Anda di halaman 1dari 90

Laporan Kegiatan Dokter Muda IKM-KK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU


DI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II PEKANBARU
PERIODE 3 JANUARI – 5 FEBRUARI 2022

Oleh :
DINDA AZNUL FITRA, S. KED
HETRIA HAYYUN NAMIRAH, S. KED
HAFIZOTUL ADAWIYAH, S. KED
NADYA ZAHRA, S. KED
NINDY KHAIRUNNISYA, S. KED
REVINTA MOZACHE HARDIMAN, S. KED
RYAN AGINTA .P, S. KED
VINA ALWINDI, S. KED

KEPANITERAAN KLINIK KJF ILMU KESEHATAN MASYARAKAT -


KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan Dokter Muda

IKM-KK Fakultas Kedokteran Universitas Riau di Kantor Kesehatan Pelabuhan

Kelas II Pekanbaru.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih serta

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada seluruh dosen tenaga pengajar bagian

IKM-KK atas bimbingan dan tunjuk ajarnya kepada penulis, Bapak/Ibu dari

Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pekanbaru yang telah mengizinkan

berlangsungnya kegiatan kepaniteraan klinik IKM-KK di Kantor Kesehatan

Pelabuhan Kelas II Pekanbaru, dan semua pihak yang membersamai penulis

dalam menyelesaikan laporan kegiatan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat banyak kekurangan.

Oleh kare na itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi

kesempurnaan laporan kegiatan ini. Akhir kata, semoga laporan kegiatan ini

bermanfaat bagi pembaca.

Pekanbaru, 13 Januari 2022

Penulis

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum....................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................................3
1.4 Manfaat......................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5
2.1 Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).........................................................5
2.2 Tugas Pokok Kantor Kesehatan Pelabuhan...............................................6
2.3 Fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan.........................................................7
2.4 Tugas dan Fungsi Struktur Organisasi KKP Kelas II Pekanbaru..............8
2.4.1 Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi (PKSE)........8
2.4.2 Kekarantinaan Kesehatan.................................................................10
2.4.3 Upaya Kesehatan Lingkungan Wilayah (UKLW)...........................10
2.4.4 Pengendalian Risiko Lingkungan (PRL).........................................13
2.4.5 Sub Bagian Tata Usaha....................................................................14
2.5 Karantina Pada Kapal dan Pesawat.........................................................14
2.5.1 Karantina pada Kapal.......................................................................14
2.5.2 Karantina pada Pesawat...................................................................19
BAB III DESKRIPSI KEGIATAN........................................................................23
3.1 Kegiatan di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)...................................23
3.1.1 Vaksinasi Meningitis........................................................................23
3.1.2 Vaksinasi Covid-19..........................................................................30
3.1.3 Test Swab Antigen Covid 19...........................................................34
3.2 Kegiatan di Bandar Udara Sultan Syarif Qasim II..................................35
3.2.1 Pemeriksaan higiemitas sanitasi tempat pengolahan makanan........35
3.2.2 Pengawasan Penyediaan Air Bersih.................................................60
3.2.3 Validasi Dokumen Kesehatan..........................................................67
3.3 Kegiatan di Pelabuhan Sungai Duku.......................................................70
3.3.1 Pemeriksaan Sanitasi Kapal.............................................................70
3.3.2 Pemeriksaan Vektor pada Kapal......................................................73
iii

3.3.3 Survei kepadatan Lalat.....................................................................74


3.3.4 Pemeriksaan Obat-obatan dan Alat Kesehatan................................79
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN.....................................................................81
4.1 Simpulan..................................................................................................81
4.2 Saran........................................................................................................82
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) adalah salah satu unit pelayanan

kesehatan yang melaksanakan upaya kesehatan terutama upaya preventif,

promotif dan kuratif dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) merupakan unit pelaksana teknis di

lingkungan Kementerian Kesehatan yang bertanggungjawab secara teknis dan

administrative kepada Direktur Jenderal Pencegahan Penyakitdan Penyehatan

(Ditjen P2P), hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 2348/MENKES/PER/XI/2011 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan. Di lingkungan Kementerian Kesehatan

terdapat 7 (tujuh) KKP Kelas I, 21 (dua puluh satu) KKP Kelas II, 20 (dua puluh)

KKP Kelas III, dan 1 (satu) KKP Kelas IV (bertambahnya KKP Kelas IV

Yogyakarta).1

. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pekanbaru, berkedudukan di Kota

Pekanbaru, mempunyai 7 (Tujuh) wilayah kerja yaitu Pelabuhan Selat Panjang,

Pelabuhan Buatan, Pelabuhan Siak Sri Indrapura, Pelabuhan Tanjung Buton,

Pelabuhan Sungai Duku, Pos / Klinik Bandara SSK II Pekanbaru, dan Pelabuhan

Kampung Dalam. Sasaran pelaksanaan program pada wilayah kerja Kantor

Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pekanbaru yang terdiri dari 1 (satu) bandara udara

dan 6 pelabuhan laut.2

. Kantor Kesehatan Pelabuhan mempunyai tugas melaksanakan

pencegahan masuk dan keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah, surveilans

1
2

epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan lingkungan,

pelayanan kesehatan, pengawasan OMKABA serta pengamanan terhadap

penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi,

kimia dan pengamanan radiasi di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas

batas darat negara.1

Untuk mengantisipasi ancaman penyakit global serta permasalahan

kesehatan masyarakat yang merupakan masalah darurat kesehatan dunia, KKP

dituntut mampu menangkal risiko kesehatan dengan cara cegah tangkal masuk

keluarnya penyakit karantina, penyakit menular dan penyakit potensial wabah

malalui alat angkut, barang, orang dan lingkungan serta pelayanan kesehatan

terbatas tanpa menghambat perdagangan dan perjalan antar wilayah.1

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2013

mengatakan bahwa setiap penanggung jawab alat angkut yang berada di

pelabuhan, Bandar Udara, dan pos lintas batas darat, yang di dalamnya ditemukan

faktor risiko kesehatan berupa tanda-tanda kehidupan tikus dan/ atau serangga,

tikus, dan/atau serangga berdasarkan pemeriksaan dari Kantor Kesehatan

Pelabuhan (KKP) setempat, wajib melakukan tindakan hapus tikus dan hapus

serangga.3

1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah rumusan masalah yang diangkat adalah bagaimana

pelaksanaan kegiatan cegah tangkal penyakit yang dilakukan oleh KKP kelas II

Pekanbaru.
3

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari makalah kegiatan ini adalah untuk mengetahui

pelaksanaan kegiatan yang terdapat di kantor KKP Kelas II Pekanbaru, Bandara

Sultan Syarif Kasim II dan Pelabuhan Sungai Duku.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari makalah kegiatan ini antara lain:

1. Mengetahui pelaksaanaan pelayanan kesehatan dan vaksinasi di KKP

Kelas II Pekanbaru.

2. Mengetahui pelaksanaan karantina udara dan pelayanan kesehatan di

Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.

3. Mengetahui pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan di di Bandara

Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.

4. Mengetahui pelaksanaan pemeriksaan karantina laut/sanitasi kapal di

Pelabuhan Sungai Duku.

5. Mengetahui pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan di Pelabuhan

Sungai Duku.

6. Mengetahui pelaksanaan pemeriksaan P3K Kapal

1.4 Manfaat

a. Bagi Dokter Muda IKM-KK FK UNRI

1. Mengetahui dan memahami bagaimana pelaksanaan tugas pokok dan

fungsi KKP Kelas II Pekanbaru.

2. Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman tentang bagaimana

pelaksanaan tugas dokter di KKP Kelas II Pekanbaru dengan cara ikut


4

serta secara langsung dalam kegiatan pemeriksaan sanitasi kapal,

pelaksanaan karantina kesehatan, serta pelaksanaan pengendalian

risiko lingkungan di bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru dan

Pelabuhan Sungai Duku.

b. Bagi KKP Kelas II Pekanbaru

Makalah kegiatan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan

dalam pelaksanaan tugas dan fungsi KKP Kelas II Pekanbaru.

c. Bagi FK UNRI

Makalah kegiatan ini diharapkan dapat dijadikan data dan

pembanding untuk dokter muda IKM-KK selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) merupakan unit pelaksana teknis di

lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggungjawab

kepada Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Ditjen P2P).1

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) mempunyai tugas melaksanakan pencegahan

masuk dan keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah (PHEIC), surveilans

epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan lingkungan,

pelayanan kesehatan, pengawasan OMKABA serta pengamanan terhadap

penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi,

kimia dan pengamanan radiasi di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas

batas darat negara. 4

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) diklasifikasikan menjadi empat kelas,

untuk wilayah Pekanbaru termasuk bagian KKP Kelas II. KKP Kelas II terdiri

dari:1

a. Kepala KKP

b. Kepala Sub Bagian Administrasi Umum

c. Koordinator Substansi Pengendalian Karantina Surveilans

Epidemiologi

d. Koordinator Substansi Pengendalian Resiko Lingkungan

e. Koordinator Substansi Upaya Kesehatan Lintas Wilayah

5
6

f. Instalasi

g. Kelompok Jabatan Fungsional

h. Wilayah kerja

Gambar 2.1 Struktur Organisasi KKP Kelas II Pekanbaru

Wilayah kerja KKP Kelas II Pekanbaru memiliki 7 wilayah kerja yang

terbagi menjadi 6 wilayah kerja pelabuhan laut dan sungai serta 1 wilayah kerja

bandar udara. Wilayah kerja tersebut terdiri atas:

a. Wilayah kerja Pelabuhan Buatan

b. Wilayah kerja Pelabuhan Sungai Duku

c. Wilayah kerja Pelabuhan Selat Panjang

d. Wilayah kerja Pelabuhan Kampung Dalam

e. Wilayah kerja Pelabuhan Tanjung Buton

f. Wilayah kerja Siak Sri Indrapura

g. Wilayah kerja Bandara Sultan Syarif Kasim II

2.2 Tugas Pokok Kantor Kesehatan Pelabuhan

Kantor Kesehatan Pelabuhan mempunyai peran penting pada pintu masuk

Negara Indonesia. Tugas pokok KKP yaitu mencegah masuk dan keluarnya
7

penyakit, penyakit potensial wabah atau Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang

Meresahkan Dunia disebut Public Health Emergency of International (PHEIC),

surveilans epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan

lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan Surveilens Obat, Makanan,

Kosmetik, Alat Kesehatan dan Bahan Adiktif (OMKABA) serta pengamanan

terhadap penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali atau Penyakit Infeksi

New-Emerging dan Re-Emerging (PINERE), bioterorisme, unsur biologi, kimia

dan pengamanan radiasi di wilayah kerja bandara, pelabuhan dan lintas batas darat

negara.1,4

2.3 Fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan

Kantor Kesehatan Pelabuhan menjalankan fungsinya berdasarkan Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 77 tahun 2020 Tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan terdiri 17 fungsi, yaitu:4

a. Pelaksanaan kekarantinaan;

b. Pelaksanaan pelayanan kesehatan;

c. Pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan di bandara, pelabuhan, dan

lintas batas darat negara;

d. Pelaksanaan pengamatan penyakit, penyakit potensial wabah, penyakit

baru, dan penyakit yang muncul kembali;

e. Pelaksanaan pengamanan radiasi pengion dan non pengion, biologi, dan

kimia;

f. Pelaksanaan sentra/simpul jejaring surveilans epidemiologi sesuai

penyakit yang berkaitan dengan lalu lintas nasional, regional, dan

internasional;
8

g. Pelaksanaan, fasilitasi dan advokasi kesiapsiagaan dan penanggulangan

Kejadian Luar Biasa (KLB) dan bencana bidang kesehatan serta

kesehatan matra termasuk penyelenggaraan kesehatan haji dan

perpindahan penduduk;

h. Pelaksanaan, fasilitasi dan advokasi kesehatan kerja di lingkungan

bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

i. Pelaksanaan pemberian sertifikat kesehatan obat, makanan, kosmetika,

dan alat kesehatan serta bahan adiktif (OMKABA) ekspor dan

mengawasi persyaratan dokumen kesehatan OMKABA impor;

j. Pelaksanaan pengawasan kesehatan alat angkut dan muatannya;

k. Pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan di wilayah kerja bandara,

pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

l. Pelaksanaan jejaring informasi dan teknologi bidang kesehatan bandara,

pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

m. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan bidang kesehatan di bandara,

pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

n. Pelaksanaan kajian kekarantinaan, pengendalian risiko lingkungan, dan

surveilans kesehatan pelabuhan;

o. Pelaksanaan pelatihan teknis bidang kesehatan bandara, pelabuhan, dan

lintas batas darat negara;

p. Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan KKP.


9

2.4 Tugas dan Fungsi Struktur Organisasi KKP Kelas II Pekanbaru

2.4.1 Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi (PKSE)

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan,

Karantina merupakan pembatasan kegiatan dan/atau pemisahan seseorang yang

terpapar penyakit menular sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-

undangan meskipun belum menunjukkan gejala apapun atau sedang berada dalam

masa inkubasi, dan/atau pemisahan peti kemas, Alat angkut, atau barang apapun

yang diduga terkontaminasi dari orang dan/atau barang yang mengandung

penyebab penyakit atau sumber bahan kontaminasi lain untuk mencegah

kemungkinan penyebaran ke orang dan/atau barang di sekitarnya.5

Bidang Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi mempunyai

tugas melaksanakan perencanaan dan evaluasi serta penyusunan laporan di bidang

kekarantinaan, surveilans epidemiologi penyakit dan penyakit potensial wabah

serta penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali, pengawasan alat angkut

dan muatannya, lalu lintas OMKABA, jejaring kerja, kemitraan, kajian, serta

pengembangan teknologi, pendidikan dan pelatihan bidang kekarantinaan di

wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.1,5

Bidang Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi

menyelenggarakan fungsi:1,5

a. Kekarantinaan surveilans epidemiologi penyakit dan potensial wabah

serta penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali;

b. Kesiapsiagaan, pengkajian, serta advokasi penanggulangan KLB dan

bencana/pasca bencana bidang kesehatan;


10

c. Pengawasan lalu lintas OMKABA ekspor dan impor serta alat angkut,

termasuk muatannya;

d. Kajian dan diseminasi informasi kekarantinaan di wilayah kerja

bandara, pelabuhan dan lintas batas darat negara;

e. Pendidikan dan pelatihan bidang kekarantinaan;

f. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan di bidang kekarantinaan;

g. Pelaksanaan pengembangan teknologi bidang kekarantinaan di wilayah

kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

h. Penyusunan laporan bidang pengendalian karantina dan surveilans

epidemiologi.

2.4.2 Kekarantinaan Kesehatan

Kekarantinaan kesehatan adalah upaya mencegah dan menangkal

keluar atau masuknya penyakit dan/atau risiko kesehatan masyarakat yang

menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat. Kekarantinaan kesehatan

diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, manfaat,

perlindungan, keadilan, nondiskriminatif, kepentingan umum, keterpaduan,

kesadaran hukum dan kedaulatan negara.5

Penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan bertujuan untuk :

a. Melindungi masyarakat dari penyakit dan/atau Faktor Risiko

Kesehatan Masyarakat yang berpotensi menimbulkan Kedaruratan

Kesehatan Masyarakat;

b. Mencegah dan menangkal penyakit dan/atau Faktor Risiko

Kesehatan Masyarakat yang berpotensi menimbulkan Kedaruratan

Kesehatan Masyarakat.
11

c. Meningkatkan ketahanan nasional dibidang kesehatan masyarakat; dan

d. Memberikan pelindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat

dan petugas kesehatan.

2.4.3 Upaya Kesehatan Lingkungan Wilayah (UKLW)

Bidang UKLW memiliki tugas yaitu melaksanakan perencanaan dan

evaluasi serta penyusunan laporan di bidang pelayanan kesehatan terbatas,

kesehatan haji, kesehatan kerja, kesehatan matra, vaksinasi internasional,

pengembangan jejaring kerja, kemitraan, kajian dan teknologi serta pendidikan

dan pelatihan bidang upaya kesehatan pelabuhan di wilayah kerja bandara,

pelabuhan, dan lintas batas darat negara. Fungsi UKLW menyelenggarakan fungsi

sebagai berikut:1

a. Pelayanan kesehatan terbatas, rujukan dan gawat darurat medik di

wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

b. Pemeriksaan kesehatan haji, kesehatan kerja, kesehatan matra di

wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

c. Pengujian kesehatan nahkoda/pilot dan anak buah kapal/pesawat udara

serta penjamah makanan;

d. Vaksinasi dan penerbitan sertifikat vaksinasi internasional;

e. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan di wilayah kerja bandara,

pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

f. Pengawasan pengangkutan orang sakit dan jenazah di wilayah kerja

bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara, serta ketersediaan

obat-obatan/peralatan P3K di kapal/pesawat udara/alat transportasi

lainnya;
12

g. Kajian dan pengembangan teknologi serta pelatihan teknis bidang

upaya kesehatan dan lintas wilayah;

h. Penyusunan laporan di bidang upaya kesehatan dan lintas wilayah.

Pelayanan kesehatan dasar yang dapat dilakukan terhadap awak dan

penumpang pada moda angkutan laut, udara, dan lintas batas darat serta

masyarakat di lingkungan pelabuhan, bandara, dan lintas batas darat, baik pada

saat rutin maupun pada kondisi matra terdiri atas:1

a. Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan

b. Pelayanan skrining kesehatan tertentu yang berhubungan dengan

PHEIC

c. Pelayanan gawat darurat medik tindakan pelayanan medik dan asuhan

keperawatan

d. Tindakan rujukan berupa pemindahan penderita atau beberapa penderita

atas dasar indikasi medik dari instalasi poliklinik dan instalasi isolasi,

maupun di lapangan

e. Pelayanan penunjang medik berupa pemeriksaan laboratorium

diagnosis sederhana, pemberian alat bantu, dan berbagai peralatan yang

diperlukan untuk pemeriksaan kesehatan dan pengobatan

f. Pelayanan atau pengawasan kesehatan kerja berupa pemeriksaan dan

penyampaian saran perbaikan terhadap kondisi atau status kesehatan

pekerja dan lingkungan.

Kondisi atau penyakit yang perlu penilaian medik adalah penyakit yang

diperberat dengan perjalanan udara (penyakit jantung, DM, THT, dll), penyakit

menular, penderita yang mengganggu penumpang lain (penderita penyakit


13

kejiwaan) dan kondisi yang memerlukan penilaian medik khusus (kehamilan,

bayi, lanjut usia, Jetlag, dll). Ruang lingkup upaya kesehatan penerbangan dan

pemeriksaan kelayakan terbang dalam regulasi kementerian kesehatan, di

antaranya:1,3

a. Penetapan Kelayakan Terbang Penumpang Pesawat Udara

b. Pemeriksaan Kesehatan Calon Jamaah Haji dan Umrah

c. Pemeriksaan Kesehatan Awak Penerbangan

2.4.4 Pengendalian Risiko Lingkungan (PRL)

Tugas dari bidang PRL adalah melaksanakan perencanaan, pemantauan, dan

evaluasi serta penyusunan laporan di bidang pengendalian vektor dan binatang

penular penyakit, pembinaan sanitasi lingkungan, jejaring kerja, kemitraan, kajian

dan pengembangan teknologi, serta pendidikan dan pelatihan bidang pengendalian

risiko lingkungan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat

negara. Fungsi PRL adalah sebagai berikut:1

a. Pengawasan penyediaan air bersih serta pengamanan makanan dan

minuman;

b. Hygiene dan sanitasi lingkungan gedung atau bangunan;

c. Pengawasan pencemaran udara, air dan tanah

d. Pemeriksaan dan pengawasan hygiene dan sanitasi kapal/pesawat/alat

transportasi lainnya di lingkungan bandara, pelabuhan, dan lintas batas

darat negara;

e. Pemberantasan serangga penular penyakit, tikus dan pinjal di

lingkungan bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;


14

f. Kajian dan pengembangan teknologi di bidang pengendalian risiko

lingkungan bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

g. Pendidikan dan pelatihan bidang pengendalian risiko lingkungan

bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat dan negara

h. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan di bidang pengendalian risiko

lingkungan bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

i. Penyusunan laporan di bidang pengendalian risiko lingkungan.

2.4.5 Sub Bagian Tata Usaha

Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan

penyusunan program, pengelolaan informasi, evaluasi, pelaporan, urusan tata

usaha, keuangan, penyelenggaraan pelatihan, kepegawaian, serta perlengkapan

dan rumah tangga dan memiliki fungsi pelaksanaan koordinasi dan penyusunan

program serta pelaporan, pelaksanaan urusan keuangan, pelaksanaan urusan

kepegawaian, pelaksanaan urusan umum dan koordinasi penyiapan pelatihan.1,5

2.5 Karantina Pada Kapal dan Pesawat

Karantina adalah pembatasan kegiatan dan/atau pemisahan seseorang yang

terpapar penyakit menular sebagaimana ditetapkan dalam peraturan

perundangundangan meskipun belum menunjukkan gejala apapun atau sedang

berada dalam masa inkubasi, dan/atau pemisahan peti kemas, alat angkut, atau

barang apapun yang diduga terkontaminasi dari orang dan/atau Barang yang

mengandung penyebab penyakit atau sumber bahan kontaminasi lain untuk

mencegah kemungkinan penyebaran ke orang dan/atau Barang di

sekitarnya.sedangkan kekarantinaan kesehatan adalah upaya mencegah dan

menangkal keluar atau masuknya penyakit dan/atau faktor risiko kesehatan


15

masyarakat yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat.

Kekarantinaan Kesehatan di Pintu Masuk diselenggarakan di Pelabuhan, Bandar

Udara, dan Pos Lintas Batas Darat Negara.5

2.5.1 Karantina pada Kapal

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 tahun 2018 Bab VI

tentang Penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan di pintu masuk menyebutkan

bahwa, setiap kapal yang datang dari luar negeri, dari pelabuhan wilayah

terjangkit di dalam negeri atau mengambil orang dan/atau barang dari kapal maka

berada dalam status karantina. Nahkoda pada kapal wajib memberikan Deklarasi

Kesehatan Maritim (Maritime Declaration of Health) kepada Pejabat Karantina

Kesehatan pada saat kedatangan kapal. Pejabat Kekarantinaan Kesehatan akan

melakukan pengawasan kekarantinaan kesehatan pada kapal tersebut untuk

memperoleh persetujuan Karantina Kesehatan, sehingga nahkoda kapal dilarang

menurunkan atau menaikkan orang dan/atau barang sebelum dilakukan

pengawasan kekarantinaan kesehatan.5

Pengawasan Karantina Kesehatan dilakukan untuk memperoleh Persetujuan

Karantina Kesehatan, terdapat 2 jenis Persetujuan Karantina Kesehatan:4

a. Persetujuan bebas karantina, dalam hal tidak ditemukan penyakit

dan/atau faktor risiko yang berpotensi menimbulkan kedaruratan

kesehatan masyarakat dan/atau dokumen karantina kesehatan

dinyatakan lengkap dan berlaku.

b. Persetujuan karantina terbatas, dalam hal ditemukan penyakit dan/atau

faktor risiko yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan

masyarakat dan/atau dokumen karantina kesehatan dinyatakan tidak


16

lengkap dan tidak berlaku. Kapal yang memperoleh persetujuan terbatas

harus dilakukan tindakan kekarantinaan kesehatan dan/atau penerbitan

atau pembaruan Dokumen Karantina Kesehatan.

Kapal yang hendak berangkat wajib melengkapi Dokumen Karantina

Kesehatan yang masih berlaku. Persyaratan kesehatan yang harus dipenuhi adalah

sebagai berikut:

a. Deratting Exempteion Certificate (DEC) atau Deratting Certificate

(DC) yang masih berlaku

b. Buku kesehatan kapal yang valid

c. Sertifikat Sanitasi Kapal

d. Sertifikat Obat P3K

e. Sertifikat air bersih

f. Sertifikat uji kesehatan ABK/Nakhoda

Dokumen yang telah dinyatakan lengkap oleh Pejabat Karantina Kesehatan

serta tidak ditemukan adanya indikasi faktor risiko kesehatan masyarakat maka

kepada nakhoda dapat diberikan Surat Persetujuan Berlayar Karantina Kesehatan

(Port Health Quarantine Clearance).6

Pengawasan Karantina Kesehatan diatur dalam Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 425/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Karantina Kesehatan di Kantor Kesehatan Pelabuhan. Prosedur pengawasan dan

pemeriksaan kekarantinaan kapal adalah sebagai berikut:6

1. Tahap Persiapan

a. Kapal mengajukan permohonan untuk memperoleh izin karantina;

kapal mengibarkan bendera kuning pada siang hari atau pada


17

malam hari berupa lampu merah di atas lampu putih dengan jarak

maksimum 1,80 (satu koma delapan nol) meter, yang berarti saya

belum mendapat Persetujuan Karantina Kesehatan.

b. Surat permohonan izin karantina diajukan oleh agen/perusahaan

pelayaran pada KKP paling cepat 3 jam dan paling lambat 1 jam

sebelum kapal tiba di wilayah Pelabuhan.

c. Petugas KKP menerima, menganalisa permohonan, memilah asal

kapal dan selanjutnya mengisi dan menyerahkan tanda bukti

penerimaan permohonan. Petugas KKP dapat menolak atau

meminta permohonan ulang apabila terdapat kesalahan dalam

mekanisme permohonannya.

2. Tahap Pemeriksaan atau pengawasan

a. Tahap ini sebaiknya dilakukan melalui kontak radio namun

apabila hal tersebut tidak dapat dilaksanakan, maka petugas dapat

mengunjungi kapal untuk berkomunikasi dengan nakhoda.

Komunikasi ditujukan terhadap hal-hal yang menyangkut

pertanyaan-pertanyaan dalam MDH.

b. Kapal yang berasal dari pelabuhan luar negeri sehat, dapat

diberikan izin bebas karantina (radio pratique atau free pratique)

saat itu juga. Kapal kemudian dapat menuju wilayah berlabuh dan

menurunkan bendera kuning.

c. Bila dari jawaban mengenai MDH petugas KKP mencurigai

adanya permasalahan penyakit karantina yang dapat

membahayakan kesehatan dalam negeri, meskipun kapal berasal


18

dari Pelabuhan luar negeri sehat, maka kapal tersebut tidak

diberikan izin bebas karantina dan kapal tersebut diminta untuk

menurunkan jangkar di luar wilayah berlabuh untuk pemeriksaan

lanjutan.

d. Kapal yang berasal dari pelabuhan luar negeri tersangka/terjangkit

penyakit tidak diberikan izin bebas karantina dan diminta untuk

menurunkan jangkar di luar wilayah berlabuh untuk pemeriksaan

lanjutan.

3. Tahap Tindak Lanjut

a. Bila dalam pemeriksaan kapal dan perongan tidak ditemukan hal-

hal yang membahayakan atau dapat menularkan penyakit

karantina, kapal tersebut diberikan izin bebas karantina oleh

petugas KKP dan kemudian dapat berlabuh.

b. Bila dalam pemeriksaan kapal dan pemeriksaan perorangan

terdapat hal-hal yang memungkinkan terjadinya penularan

penyakit karantina, petugas KKP melakukan tindakan kesehatan

untuk penyehatan kapal dan sesudah itu kapal dapat diberikan izin

bebas karantina dan dapat berlabuh.

c. Untuk kapal yang datang dari pelabuhan luar negeri

tersangka/terjangkit penyakit karantina, kapal tersebut dilakukan

pemeriksaan dan bila perlu dilakukan tindakan kesehatan. Setelah

pemeriksaan selesai, kapal tersebut diberikan izin bebas karantina

dan kemudian dapat berlabuh.


19

d. Untuk kapal yang telah diberikan radio pratique setelah kapal

bersandar, petugas KKP dengan membawa surat tugas

mendatangi nakhoda untuk konfirmasi pemberian radio pratique

dan memeriksa kesehatan kapal ‘bila perlu’, menyerahkan rekam

(copy) free pratique

e. Tindakan terhadap pelanggaran terhadap proses penyelenggaran

free pratique dapat dikenai sanksi hukum berdasarkan perundang-

undangan melalui Penyidik Pegawai Negeri Sipil.

Nakhoda dapat menyampaikan permohonan untuk memperoleh Persetujuan

Karantina Kesehatan atau memberitahukan suatu keadaan di kapal dengan

memakai isyarat sebagai berikut:3

a. Pada siang hari berupa:

1. Bendera Q, yang berarti kapal saya sehat atau saya minta

Persetujuan Karantina Kesehatan;

2. Bendera Q di atas panji pengganti kesatu, yang berarti Kapal saya

tersangka; dan

3. Bendera Q di atas bendera L, yang berarti kapal saya terjangkit

b. Pada malam hari berupa lampu merah di atas lampu putih dengan jarak

maksimum 1,80 (satu koma delapan nol) meter, yang berarti saya

belum mendapat Persetujuan Karantina Kesehatan.

Persetujuan Karantina Kesehatan dapat dicabut dan dinyatakan tidak

berlaku, apabila dalam waktu berlakunya timbul suatu kematian atau penyakit

yang berpotensi menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dan kapal


20

tersebut wajib menuju ke suatu Zona Karantina untuk mendapat tindakan

Kekarantinaan Kesehatan.

2.5.2 Karantina pada Pesawat

Pesawat udara yang datang dari bandar udara wilayah yang terjangkit,

terdapat orang hidup atau mati yang diduga terjangkit dan/atau terdapat barang

dan/atau orang yang diduga terpapar saat berada di dalam pesawat udara dalam

status karantina. Kapten penerbang wajib segera melaporkan kepada petugas lalu

lintas udara untuk diteruskan kepada pejabat karantina kesehatan di bandar udara

dan memberikan dokumen Deklarasi Kesehatan Penerbangan (health part of the

aircraft general declaration) kepada pejabat karantina kesehatan untuk

memperoleh persetujuan kekarantinaan kesehatan. Persetujuan kekarantinaan

kesehatan berupa:

a. Persetujuan bebas karantina, dalam hal tidak ditemukan penyakit dan/atau

faktor risiko yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan

masyarakat dan/atau dokumen karantina kesehatan dinyatakan lengkap dan

berlaku.

b. Persetujuan karantina terbatas, dalam hal ditemukan penyakit dan/atau

faktor risiko yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan

masyarakat dan/atau dokumen karantina kesehatan dinyatakan tidak lengkap

dan tidak berlaku.

Pesawat yang memperoleh persetujuan karantina terbatas harus dilakukan

tindakan kekarantinaan kesehatan dan/atau penerbitan atau pembaruan dokumen

karantina kesehatan. Langkah-langkah yang dilakukan, adalah sebagai berikut:

a. Tindakan Kekarantinaan di Ring II (Pemeriksaan Identitas KTP/Paspor)


21

- Pelaksana kegiatan adalah aparat keamanan (Polisi, TNI dan Keamanan

Bandara) dan petugas Karantina Kesehatan.

- Petugas karantina Kesehatan harus melakukan penyelidikan

epidemiologis untuk mengetahui riwayat perjalanan calon penumpang

dan pengantar.

- Petugas yang berada di ring II menggunakan alat pelindung diri (APD)

minimal handscoon dan masker.

b. Tindakan Kekarantina di Ring I

Berkaitan dengan kasus suspek suatu pandemi ada tiga kriteria:

1) Dapat berangkat dengan membawa HAC/eHAC bila:

- Tidak kontak/dalam 7 hari tidak berada di wilayah episenter pandemi

- Tidak suspek suatu penyakit yang menjadi pandemi.

2) Dilakukan tindakan karantina bila:

- Riwayat kontak/dalam 7 hari tidak berada di wilayah episenter

pandemi

- Tidak suspek suatu penyakit yang menjadi pandemi.

3) Dilakukan rujukan ke RS rujukan bila suspek suatu pandemi.

Berdasarkan peraturan umum kesehatan penerbangan, penumpang yang

sakit ditunda keberangkatannya untuk diperiksa dulu di poliklinik KKP.

Kemungkinan bisa diberangkatan setelah diperiksa oleh dokter KKP

dan memenuhi persyaratan keselamatan penerbangan.

Calon penumpang lainnya yang tidak menunjukkan gejala klinis dibagikan

HAC/eHAC untuk diisi dan selanjutnya dianalisa dan diseleksi apakah ada

riwayat kontak dan memiliki keluhan seperti penyakit yang dimaksudkan (salah
22

satu penyakit yang menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat yang

meresahkan dunia). Sasaran pada keberangkatan pilot dan pramugari, pegawai di

lingkungan bandara, tamu VIP dan calon penumpang.

Langkah kegiatan:

a. Kegiatan pemeriksaan diberlakukan untuk seluruh orang yang akan

memasuki wilayah bandara.

b. Seluruh petugas yang melaksanakan tindakan kekarantinaan diwajibkan

menggunakan APD lengkap dan diberi profilaksis.

Apabila calon penumpang tertunda keberangkatannya, seluruh tiket dan barang

bawaan akan diurus oleh petugas tiket/ground handling.


BAB III

DESKRIPSI KEGIATAN

3.1 Kegiatan di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)

3.1.1 Vaksinasi Meningitis

Kantor Kesehatan Pelabuhan kelas II Pekanbaru memfasilitasi

kegiatan vaksinasi Meningitis Meningococcus ACYW-135 guna mencegah

penyakit menular potensial wabah (meningitis) untuk masyarakat yang

hendak melakukan perjalanan ke negara endemis meningitis, yang belum

mendapatkan imunisasi meningitis, atau sudah habis masa berlakunya (2

tahun). Mengacu kepada Permenkes Nomor 12 tahun 2017 tentang

imunisasi, terdapat keterangan bahwa pemberian imunisasi meningitis

termasuk dalam kategori imunisasi khusus. Vaksinasi meningitis bagi

calon pelaku perjalanan dilakukan minimal 30 hari sebelum

keberangkatan, setelah dilakukan vaksinasi maka akan diberikan

Internasional Certificate Of Vaccination (ICV). Apabila imunisasi

diberikan <14 hari sejak keberangkatan ke Negara endemis atau

ditemukan adanya kontra indikasi terhadap vaksinmeningitis, maka harus

diberikan profilaksis dengan antimikroba yang sensitive terhadap

Neisseria meningitides.

Dosis vaksin meningitis meningokokus adalah 0,50 cc diberikan

secara subkutan. Vaksin yang telah dilarutkan dan atau sisa vaksin yang

telah dipakai tidak dapat digunakan lagi setelah 8 jam. Efikasi vaksin

23
24

meningitis sebesar 95% dan daya lindung/proteksi kekebalan selama 2

tahun.

Cara Penyimpanan Vaksin Meningitis Meningokokus di Kantor

Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Pekanbaru yaitu disimpan dalam

lemari es pada suhu 2 – 8°C.

a. Pendaftaran Vaksinasi Meningitis

Langkah-langkah kegiatan:

1. Terdaftar umroh di travel penyelenggara perjalanan ibadah umroh (PPIU)

resmi

2. Memiliki paspor yang masih berlaku

3. Memiliki NIK (Nomor Induk Kependudukan)

4. Sudah memiliki jadwal keberangkatan umroh

Jika sudah memenuhi 4 hal di atas maka langkah berikutnya adalah

Langkah Pendaftaran:

1. Silahkan scan paspor dan simpan filenya di komputer / laptop.

2. Buka website Sinkarkes.kemenkes.go.id kemudian klik layanan vaksinasi

internasional
25
26

3. Silahkan isi data yang diminta

Gambar 1. Tampilan web Sinkarkes

Panduan mengisi formulir pendaftaran online

 Tanggal Keberangkatan (rencana)

 Isi jadwal berangkat umroh

 Tanggal Pelayanan

 Isi jadwal vaksin

 KKP

Pilih di kota mana akan melakukan vaksin meningitis

 KKP Induk/Wilker

Pilih nama tempat pemberian vaksin

 Jenis Permohonan

Centang Meningitis Meningokokus

 Tujuan Vaksinasi

Centang umroh

 Jenis Identitas
27

Pilih paspor

 File Identitas

Lampirkan file paspor

 No. Passport

Masukkan nomor paspor dimulai dengan huruf, tanpa spasi

 NIK

Masukkan nomor induk kependudukan, tanpa spasi

 Nama Lengkap

Masukkan nama lengkap sesuai paspor

 Jenis Kelamin

Pilih jenis kelamin

 Tempat Lahir

Masukkan tempat lahir Anda

 Tanggal Lahir

Masukkan tanggal lahir

 Alamat Rumah

Masukkan alamat lengkap nama jalan, RT, RW, keluran

 Provinsi

Pilih propinsi tempat tinggal

 Kabupaten/Kota

Pilih kab/kota tempat tinggal

 No Handphone

Masukkan nomor hp

 Email
28

Masukkan email

 Kebangsaan

Pilih Indonesia

 Pekerjaan 

Tulis pekerjaan

 No. Travel 

Tulis nomor izin travel tempat mendaftar umroh

 Nama Travel 

Tulis nama travel, misalnya PT. Pandi Kencana Murni

 No Telepon Travel

Tulis nomor telpon travel

 Masukkan huruf/angka berikut 

Ketikkan angka huruf yang muncul

Setelah diisi, silahkan cek kembali seluruh data yang telah

dimasukkan, koreksi jika ada yang salah atau tidak tepat. Jika sudah sudah

sesuai klik kirim.

Selanjutnya silahkan periksa email yang didaftarkan, unduh file

balasan yang dikirimkan. Silahkan print ke-2 file formulir tersebut dan

lengkapi dengan pas foto 4×6 1 lembar kemudian dibawa ke KKP yang

dipilih sebagai tempat untuk menerima vaksin meningitis. Datanglah tepat

waktu sesuai jadwal yang tertera diformulir. Direkomendasikan datang

pukul 08.00 – 09.00 agar bisa dilayani dengan cepat oleh petugas KKP.

b. Pemeriksaan Kesehatan dan Vaksinasi


29

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kepada pemohon berupa pemeriksaan

fisik. Khusus vaksinasi meningitis, wanita usia subur (WUS) dilakukan

pemeriksaan tes kehamilan. Hasil pemeriksaan ini dicatat dalam form status

pasien, yang berisi tentang riwayat alergi dan riwayat vaksinasi dan riwayat

penyakit dahulu.

Tindakan vaksinasi dilakukan oleh dokter atau perawat atas instruksi

tertulis dari dokter. Apabila ditemukan kontraindikasi atas keterangan dokter ahli,

maka pemberian vaksinasi tidak dilakukan, maka kepada pemohon diberikan

penjelasan tentang akibat yang mungkin timbul bila tidak mendapatkan imunisasi,

dan diberikan surat keterangan secara tertulis.

Bila tidak ditemukan kontraindikasi, selanjutnya pemohon vaksin diminta

melakukan pembayaran biaya vaksin menurut dengan Peraturan Pemerintah

nomor 21 Tahun 2013, biaya untuk suntik vaksin meningitis Rp 305.000,00

dan harga tersebut tergantung kebijakan dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)

setempat. Pembayaran bisa dilakukakan di loket yang telah disediakan atau di

anjungan tunai mandiri (ATM).

Setelah melakukan pembayaran pemohon vaksin duduk menunggu

dipanggil untuk melakukan vaksin meningitis.

Prosedur vaksin meningitis:

a. Vaksinator mencuci tangan dengan sabun, kemudian dilanjutkan dengan

memakai handscoen.

b. Ambil vaksin yang akan dipakai, lakukan pengecekan vial vaksin untuk

memastikan jenis vaksin, tanggal kadaluarsa dan warna larutan vaksin.


30

c. Untuk kemasan vaksin yang berbentuk beku kering, dilakukan

pencampuran dengan cairan pelarutnya sesuai dengan petunjuk. Kemudian

dikocok sampai rata, lalu perhatikan warna larutan vaksin. Warna larutan

vaksin yang baik yaitu putih bening/jernih, jika tidak maka berarti larutan

vaksin tersebut sudah rusak walaupun belum kadaluarsa, jadi vaksin

tersebut tidak dapat dipakai dan harus dibuang.

d. Kemudian aspirasi larutan vaksin yang sudah siap pakai sesuai, lalu ganti

needlenya dengan yang baru. Vaksin sudah siap untuk disuntikkan.

e. Setelah dilakukan desinfeksi pada kulit dengan kapas air hangat, kemudian

dilakukan penyuntikan vaksin. Vaksinasi Meningitis penyuntikan secara

sub kutan yaitu posisi jarum suntik menembus kulit dengan kemiringan 45

derajat. Setelah jarum menembus kulit dilakukan aspirasi sedikit untuk

memastikan bahwa jarum suntik tidak masuk kedalam pembuluh darah.

Selanjutnya dilakukan penyuntikan secara perlahan sampai larutan vaksin

habis. Setelah itu, jarum dicabut, lalu lubang bekas penyuntikan segera

ditutupi dengan kapas dan diplaster.

f. Catatan: sebaiknya menjadi langkah tersendiri bila terjadi syok anafilaktik,

atasi dengan segera menyuntikkan adrenalin 1:1000 dengan dosis 0,2 s/d

0,3cc secara intramuskular. Pasang infus dan berikan oksigen. Lanjutkan

dengan observasi ketat tanda-tanda vital seperti tensi, nadi dan pernafasan

serta kesadaran. Bila dalam 15 menit belum ada perubahan, penyuntikan

adrenalin dapat dilakukan lagi sebelumnya.


31

g. Setelah semua proses penyuntikan selesai, pisahkan syringe disposible dari

sampah medis yang lain untuk kemudian dilakukan penghancuran needle

dengan alat khusus.

Vaksin yang digunakan adalah vaksin yang sudah disetujui oleh

World Health Organization (WHO), dengan persyaratan: belum

kadaluarsa, tersimpan dengan baik dalam cold chain dengan suhu 2 - 8

derjat Celcius, tidak berubah secara fisik.

Setelah vaksinasi, diterbitkan buku ICV. Buku ICV ditandatangani

oleh yang bersangkutan dihadapan petugas vaksinasi, bagi anak-anak

tandatangan dapat diwakili oleh orang tua wali, sedangkan bagi yang buta

huruf dapat mempergunakan cap jempol jari kanan.

Buku ICV diserahkan kepada yang bersangkutan setelah

ditandatangani oleh Pejabat KKP yang berwenang berdasarkan undang-

undang yang berlaku dan IHR 2005 (Kepala KKP/ Pejabat yang telah

ditunjuk berdasarkan SK Dirjen).

3.1.2 Vaksinasi Covid-19

Vaksinasi COVID-19 merupakan upaya yang dilakukan untuk

menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif

terhadap suatu penyakit, sehingga apabila terpajan dengan penyakit

tersebut maka tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.

Pelayanan vaksinasi COVID-19 dilakasanakan di Fasilitas Pelayanan

Kesehatan milik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi,

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau milik masyarakat yang

memenuhi persyaratan, meliputi :


32

1. Puskesmas, Puskesmas Pembantu

2. Klinik

3. Rumah Sakit

4. Unit Pelayanan Kesehatan di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)

Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pekanbaru memfasilitasi

vaksinasi COVID-19 untuk masyarakat. Hal ini mengacu kepada

Permenkes No. 10 tahun 2021 tentang pelaksanaan vaksinasi dalam rangka

penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

Berdasarkan prosedur/manajemen penyimpanannya, vaksin COVID-

19 dibagi menjadi 3 yaitu: vaksin COVID-19 dengan suhu penyimpanan

2-8 °C, vaksin COVID-19 dengan suhu penyimpanan -20 °C (vaksin

mRNA, Moderna) dan vaksin COVID-19 dengan suhu penyimpanan -70

°C (vaksin mRNA, Pfizer). Penyimpanan vaksin harus sesuai dengan

Standar Prosedur Operasional (SPO) dalam rangka menjamin kualitas

vaksin tetap terjaga sampai diterima oleh sasaran.

Dosis dan cara pemberian vaksin harus sesuai dengan yang

direkomendasikan untuk setiap jenis vaksin COVId-19. Tabel dibawah ini

menjelaskan dosis dan pemberian untuk setiap jenis vaksin COVID-19.


33

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor HK.01.07/MENKES/4638/2021 kegiatan vaksinasi diawali dengan

melakukan pendataan. Pendataan dilakukan melalui upaya koordinasi

dengan seluruh fasilitas pelayanan kesehatan meliputi pendataan tenaga

pelaksana, jadwal pelayanan dan peralatan rantai dingin yang tersedia di

setiap fasilitas pelayanan kesehatan. Pemetaan Tenaga Pelaksana Satu tim

pelaksana kegiatan pemberian Vaksinasi COVID-19 memiliki fungsi-

fungsi sebagai berikut:

1) Pendaftaran/verifikasi

2) Skrining (anamnesa), pemeriksaan fisik sederhana dan pemberian edukasi;

3) Penyiapan dan pemberian vaksin COVID-19

4) Observasi pasca vaksinasi COVID-19 serta kartu vaksinasi COVID-19;


34

5) Pencatatan dan input data hasil vaksinasi COVID-19;

6) Pengelolaan limbah medis; dan/atau

7) Pengaturan alur kelancaran pelayanan vaksinasi COVID-19.

Satu vaksinator (perawat, bidan, dan dokter) diperkirakan mampu

memberikan pelayanan maksimal 70 sasaran per hari. Pemetaan

ketersediaan tenaga pelaksana dilakukan sebagai pertimbangan dalam

menyusun jadwal layanan.

Adapun alur kegiatan vaksinasi COVID-19 yang dilakukan di KKP

Kelas II Pekanbaru adalah :

1. Pendaftaran dan Informed Consent

Informed consent dilakukan bertujuan untuk meminta persetujuan

pihak yang akan divaksinasi.

2. Kegiatan Screening

Kegiatan screening dikakukan pada ruangan poliklinik. Kegiatan

ini bertujuan untuk menscreening pasien yang akan mendapatkan vaksin

tersebut. Pada kegiatan inilah pihak KKP akan menilai apakah pasien

tersebut layak diberikan vaksin atau tidak. Kegiatan yang dilakukan seperti

anamnesis riwayat penyakit komorbid, riwayat vaksinasi sebelumnya,

pemeriksaan tanda-tanda vital, serta pemeriksaan berkas yang dibutuhkan

tergantung dari penyakit komorbid yang dimiliki. Biasanya terdapat kontra

indikasi seperti pasien yang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi).

Selain itu, ditanyakan pula apakah calon jemaah sedang hamil atau dapat

pula dilakukan pemeriksaan test kehamilan (test B-HCG).

3. Kegiatan Vaksinasi
35

Kegiatan vaksinasi dilakukan para ruangan yang berada disebelah

loket pembayaraan. Vaksinasi dilakukan oleh petugas ahli.

4. Observasi

Setelah dilakukan penyuntikan vaksin, pasien diobservasi selama

30 menit untuk menilai apakah ada terjadi reaksi setelah penyuntikan

seperti bintik-bintik merah dan gatal pada area penyuntikan, ataupun

reaksi alergi.

5. Penerbitan Sertifikat Vaksinasi

Sertifikat vaksinasi merupakan alat bukti yang digunakan sebagai bukti

secara administrasi dan dokumen yang menandakan bahwa telah mendapatkan

vaksinasi. Pada sertifikat terdapat nama dokter, tanggal pemberian dan segala hal

informasi penting lainnya.

3.1.3 Test Swab Antigen Covid 19

Selain vaksinasi, Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pekanbaru

juga memfasilitasi Rapid Test Antigen COVID-19 untuk masyarakat.


36

Rapid test ini sebagai salah satu syarat perjalanan di luar daerah Non Jawa

Bali, dan masyarakat dosis 1 vaksin Covid-19.

Tujuan

Untuk mengetahui risiko dari penderita covid-19 yang tidak bergejala.

Alat dan Bahan

1 set alat Test Antigen

Cara Kerja

1. Mengambil sampel spesimen swab nasofaring, atau swab nasal dengan

stik lidi khusus.

2. Lalu stik lidi swab dimasukkan ke dalam cairan reagen.

3. Teteskan cairan reagen ke strip test, dan tunggu 10 menit.

Hasil Pemeriksaan

Hasil dinyatakan positif bila terlihat satu garis merah pada garis tes (T)

dan satu garis merah pada garis kontrol (C). Hasil dilaporkan sebagai “antigen

SARS-CoV 2 positif” dan direkomendasikan untuk dikonfirmasi dengan RT-PCR.

Hasil dinyatakan negatif bila hanya terlihat satu garis merah pada garis kontrol

(C). Hasil invalid dinyatakan apabila tidak terdapat garis pada garis kontrol (C).

3.2 Kegiatan di Bandar Udara Sultan Syarif Qasim II

3.2.1 Pemeriksaan higienitas sanitasi tempat pengolahan makanan

Tempat pengolahan makanan (TPM) adalah sebuah tempat yang

digunakan untuk mengolah makanan dari bahan mentah hingga disajikan menjadi

makanan jadi. Menurut Depkes RI (2006), makanan yang layak dikonsumsi harus

memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki


37

2. Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan

selanjutnya.

3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat

dari pengaruh enzim, aktivitas mikroba, hewan pengerat, serangga,

parasit dan kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan dan

pengeringan.

4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang

dihantarkan oleh makanan (food borne illness).

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) mempunyai peran penting terhadap

cegah tangkal penyakit dan masalah kesehatan khususnya di lingkungan

pelabuhan/bandara. Selain kerjasama yang dilakukan dengan Dinas Kesehatan,

KKP juga menjalankan tugas dibidang pengendalian penyakit dan lingkungan,

salah satunya adalah pengawasan sanitasi dan higiene Tempat Pengelolaan

Makanan (TPM) di sekitar pelabuhan/bandara. Pengawasan pengendalian

makanan diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasai Rumah

Makan dan Restoran.Tempat pengelolaan Makanan (TPM) di pelabuhan harus

memiliki sertifikat layak higiene sanitasi jasaboga. Hal ini dikarenakan pada TPM

pelabuhan, makanan dan minuman yang disajikan untuk masyarakat umum harus

bersih dari kontaminasi makanan seperti bakteri, jamur, virus, parasit, dan zat-zat

kimia lainnya. Adapun persyaratan hygine sanitasi rumah makan dan restoran

antara lain:

A. Persyaratan Lokasi Dan Bangunan

1. Lokasi
38

Rumah makan dan restoran terletak pada lokasi yang terhindar dari

pencemaran yang diakibatkan antara lain oleh debu, asap, serangga dan

tikus.

2. Bangunan

a. Umum

1) Bangunan dan rancang bangun harus dibuat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2) Terpisah dengan tempat tinggal.

b. Tata ruang

1) Pembagian ruang minimal terdiri dari dapur, gudang, ruang

makan, toilet, ruang karyawan dan ruang administrasi.

2) Setiap ruangan mempunyai batas dinding serta ruangan satu

dan lainnya dihubungkan dengan pintu.

3) Ruangan harus ditata sesuai dengan fungsinya, sehingga

memudahkan arus tamu, arus karyawan, arus bahan makanan

dan makanan jadi serta barang-barang lainnya yang dapat

mencemari terhadap makanan.

c. Konstruksi

1) Lantai :

a) Lantai dibuat kedap air, rata, tidak licin dan mudah

dibersihkan.

b) Pertemuan lantai dengan dinding harus conus atau tidak boleh

membuat sudut mati

2) Dinding
39

a) Permukaan dinding sebelah dalam harus rata, mudah

dibersihkan.

b) Konstruksi dinding tidak boleh dibuat rangkap.

c) Permukaan dinding yang terkena percikan air harus dibuat

kedap air atau dilapisi dengan bahan kedap air dan mudah

dibersihkan seperti porselen dan sejenisnya setinggi 2 (dua)

meter dari lantai

3) Ventilasi

a) Ventilasi alam harus memenuhi syarat sebagai berikut :

i. Cukup menjamin peredaran udara dengan baik.

ii. Dapat menghilangkan uap, gas, asap, bau dan debu dalam

ruangan.

b) Ventilasi buatan diperlukan bila ventilasi alam tidak dapat

memenuhi persyaratan.

4) Pencahayaan :

a) Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk

melakukan pekerjaan pengolahan makanan secara efektif dan

kegiatan pembersihan ruang.

b) Di setiap ruangan kerja seperti gudang, dapur, tempat cuci

peralatan dan tempat pencuci tangan, intensitas pencahayaan

sedikitnya 10 foot candle.

c) Pencahayaan/penerangan harus tidak menyilaukan dan

tersebar merata sehingga sedapat mungkin tidak menimbulkan

bayangan yang nyata.


40

5) Atap

Tidak bocor, cukup landai dan tidak menjadi sarang tikus dan

serangga lainnya.

6) Langit-langit :

a) Permukaan rata, berwarna terang serta mudah dibersihkan.

b) Tidak terdapat lubang-lubang.

c) Tinggi langit-langit sekurang-kurangnya 2,4 meter.

7) Pintu

a) Pintu dibuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan.

b) Pintu dapat ditutup dengan baik dan membuka ke arah luar.

c) Setiap bagian bawah pintu setinggi 36 cm dilapisi logam.

d) Jarak antara pintu dan lantai tidak lebih dari 1 cm.

B. PERSYARATAN FASILITAS SANITASI

1. Air Bersih

a. Harus sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang

berlaku

b. Jumlahnya cukup memadai untuk seluruh kegiatan dan tersedia pada setiap

tempat kegiatan.

2. Air Limbah

a. Sistem pembuangan air limbah harus baik, saluran terbuat dari bahan kedap air,

tidak merupakan sumber pencemaran, misalnya memakai saluran tertutup, septic

tank dan riot.

b. Sistem perpipaan pada bangunan bertingkat harus memenuhi persyaratan

menurut Pedoman Plumbing Indonesia.


41

c. Saluran air limbah dari dapur harus dilengkapi perangkap lemak (grease trap).

3. Toilet

a. Letak tidak berhubungan langsung (terpisah) dengan dapur, ruang persiapan

makanan, ruang tamu dan gudang makanan.

b. Di dalam toilet harus tersedia jamban, peturasan dan bak air.

c. Toilet untuk wanita terpisah dengan toilet untuk pria.

d. Toilet untuk tenaga kerja terpisah dengan toilet untuk pengunjung.

e. Toilet dibersihkan dengan detergent dan alat pengering.

f. Tersedia cermin, tempat sampah, tempat abu rokok serta sabun.

g. Luas lantai cukup untuk memelihara kebersihan.

h. Lantai dibuat kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan dan

kelandaiannya/kemiringannya cukup.

i. Ventilasi dan penerangan baik.

j. Air limbah dibuang ke septic tank, roil atau lubang peresapan yang tidak

mencemari air tanah.

k. Saluran pembuangan terbuat dari bahan kedap air.

I. Tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan bak penampung dan

saluran pembuangan.

m. Di dalam kamar mandi harus tersedia bak dan air bersih dalam keadaan cukup.

n. Peturasan dilengkapi dengan air mengalir.

o. Jamban harus dibuat dengan type leher angsa dan dilengkapi dengan air

penggelontoran yang cukup serta sapu tangan kertas (tissue).

p. Jumlah toilet untuk pengunjung pria dan wanita sebagai berikut:


42

q. Jumlah toilet untuk tenaga kerja sebagai berikut :

r. Diberi tanda/tulisan pemberitahuan bahwa setiap pemakai harus mencuci

tangan dengan sabun sesudah menggunakan toilet.

4. Tempat Sampah

a. Tempat sampah dibuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat. Mempunyai

tutup dan memakai kantong plastik khusus untuk sisa-sisa bahan makanan dan

makanan jadi yang cepat membusuk.

b. Jumlah dan volume tempat sampah disesuaikan dengan produk sampah yang

dihasilkan pada setiap tempat kegiatan.

c. Tersedia pada setiap tempat/ruang yang memproduksi sampah.

d. Sampah sudah harus dibuang dalam waktu 24 jam dari rumah makan dan

restoran.
43

e. Disediakan tempat pengumpul sementara yang terlindung dari serangga, tikus

atau hewan lain dan terletak di tempat yang mudah dijangkau oleh kendaraan

pengangkut sampah.

5. Tempat Cuci Tangan

a. Jumlah tempat cuci tangan untuk tamu disesuaikan dengan kapasitas tempat

duduk sebagai berikut :

Tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun/sabun cair dan alat pengering.

b. Apabila tidak tersedia fasilitas seperti butir (1) di atas dapat disediakan :

• Sapu tangan kertas (tissue) yang mengandung alkohol 70%

• Lap basah dengan suhu 43,3°C

• Air hangat dengan suhu 43,3°C

c. Tersedia tempat cuci tangan khusus untuk karyawan dengan kelengkapan

seperti tempat cuci tangan pada butir (1) yang jumlahnya disesuaikan dengan

banyaknya karyawan sebagai berikut :

1 sampai 10 orang,. 1 buah; dengan penambahan 1 (satu) buah untuk setiap

penambahan 10 orang atau kurang

d. Fasilitas cuci tangan di tempatkan sedemikian rupa sehingga mudah dicapai

oleh tamu atau karyawan.

e. Fasilitas cuci tangan dilengkapi dengan air yang mengalir, bak penampungan

yang permukaannya halus, mudah dibersihkan dan limbahnya dialirkan ke saluran

pembuangan yang tertutup.


44

6. Tempat mencuci Peralatan

a. Terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat dan mudah dibersihkan.

b. Air untuk keperluan pencucian dilengkapi dengan air panas dengan suhu 40°C -

80°C dan air dingin yang bertekanan 15 psi (1,2 kg/cm2).

c. Tempat pencucian peralatan dihubungkan dengan saluran pembuangan air

limbah.

d. Bak pencucian sedikitnya terdiri dari 3 (tiga) bilik/bak pencuci yaitu untuk

mengguyur, menyabun dan membilas.

7. Tempat Pencuci Bahan Makanan

a. Terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat dan mudah dibersihkan:

b. Bahan makanan dicuci dengan air mengalir atau air yang mengandung larutan

Kalium Permanganat 0,02%.

c. Tempat pencucian dihubungkan dengan saluran pembuangan air limbah.,

8. Fasilitas Penyimpanan Pakaian (Locker) Karyawan

a. Terbuat dari bahan yang kuat, aman, mudah dibersihkan dan tertutup rapat.

b. Jumlah locker disesuaikan dengan jumlah karyawan.

c. Locker ditempatkan di ruangan yang terpisah dengan dapur dan gudang.

d. Locker untuk pria dan wanita dibuat terpisah.

9. Peralatan Pencegahan Masuknya Serangga dan Tikus

a. Tempat penyimpanan air bersih harus tertutup sehingga dapat menahan

masuknya tikus dan serangga termasuk juga nyamuk aedes Aegypti serta

Albopictos.
45

b. Setiap lubang pada bangunan harus dipasang alat yang dapat mencegah

masuknya serangga (kawat kassa berukuran 32 mata per inchi) dan tikus (teralis

dengan jarak 2 cm).

c. Setiap persilangan pipa dan dinding harus rapat sehingga tidak dapat dimasuki

serangga.

C. PERSYARATAN DAPUR, RUANG MAKAN DAN GUDANG MAKANAN

1. Dapur

a. Luas dapur sekurang-kurangnya 40% dari ruang makan atau 27% dari luas

bangunan.

b. Permukaan lantai dibuat cukup landai ke arah saluran pembuangan air limbah.

c. Permukaan langit-langit harus menutup seluruh atap ruang dapur, permukaan

rata, berwarna terang dan mudah dibersihkan.

d. Penghawaan dilengkapi dengan alat pengeluaran udara panas maupun

baubauan/exhauster yang dipasang setinggi 2 (dua) meter dari lantai dan

kapasitasnya disesuaikan dengan luas dapur.

e. Tungku dapur dilengkapi dengan sungkup asap (hood), alat perangkap asap,

cerobong asap, saringan dan saluran serta pengumpul lemak.

f. Semua tungku terletak di bawah sungkup asap (hood).

g. Pintu yang berhubungan dengan halaman luar dibuat rangkap, dengan pintu

bagian luar membuka ke arah luar.

h. Daun pintu bagian dalam dilengkapi dengan alat pencegah masuknya serangga

yang dapat menutup sendiri.

i. Ruangan dapur terdiri dari :

1). Tempat pencucian peralatan


46

2). Tempat penyimpanan bahan makanan

3). Tempat pengolahan

4). Tempat persiapan

5). Tempat administrasi

j. Intensitas pencahayaan alam maupun buatan minimal 10 foot candle (fc)

k. Pertukaran udara sekurang-kurangnya 15 kali per jam untuk menjamin

kenyamanan kerja di dapur, menghilangkan asap dan debu.

I. Ruang dapur harus bebas dari serangga, tikus dan hewan lainnya.

m. Udara di dapur tidak boleh mengandung angka kuman lebih dari 5 juta/gram.

n. Tersedia sedikitnya meja peracikan, peralatan, lemari/fasilitas penyimpanan

dingin, rak-rak peralatan, bak-bak pencucian yang berfungsi dan terpelihara

dengan baik.

o. Harus dipasang tulisan "Cucilah tangan anda sebelum menjamah makanan dan

peralatan" di tempat yang mudah dilihat.

p. Tidak boleh berhubungan langsung dengan jamban/WC, peturasan/urinoir

kamar mandi dan tempat tinggal.

2. Ruang Makan

a. Setiap kursi tersedia ruangan minimal 0,85 m2.

b. Pintu yang berhubungan dengan halaman dibuat rangkap, pintu bagian luar

membuka ke arah luar.

c. Meja, kursi dan taplak meja harus dalam keadaan bersih.

d. Tempat untuk menyediakan/peragaan makanan jadi harus dibuat fasilitas

khusus yang menjamin tidak tercemarnya makanan.


47

e. Rumah makan dan restoran yang tidak mempunyai dinding harus terhindar dari

pencemaran.

f. Tidak boleh mengandung gas-gas beracun sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

g. Tidak boleh mengandung angka kuman lebih dari 5 juta/gram.

h. Tidak boleh berhubungan langsung dengan jamban/WC, peturasan/urinoir,

kamar mandi dan tempat tinggal.

i. Harus bebas dari serangga, tikus dan hewan lainnya.

j. Lantai, dinding dan langit-langit harus selalu bersih, warna terang

k. Perlengkapan set kursi harus bersih

I. Perlengkapan set kursi tidak boleh mengandung kutu busuk/kepinding dan

serangga pengganggu lainnya.

3. Gudang Bahan Makanan

a. Jumlah bahan makanan yang disimpan disesuaikan dengan ukuran gudang.

b. Gudang bahan makanan tidak boleh untuk menyimpan bahan lain selain

makanan.

c. Pencahayaan gudang minimal 4 foot candle pada bidang setinggi lutut.

d. Gudang dilengkapi dengan rak-rak tempat penyimpanan makanan.

e. Gudang dilengkapi dengan ventilasi yang menjamin sirkulasi udara.

f. Gudang harus dilengkapi dengan pelindung serangga dan tikus.

D. PERSYARATAN BAHAN MAKANAN DAN MAKANAN JADI

1. Bahan Makanan

a. Bahan makanan dalam kondisi baik, tidak rusak dan tidak membusuk.

b. Bahan makanan berasal dari sumber resmi yang terawasi.


48

c. Bahan makanan kemasan, bahan tambahan makanan dan bahan penolong

memenuhi persyaratan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

2. Makanan Jadi

a. Makanan jadi dalam kondisi baik, tidak rusak dan tidak busuk, makanan dalam

kaleng harus tidak boleh menunjukkan adanya penggembungan, cekung dan

kebocoran.

b. Angka kuman E. coli pada makanan 0 per gram contoh makanan.

c. Angka kuman E. coli pada miniman 0 per 100 ml contoh minuman.

d. Jumlah kandungan logam berat dan residu pestisida dan cemaran lainnya tidak

boleh melebihi ambang batas yang diperkenankan menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

e. Buah-buahan dicuci bersih dengan air yang memenuhi persyaratan, khusus

untuk sayuran yang dimakan mentah dicuci dengan air yang mengandung larutan

Kalium Permanganat 0,02% atau dimasukkan dalam air mendidih untuk beberapa

detik.

E. PERSYARATAN PENGOLAHAN MAKANAN

1. Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara terlindung

dari kontak Iangsung dengan tubuh.

2. Perlindungan kontak Iangsung dengan makanan jadi dilakukan dengan :

a. Sarung tangan plastik.

b. Penjepit makanan.

c. Sendok garpu dan sejenisnya.

3. Setiap tenaga pengolah makanan pada saat bekerja harus memakai :

a. Celemek/apron.
49

b. Tutup rambut.

c. Sepatu dapur.

d. Berperilaku :

1). Tidak merokok.

2). Tidak makan atau mengunyah.

3). Tidak memakai perhiasan kecuali cincin kawin yang tidak berhias.

4). Tidak menggunakan peralatan dan fasilitas yang bukan untuk keperluannya.

5). Selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan setelah keluar dari kamar kecil.

6). Selalu memakai pakaian kerja dan pakaian pelindung dengan benar.

7). Selalu memakai pakaian kerja yang bersih yang tidak dipakai di luar tempat

rumah makan atau restoran.

4. Tenaga pengolah makanan harus memiliki sertifikat vaksinasi chotypa dan

buku kesehatan yang berlaku.

F. PERSYARATAN TEMPAT PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN DAN

MAKANAN JADI

1. Penyimpanan Bahan Makanan

a. Tempat penyimpanan bahan makanan selalu terpelihara dan dalam keadaan

bersih.

b. Penempatannya terpisah dengan makanan jadi.

c. Penyimpanan bahan makanan diperlukan untuk setiap jenis bahan makanan :

1). Dalam suhu yang sesuai.

2). Ketebalan bahan makanan padat tidak lebih dari 10 cm.

3). Kelembaban penyimpanan dalam ruang 80% - 90%.


50

d. Bila bahan makanan disimpan di gudang, cara penyimpanannya tidak

menempel pada lantai, dinding atau langit-langit dengan ketentuan sebagai berikut

1). Jarak makanan dengan lantai. 15 cm

2). Jarak makanan dengan dinding 5 cm

3). Jarak makanan dengan langit-langit 60 cm

e. Bahan makanan disimpan dalam aturan sejenis, disusun dalam rak-rak

sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan rusaknya bahan makanan, bahan

makanan yang masuknya lebih dahulu dikeluarkan belakangan (FIFO = First In

First Out).

2. Penyimpanan Makanan Jadi

a. Terlindung dari debu, bahan berbahaya, serangga, tikus dan hewan lainnya.

b. Makanan cepat busuk disimpan dalam suhu panas 65,5°C atau lebih, atau

disimpan dalam suhu dingin 4°C atau kurang.

c. Makanan cepat busuk untuk penggunaan dalam waktu lama (lebih dari 6 jam)

disimpan dalam suhu -5°C sampai -1°C.

G. PERSYARATAN PENYAJIAN MAKANAN

1. Cara menyajikan makanan harus terhindar dari pencemaran.

2. Peralatan yang dipergunakan untuk menyajikan harus terjaga kebersihannya.

3. Makanan jadi yang disajikan harus diwadahi dan dijamah dengan peralatan

yang bersih.

4. Makanan jadi yang disajikan dalam keadaan hangat ditempatkan pada fasilitas

penghangat makanan dengan suhu minimal 60°C.

5. Penyajian dilakukan dengan perilaku yang sehat dan pakaian bersih.


51

6. Penyajian makanan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Di tempat yang bersih.

b. Meja dimana makanan disajikan harus tertutup kain putih atau tutup plastic

berwarna menarik kecuali bila meja dibuat dari formica, taplak tidak mutlak ada.

c. Tempat-tempat bumbu/merica, garam, cuka, tomato sauce, kecap, sambal dan

lain-lain perlu dijaga kebersihannya terutama mulut-mulutnya.

d. Asbak tempat abu rokok yang tersedia di atas meja makan setiap saat

dibersihkan.

e. Peralatan makan dan minum yang telah dipakai paling lambat 5 menit sudah

dicuci.

H. PERSYARATAN PERALATAN

1. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak boleh mengeluarkan zat

beracun yang melebihi ambang batas sehingga membahayakan kesehatan antara

lain :

a. Timah (Pb)

b. Arsenikum (As)

c. Tembaga (Cu)

d. Seng (Zn)

e. Cadmium (Cd)

f. Antimony (Sb)

2. Peralatan tidak rusak, gompel, retak dan tidak menimbulkan pencemaran

terhadap makanan.

3. Permukaan yang kontak langsung dengan makanan harus conus atau tidak ada

sudut mati, rata, halus dan mudah dibersihkan.


52

4. Peralatan harus dalam keadaan bersih sebelum digunakan.

5. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak

boleh mengandung angka kuman yang melebihi ambang batas dan tidak boleh

mengandung E. coli per cm2 permukaan alat.

6. Cara pencucian peralatan harus memenuhi ketentuan :

a. Pencucian peralatan harus menggunakan sabun/detergent air dingin, air panas

sampai bersih.

b. Dibebas hamakan sedikitnya dengan larutan kaporit 50 ppm atau iodophor 12,5

ppm, air panas 80°C, dilap dengan kain.

7. Pengeringan peralatan harus memenuhi ketentuan :

Peralatan yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan pada rak-rak anti karat sampai

kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau sinar buatan/mesin dan tidak

boleh dilap dengan kain.

8. Penyimpanan peralatan harus memenuhi ketentuan :

a. Semua peralatan yang kontak dengan makanan harus disimpan dalam keadaan

kering dan bersih.

b. Cangkir, mangkok, gelas dan sejenisnya cara penyimpanannya harus dibalik.

c. Rak-rak penyimpanan peralatan dibuat anti karat, rata dan tidak aus/rusak.

d. Laci-laci penyimpanan peralatan terpelihara kebersihannya.

e. Ruang penyimpanan peralatan tidak lembab, terlindung dari sumber

pengotoran/kontaminasi dan binatang perusak.

Penilaian laik hygiene sanitasi rumah makan dan restoran dilakukan menggunakan

lembar yang berisi poin penilaian. Penilaian yang dinilai berjumlah 33 poin

dengan interpretasi sebagai berikut:


53

Tingkat mutu hygiene sanitasi rumah makan dan restoran

a. Tingkat mutu C:  700-800

b. Tingkat mutu B:  801-900

c. Tingkat mutu A:  901-1000

Tingkat mutu hygiene sanitasi rumah makan dan restoran berlaku selama 3 (tiga)

tahun dan akan ditinjau kembali setelah 12 (dua belas) bulan kemudian.
54

Pemeriksaan Restoran “A&W” Bandara SSK II

Nama rumah makan/ restaurant : A&W

Alamat : Bandara SSK II

Nama pengusaha/penanggung jawab : Zulfan

Jumlah karyawan : 10 Orang

Jumlah penjamah makanan : 3 Orang

Nama pemeriksa : Koas IKM KK

Cara pengisian:

1. Kolom 3, beri tanda lingkaran pada salah satu nilai yang paling sesuai

dengan petunjuk dan penilaian RM

2. Kolom 4, adalah hasil perkalian kolom 2 dengan nilai yang dipilih

pada kolom 3

3. Nilai 0 adalah wujud fisik sarana tidak ada

4. Batas score tingkat mutu/laik hygiene sanitasi minimal 700

Pemeriksaan Restoran A&W Bandara SSK II

Variabel Bobot Nilai Skore

1 2 3 4
A. Lokasi dan Bangunan
1. Lokasi 24, 6, 10 20
2. Bangunan 22, 4, 6, 8, 10 16
3. Pembagian ruang 11, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 6
4. Lantai 0,5 1, 2, 3, 4, 5, 6,7, 8, 9, 10 4
5. Dinding 0, 0, 4, 6, 7, 10 3,5
6. Ventilasi 12, 3, 5, 7, 8, 10 10
7. Pencahayaan/penerangan 12, 3, 5, 7, 8, 10 10
8. Atap 0, 2, 3, 5, 7, 8, 10 4
9. Langit-langit 0, 0, 2, 4, 6, 8, 10 3
10.Pintu 10, 3, 4, 6, 7, 10 3
B. Fasilitas Sanitasi 5
55

Variabel Bobot Nilai Skore

11. Air Bersih 31, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 30


12.Pembuangan air limbah 20, 1, 2, 3, 4, 5,6, 7, 8, 9, 10 16
13.Toilet 10, 1, 2, 3, 4, 5,6, 7, 8, 9, 10 10
14.Tempat sampah 20, 1, 2, 3, 4, 5,6, 7, 8, 9, 10 20
15.Tempat cuci tangan 20, 2, 3, 4, 5, 6,7, 8, 10 20
16.Tempat mencuci peralatan 10, 2, 4, 6, 8, 10 8
17.Tempat mencuci bahan 10, 2, 3, 5, 7, 8,10 8
18.Locker karyawan 10, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 10 5
19. Peralatan pencegah 22, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10 20

C. masuknya
Dapur, Ruang Makan dan

Gudang Bahan Makanan


20.Dapur 71, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 56
21.Ruang makan 51, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 40
22.Gudang bahan makanan 30, 2, 4, 6, 8, 10 24
D. Bahan Makanan dan

Makanan Jadi
23.Bahan makanan 50, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10 50
24.Makanan jadi 63, 4, 6, 7, 10 60
E. PengolahanMakanan
25.Proses pengolahan 52, 3, 5, 7, 8, 10 50
F. Tempat Penyimpanan Bahan

Makanan dan Makanan Jadibahan


26.Penyimpanan 40, 1, 2, 3, 4, 5, 6,7, 8, 9, 10 40
27.Penyimpanan makanan 54, 6, 10 50
G. Penyajian Makanan
28.Cara penyajian 52, 3, 4, 5, 6, 7,8, 10 50
H. Peralatan
29.Ketentuan peralatan 1 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 135
I. Tenaga Kerja
30.Pengetahuan/sertifikat 40, 2, 4, 6, 8, 10 40

Hygiene sanitasi
31.Pakaian kerja makanan 20, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10 20
32.Pemeriksaan kesehatan 20, 1, 2, 3, 4, 5,6, 7, 8, 9, 10 20
33.Personal hygiene 72, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10 70
Dari hasil pemeriksaan sanitasi didapatkan bahwa tingkat mutu

sanitasi rumah makan di sekitar bandara adalah tingkat mutu “A” dengan

jumlah nilai 921,5.


56

Pemeriksaan Restoran Palm Bistro Bandara SSK II

Pemeriksaan kelaikan hygiene sanitasi rumah makan dan restaurant


1. Nama rumah makan/ restaurant : Palm Bistro
2. Alamat : Bandara SSK II
3. Nama pengusaha/penanggung jawab : Ade Prawoto
4. Jumlah karyawan : 2 Orang
5. Jumlah penjamah makanan : 2 Orang
6. Nama pemeriksa : Koas IKM-KK
Pemeriksaan Restoran Palm Bistro Bandara SSK II

Variabel Bobot Nilai Skore

1 2 3 4
A. Lokasi dan Bangunan
1. Lokasi 24, 6, 10 20
2. Bangunan 22, 4, 6, 8, 10 12
3. Pembagian ruang 11, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 6
4. Lantai 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,7, 8, 9, 10 4
5. Dinding 0, 0, 4, 6, 7, 10 3,5
6. Ventilasi 12, 3, 5, 7, 8, 10 10
7. Pencahayaan/penerangan 12, 3, 5, 7, 8, 10 8
8. Atap 0, 2, 3, 5, 7, 8, 10 4
9. Langit-langit 0, 0, 2, 4, 6, 8, 10 4
10.Pintu 10, 3, 4, 6, 7, 10 6
B. Fasilitas Sanitasi 5
11. Air Bersih 31, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 30
12.Pembuangan air limbah 20, 1, 2, 3, 4, 5,6, 7, 8, 9, 10 12
13.Toilet 10, 1, 2, 3, 4, 5,6, 7, 8, 9, 10 10
14.Tempat sampah 20, 1, 2, 3, 4, 5,6, 7, 8, 9, 10 14
15.Tempat cuci tangan 20, 2, 3, 4, 5, 6,7, 8, 10 4
16.Tempat mencuci peralatan 10, 2, 4, 6, 8, 10 4
17.Tempat mencuci bahan 10, 2, 3, 5, 7, 8,10 5
18.Locker karyawan 10, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 10 2
19. Peralatan pencegah 22, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10 12

C. masuknya
Dapur, Ruang Makan dan

Gudang Bahan Makanan


20.Dapur 71, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 35
21.Ruang makan 51, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 30
22.Gudang bahan makanan 30, 2, 4, 6, 8, 10 18
D. Bahan Makanan dan

Makanan Jadi
23.Bahan makanan 50, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10 40
24.Makanan jadi 63, 4, 6, 7, 10 36
57

E. PengolahanMakanan
25.Proses pengolahan 52, 3, 5, 7, 8, 10 35
F. Tempat Penyimpanan Bahan

Makanan dan Makanan Jadibahan


26.Penyimpanan 40, 1, 2, 3, 4, 5, 6,7, 8, 9, 10 20
27.Penyimpanan makanan 54, 6, 10 50
G. Penyajian Makanan
28.Cara penyajian 52, 3, 4, 5, 6, 7,8, 10 40
H. Peralatan
29.Ketentuan peralatan 15 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 90
I. Tenaga Kerja
30.Pengetahuan/sertifikat 40, 2, 4, 6, 8, 10 40

Hygiene sanitasi
31.Pakaian kerja makanan 20, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10 20
32.Pemeriksaan kesehatan 20, 1, 2, 3, 4, 5,6, 7, 8, 9, 10 18
33.Personal hygiene 72, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10 70
Dari hasil pemeriksaan sanitasi didapatkan bahwa tingkat mutu

sanitasi rumah makan di sekitar bandara adalah tingkat mutu “C” dengan

jumlah nilai 712,5.


58

Uraian tabel setiap variabel antara lain:


59
60
61
62

Dafpus

3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Higiene

Sanitasai Rumah Makan dan Restoran.Tempat pengelolaan

Makanan

4. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

INDONESIA NOMOR 1096/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG

HIGIENE SANITASI JASABOGA

3.2.2 Pengawasan Penyediaan Air Bersih

Pengawasan penyediaan air bersih merupakan bentuk pengawasan

terhadap sarana tempat pendistribusian air bersih, pengawasan kualitas air (fisika,

kimia, dan biologi) dan tindak lanjutnya di lokasi pengambilan sampel seperti di

bandara. Hal ini bertujuan untuk melindungi masyarakat dari penyakit atau

gangguan kesehatan yang berasal dari air minum atau air bersih yang tidak

memenuhi persayaratan kesehetana melalui surveilans kualitas air secara

berkesinambungan. Jenis-jenis pengawasan kualitas air meliputi :

a. Pengawasan kualitas air


63

1. Pemeriksaan fisika

Parameter fisika :

● Penentuan warna, dengan metode visual atau spektrofotometer

● Penentuan suhu, dengan pemuaian merkuri dalam thermometer.

● Penentuan bau dengan metode organoleptic

● Penentuan padatan tersuspensi dengan metode gravimetri.

Cara pemeriksaannya yaitu:

 Ambil sampel air dari keran dan air minum siap konsumsi

 Kemudian tentukan kualitas air. Air dikatakan bersih jika tidak berbau,

tidak berwarna dan tidak berasa.

2. Pemeriksaan kimia

Parameter Kimia:

● Penentuan kesadahan dengan metode titrimetri (EDTA)

● Penentuan COD dengan metode titrimetri

● Penentuan keasaman (pH) dengan metode potensiometri (pH-meter).

Alat dan Bahan:

 Air kran dan air minum

 Botol sampel dan cool box

 Alat tulis dan lembar penilaian air bersih

Cara kerja:

 Ambil sampel air kran dan air minum


64

 Air diambil dengan cara mengalirkan air pada tepi botol secara perlahan

hingga botol terisi penuh. Hal ini agar tidak terjadi gelembung yang

menyebabkan struktur kimia air berubah

 Kemudian tutup botol dan beri label pada botol

 Masukkan botol sampel ke dalam cool box dan bawa ke laboratorium

untuk diperiksa

3. Pemeriksaan biologi

Parameter Biologi:

● Penentuan bakteri E. Coli dengan metode MPN

● Penentuan BOD hari kelima, dengan metode titrimetri.

Alat dan bahan:

1. alat tulis dan label


2. Handscoon dan Strip H2S
3. Air kran dan air minum
4. Botol sampel
5. Gelas Ukur dan Measurring Pipette
6. Inkubator
Cara kerja:

1. Siapkan 3 botol sampel yang sudah diisi dengan strip H2S dan beri label

pada masing-masing botol (lokasi pengambilan sampel, waktu dan tanggal

pengambilan sampel serta waktu dan tanggal pemeriksaan).

2. Pakai Handscoon

3. Ambil masing-masing 10 ml sampel air dengan menggunakan pipet tetes

dan gelas ukur.

4. Kemudian masukkan air kedalam botol sampel.

5. Lalu diinkubasi dalam inkubator dengan suhu 37,1° C selama 18 jam

sampai 24 jam.
65

6. Lihat hasilnya. (Hasil positif bila air berubah menjadi berwarna hitam)

b. Pengawasan terhadap sarana penyediaan air minum mulai dari sumber,

distribusi hingga ke konsumen meliputi:

1. Kondisi

2. Pemeliharaan

3. Perbaikan (bila tidak memenuhi standar)

4. Pengawasan dan penyuluhan tentang cara-cara supply air minum yang

higienis dan sanitasi (sanitary water handling practices).

Berikut adalah standar air minum berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang Persyaratan

Kualitas Air Minum.


66
67
68
69

 Hasil Pemeriksaan:

Tidak dilakukan pemeriksaan air ke laboratorium.

3.2.3 Validasi Dokumen Kesehatan

Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II menerapkan validasi

dokumen kesehatan digital yang ada di aplikasi PeduliLindungi bagi calon

penumpang yang akan berpergian dengan pesawat. Kebijakan tersebut

mengacu pada ketentuan Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor

HK.02.01/MENKES/847/2021 Tentang Digitalisasi Dokumen Kesehatan

Bagi Pengguna Transportasi Udara Yang Terintegrasi Dengan Aplikasi

PeduliLindungi.

Validasi dokumen kesehatan dilakukan untuk mengetahui

kelayakan berpergian dengan pesawat. Validasi ini dilakukan di pintu

masuk penerbangan sebelum penumpang melakukan check in. Validasi

digital dapat dilakukan secara mandiri oleh penumpang dengan mengikuti

petunjuk yang tertera pada fitur electronic health alert card (eHAC) di

aplikasi PeduliLindungi. Hasil tes COVID-19 akan tersubmit ke eHAC


70

jika pemeriksaan kesehatan dilakukan di fasilitas kesehatan yang terdaftar.

Petugas KKP bertanggungjawab terhadap proses validasi setiap

penumpang. Jika terdapat permasalahan dalam melakukan validasi digital,

validasi manual dapat dilakukan di counter validasi oleh petugas KKP.

Tujuan

Tujuan validasi adalah untuk mengetahui kelayakan terbang dan

memonitoring perjalanan selama masa pandemi. Validasi dengan

menggunakan aplikasi PeduliLindungi dapat memudahkan proses

perjalanan udara karena dilakukan secara digital, sehingga mengurangi

potensi penumpukan antrean dan mendukung penerapan protokol

kesehatan di tengah pandemi Covid-19. Selain itu, penggunaan aplikasi

PeduliLindungi juga memudahkan proses tracing dan tracking jika

terdapat kasus positif COVID-19 pada pelaku perjalanan udara sehingga

treatment yang dilakukan dapat lebih tepat sasaran.

Manfaat

Meningkatkan pengetahuan dokter muda Ilmu Kesehatan

Masyarakat-Kedokteran Komunitas tentang validasi dokumen kesehatan di

Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II.

1. Alur Penggunaan eHAC untuk Memvalidasi Surat Keterangan

Hasil COVID-19:

2. Calon penumpang melakukan registasi dan memilih Faskes pada

aplikasi eHAC

3. Pilih Faskes di dalam bandara atau di luar bandara

4. Lakukan validasi melalui aplikasi eHAC


71

5. Calon penumpang akan mendapatkan QR Code di aplikasi eHAC

6. Calon penumpang menunjukkan QR Code di check in counter, lalu

di security check point 2 dan kemudian di boarding gate


72

3.3 Kegiatan di Pelabuhan Sungai Duku

3.3.1 Pemeriksaan Sanitasi Kapal

Permenkes No.530/87 menjelaskan bahwa sanitasi kapal merupakan

tindakan yang ditentukan kepada lingkungan di dalam kapal yang berguna

memutuskan rantai penularan penyakit serta meningkatkan derajat kesehatan.

Setiap individu di kapal harus menjaga kebersihan dan kesehatan kapal seperti

suplai makanan, dan kebersihan lingkungan di kapal. Sanitasi kapal terdiri atas

kompartemen kapal yang diantaranya adalah dapur, ruang makanan, gudang,

palka, ruang tidur, air minum, limbah cair, limbah medis, ruang mesin.

Permenkes RI No. 2348/ Menkes/Per/IV/2011 menjelaskan tentang Organisasi

dan Tata kelola Kantor Kesehatan Pelabuhan, pemeriksaan sanitasi kapal

berfungsi untuk semua variasi kapal yaitu kapal penumpang, dan kapal barang,

serta kapal perang. Sertifikat sanitasi kapal akan diterbitkan setelah

berlangsungnya pemeriksaan sanitasi dan kebersihan kapal. Pemeriksaan sanitasi

adalah kewenangan dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).

KKP merupakan unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia yang berada di bawah dan bertanggung jawab

kepada Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

(Ditjen PP-PL). KKP memiliki tugas melaksanakan pencegahan masuk dan

keluarnya penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah,

kekarantinaan, pelayanan kesehatan terbatas di wilayah kerja pelabuhan/bandara

dan lintas batas, serta pengendalian dampak kesehatan lingkungan.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

431/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Risiko


73

Kesehatan Lingkungan di Pelabuhan /Bandara/Pos Lintas Batas dalam

Rangka Karantina Kesehatan, pengawasan sanitasi alat angkut adalah

pengawasan sanitasi semua bagian dalam alat angkut sehingga alat angkut

tersebut layak dari segi sanitasi untuk mengangkut atau ditinggali orang.

Pemeriksaan sanitasi kapal yang dilakukan diantaranya pemeriksaan rutin

yang dilakukan terhadap setiap kapal dan pesawat yang datang,

pemeriksaan berkala yang dilakukan setiap 6 bulan sekali bersamaan

dengan penerbitan sertifikat sanitasi, pemeriksaan khusus merupakan

pemeriksaan yang dilakukan pada saat terjadi kejadian luar biasa (KLB) di

kapal atau pesawat.

Hasil pemeriksaan sanitasi yang menunjukkan hasil resiko sanitasi

tinggi apabila terdapat tanda kehidupan vektor dan rodent sehingga

diterbitkan Sertifikat Tindakan Penyehatan Kapal (Ship Sanitation Control

Certificates/SSCC). Upaya pengendalian yang dilakukan untuk mengamati

faktor risiko pada kapal yang beresiko. Sanitasi yang menjadi fokus

pengamatan antara lain yaitu fumigasi dan disinseksi. Kapal yang

diperiksa menunjukkan hasil resiko sanitasi rendah akan diterbitkan

Sertifikat Bebas Tindakan Penyehatan Kapal (Ship Sanitation Control

Exemption Certificates/SSCEC). Berdasarkan hal tersebut, maka

dilakukannya kegiatan pemeriksaan sanitasi kapal di Pelabuhan Kampung

dalam

A. Tujuan:

- Tujuan umum: Mengetahui prinsip tindakan kekarantinaan kapal sebagai

upaya pencegahan dan penularan dari penyakit.


74

- Tujuan khusus:

a. Melakukan penilaian dan pengamatan sanitasi kapal di Pelabuhan

Sungai Duku.

b. Melakukan pengisian Ship Sanitation Supervision Inspection Checklist

dan Checklist Examination Report of Ships Sanitation Certificate.

A. Manfaat Pemeriksaan Sanitasi Kapal

a. Mengetahui kondisi sanitasi kapal sebagai proses karantina di Pelabuhan

Sungai Duku

b. Menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai kesehatan perbatasan

dan kesehatan lingkungan di wilayah perbatasan.

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

a. Kegiatan ini dilakukan pada Kamis, 13 Januari 2022. Tempat pemeriksaan

sanitasi kapal dilakukan di Pelabuhan Sungai Duku.

b. Pelabuhan ini merupakan salah satu wilayah kerja KKP Kelas II

Pekanbaru.

C. Hasil Pemeriksaan Sanitasi Kapal

Pemeriksaan sanitasi kapal dilakukan terdiri dari 4 jenis pemeriksaan yaitu pe

meriksaan sanitasi kapal, pemeriksaan vektor, pemeriksaan obat dan alat kesehata

n kapal dan pemeriksaan dokumen. Namun pada kegiatan ini hanya dilakukan

pemeriksaan sanitasi kapal,pemeriksaan vector dan pemeriksaan obat dan alat

kesehatan kapal. Kegiatan pemeriksaan ini dilakukan pada satu buah kapal yang b

ersandar pada dermaga di Pelabuhan Sungai Duku, yaitu kapal KM Jelantik

dengan jenis muatannya adalah penumpang dengan pelabuhan asal Selat Panjang.

1. Pemeriksaan Sanitasi Kapal


75

Pemeriksaan sanitasi kapal KM Jelantik dilakukan di lokasi ruang

nahkoda, gudang, ruang tidur ABK/crew, tempat penyimpanan obat, air minum,

dan toilet. Didapatkan hasil yaitu seluruh area memenuhi syarat sanitasi kapal. Air

minum yang digunakan sudah memenuhi syarat karena air yang dikonsumsi

adalah air

mineral kemasan atau air galon.

Gambar : Deck kapal, ruang tidur ABK/Crew, toilet


76

3.3.2 Pemeriksaan Vektor pada Kapal

Pengamatan terhadap tanda-tanda keberadaan vektor seperti lalat, ke

coa, tikus dan nyamuk pada lokasi ruang penumpang, gudang, ruang tidur

ABK/crew, air minum dan ruang mesin. Pada pengamatan tidak ditemukan

tanda-tanda kehidupan vektor seperti lalat, kecoa, tikus dan nyamuk.

3.3.3 Survei kepadatan Lalat

Lalat merupakan serangga dari Ordo Diptera yang mempunyai sepasang

sayap biru berbentuk membran. Beberapa jenis lalat diantaranya lalat rumah, lalat

hijau, lalat pasir, lalat buah, lalat limbah, lalat daging, dan lalat kuda. Semua

bagian tubuh lalat rumah bisa berperan sebagai alat penular penyakit (badan, bulu

pada tangan dan kaki, feses, serta muntahan lalat). Kondisi lingkungan yang kotor

dan berbau dapat merupakan tempat yang sangat baik bagi pertumbuhan dan

perkembangbiakan bagi lalat rumah.

Siklus hidup lalat dalam kehidupan lalat dikenal ada 4 (empat) tahapan

yaitu mulai dari telur, larva, pupa, dan dewasa. Lalat berkembang biak dengan

bertelur, berwarna putih dengan ukuran lebih kurang 1 mm panjangnya. Setiap

bertelur lalat akan menghasilkan 120–130 telur dan menetas dalam waktu 8–16

jam. Pada suhu rendah telur ini tidak akan menetas (dibawah 12 –13 ºC). Telur

yang menetas akan menjadi larva berwarna putih kekuningan, panjang 12-13 mm.

Akhir dari fase larva ini berpindah tempat dari yang banyak makan ke tempat

yang dingin guna mengeringkan tubuhnya, setelah itu berubah menjadi

kepompong yang berwarna coklat tua, panjangnya sama dengan larva dan tidak

bergerak. Fase ini berlangsung pada musim panas 3-7 hari pada temperatur 30–35
77

º C, kemudian akan keluar lalat muda dan sudah dapat terbang antara 450–900

meter. Siklus hidup dari telur hingga menjadi lalat dewasa 6-20 hari.

Gambar: Siklus Hidup Lalat’

Lalat rumah (Musca Domestica) merupakan lalat bukan penghisap

darah yang umunya hidup di lingkungan dengan snaitasi yang buruk. Lalat

berperan dalam penularan patogen penyakit pada manusia. Lalat juga

berperan sebagai vektor dalam kontaminasi silang patogen penyakit yang

jalur penularannya melalui makanan. Kepadatan lalat dapat bergantung

pada kondisi iklim seperti suhu dan kelembaban tinggi, sanitasi yang

buruk, tempat pembuangan sampah yang tidak memadai, kurangnya

kepedulian terhadap hygiene perorangan dan kesulitan mengendalikan

vektor serangga sehingga faktor lingkungan rumah seperti sarana sanitasi

dapat berpengaruh terhadap keberadaan lalat. Lalat rumah (M. domestica)

dapat membawa penyakit seperti salmonelosis, mastitis, tipus, disentri,


78

pinkeye, anthrax, tuberculosis, cholera, dan lain-lain. Untuk itu perlu

diketahui kepadatan lalat disuatu tempat. Pengamatan yang dilakukan

terhadap lalat adalah untuk mengetahui keberadaan lalat yang dilakukan

secara visual dengan adanya lalat hidup. Lokasi yang dilakukan

pengukuran kepadatan lalat, contohnya adalah perumahan, rumah makan

dan tempat pembuangan sampah.

Metode pengukuran kepadatan lalat yang biasa digunakan adalah

dengan menggunakan alat fly grill. Fly grill merupakan alat yang

digunakan untuk mengukur kepadatan lalat di suatu tempat. Fly grill

dibuat dari bilah-bilah alumunium yang lebarnya 1,9 cm dan tebalnya 1,5

cm dengan panjang masing- masing 82 cm sebanyak 21 dan dicat warna

putih. Bilah–bilah yang telah disiapkan dibentuk berjajar dengan jarak 2

cm pada kerangka alumunium yang telah disiapkan.


79

Gambar: Fly Grill

Prinsip kerja dari alat ini didasarkan pada sifat lalat yang menyukai

hinggap pada permukaan benda yang bersudut tajam vertikal. Fly grill

digunakan untuk mengukur tingkat kepadatan lalat dengan cara

meletakkan Fly grill pada tempat yang akan diukur kepadatan lalatnya.

Kemudian dihitung jumlah lalat yang hinggap di atas Fly grill dengan

menggunakan alat penghitung (hand counter) selama 30 detik. Sedikitnya

pada setiap lokasi dilakukan 10 kali perhitungan kemudian dari 5 kali hasil

perhitungan lalat yang tertinggi dibuat rata – ratanya dan dicatat dalam

kartu hasil perhitungan.


80

Gambar: Alat Penghitung (Hand Counter)

Selanjutnya angka rata – rata hasil perhitungan digunakan sebagai

petunjuk (indeks) populasi pada satu lokasi tertentu. Sedangkan sebagai

interpretasi hasil pengukuran indeks populasi lalat pada setiap lokasi (Blok

Grill) sebagai berikut:

a) 0–2 : Rendah atau tidak menjadi masalah

b) 3–5 : Sedang atau perlu dilakukan pengamanan

c) 6-20 :Tinggi/padat dan perlu pengamanan terhadap tempat-tempat

berkembangbiakan lalat

d) >20 : Sangat tinggi/padat dan perlu dilakukan pengamanan serta

tindakan pengendalian lalat

Tujuan

Tujuan Umum : Mengetahui resiko penularan penyakit melalui vektor

lalat.

Tujuan Khusus : Untuk menghitung kepadatan lalat di Pelabuhan Sungai

Duku

Alat yang digunakan

1. Fly grill
81

2. Stop watch

3. Alat penghitung (hand counter)

4. Alat tulis

5. Form kepadatan lalat

Langkah-langkah Pelaksanaan

- Buat pemetaan daerah potensial lalat.

- Siapkan kelengkapan fly grill dan peralatan lainnya.

- Periksa seluruh kelengkapan sebelum melaksanakan kegiatan.

- Biarkan fly grill dihinggapi lalat selama 30 detik, hitung jumlah lalat yang

hinggap menggunakan alat penghitung, lakukan sebanyak 10 kali

pengukuran di masing-masing jarak yang ditentukan minimal 1 meter.

- Catat dalam formulir pemeriksaan.

- Lima nilai tertinggi dihitung rata-ratanya.

- Cocokkan dengan indeks

Hasil pengukuran vektor Lalat:

FORMULIR PENGUKURAN KEPADATAN LALAT

1. Lokasi Pengamatan : Wilayah kerja Pelabuhan Sungai Duku

2. Lingkungan Fisik : Sumber pembuangan sampah sementara

3. Hasil Pengamatan di 2 Titik : Lokasi pembuangan sampah

sementara di sekitar dermaga

4. Hasil Pengamatan : Hasil pemeriksaan ditemukan adanya 3 lalat

5. Rata-rata Kepadatan Lalat : Total (N) / 5 = 3 / 5

= 0,6
82

3.3.4 Pemeriksaan Obat-obatan dan Alat Kesehatan

Telah dilakukan pengecekan kelengkapan obat-obatan dan alat kesehatan

yang terdapat pada kapal. Didapatkan hasil bahwa terdapat beberapa obat-

obatan yang terdiri dari obat obat dalam/dimakan, obat luar dan alat medis.

Obat makan yang tersedia yaitu obat cuci perut, obat panas, obat anti

nyeri, obat batuk kering, obat batuk berdahak, obat lambung, obat anti

diare, obat anti alergi, obat anti infeksi, obat anti spasme, obat anti ashma,

obat anti rematik dan obat anti hipertensi. Obat luar yang tesedia yaitu

obat mata, obat luka, obat mulut, obat tetes telinga, obat gosok untuk

nyeria dan obat luka luar. Alat medis berupa arteri klem, gunting medis,

hansaplast, nierbeken, kain segitiga, kapas, kassa steril, kassa gulung,

peniti, dan plester gulung dan sarung tangan

.
83

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

1. Pelaksanaan karantina udara dan pelayanan kesehatan di bandara Sultan

Syarif Kasim II sudah berjalan sesuai dengan prosedur yang diberikan yang

meliputi pemeriksaan validasi syarat terbang, pengisian e-HAC pada

aplikasi Peduli Lindungi, dan izin kelayakan terbang.

2. Pemeriksaan pengendalian risiko lingkungan di Bandara Sultan Syarif

Kasim II didapat hasil penilaian kelayakan dan tingkat mutu hygiene

sanitasi rumah makan A&W 944,5 dengan tingkat mutu A serta Restoran

Palm Bistro skor 894 dengan tingkat mutu B. Tidak ditemukan adanya

jentik nyamuk di area perimeter. Air minum yang digunakan sudah

memenuhi syarat fisika karena air yang dikonsumsi adalah air mineral

kemasan atau air galon yang tidak berwana, tidak berbau dan tidak berasa.

Namun tidak dilakukan pemeriksaan syarat kimia dan biologi.

3. Pemeriksaan karantina laut/sanitasi kapal dilakukan di Pelabuhan Sungai

Duku pada kapal penumpang. Didapatkan sanitasi kapal memenuhi standar

karena tidak ditemukan tanda-tanda adanya kehidupan vektor seperti lalat,

kecoa, tikus dan nyamuk. Air minum yang digunakan sudah memenuhi

syarat karena air yang dikonsumsi adalah air mineral kemasan atau air galon

yang tidak berwana, tidak berbau dan tidak berasa. Namun tidak dilakukan

pemeriksaan syarat kimia dan biologi.


84

4. Pengukuran kepadatan lalat di Pelabuhan Sungai Duku tidak dilakukan

karena tidak terdapat TPS di sekitar area pelabuhan. Kegiatan hanya berupa

simulasi pemasangan dan peletakan fly grill di satu titik yang tidak terdapat

TPS.

5. Pemeriksaan kelengkapan P3K di kapal sudah cukup lengkap.

4.2 Saran

1. Diharapkan KKP tetap mempertahankan kinerja yang baik dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya.


DAFTAR PUSTAKA
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2348/MENKES/PER/XI/2011 Tentang Perubahan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 356/MENKES/PER/IV/2008 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan. Jakarta:
KEMENKES; 2011.

2. KKP Kelas II Pekanbaru [homepage on the internet]. Sejarah dan Gambaran


Umum Perusahaan. Inc;c2019-21 [updated 13 Januari 2022]. Available
from: https://www.kkppekanbaru.com/sejarah.

3. Kantor Kesehatan Pelabuhan. 2005. Profil KKP Kelas II Pekanbaru.


Available at http://kespel.kemkes.go.id/kkp/kkp_tempat_public/profil/18

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 77 tahun 2020


Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan.

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 tentang


Kekarantinaan Kesehatan. Jakarta; 2018.

6. Permenkes No. 34 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Tindakan Hapus


Tikus dan Hapus Serangga pada Alat Angkut di Pelabuhan, Bandar Udara,
dan Pos Lintas Batas Darat. 2013.

23
24

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai