Anda di halaman 1dari 8

Askep Asfiksia

14 October 2008 at 05:39 | In NEONATUS |

Asfiksia Neonatorum

1. Definisi
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur
setelah lahir. Asfiksia berarti hipoksia yang progresif karena gangguan pertukaran gas serta
transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan kesulitan
mengeluarkan CO2, saat janin di uterus hipoksia.

2. Etiologi

Faktor ibu
 Cacat bawaan
 Hipoventilasi selama anastesi
 Penyakit jantung sianosis
 Gagal bernafas
 Keracunan CO
 Tekanan darah rendah
 Gangguan kontraksi uterus
 Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
 Sosial ekonomi rendah
 Hipertensi pada penyakit eklampsia

Faktor janin / neonatorum


 Kompresi umbilikus
 Tali pusat menumbung, lilitan tali pusat
 Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir
 Prematur
 Gemeli
 Kelainan congential
 Pemakaian obat anestesi
 Trauma yang terjadi akibat persalinan
Faktor plasenta
 Plasenta tipis
 Plasenta kecil
 Plasenta tidak menempel
 Solusio plasenta

Faktor persalinan
 Partus lama
 Partus tindakan
3. Faktor predisposisi
Faktor dari ibu
 Gangguan his, misalnya: hipertoni dan tetani
 Hipotensi mandadak pada ibu karena perdarahan, misalnya: plasenta previa
 Hipertensi pada eklampsia
 Gangguan mendadak pada plasenta seperti solusio plasentae

Faktor dari janin


 Gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat
 Depresi pernafasan karena obat – obatan yang diberikan kepada ibu
 Keruban keruh

4. Patofisiologi
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan / persalinan,
akan terjadi asfiksia. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi
akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau tidak tergantung
dari berat badan dan lamanya asfiksia. Asfiksia ringan yang terjadi dimulai dengan suatu periode
appnoe, disertai penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan menunjukan usaha nafas,
yang kemudian diikuti pernafasan teratur. Pada asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak
tampak sehingga bayi berada dalam periode appnoe yang kedua, dan ditemukan pula bradikardi
dan penurunan tekanan darah.
Disamping perubahan klinis juga terjadi gangguan metabolisme dan keseimbangan asam dan
basa pada neonatus. Pada tingkat awal menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan
berlanjut terjadi metabolisme anaerob yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen
tubuh pada hati dan jantung berkurang. Hilangnya glikogen yang terjadi pada kardiovaskuler
menyebabkan gangguan fungsi jantung. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli yamh tidak
adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan di otak terjadi
kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi
selanjutnya.

5. Tanda dan gejala


Appnoe primer : Pernafasan cepat, denyut nadi menurun dan tonus neuromuscular menurun

Appnoe sekunder : Apabila asfiksia berlanjut , bagi menunjukan pernafasan megap–megap yang
dalam, denyut jantung terus menerus, bayi terlihat lemah (pasif), pernafasan makin lama makin
lemah

6. Derajat berat ringannya afiksia


a. Asfiksia berat ( nilai APGAR 0-3 )
b. Asfiksia sedang ( nilai APGAR 4-6 )
c. Asfiksia normal ( nilai APGAR 7-10)

7. Diagnosis
Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat
janin. Tiga hal yang perlu diperhatikan
Denyut jantung janin. Frekuensi normal adalah antara120 dan 160 denyut/menit selama his
frekuensi turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula. Peningkatan kecepatan
denyut jantung umumnya tidak besar, artinya frekuensi turun sampai dibawah 100 x/ menit
diluar his dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.
Mekonium dalam air ketuban. Mekonium pada presentasi – sungsang tidak ada, artinya akan
tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukan gangguan. Oksigenisasi dan harus
menimbulkan kewaspadaan. Biasanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepaladapat
merupakan indikasi untuk mengakhir persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
Pemeriksaan pH darah janin. Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukan lewat serviks
dibuat sayatan kecil pada kulit pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin. Darah ini
diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu sampai turun
dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya oleh beberapa penulisan

8. Pemeriksaan diagnostik
1. Analisa gas darah
2. Penilaian APGAR score
3. Pemeriksaan EGC dab CT- Scan
4. Pengkajian spesifik
5. Elektrolit darah
6. Gula darah
7. Baby gram
8. USG ( Kepala)

9. Penatalaksanaan awal asfiksia


Cegah pelepasan panas yang berlebihan, keringkan ( hangatkan ) dengan menyelimuti seluruh
tubuhnya terutama bagian kepala dengan handuk yang kering
Bebaskan jalan nafas : atur posisi, isap lendir
Bersihkan jalan nafas bayi dengan hati-hatidan pastikan bahwa jalan nafas bayi bebas dari hal-
hal yang dapat menghalangi masuknya udara kedalam paru-paru. Hal ini dapat dilakukan
dengan:
 Ekstensi kepaladan lehert sedikit lebih brendah dari tubuh bayi
 Hisap lendir, cairan pada mulut dan hidung bayi sehingga jalan nafas bersih dari cairan
ketuban, mekonium/ lendir dan menggunakan penghisap lendir Delee
Rangsangan taktil, bila mengeringkan tubuh bayi dan penghisapan lendir/ cairan ketuban dari
mulut dan hidung yang dasarnyan merupakan tindakan rangsangan belumcukup untuk
menimbulkan pernafsan yang adekuat padabayi lahir dengan penyulit, maka diperlukan
rangsangan taktil tambahan. Selama melakukan rangsangan taktil, hendaknya jalan nafas sudah
dipastikan bersih. Walaupun prosedur ini cukup sederhana tetapi perlu dilakukan dengan cara
yang betul. Ada 2 cara yang memadai dan cukup aman untuk memberikan rangsangan taktil,
yaitu:
 Menepukan atau menyentil telapak kaki dan menggosok punggung bayi. Cara ini sering kali
menimbulkan pernafasan pada bayi yang mengalami depresi pernafasan yang ringan
 Cara lain yang cukup aman adalah melakukan penggosokan pada punggung bayi secara cepat,
mengusap atau mengelus tubuh, tungkai dan kepala bayi juga merupakan rangsangan taktil tetapi
rangsangan yang ditimbulkan lebih ringan dari menepuk, menyentil, atau menggosok. Prosedur
ini tidak dapat dilakukan pada bayi yang appnoe, hanya dilakukan pada bayi yang telah berusaha
bernafas. Elusan pada tubuh bayi, dapat membantu untuk meningkatkan frekuensi dari dalamnya
pernafasan.

10. Prinsip dasar resustansi


Membersihkan dan menciptakan lingkungan yang baik bagi bayi serta mengusahakan saluran
pernafasan tetap bebas serta merangsang timbulnya pernafasan, yaitu agar oksigenisasi dan
pengeluaran CO2 berjalan lancar.
Memberikan bantuan pernafasan secara aktif pada bayi yang menunjukan usaha pernafasan
lemah.
Melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi
Manjaga agar sirkulasi darah tetap baik

11. Tindakan
 Pengawasan suhu tubuh
 Pembersihan jalan nafas
 Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan
 Therapi cairan pada bayi baru lahir dengan asfiksia

Asuhan Keperawatan Pada Asfiksia Neonatorum

Definisi
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur
setelah lahir. Asfiksia berarti hipoksia yang progresif karena gangguan pertukaran gas serta
transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan kesulitan
mengeluarkan CO2, saat janin di uterus hipoksia.

Etiologi
Faktor ibu
 Cacat bawaan
 Hipoventilasi selama anastesi
 Penyakit jantung sianosis
 Gagal bernafas
 Keracunan CO
 Tekanan darah rendah
 Gangguan kontraksi uterus
 Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
 Sosial ekonomi rendah
 Hipertensi pada penyakit eklampsia

Faktor janin / neonatorum


 Kompresi umbilikus
 Tali pusat menumbung, lilitan tali pusat
 Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir
 Prematur
 Gemeli
 Kelainan congential
 Pemakaian obat anestesi
 Trauma yang terjadi akibat persalinan

Faktor plasenta
 Plasenta tipis
 Plasenta kecil
 Plasenta tidak menempel
 Solusio plasenta

Faktor persalinan
 Partus lama
 Partus tindakan

Patofisiologi
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan / persalinan,
akan terjadi asfiksia. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi
akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau tidak tergantung
dari berat badan dan lamanya asfiksia. Asfiksia ringan yang terjadi dimulai dengan suatu periode
appnoe, disertai penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan menunjukan usaha nafas,
yang kemudian diikuti pernafasan teratur. Pada asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak
tampak sehingga bayi berada dalam periode appnoe yang kedua, dan ditemukan pula bradikardi
dan penurunan tekanan darah.
Disamping perubahan klinis juga terjadi gangguan metabolisme dan keseimbangan asam dan
basa pada neonatus. Pada tingkat awal menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan
berlanjut terjadi metabolisme anaerob yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen
tubuh pada hati dan jantung berkurang. Hilangnya glikogen yang terjadi pada kardiovaskuler
menyebabkan gangguan fungsi jantung. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli yamh tidak
adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan di otak terjadi
kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi
selanjutnya.

Gejalah klinik
Bayi tidak bernafas atau nafas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100x/menit, kulit
sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks rangsangan

Manifestasi klinis
1. serangan jantung
2. Periode hemorragis
3. Sianosis dan kongestif
4. Penemuan jalan nafas

Diagnosis
Anamnesis: Gangguan / kesulitan waktu lahir tidak bernafas/menangi
Pemeriksaan fisik
Klinis 0 1 2
Detak jantung Tidak ada 100x/menit
Pernafasan Tidak ada Tak teratur Tangis kuat
Refleks saat jalan nafas dibersihkan Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin
Tonus otot Lunglai Fleksi ekstermitas (lemah) Fleksi kuat gerak aktif
Warna kulit Biru pucat Tubuh merah ektermitas biru Merah seluruh tubuh
Niali 0-3 : Asfiksia berat
Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
Nilai 7-10 : Normal
Dilakukan pemantuan nilai apgar pada menit ke01 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5 menit masih
kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7, nilai apgar berguna
untuk menilai keberhasilan resustansi bayi baru lahir dan menetukan prognosis, bukan untuk
memulai resustansi karena dimulai 30 detik setelah lahir bila bayitidak menangis ( bukan 1 menit
seperti penilaian skor apgar ).

Pemeriksaan penunjang:
1. Foto polos dada
2. USG kepala
3. laboraturium : Darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit

Pemeriksaan diagnostic
1. Analisa gas darah
2. Elektrolit darah
3. Gula darah
4. Baby gram
5. USG ( Kepala )
6. Penilaian APGAR score
7. Pemeriksaan EGC dab CT- Scan
8. Pengkajian spesifik

Komplikasi
Meliputi berbagai organ yaitu:
1. Otak : Hipokstik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis
2. Jantung dan paru: Hipertensi pulmonal persisten pada neonatorum, perdarahan paru, edema
paru
3. Gastrointestinal: enterokolitis, nekrotikans
4. Ginjal: tubular nekrosis akut, siadh
5. Hematologi: dic

Penatalaksanaan
Cegah pelepasan panas yang berlebihan, keringkan ( hangatkan ) dengan menyelimuti seluruh
tubuhnya terutama bagian kepala dengan handuk yang kering
Bebaskan jalan nafas : atur posisi, isap lendir
Bersihkan jalan nafas bayi dengan hati-hatidan pastikan bahwa jalan nafas bayi bebas dari hal-
hal yang dapat menghalangi masuknya udara kedalam paru-paru. Hal ini dapat dilakukan
dengan:
 Ekstensi kepaladan lehert sedikit lebih brendah dari tubuh bayi
 Hisap lendir, cairan pada mulut dan hidung bayi sehingga jalan nafas bersih dari cairan
ketuban, mekonium/ lendir dan menggunakan penghisap lendir Delee
Rangsangan taktil, bila mengeringkan tubuh bayi dan penghisapan lendir/ cairan ketuban dari
mulut dan hidung yang dasarnyan merupakan tindakan rangsangan belumcukup untuk
menimbulkan pernafsan yang adekuat padabayi lahir dengan penyulit, maka diperlukan
rangsangan taktil tambahan. Selama melakukan rangsangan taktil, hendaknya jalan nafas sudah
dipastikan bersih. Walaupun prosedur ini cukup sederhana tetapi perlu dilakukan dengan cara
yang betul. Ada 2 cara yang memadai dan cukup aman untuk memberikan rangsangan taktil,
yaitu:
 Menepukan atau menyentil telapak kaki dan menggosok punggung bayi. Cara ini sering kali
menimbulkan pernafasan pada bayi yang mengalami depresi pernafasan yang ringan
 Cara lain yang cukup aman adalah melakukan penggosokan pada punggung bayi secara cepat,
mengusap atau mengelus tubuh, tungkai dan kepala bayi juga merupakan rangsangan taktil tetapi
rangsangan yang ditimbulkan lebih ringan dari menepuk, menyentil, atau menggosok. Prosedur
ini tidak dapat dilakukan pada bayi yang appnoe, hanya dilakukan pada bayi yang telah berusaha
bernafas. Elusan pada tubuh bayi, dapat membantu untuk meningkatkan frekuensi dari dalamnya
pernafasan.

Asuhan keperawatan

Pengkajian
1. Pernafasan yang cepat
2. Pernafasan cuping hidung
3. Sianosis
4. Nadi cepat
5. Refleks lemah
6. Warna kulit biru atau pucat
7. Penilain aogar skor menunjukan adanya asfiksia, seperti asfiksia ringan ( 7-10), sedang ( 4-6),
dan (0-3)

Diagnosis/ maslah keperawatan


1. Gangguan pertukaran gas
2. Penurunan kardiak out put
3. Intolerensi aktifitas
4. Gangguan perfusi jaringan
5. Resiko tinggi terjadi infeksi
6. Kurangnya pengetahuan

Intervensi keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas :
Monitoring gas darah, mengkaji denyut nadi, monitoring system jantung dan pari ( resustansi ),
memberikan O2 yang adekuat
2. Penurunan kardiak out put
Monitoring jantung paru, mengkaji tanda vital, memonitoring perfusi jaringan tiap 2-4 jam,
monitor denyut nadi, memonitoring ontake dan out put serta melakukan kolaborasi dalam
pemberian vasodilator
3. Intolerensi aktifitas
Menyediakan stimulasi lingkungan yang minimal, menyediakan monitoring jantung paru,
mengurangi sentuhan, melakukan kolaborasi analgetiksesuai kondisi, memberikan posisi yang
nyaman
4. Gangguan perfusi jaringan
Pemberian diuretic sesuai dengan indikasi, monitor laboraturium urine, pemeriksaan darah
5. resiko tinggi terjadi infeksi

Anda mungkin juga menyukai