupakan
salah satu sumber air masyarakat di desa yang terkadang digunakan untuk
mencuci baju dan bahkan dikonsumsi. Selain itu ada tokoh yakni si Gempal
yang mencoba membela pabrik tersebut dengan atas nama pegawai dan juga
mencoba menyembunyikan bahwa sebenarnya pabrik tersebut sudah
mendapatkan izin untuk berdiri di area tersebut. Tingkah laku yang demikian
dapat dikategorikan sebagai bentuk necrophilia yakni merusak alam. Tingkah
laku yang demikian yakni perilaku tercela yang nantinya akan merugikan orang
lain dan alam sekitar. Jika limbah terus-menerus mengalir di sungai tersebut,
maka lama-kelamaan sungai itu tak akan bisa dimanfaatkan lagi airnya.

2. Biophilia

Saudara tahu, belasan warga desa kami mati gara-gara sumur dan
sawahnya tercemar limbah pabrik saudara! Apa pun alasannya, pabrik
jeans itu harus ditutup jika saudara tidak becus mengelola limbahnya.
Jangan paksa kami meminum air wenternya!!” Jajak menggebrak meja.

Laki-laki botak dan tambun yang disebut “saudara” itu kaget. Urat-urat di
wajahnya seperti mungkret. Tangannya cepat-cepat meraih gelas dan
meminumnya.

“Pakai sopan santun, Bung!” hardik lelaki bertubuh gempal yang duduk di
sebelah laki-laki botak. “Bos kami tidak seburuk yang bung sangka!”

Hardikan itu tidak menyurutkan amarah Jajak. “Apa yang masih tersisa
dari manusia berhati batu macam bos kamu! Apa?!”
“Sekali lagi saya ingatkan. Bung jangan merasa diri sendiri paling benar.
Soal produksi jeans, bos kami sudah mengantongi izin,” gertak si Gempal.
“Tapi soal limbah?”

“Itu sudah include, Bung… include…!”

Orang-orang yang duduk di samping dan belakang Jajak saling


memandang. Si Gempal memainkan asap rokoknya menjadi bulatan-
bulatan seperti donat. Donat-donat asap itu menari-menari di depan wajah
Jajak.

“Kami tak peduli itu sudah include atau kentut! Pokoknya, pabrik itu harus
ditutup.”

Parit-parit itu terus mengalirkan wenter biru hitam ke sungai. Bangkai-


bangkai ikan mengambang di genangan sungai yang dikencingi pabrik itu.
Gemericik air hitam itu menjadi orkes sunyi bagi iring-iringan pelayat
yang menuju makam di ujung desa. Kaki-kaki mereka menghajar daun-
daun kering yang berguguran di kompleks makam itu. Sebelum mayat
dimasukkan ke liang lahat, tampak seorang laki-laki paruh baya berpidato.
Gayanya khas pejabat Orde Baru.

“Selaku daripada lurah, saya harapken daripada sodara-sodara sekalian


jangan salah paham. Meninggalnya daripada Bapak Engkos ini bukan
karena daripada limbah pabrik itu. Bukan. Tapi, karena e..e… daripada
penyakit perut… Ya…ya disentri….”

Orang-orang menatap lurah itu dengan mata nanar.

“Perlu daripada sodara-sodara ketahui, soal limbah pabrik itu sudah kami
bicaraken guna mencari daripada penyelesaiannya. Kami mengharapken
daripada sodara-sodara sedikit sabar. Semoga, dalam lima anem hari nanti
sudah ada kabar….”

Kerumunan pengunjuk rasa itu tersibak, memberi jalan puluhan orang


yang menghantamkan gelondongan kayu ke pintu gerbang. Seperti dam
jebol, pintu gerbang itu sia-sia menahan arus massa yang deras
bergelombang. Satuan polisi mencoba menghadang dengan tembakan ke
udara. Tapi nyali para pengunjuk rasa itu tidak seinci pun surut. Mereka
terus bergerak. Terus merangsek. Para polisi menghalau mereka dengan
pentungan. Kepala-kepala para pengunjuk rasa bocor. Ada yang terkapar.
Ada yang terinjak. Massa makin kalap. Mereka balik menyerang polisi.
Beberapa polisi berlumuran darah. Beberapa orang pengunjuk rasa roboh
terkena timah panas.

Si Gempal mendekati laki-laki botak. Mereka bicara dengan bahasa


isyarat. Si Botak mengeluarkan selembar kertas.
“Ini untuk Bung. Terserah Anda mau mengisi berapa. Mau enam digit,
delapan digit, sepuluh digit, dua belas, lima belas, dua puluh digit…
Terserah. Yang penting tidak ada lagi demonstrasi. Capek Bung…
Capek….”

“Anda pikir kepalaku ini hanya berisi lumpur? Maaf, aku masih bisa hidup
dengan jalan yang tidak menjijikkan ini,” Jajak membuang cek (Wordpress,
2005).
Analisis

Dari kutipan di atas terlihat bahwa tingkah laku dari tokoh Jajak dapat
dikategorikan sebagai biophilia yakni tingkah laku yang menjaga alam.
Meskioun tindakan Jajak ini tidak langsung nampak seperti melakukan
penghujauan ataupun reboisasi, akan tetapi Jajak berusaha untuk bisa
menghentikan prosuksi limbah dari pabrik jeans tersebut. Ia prihatin akan
beberapa warga yang ditinggal keluarganya meninggal karena ulah limbah
pabrik tersebut. Selain Jajak, tokoh pak Lurah dan warga yang unjuk rasa juga
dapat dikategorikan sebagai upaya untuk menjaga alam, meskipun ditempuh
dengan cara yang sedikit keras. Hingga Jajaak diculik dan dipukuli pun ia tetap
bersikeras untuk mengupayakan agar pabrik tersebut ditutup.

D. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa psikologi sastra adalah


salah satu teori atau ilmu yang dapat digunakan untuk menganalisis karya sastra
seperti novel. Ilmu psikologi dapat dibedakan lagi menjadi teori psikologi
lingkungan yakni yang berbicara tentang bagaimana tingkah laku, kepribadian, juga
tindakan manusia terhadap alam sekitar. Dibagi lagi menjadi necrophilia yakni
tingkah laku yang merusak alam dan biophilia yakni tingkah laku yang menjaga
alam.
E. Daftar Pustaka

Najid, Moh. 2009. Mengenal Apresiasi Prosa Fiksi. University Press.


Helmi, Avin Fadilla. 1999. Beberapa Teori Psikologi Lingkungan. Diambil dari
http://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/. (9 Desember 2018).
Siahaan. 2004. HUKUM Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Http://cerpenkompas.wordpress.com/2005/03/27/gerimis-logam/

Anda mungkin juga menyukai