Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN RASA NYAMAN (NYERI)

A. KONSEP DASAR GANGGUAN RASA NYAMAN (NYERI)


1. DEFINISI
Nyeri adalah suatu mekanisme proteksif bagi tubuh nyeri timbul
bilamana jaringan rusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk
menghilangkan rasa nyeri tersebut ( Lukman &Ningsih ,2013)
sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan actual atau potensial yang di gambarkan sebagai
kerusakan (Internalional Associatron for the study of poin); awita yang
tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan
berakhirnyadapat diantisipasi atau di prediksi (Nanda International INC,
2015-2017). Perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam
dimensi fisik psikospiritual, lingkungan dan social. (SDKI, 2016).
2. ETIOLOGI
Adapun etiologi nyeri yakni sebagai berikut :
a. Trauma pada jaringan tubuh misalnya kerusakan jaringan akibat bedah
atau cidera.
b. Iskemik jaringan. Merupakan ketidakcukupan suplai darah ke jaringan
atau organ tubuh.
c. Spasmus otak merupakan suatu keadaan kontraksi yang tidak disadari
atau tidak terkendali dan sering menimbulkan rasa sakit. Spasme
biasanya terjadi pada otot yang kelelahan dan bekerja berlebihan
khususnya ketika otot meregang berlebihan atau dalam menahan beban
pada posisi yang tetap dalam waktu yang lama.
d. Inflamasi pembekalan jaringan mengakibatkan peningkatan tekanan-
tekanan lokal dan juga karena ada [engeluaran zat histamin dan zat
kimia bioaktif lainnya.
e. Post operasi setelah dilakukan pembedahan.
3. KLASIFIKASI NYERI
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua yakni nyeri akut dan nyeri
kronis :
a. Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik ptak emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan
onset mendadak atau lambat dan berinsentisitas ringan hingga berat
yang berlangsung kurang dari 3 bulan (PPNI,2016)
b. Nyeri kronis merupakan pengalamn sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan fungsional dengan
onset mendadak atau lambat dan berentensitas ringan hingga berat dan
konstan yang berlangsung lebih dari 3 bulan (PPNI,2016)
4. FISIOLOGI
Reseptor nyeri adalah organ yang berfungsi untuk menerima rangsangan
nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung
syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap sebagai reseptor
nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap
stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga
nosireceptor,secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor)ada yang
bermielen da nada juga yang tidak bermielen dari syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya,nosireceptor dapat dikelompokkan dalam beberapa
bagian tubuh yaitu pada kulit (kutanerus),somatic dalam (deep somatic)dan
pada daerah viseral ,karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang
timbul juga memiliki sensasi yang berbeda .nosireceptor kutaneus berasal
dari kulit dan subkutan nyeri berasal dari kulit dan subkutan biasanya
mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit
(kutanerus)dibagi menjadi 2 komponen yaitu :
1. Reseptor A delta merupakan serabut komponen cepat (kecepatan
transmisi 6-30m/detik) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang
cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan.
2. Serabut C merupakan serabut komponen lambat (kecepatan transmisi
0,5m/detik)yang terdapat pada daerah yang lebih dalam ,nyeri biasanya
bersifat tumbul dan sulit dilokalisasi (SDKI,2016)
5. PATOFISIOLOGI
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan ,maka terbentuklah zat-zat
kimia seperti bradikinim,setatanim dan enzim proteotik .kemudian ujung
syaraf rseptor nyeri dan rangsangan tersebut akan dihantarkan ke
hipotalamus melalui syaraf asenden. Sedangkan di karteks nyeri akan
dipersiapkan sehingga individu mengalami nyeri selain dihantarkan di
hypotalamus nyeri dapat menurunkan stimulus terhadap reseptor mekanin.
Sensitif pada termosensitif sehingga individu mengalami nyeri,selain
dihantarkan ke hypotalamus nyeri dapat menurunkan stimulus terhadap
reseptor mekanin sensitif pada termosensitive sehingga dapat juga
menyebabkan atau menglami nyeri ( Wahit Chayanti, N. Mubarak,2007)
6. TANDA DAN GEJALA
a. Gangguan tidur
b. Posisi menghindari nyeri
c. Gerakan yang menghindari nyeri
d. Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
e. Perubahan nafsu makan
f. Tekanan darah meningkat
g. Pernafasan meningkat
h. Depresi
7. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON NYERI
a. Usia
anak belum bisa mengungkapkan nyeri,sehingga harus mengkaji
respon nyeri pada anak . Pada orang dewasa kadang melaporkan atau
mengungkapkan nyeri. Jika sudah patofisiolgis dan mengalami
perubahan fungsi pada lansia cenderung memendam nyeri yang
dialami ,karena mereka mengganggap nyeri adalah hal yang alamiah
yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat
atau meninggal bila nyeri diperiksa.
b. Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda
secara signifikan dalam merespon nyeri justru lebih dipengaruhi faktor
budaya (contoh: tidak pantas kalau laki-laki mengeluh nyeri kalau wanita
wajar mengeluh nyeri).
c. Kultur
Orang belajar dari budayanya ,bagaimana seharusnya mereka merespon
nyeri (contoh:suatu daerah yang menganut kepercayaan bahwa nyeri
adalah akibat dari kesalahannya sendiri)
d. Ansietas
Cemas meningkatkan presepsi terhadap nyeri bisa menyebabkan
seseorang cemas.
e. Pola koping
Pola koping adaptif akan mempengaruhi seseorang sehingga
mempermudah mengatasi nyeri dan sebaliknya koping maladaptif akan
dapat menyulitkan seseorang dalam mengatasi nyeri
8. GANGGUAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN NYERI
a. Edema
b. Kejang
c. Masalah mobilitas
d. Hipertensi
e. Hipertermi
f. Gangguan pola istirahat dan tidur
9. PERHITUNGAN SKALA NYERI
a. Skala numerik: Digunakan untuk orang dewasa
0 : no pain/tidak ada nyeri

1-3 : Mild : nyeri ringan – tidak mengganggu aktivitas

4-6 : Moderactive : nyeri sedang – mengganggu aktivitas

7-9 : Severe : nyeri berat – tidak bisa melakukan aktivitas


(tidur,mandi ,memakai baju dll)

10 : nyeri sangat berat – tidak bisa melakukan aktivitas

b. Skala ekspresi wajah digunakan untuk pasien anak-anak


10. PENATALAKSANAAN NYERI
a. Pemberian analgesik
Analgessik akan lebih efektifdiberikan sebelum pasien merasakan nyeri
yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri.
b. Kompres hangat
c. Distraksi
Distraksi yaitu mengalihkan perhatian pasien pada suatu selain pada
nyeri dapat menjadi strategi yang berhasil
d. Imajinasi terbimbing
Menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang dirancang
secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu
e. Teknik relaksasi
Relaksasi otot skeletal dipercayai dapat menurunkan nyeri dengan
merelaksasikan ketegangan otot yang menunjang nyeri periode
relaksasi yang teratur dapat membantu untuk melawan keletihan dan
ketegangan otot yang tejadi dengan nyeri kronis dan yang meningkatkan
nyeri (smeltzer dan bare ,2002)
f. Hipnosis
Kefektifan hipnosis tergantung pada kemudahan hipnotik individu
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

Anda mungkin juga menyukai