Anda di halaman 1dari 22

JUAL BELI DALAM ISLAM

OUTLINE 1. Pengertian Jual Beli


2. Rukun dan Syarat Jual Beli
: 3. Khiyar dalam Jual Beli
4. Badan Perantara (Samsarah)
5. Jual Beli Khusus:
a. Bai‟ Wafa,
b. Bai‟‟Taqsith,
c. Bai‟ Istighlal,
d. Bai‟ Tawarruq,
e. Bai‟ Mu‟allaq,
f. Bai‟ „Urbun
g. Bai‟ Mu‟atah.
H. Bay Muzayadah (Lelang)
I. Dan lain-lain
Pengertian Jual Beli
Jual beli dalam bahasa Arab disebut al-Bay’, yang secara etimology berarti memiliki,
membeli (arti sebaliknya), ada juga yang mengatakan bahwa ia merupakan sebuah
ungkapan tentang ijab qobul ketika terjadi pertukaran antara barang dengan barang atau
barang dengan nilai tukarnya. [al-Mathla’ hal. 255]
Ada juga yang mengartikan : ‚Pertukaran harta dengan harta.‛ [Maqoyisul lughoh 1/327,
Lisanul ‘Arob 8/23, al-Mishbah 1/27]
‫وفي الاصطالح ‪:‬‬
‫ّ‬
‫عقد معاوضة مالية تفيد ملك عين أو منفعة على‬
‫التأبيد ال على وجه القسبة‬

‫وبعض الفقهاء ًزيد بعض القيىد ‪ ،‬فمن ذلك تعسيف‬


‫الحجاوي بأنه ‪ :‬مبادلة مال ولى في الرمة أو منفعة‬
‫مباحة بمثل أحدهما على التأبيد غير زبا وقسض )اإلقناع‬
‫‪(2/5‬‬
DEFINISI LAIN YANG SERUPA
”Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan
melepaskan hak milik yang satu kepada yang lain atas dasar saling
merelakan”; (Idris Ahmad, Fiqih Al-Syafi‟iyah).

DASAR HUKUM

‫ذالك بأنهم قالوا انما البيع مثل الربا وأحل هللا البيع و حرم الربا‬

“Mereka mengatakan bahwa Jual Beli sama dengan Riba. Padahal Allah
menghalalkan Jual Beli dan mengharamkan Riba..” (Al Baqarah: 275)

Berdasarkan nash yang ada, para Ulama Fiqh mengatakan bahwa hukum
asal dari jual beli itu adalah mubah. Namun pada situasi tertentu, hukum
tersebut dapat berubah dengan memperhatikan maqashid syariah untuk
mewujudkan kemashlahatan umat.
Rukun & Syarat Jual Beli
RUKUN JUAL BELI:
1. Orang yang berakad (penjual dan pembeli);
2. Shighat (lafal ijab dan qabul);
3. Barang yang dibeli;
4. Nilai tukar pengganti barang.

SYARAT JUAL BELI:


Bagi yang berakad:
1. Saling ridha antara Penjual & Pembeli;
2. Orang yang diperkenankan secara syariat;
3. Memiliki hak penuh atas barang yang diakadkan.

Bagi barang yang diakadi:


1. Dapat diambil manfaatnya secara mutlak;
2. Dapat dikuasai;
3. Diketahui oleh yang berakad.
Khiyar dalam Jual Beli
DEFINISI
Memilih yang terbaik dari dua perkara untuk melangsungkan atau membatalkan akad
jual beli.

KLASIFIKASI
1. Khiyar Majlis (pilihan majelis), bagi yang berjual beli mempunyai hak selama masih
di majelis;
2. Khiyar Syarat (pilihan bersyarat), masing-masing mensyaratkan adanya khiyar pada
saat akad atau sesudahnya dalam waktu tertentu;
3. Khiyar Ghabn (penipuan), pilihan melenjutkan transaksi atau tidak bagi orang yang
merasa tertipu karena diluar kebiasaan;
4. Khiyar Tadlis (barang cacat), pilihan yang disebabkan pada saat terjadi akad
kecacatan barang tidak dijelaskan bahkan cenderung ditutupi;
5. Khiyar Aib (tercela), pilihan yang disebabkan pada saat terjadi akad aib barang tidak
disampaikan;
6. Khiyar Takbir bitsaman (melebihkan kadar), menyampaikan khabar tidak sesuai
dengan hakikat barang baik jumlah, harga, atau kualitas;
7. Khiyar bisababi takhaluf (sebab berselisih), pilihan karena terjadi perselisihan dalam
hakikat barang baik jumlah, harga, atau kualitas;
8. Khiyar Ru‟yah (pandangan), pilihan karena terjadi perubahan sifat barang dibanding
penglihatan sebelumnya.
JUAL BELI KHUSUS
Samsarah (Badan Perantara)
DEFINISI
“Orang atau Badan yang bekerja untuk orang lain dalam proses penjualan
dan pembelian.” Biasa juga disebut mediator, makelar, perantara

DASAR HUKUM

‫وتعاونوا على البر و التقوى وال تعاونوا على االثم و العدوان‬


Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan dan jangan tolong
menolong dalam dosa dan permusuhan.(Ali Maidah:2)

Pada dasarnya Perantara adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang yang memiliki
pengalaman dan keahlian dibidangnya dalam rangka membantu orang lain dengan
upah sesuai dengan kebiasaan yang berlaku atau sesuai dengan hasil kesepakatan
yang ada sehingga hukumnya adalah mubah.

IMPLEMENTASI
Fulan hendak menjual rumahnya seharga Rp. 100 jt. Zaid yang mempunyai keahlian
menjual menawarkan jasanya untuk menjualkan rumah tersebut. Fulan dan Zaid
sepakat untuk menjual dengan fee prosentase sebesar 2,5%. Maka ketika rumah
tersebut terjual seharga Rp. 100 jt, Zaid mendapatkan fee sebesar Rp. 2,5 jt.
Muzayadah (Lelang)
DEFINISI
“Penjualan barang dengan cara menawarkan kepada banyak peminat yang
berkumpul dalam suatu majelis dengan tujuan memperoleh harga tertinggi”

DASAR HUKUM
Hadis Nabi SAW : Dari Anas bin Malik RA meriwayatkan bahwa ada seorang lelaki
Anshar yang datang menemui Nabi SAW dan dia meminta sesuatu kepada Nabi SAW.
Nabi SAW bertanya kepadanya, "Apakah di rumahmu tidak ada sesuatu?" Lelaki itu
menjawab, "Ada. Dua potong kain, yang satu dikenakan dan yang lain untuk alas
duduk, serta cangkir untuk meminum air." Nabi SAW berkata, "Kalau begitu, bawalah
kedua barang itu kepadaku." Lelaki itu datang membawanya. Nabi SAW bertanya,
"Siapa yang mau membeli barang ini?" Salah seorang sahabat beliau menjawab, "Saya
mau membelinya dengan harga satu dirham." Nabi SAW bertanya lagi, "Ada yang mau
membelinya dengan harga lebih mahal?" Nabi SAW menawarkannya hingga dua atau
tiga kali. Tiba-tiba salah seorang sahabat beliau berkata, "Aku mau membelinya dengan
harga dua dirham." Maka Nabi SAW memberikan dua barang itu kepadanya dan beliau
mengambil uang dua dirham itu dan memberikanya kepada lelaki Anshar tersebut. (HR
Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa`i, dan at-Tirmidzi)
Bai’ Wafa
DEFINISI
Jual beli yang dilangsungkan dua pihak yang dibarengi dengan syarat bahwa barang
yang dijual itu dapat dibeli kembali oleh penjual, apabila tenggang waktu yang
ditentukan telah tiba.

DASAR HUKUM
Menurut Keputusan Konferensi Fiqh Islam ke 7 tahun 1992 di Jeddah, Arab Saudi,
bahwa hakekat Bai‟ Wafa adalah pinjaman dalam rangka mengambil manfaat sehingga
termasuk manipulasi riba. Dan jumhur ulama mengatakan bahwa jual beli seperti ini
tidak diperbolehkan secara syar‟i.

IMPLEMENTASI
Fulan membutuhkan uang untuk keperluannya kemudian dia menjual kepada Zaid
seharga Rp. 100 jt dengan syarat setelah 5 tahun Zaid harus menjual kembali kepada
Fulan. Setelah tempo 5 tahun, Zaid menjual kepada Fulan dengan harga yang sama
yaitu Rp. 100 jt.
Jual Beli Khusus: Bai’ Taqsith
DEFINISI
Jual beli bertempo dengan harga lebih mahal daripada harga kontan atau cash.

DASAR HUKUM
Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa menjual dua penjualan dalam satu penjualan
maka baginya yang paling ringan di antara keduanya atau menjadi riba.”
Namun, menurut jumhur ulama jual beli barang secara kredit diperbolehkan. Dengan
skema Bai‟ Taqsith diperoleh maslahah bagi pemilik modal berupa perbedaan harga
cash dan kredit, serta begi konsumen pun mendapatkan kemudahan dalam memiliki
rumah yang dibutuhkannya meskipun uangnya saat ini belum mencukupi.

IMPLEMENTASI
Fulan membeli rumah dengan pilihan Rp. 100 jt secara cash dan Rp. 150 jt secara
kredit dalam jangka waktu 5 tahun dengan pembayaran angsuran secara bulanan.
Kemudian Fulan memilih metode kredit sehingga mempunyai kewajiban membayar
angsuran selama jangka waktu 5 tahun dengan total angsuran Rp. 150 jt.
Jual Beli Khusus: Bai’ Istighlal
DEFINISI
Barang dijual secara bay‟ wafa, selanjutnya penjual menyewa kembali barang tersebut.
Artinya, pembeli mengambil manfaat dari barang tersebut dengan menyewakannya
kepada penjual sendiri.

DASAR HUKUM
Bai‟ Istighlal diperbolehkan dan dicantumkan pada Kitab Undang-Undang
Perdata Ksultanan Turki (Majallah al-Ahkam al-‟adliyah, pasal 119).

IMPLEMENTASI
Fulan menjual rumah kepada Zaid dengan harga Rp. 1 milyar dan hak membeli kembali
dalam tempo 5 tahun, kemudian si A menyewa rumah itu kembali dengan harga Rp 80
juta per tahun. Pada akhir tahun ke-5, Fulan membeli kembali rumahnya dengan
membayar Rp. 1 milyar kepada Zaid.
Jual Beli Khusus: Bai’ Tawarruq
DEFINISI
Jual beli barang dengan cara kredit lalu pembeli menjualnya kepada pihak ketiga secara
tunai dengan harga yang lebih rendah sehingga pembeli memperoleh dana segar yang
dibutuhkan.

DASAR HUKUM
Islamic Fiqh Academy, pada konferensi ke-15 di kota Mekkah, telah mengeluarkan
resolusi yang mendukung diperbolehkannya transaksi Tawarruq Fighi, dengan syarat,
pembeli tidak menjual kembali barang yang telah di belinya kepada penjual pertama
dengan harga yang lebih rendah, langsung atau tidak langsung, yang kalau terjadi, hal
itu masuk dalam kategori transaksi yang mengandung riba.

IMPLEMENTASI
Pemilik modal (penyandang dana) menjual asetnya kepada seseorang, bukan
memberinya uang, untuk mendapatkan keuntungan lebih nanti nya, ketika (pihak
kedua) orang tersebut menjual aset itu kembali kepada penjualnya (pihak pertama), itu
adalah inah, kalau di jual kepada orang lain (pihak ke tiga) itu adalah tawarruq. Aset
yang dipindahkan ke pihak ke tiga, sebagai perantara, pihak ketiga yang menjualnya
kembali pada pihak pertama.
Jual Beli Khusus: Bai’ Mu’allaq
DEFINISI
Terjadinya transaksi jual beli tergantung pada ta‟liq (persyaratan) berupa transaksi lain
yang berbeda.

DASAR HUKUM
Menurut Ulama Hanafiyah, jual beli muallaq (bersyarat) tersebut tidak sah karena
alasan (illat) larangan tersebut adalah adanya unsur gharar di dalamnya. Ghararnya :
penjual dan pembeli tidak mengetahui terwujud-tidaknya qayyid (syarat) yang menjadi
gantungan terjadinya jual beli 1. Namun Ibnu Taimiyah dan Ibnu al-Qayyim berbeda
dengan mayoritas ulama. Kedua ulama terkemuka itu membolehkan adanya ta‟liq
(penggantungan/persyaratan) dalam jual beli karena tidak melihat adanya gharar pada
bay‟ mu‟allaq tersebut.

IMPLEMENTASI
Saya membeli mobil anda seharga Rp 300 juta, jika anda membeli tanah saya seharga
Rp 300 juta.
Jual Beli Khusus: Bai’ ‘Urbun
DEFINISI
Jual Beli yang disertai persekot dengan opsi hangus. Jika calon pembeli
mengurungkannya, maka persekot hangus dan menjadi hibah kepada penjual. Jika jual
beli diteruskan, maka harga persekot merupakan bagian dari harga beli.

DASAR HUKUM
Jumhur Ulama selain Hanabilah berpendapat bahwa Bai‟ ‟Urbun dilarang dan hukumnya
tidak sah, karena bisa merugikan para pihak dan sifatnya spekulatif serta mengandung
uncertainty (gharar).
Menurut Ahmad bin Hanbal, “Jual beli ini dibolehkan”. Dalilnya adalah hadits yang
dikeluarkan oleh Abdul Razzaq dari Zaid bin Aslam bahwa Rasulullah saw ditanya
tentang „arabun di dalam jual beli, maka beliau menghalalkannya”

IMPLEMENTASI
Bahwa Zaid bin Aslam membelikan Umar ra rumah tahanan dari Sofyan bin Ummayyah
dengan persekot 400 dirham, sedangkan harga rumah tahanan itu 4000 dirham. Jika
nanti Umar ridha, maka jual beli diteruskan,(dan harga disempurnakan). Apabila tidak
ridha maka bagi Sofyan 400 dirham tersebut
Jual Beli Khusus: Bai’ Mu‘atah
DEFINISI
Jual beli tanpa ada ucapan ijab dan qabul secara lisan.
(al Qomus Al fiqhi, vol. 1 page 252)
DASAR HUKUM
Jual beli ini dibolehkan berdasarkan dalil istihsan dan urf. (Al-istihsan wa al-‟urf).

IMPLEMENTASI
Jual beli mu‟atah ini sering terjadi di Mal, swalayan atau super market.
Resume

Hubungan
No Uraian Akad Peminat Tujuan
Penjual-Pembeli

1 Samsarah (Perantara) Dinyatakan Tidak Langsung Tunggal Penghubung Penjual dg Pembeli

2 Bay Muzayadah (Lelang) Dinyatakan Langsung Jamak Memperoleh harga tertinggi

3 Bai' Wafa (Bersyarat) Dinyatakan Langsung Tunggal Memperoleh dana segar melalui 2 pihak

4 Bai’Taqsith (Kredit) Dinyatakan Langsung Tunggal Kemudahan pembayaran bagi Pembeli

5 Bay Istighlal (Pemanfaatan) Dinyatakan Langsung Tunggal Hak Penjual untuk menyewa

6 Bay Tawarruq (Memperbanyak) Dinyatakan Tidak Langsung Tunggal Memperoleh dana segar melalui 3 pihak

7 Bay Mu’allaq (Bergantung) Dinyatakan Langsung Tunggal Menghubungkan dg transaksi lain

9 Bay Mu’atah (Memberi) Otomatis Langsung Tunggal Memudahkan proses jual beli
Klasifikasi
JUAL BELI

Objek Standarisasi Cara


Dagangan Harga Pembayaran

Bai’ Umum Tawar Menawar Naqdan

As Sharf Muzayadah Muajal

Muqayadhah Munaqadah As Saman al Muajal

Amanah 2 Tertunda

Murabahah Wadhi’ah Tauliyah Isyrak Mustarsal


Klasifikasi
JUAL BELI

Objek Standarisasi Cara


Dagangan Harga Pembayaran

Bai’ Umum Tawar Menawar Naqdan

As Sharf Muzayadah Muajal

Muqayadhah Munaqadah As Saman al Muajal

Amanah 2 Tertunda

Murabahah Wadhi’ah Tauliyah Isyrak Mustarsal


Referensi
1. Materi Kuliah Fiqh Muamalah, Agustianto, MEI2 Azzahra 2008
2. Nasrun Harun, Fiqh Muamalah, Gaya Media Pratama.
3. Wahbah Zuhaili, Fiqh Muamalah (resume dari Al Fiqh Al Islam wa Adilatuhu), Bank Muamalat
Indonesia.
4. Mausuah al qodhoya al afiqhiyyah al mua‟shiroh wal iqtishod al islamy, Prof. Dr. Ali Ahmad as
Salus, Edisi 7 Darul Saqofah, Qatar .
5. Al muhadz dzab, bab al jualah, juz 2 hal. 271.
6. Fathul bary, bab ma yukrohu minal halaf fil bai‟, juz 4 hal 316, cet. Darul ma‟rifah beirut 1379.
7. Tuhfatul ahwadzy, juz 4 hal 334, cet. Darul kutub al ilmiyyah.
8. Al istidzkar, ibnu abdil barr, juz 6, hal 542, cet. Darul kutub al ilmiyyah 1421 h.
9. Al mausu‟ah al fiqhiyyah al kuwaitiyyah, departemen wakaf dan agama Islam kuwait, jilid 11 hal
142
10. http://agustianto.niriah.com/
11. Muhammad, http://zanikhan.multiply.com.
12. http://www.niriah.com/. Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Sholeh bin Fauzan AL Fauzan, Mulakhos
Fiqh, Penerbit Dar Ibnul Jauzi - Saudi Arabia,
13. Nibra Hosen, http://www.pkesinteraktif.com/
14. http://www.alislamu.com/ , Sumber: Diadaptasi dari 'Abdul 'Azhim bin Badawi al-Khalafi, Al-Wajiz Fi
Fiqhis Sunnah Wal Kitabil 'Aziz, atau Al-Wajiz Ensiklopedi Fikih Islam dalam Al-Qur'an dan As-
Sunnah Ash-Shahihah, terj. Ma'ruf Abdul Jalil (Pustaka As-Sunnah), hlm. 655-662.
Wallahu a’lam bissawab

Anda mungkin juga menyukai