Anda di halaman 1dari 44

Laboratorium Obstetri dan Ginekologi laporan kasus

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

KANKER SERVIKS

Disusun Oleh :
Reny Indriyani 1810029033

Pembimbing :
dr. Andriansyah, Sp.OG (K) Onk

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada Laboratorium


Obstetri dan Ginekologi
Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran - Universitas Mulawarman
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmatNya
penyusun dapat menyelesaikan Makalah Laporan Kasus tentang “Kanker
Serviks”. Makalah ini disusun dalam rangka tugas kepaniteraan klinik di
Laboratorium Obstertri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Andriasyah, Sp.OG
(K) Onk, selaku dosen pembimbing Laporan Kasus yang telah memberikan
bimbingan kepada penyusun dalam penyelesaian makalah ini. Penyusun
menyadari terdapat ketidaksempurnaan dalam makalah ini, sehingga penyusun
mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan. Akhir kata, semoga
makalah ini berguna bagi penyusun sendiri dan para pembaca.

Samarinda, 31 oktober 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ 1


DAFTAR ISI ....................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 3
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 3
1.2. Tujuan ........................................................................................................... 4
1.3. Manfaat ......................................................................................................... 4
BAB II LAPORAN KASUS ...............................................................................5
BAB III TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................13
3.1. Definisi...........................................................................................................13
3.2. Epidemiologi .................................................................................................15
3.3. Etiologi...........................................................................................................16
3.4. Patologi ..........................................................................................................22
3.5. Manifestasi Klinis ..........................................................................................24
3.6. Stadium Klinik ...............................................................................................25
3.7. Diagnosis .......................................................................................................27
3.8. Penatalaksanaan .............................................................................................30
3.9 Prognosis ........................................................................................................33
BAB IV PEMBAHASAN ...................................................................................35
BAB V PENUTUP ..............................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................40

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan
tubuh yang tidak normal dan dapat menyerang berbagai jaringan di dalam organ
tubuh, termasuk organ reproduksi perempuan yang terdiri dari payudara, uterus,
ovarium, dan vagina. Menurut World Health Organization (WHO), kanker
merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas di dunia, dengan
perkiraan 14 juta kasus baru pada tahun 2012. Kanker merupakan penyakit yang
serius, dimana ia merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia, dengan
jumlah 8,8 juta kasus kematian pada tahun 2015. Secara global, 1 dari 6 kematian
disebabkan oleh kanker.1
Salah satu kanker yang menyebabkan kesakitan dan kematian pada
perempuan adalah kanker serviks. Angka kejadian dan angka kematian akibat
kanker serviks di dunia menempati urutan kedua setelah kanker payudara,
termasuk di Indonesia. Menurut WHO, pada tahun 2012 diperkirakan ada 445.000
kasus baru kanker serviks dan lebih dari 270.000 kematian akibat kanker serviks
di seluruh dunia.2 Di Indonesia, diperkirakan insidensi kasus baru kanker serviks
adalah sekitar 20.928 kasus pertahunnya, dan menyebabkan hingga 9.498
kematian.3
Di Indonesia kanker serviks menduduki urutan kedua dari 10 kanker
terbanyak berdasar data dari Patologi Anatomi tahun 2010 dengan insidens
sebesar 12,7%. Menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI saat ini, jumlah
wanita penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk
dan setiap tahun terjadi 40 ribu kasus kanker serviks.16
Penyebab kanker serviks belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor
ekstrinsik mempunyai hubungan erat dengan kejadiannya, diantaranya adalah
jarang ditemukan pada perawan, insiden tinggi pada wanita yang telah menikah,
terutama pada gadis yang koitus pertama dialami pada usia amat muda (kurang
dari 16 tahun), insidensi meningkat dengan tingginya paritas, apalagi apabila jarak
persalinan amat dekat, sosio-ekonomi rendah, hygiene seksual yang jelek,
3
aktivitas seksual yang sering berganti-ganti pasangan (promiskuitas), jarang
ditemukan pada pasangan suami yang disunat (sirkumsisi), sering ditemukan pada
wanita yang mengalami infeksi HPV (human papilloma virus) tipe 16 dan 18 dan
kebiasaan merokok.4
Beberapa gejala yang ditimbulkan pada kanker serviks antara lain adalah
perdarahan melalui vagina, misalnya setelah melakukan koitus (pasca senggama),
atau perdarahan menstruasi yang lebih banyak dan lebih sering, ataupun timbul
perdarahan diantara siklus menstruasi. Selain itu terdapat pula gejala keputihan,
terjadi perdarahan pervaginam meskipun telah memasuki masa menopause dan
timbul nyeri panggul (pelvis).4 Gejala kanker serviks yang banyak terjadi adalah
perdarahan pervaginam abnormal (44,8%), selanjutnya diikuti dengan keputihan
(23,8%) dan nyeri panggul (15,2%).5

1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang kanker serviks dan perbandingan antara teori dengan
kasus nyata kanker serviks.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui teori tentang kanker serviks yang mencakup definisi,
epidemiologi, etiologi, klasifikasi, tanda dan gejala, diagnosis,
penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis.
2. Mengetahui perbandingan antara teori dengan kasus nyata kanker serviks
yang terjadi di Ruang Mawar Nifas RSUD Abdul Wahab Syahranie.

1.3 Manfaat
1.3.1. Manfaat Ilmiah
Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran
terutama bidang Obstetri dan Ginekologi, khususnya tentang kanker serviks.
1.3.2. Manfaat bagi Pembaca
Makalah ini diharapkan menjadi sumber pengetahuan bagi pembaca
mengenai kanker serviks.
4
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Anamnesa
a) Identitas Pasien
Nama : Ny H
Usia : 49 tahun
Agama : Kristen
Suku : Dayak
Pendidikan : S2
Pekerjaan : Dosen
Alamat : Jl. Kalingu II Palangkaraya
Masuk Rumah Sakit pada tanggal 12 oktober 2018, pukul 14.51 WITA

b) Identitas Suami
Nama : Tn. R
Usia : 50 tahun
Agama : Kristen
Suku : Dayak
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Kalingu II Palangkaraya

c) Keluhan Utama:
Nyeri perut bawah sejak 5 bulan yang lalu

d) Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan nyeri perut bawah sejak 5 bulan yang lalu,
pasein juga kadang mengeluhkan nyeri pada tulang kemaluan. Pasien juga
mengeluhkan keluar darah dari jalan lahir, darah yang keluar berwana merah
5
segar. Banyak perdarahan sekitar 2 kali ganti pembalut perharinya. Pasien
juga mengeluhkan keputihan yang berbau dan gatal, selain itu pasien
mengeluhkan ada nyeri pada area kemaluanya sejak 1 minggu yang lalu.
Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah serta pusing. BAK dan BAB
dalam batas normal. Riwayat perdarahan setelah berhubungan seksual
sebelumnya tidak diketahui. Pasien sebelumnya sudah menjalankan
pengobatan kemoterapi sebanyak 2 kali dan radiasi sebanyak 16 kali atas
indikasi kanker serviks.
e) Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi (-), DM (-), Alergi (-)

f) Riwayat Penyakit Keluarga


Hipertensi (+), DM (-), Alergi (-)

g) Riwayat Pernikahan
Pasien 2 kali menikah, pertama kali menikah pada usia 27 tahun dan lama
pernikahan dengan suami sekarang 11 tahun.

h) Riwayat Kontrasepsi
Pasien menggunakan pil KB selama 10 tahun

i) Riwayat Menstruasi
Umur Menarche : 12 tahun
Lama : 6-7 hari
Banyak darah : 3 kali ganti pembalut dalam sehari
Sakit waktu menstruasi : dalam batas normal

6
j) Riwayat Obstetri
No Tahun Tempa Usia Jenis Penolong Penyulit JK/BB Keadaan
. t Kehamilan Persalinan Lahir
1. 1996 RS Aterm Spontan dokter - 2700 gr Hidup
pervaginam
2. 1997 Rumah Aterm Spontan Bidan - 2700 gr Hidup
pervaginam
3. 2000 Rumah Aterm Spontan dokter - 3900 gr Hidup
pervaginam
4 2008 RS Aterm Spontan Bidan - 2800 gr Hidup
pervaginam

2.2 Pemeriksaan Fisik


a) Berat badan : 49 kg
b) Tinggi badan : 155 cm
c) Keadaan umum : Sakit sedang
d) Kesadaran : Komposmentis (E4V5M6)
e) Tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekuensi nadi : 78 kali/menit
Frekuensi nafas : 20 kali/menit
Suhu : 36,2 0C
SpO2 : 98%
f) Status generalisata
Kepala / leher : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-),
pembesaran KGB (-)
Thorax
- Pulmo

7
Inspeksi : Bentuk dan pergerakan dinding dada simetris
dekstra=sinistra, retraksi (-/-)
Palpasi : Fremitus raba dextra=sinistra
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)
- Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas kanan ICS II parasternal line dextra
Batas kiri ICS V midclavicular line sinistra
Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Lihat status ginekologi
Ekstremitas :
Atas : Akral hangat, edema (-/-)
Bawah : Akral hangat, edema (-/-)
g) Status Ginekologis
Inspeksi : Tidak tampak massa abdomen, tidak ada bekas
operasi.
Palpasi : Nyeri tekan suprapubik (+)
Inspekulo : Lesi (+) di labia mayor sinistra , massa portio (+),
fluksus (+)
Vaginal Toucher : Ostium uteri eksterna tertutup, portio teraba kenyal,
tidak rata dan kasar, teraba massa pada porsio,
konsistensi kenyal, berdungkul-dungkul, ukuran
massa berukuran kira-kira lebih dari 5 x 4 x 4 cm,
teraba hingga ke 1/3 bawah vagina anterior, adneksa
parametrium kiri teraba tegang, cavum douglas tidak
menonjol. Nyeri tekan (+).
Handscoen: flek darah (+), warna merah segar, lendir
(+).
8
2.3 Pemeriksaan Penunjang
- USG
Hasil USG tanggal 01 08 2018 di Poliklinik Obgyn.

- Laboratorium:
- Hematologi :
Hemoglobin : 13,0 mg/dl CT : 0,19
Leukosit : 4520/μL LED : 25 mm/jam
Trombosit : 270.000/μL
Hematokrit : 40,8 %
- Kimia Klinik :
Asam Urat : 6,0 mg/dL
9
Ureum : 20,0 mg/dL
Creatinin : 0,5 mg/dL
HbsAg : Non reaktif
Ab HIV : Non reaktif
Glukosa Darah Sewaktu : 100 mg/dL
Glukosa 2 Jam PP : 107 mg/dL
SGOT : 14 U/L
SGPT : 11 U/L

- Biopsi
Makroskopis : Diterima hancuran jaringan, jumlah 2cc, warna coklat
kehitaman
Mikroskopis : Tumor terdiri dari sel sel epitel yang tumbuh tidak
beraturan, inti sel bulat, kromatin kasar, mitosis dapat
ditemukan, sitoplasma tampak jerinh.
Kesimpulan : Clear cell carcinoma cervix uteri

- Foto Thorax : Cor dan pulmo tak tampak kelainan, tak tampak nodul
metastase
- Echocardiography : Normal echocardiography

2.4 Diagnosis
Ca servix stadium IIIB

2.5 Penatalaksanaan
 Kemoterapi cisplatin-etopusid ke 3

2.6 Follow Up
10
WAKTU FOLLOW UP
12/10/18 Menerima pasien dari poliklinik dengan Ca servix stadium
14.51 WITA IIIB pro kemoterapi ke 3 di Ruang Mawar Nifas
S : nyeri perut bawah
O : KU sakit sedang, kesadaran composmentis
TD : 110/70 mmHg N : 78 x/menit
RR : 20 x/menit T : 36,2°C
A : Ca servix Stadium IIIB
P : pro cisplatin-etopusid ke 3
Tunggu resep kemoterapi dan jadwal kemoterapi
12/10/2018 S : nyeri perut bawah
21:30 WITA O : KU sakit sedang, kesadaran composmentis
TD : 120/80 mmHg N : 85 x/menit
RR : 18 x/menit T : 36,4°C
A : Ca servix Stadium IIIB
P : pro cisplatin-etopusid ke 3
Rencana kemoterapi besok (13/10/2018)
Dipasang IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
Injeksi Dexamethason 10 mg (2 ampul) (i.v.)

13/10/2018 S : tidak ada keluhan, perdarahan (-)


09:15 O : KU baik, kesadaran CM
TD: 110/80 mmHg N : 83 x/menit
RR: 20 x/menit T : 36,3°C
A : Ca servix Stadium IIIB
P : pro kemoterapi cisplatin-etopusid ke 3
Hari ini pasien diantar ke ruang kemoterapi
13/10/2018s/d Pasien menjalani kemoterapi cisplatin-etopusid ke 3 di ruang
14/10/2018 kemoterapi selama 1 hari
14/10/2018 Pasien kembali dari ruang kemoterapi ke ruang Mawar Nifas

11
08.300 WITA S : nyeri seluruh tubuh, lemas, mual (+), muntah (-)
O : KU sedang, kesadaran CM
TD : 130/80 mmHg N : 88 x/menit
RR : 20 x/menit T : 36,5°C
A : Ca servix Stadium IIIB + post kemoterapi cisplatin-
etopusid ke 3
P : Observasi KU dan tanda-tanda vital
Pasien rencana pulang setelah visite dr. Sp.OG
14/10/2018 S : nyeri seluruh tubuh, lemas, mual (+), muntah (-)
10:00 WITA O : KU sedang, kesadaran CM
TD : 120/70 mmHg N : 90 x/menit
RR : 20 x/menit T : 36,7°C
A : Ca servix Stadium IIIB + post kemoterapi cisplatin-
etopusid ke 3
P : Observasi KU dan tanda-tanda vital
dr. Sp.OG melakukan visite :
- KIE pasien dan keluarga bahwa keluhan adalah efek
samping dari kemoterapi
- Pasien boleh pulang. Resep pulang :
Ondansentron 2 x 8 mg tab (p.o.)
Neurobion 5000 1 x 1 tab (p.o.)
Biosanbe 1 x 1 tab (p.o.)
Paracetamol 500 1 x 3 tab (p.o.)
Pasien diberikan surat kontrol dan dianjurkan kontrol lagi ke
Poliklinik Obgyn tanggal 17/10/2018.

BAB III
12
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Kanker serviks (karsinoma serviks) adalah tumbuhnya sel-sel abnormal
yang terjadi pada daerah serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi
wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim yang terletak antara rahim
(uterus) dan liang senggama (vagina), dan merupakan kanker primer yang berasal
dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio).6

Gambar 1: Genitalia Interna Wanita

Secara histologi, permukaan serviks dilapisi oleh epitel kolumnar pada


bagian proksimal dan epitel pipih tanpa keratin pada bagian distal. Zona
transformasi antara kedua jenis epitel tersebut disebut dengan zona
squamocolumnar junction (SCJ) dan merupakan daerah terbanyak kanker serviks
dan lesi prekursornya berasal.6
Sebagian besar kanker serviks (80-90%) adalah kanker sel skuamosa,
sedangkan 10-20% adalah adenokarsinoma. Selain itu, terdapat jenis histologi sel
kanker serviks yang lain yaitu yang berjenis sel kecil atau small cell. Gambaran
histologi small cell jarang ditemukan, namun sifatnya lebih progresif dan
13
potensial untuk menimbulkan metastase meski dalam stadium awal bila
dibandingkan dengan jenis histologi sel kanker serviks yang lain. Prognosisnya
pun sangat buruk dengan angka harapan hidup selama 5 tahun pada stadium awal
sebesar 31,6% - 36,4%, sedangkan untuk stadium lanjut sebesar 0% - 14%.4,7,8,9

3.2 Epidemiologi
` Kanker serviks adalah penyebab paling umum kedua dari kematian terkait
kanker pada wanita di negara berkembang. Di seluruh dunia kanker servik
meyebabkan 275.000 wanita meninggal pertahunya.15 Di Amerika Serikat, angka
kejadian kanker serviks invasif telah menurun selama beberapa dekade terakhir,
terkait dengan penggunaan metode skrining memakai tes Pap (Pap smear).2,7
Secara internasional, lebih dari 500.000 kasus baru didiagnosis setiap
tahun; dimana prevalensinya sangat bervariasi, mulai dari insiden tahunan 4.5
kasus per 100.000 di Asia Barat menjadi 34,5 per 100.000 wanita di Afrika
Timur.7 Menurut WHO, pada tahun 2012 diperkirakan ada 445.000 kasus baru
kanker serviks dan lebih dari 270.000 kematian akibat kanker serviks di seluruh
dunia.2 Di Indonesia, diperkirakan insidensi kasus baru kanker serviks adalah
sekitar 20.928 kasus pertahunnya, dan menyebabkan hingga 9.498 kematian.3
Pada tahun 2010 estimasi jumlah insiden kanker serviks adalah 454.000
kasus. Data ini didapatkan dari registrasi kanker berdasarkan populasi, registrasi
data vital, dan data otopsi verbal dari 187 negara dari tahun 1980 sampai 2010.
Per tahun insiden dari kanker serviks meningkat 3.1% dari 378.000 kasus pada
tahun 1980. Ditemukan sekitar 200.000 kematian terkait kanker serviks, dan
46.000 diantaranya adalah wanita usia 15-49 tahun yang hidup di negara sedang
berkembang.17
Berdasarkan GLOBOCAN 2012 kanker serviks menduduki urutan ke-7
secara global dalam segi angka kejadian (urutan ke urutan ke- 6 di negara kurang
berkembang) dan urutan ke-8 sebagai penyebab kematian (menyumbangkan 3,2%
mortalitas, sama dengan angka mortalitas akibat leukemia). Kanker serviks
menduduki urutan tertinggi di negara berkembang, dan urutan ke 10 pada negara
maju atau urutan ke 5 secara global.18

14
Di Indonesia kanker serviks menduduki urutan kedua dari 10 kanker
terbanyak berdasar data dari Patologi Anatomi tahun 2010 dengan insidens
sebesar 12,7%. Menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI saat ini, jumlah
wanita penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk
dan setiap tahun terjadi 40 ribu kasus kanker serviks.16
Kejadian kanker serviks akan sangat mempengaruhi hidup dari
penderitanya dan keluarganya serta juga akan sangat mempengaruhi sektor
pembiayaan kesehatan oleh pemerintah. Oleh sebab itu peningkatan upaya
penanganan kanker serviks, terutama dalam bidang pencegahan dan deteksi dini
sangat diperlukan oleh setiap pihak yang terlibat.16

Surveilans Centers for Disease Control and Prevention (CDC) untuk


kanker yang terdeteksi melalui skrining (kolon dan rektum, payudara, dan serviks)
di Amerika Serikat dari tahun 2004 hingga 2006 melaporkan bahwa kejadian
kanker serviks stadium akhir paling tinggi di antara wanita berusia 50-79 tahun.
Namun, kanker serviks dapat didiagnosis pada wanita usia subur. Prevalensi
adenokarsinoma serviks telah meningkat pada wanita di bawah usia 40 tahun.
Kasus-kasus ini lebih sulit dideteksi dengan skrining tes Pap, dan survival rate-
nya rendah karena kasus cenderung terdeteksi pada tahap akhir. Selain itu, jenis
HPV yang menyebabkan adenokarsinoma berbeda dengan jenis yang
menyebabkan karsinoma skuamosa. HPV 16 merupakan karsinogen yang lebih
kuat daripada jenis HPV lainnya, dan ditemukan lebih sering pada wanita muda
daripada yang lebih tua.7

2
3
3.2
3.3 Etiologi
Penyebab terjadinya kanker serviks belum diketahui, tetapi terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kanker ini, sebagai berikut:
3.3.1 Usia

15
Kanker serviks terjadi mulai dari dekade kedua kehidupan.
Setengah dari perempuan didiagnosis dengan penyakit ini adalah
antara 35 - 55 tahun dan jarang mempengaruhi perempuan di bawah
usia 20 tahun. Usia lebih dari 35 tahun mempunyai risiko tinggi
terhadap kanker serviks. Semakin tua usia seseorang, maka semakin
meningkat risiko terjadinya kanker laher rahim. Meningkatnya risiko
kanker serviks pada usia lanjut merupakan gabungan dari
meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap
karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat
usia.4,8,9
3.3.2 Usia pertama menikah
Usia pertama kali menikah atau berhubungan seksual
merupakan salah satu faktor yang cukup penting, karena terjadinya
kanker serviks dengan masa latennya memerlukan waktu 30 tahun
sejak melakukan hubungan seksual pertama, sehingga hubungan
seksual pertama dianggap awal dari mula proses munculnya kanker
serviks. Wanita yang menikah dibawah usia 16 tahun biasanya 10-12
kali lebih besar kemungkinan terjadinya kanker serviks daripada yang
menikah setelah berusia 20 tahun ke atas.4,8,9
Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita
benar-benar matang. Ukuran kematangan bukan hanya dilihat dari
sudah menstruasi atau belum. Kematangan juga bergantung pada sel-
sel mukosa yang terdapat di selaput kulit bagian dalam rongga tubuh.
Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah wanita berusia 20
tahun ke atas. Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-sel mukosa
pada serviks. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks belum
matang dan terjadi proses metaplasia skuamosa yang aktif yang terjadi
di dalam zona transformasi. Artinya, masih rentan terhadap
rangsangan sehingga tidak siap menerima rangsangan dari luar.
Termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma ataupun bahan
karsinogenik.4,8,9
16
Metaplasia skuamosa merupakan suatu proses fisiologi, tetapi di
bawah pengaruh karsinogen, perubahan sel dapat terjadi sehingga
mengakibatkan suatu zona transformasi yang tidak patologik.
Perubahan ini menginisiasi suatu proses neoplasia intraepitel serviks
(Cervic Intraepithel Neoplasma = CIN) yang merupakan fase
prainvasif dari kanker serviks.10,11
3.3.3 Paritas
Kanker serviks dijumpai pada wanita yang sering partus.
Semakin sering partus semakin besar kemungkinan risiko mendapat
kanker serviks. Pada beberapa penelitian dengan metode case control
didapatkan bahwa wanita yang 3 atau 4 kali partus memiliki 2,6 kali
risiko untuk terkena kanker serviks, sedangkan wanita yang
melahirkan lebih dari 7 memiliki risiko sebesar 3,8 kali.8,9
Alasan fisiologi adanya hubungan antara paritas dan kanker
serviks sampai saat ini belum jelas, namun kemungkinan faktor
hormonal pada saat kehamilan yang membuat wanita lebih peka
terhadap infeksi HPV (human papilloma virus) dan trauma serviks
pada saat melahirkan diduga sebagai alasannya.8,9
3.3.4 Kontrasepsi yang pernah digunakan
Penggunaan kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka lama
yaitu lebih dari 4 tahun dapat meningkatkan risiko kanker serviks 1,5-
2,5 kali. Kontrasepsi oral mungkin dapat meningkatkan risiko kanker
serviks karena jaringan serviks merupakan salah satu sasaran yang
disukai oleh hormon steroid perempuan.8,9
3.3.5 Berganti-ganti pasangan seksual
Kebiasaan berganti-ganti pasangan akan memungkinkan
tertularnya penyakit kelamin, salah satunya HPV. Risiko terjadinya
kanker serviks meningkat lebih dari 10 kali bila mitra seks 6 atau
lebih.4,8,9
3.3.6 Penyakit menular seksual (PMS)

17
Penyakit menular seksual merupakan penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seksual. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri
maupun virus, diantaranya adalah HPV (human papilloma virus),
HSV (herpes simplek virus), HIV (human immunodeficiency virus)
dan Klamidia. Pada proses karsinogenesis asam nukleat virus tersebut
dapat bersatu ke dalam gen DNA sel pejamu sehingga menyebabkan
terjadinya mutasi sel.4,8,9
1. HPV (human papilloma virus)
Wanita yang terkena penyakit akibat hubungan seksual berisiko
terkena virus HPV, karena virus HPV diduga sebagai penyebab utama
terjadinya kanker serviks sehingga wanita yang mempunyai riwayat
penyakit kelamin berisiko terkena kanker serviks.4,9
Saat ini terdapat 138 jenis HPV yang sudah dapat teridentifikasi
yang 40 di antaranya dapat ditularkan lewat hubungan seksual.
Beberapa tipe HPV merupakan virus risiko rendah yang jarang
menimbulkan kanker, sedangkan tipe yang lain bersifat virus risiko
tinggi. Baik tipe risiko tinggi maupun tipe risiko rendah dapat
menyebabkan pertumbuhan abnormal pada sel tetapi pada umumnya
hanya HPV tipe risiko tinggi yang dapat memicu kanker. Virus HPV
risiko tinggi yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual adalah
tipe 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 69, dan mungkin
masih terdapat beberapa tipe yang lain. Beberapa penelitian
mengemukakan bahwa lebih dari 90% kanker serviks disebabkan oleh
tipe 16 dan 18. Dari kedua tipe ini HPV 16 sendiri menyebabkan lebih
dari 50% kanker serviks. Dari berbagai penelitian terdapat tiga
golongan HPV yang berhubungan dengan kanker serviks, yaitu: HPV
risiko rendah (HPV tipe 6, 11 dan jarang tipe 46 pada kanker invasif),
HPV risiko sedang (HPV tipe 33, 35, 40, 43, 51, 56, dan 58) dan HPV
risiko tinggi (HPV tipe 16, 18, dan 31).9
Human Papilloma Virus merupakan faktor inisiator kanker
serviks. Secara seluler, mekanisme terjadinya kanker serviks berkaitan
18
dengan siklus sel yang diekspresikan oleh HPV. Genom virus ini
terdiri dari the early region (E) yang mengkode protein dan berperan
pada replikasi genom, sedangkan the late region (L) berisi gen-L yang
mengkode protein kapsid.9,10,12
Protein utama yang terkait dengan karsinogen adalah E6 dan E7.
Protein E6 (oncoprotein) mempunyai peran dalam proliferasi sel yang
dihubungkan dengan keberadaan tumor suppressor gene p53. Protein
E7 (oncoprotein) mempunyai peran dalam proliferasi sel yang
dihubungkan dengan keberadaan tumor suppressor gene pRb. Protein
E7 akan mengikat gen Rb. Gen p53 adalah gen yang mengkode
phosphoprotein inti sel dan bertindak sebagai negatif regulator dalam
siklus sel, sehingga dikelompokkan dalam gen-gen penekan tumor.
Gen Rb adalah gen yang ditemukan bertanggung jawab pada tumor
retina mata (retinoblastoma) dan merupakan prototipe dari gen-gen
penekan tumor.9,10,12
Bentuk genom HPV sirkuler jika terintegrasi akan menjadi linier
dan terpotong di antara gen E2 dan E1. Integrasi antara genom HPV
dan DNA manusia menyebabkan gen E2 tidak berfungsi, jika E2 tidak
berfungsi akan merangsang E6 dan E7 berikatan dengan gen p53 dan
pRb. Protein E6 dari HPV 16 and 18 akan mengakibatkan inaktivasi
gen p53 melalui mekanisme pengikatan yang disebut ubiquitin-
dependent proteolytic pathway (E6AP), sehingga akan terjadi
penurunan kadar protein p53 (wild type). Protein E7 (oncoprotein)
akan mengikat gen pRb, sehingga akan berakibat sama seperti pada
protein p53. Ikatan E7 dengan pRb tersebut menyebabkan tidak
terikatnya gen E2F (faktor transkripsi) oleh protein-pRb, sehingga gen
E2F menjadi aktif dan akan membantu c-myc untuk terjadinya
replikasi DNA dan menstimuli proliferasi sel. Siklus sel yang tidak
terkontrol menyebabkan proliferasi sel melebihi batas normal
sehingga berubah menjadi sel karsinoma.9,10,12

19
Gambar 2: Perjalanan Infeksi HPV menjadi Kanker Serviks 13

Prevalensi puncak infeksi HPV dimulai pada usia sekitar 20


tahun, yaitu setelah wanita memulai aktivitas seksualnya. Kemudian
menjadi kondisi pre-kanker setelah 10 tahun kemudian dan mencapai
fase invasif pada usia 40-50 tahun.13
2. HIV (human immunodeficiency virus)
HIV merupakan virus penyebab AIDS (acquired immue
odeficiency syndrome) yang merusak system kekebalan tubuh dan
pada wanita meningkatkan risiko terjadinya infeksi HPV. Dengan kata
lain, wanita yang terkena AIDS akan meningkatkan risiko kanker
serviks. Sistem imun berfungsi penting dalam menghancurkan sel

20
kanker dan memperlambat pertumbuhan dan penyebarannya. Pada
wanita dengan HIV, pre kanker serviks lebih cepat berkembang
menjadi kanker invasif dibanding wanita non HIV.4,6
3. Klamidia
Klamidia merupakan bakteri yang dapat menginfeksi sistem
reproduksi. Bakteri ini dapat menyebar melalui kontak seksual. Infeksi
Klamidia dapat menyebabkan terjadinya infeksi pelvis yang
mengakibatkan infertil. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
wanita yang pernah dan baru terinfeksi Klamidia berdasarkan
pemeriksaan tes darah memiliki risiko yang tinggi terhadap kanker
serviks. Infeksi Klamidia sering tidak menyebabkan gejala apapun,
sehingga wanita tidak tahu jika telah terinfeksi bakteri tersebut.6
3.3.7 Pasangan suami yang tidak sirkumsisi
Beberapa penelitian mengatakan bahwa pria yang sudah
disirkumsisi akan menurunkan risiko terjadinya infeksi HIV, HSV-2
dan HPV, selain itu juga menurunkan risiko terjadinya trikomoniasis
dan vaginosis bakterial pada pasangan wanitanya.4,11
Sirkumsisi merupakan tindakan memotong atau menghilangkan
sebagian atau seluruh kulit penutup depan dari penis (preputium). Pria
yang belum disirkumsisi, ketika melakukan hubungan seksual akan
mengakibatkan terjadinya retraksi preputium sehingga paparan
mukosanya mengenai langsung vagina ataupun cairan serviks. Padahal
rongga pada preputium kondisinya lembab, sehingga menjadi tempat
yang baik bagi pertumbuhan HPV dan HSV-2, sehingga
meningkatkan risiko terjadinya infeksi.11
3.3.8 Merokok
Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogenik baik yang
dihisap sebagai rokok/sigaret atau dikunyah. Asap rokok
menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbon heterocyclic
nitrosamines. Pada wanita perokok, konsentrasi nikotin pada getah
serviks 56 kali lebih tinggi dibandingkan di dalam serum. Efek
21
langsung bahan-bahan tersebut pada serviks adalah menurunkan status
imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus. Risiko
wanita perokok terkena 4-13 kali lebih besar dibandingkan wanita
bukan perokok.8,9.

3.4 Patologi Kanker Serviks


Epitel serviks terdiri dari 2 jenis, yaitu epitel skuamosa dan epitel
kolumnar, kedua epitel tersebut dibatasi oleh squamocolumnar junction
(SCJ). Yang letaknya tergantung pada umur, aktivitas seksual dan paritas.
Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SCJ terletak di ostium eksternum
karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin.8,9
Selama perkembangannya, epitel silindris penghasil mucus di
endoserviks bertemu dengan epitel pipih yang melapisi eksoserviks,
keseluruhan serviks yang terpajan dilapisi oleh sel pipih. Epitel silindris tidak
tampak dengan mata telanjang atau secara kolposkopi. Seiring dengan waktu
pada sebagian besar perempuan muda, terjadi pertumbuhan ke bawah epitel
silindris dibawah eksoserviks (ektropion), sehingga SCJ terletak di bawah
eksoserviks dan epitel silindris menjadi terpajan. Remodelling terus berlanjut
dengan regenerasi epitel pipih dan silindris pada zona transformasi, sehingga
SCJ kembali pada tempatnya dan epitel silindris tidak terpajan lagi14.

22
Gambar 3 : Skema Pembentukan Zona Transformasi Serviks14

Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel


serviks, epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga
berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar
menjadi epitel skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat
pengaruh pH vagina yang rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering
dijumpai pada masa pubertas. Akibat proses metaplasia ini maka secara
morfogenetik terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ asli dan SCJ baru yang menjadi
tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar.
Daerah di antara kedua SCJ ini disebut daerah transformasi.14
Proses terjadinya kanker serviks sangat erat hubungannya dengan
proses metaplasia. Masuknya bahan-bahan yang dapat mengubah sifat sel
secara genetik atau mutagen pada saat fase aktif metaplasia dapat
menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas. Perubahan biasanya terjadi pada
daerah SCJ atau daerah transformasi. Sel-sel yang mengalami mutasi dapat
berkembang menjadi sel displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia

23
sedang, displasia berat, kanker in situ dan kemudian berkembang menjadi
kanker invasif.8,9,14

3.5 Manifestasi Klinis Kanker Serviks


Pada stadium dini kanker serviks tidak menunjukkan gejala yang khas atau
bahkan tidak ada gejala sama sekali sehingga sulit diketahui. Beberapa tanda
dan gejala pada kanker serviks antara lain keputihan, perdarahan vagina yang
abnormal, nyeri, anemia dan lain-lain. Pada stadium lanjut baru terlihat tanda-
tanda yang lebih khas untuk kanker serviks, baik berupa perdarahan yang hebat
(terutama dalam bentuk eksofilik), fluor albus yang berbau dan rasa sakit yang
sangat hebat.4,9
Keputihan merupakan keluarnya cairan mukus yang encer, yang keluar
dari vagina makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis
jaringan. Sedangkan perdarahan timbul sebagai akibat terbukanya pembuluh
darah yang makin lama akan lebih sering terjadi. Perdarahan ini dapat terjadi
setelah coitus, dicurigai terjadi pada menstruasi yang lama dan banyak dan
dapat pula terjadi pada wanita menopause. Perdarahan spontan umumnya
terjadi pada tingkat stadium lanjut, terutama pada tumor yang bersifat
eksofitik.4,9
Gejala klinis lain pada kanker serviks yaitu nyeri, rasa nyeri timbul
akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf. Rasa nyeri daerah pelvis dirasakan
di perut bagian bawah sekitar panggul yang biasanya unilateral yang terasa
menjalar ke paha dan ke seluruh panggul. Nyeri bersifat progresif, sering
dimulai dengan low back pain di daerah lumbal, menjalar ke pelvis dan
tungkai bawah. Dapat pula terjadi nyeri pada saat BAK (buang air kecil) atau
BAB (buang air besar). Anemia juga dapat terjadi karena adanya perdarahan
pervaginam yang berulang. Pada stadium kanker lanjut, badan menjadi kurus
karena kekurangan gizi, timbul iritasi pada kandung kemih dan poros usus
besar bagian bawah (rectum), kegagalan faal ginjal (CRF= Chronic Renal
Failure) akibat infiltrasi tumor ke ureter sebelum memasuki kandung kemih,

24
yang menyebabkan obstruksi total, atau timbul gejala-gejala lain yang
disebabkan oleh metastasis jauh dari kanker serviks itu sendiri.4,9
Berdasarkan dari pemeriksaan fisik, dapat ditemukan:
a) Serviks dapat teraba membesar, ireguler, teraba lunak
b) Bila tumor tumbuh eksofitik maka terlihat lesi pada porsio atau
sudah sampai vagina.
Pemeriksaan in spekulo:
a) Adanya portio ulseratif
b) Adanya fluor albus
c) Muncunya darah jika lesi tersentuh (lesi rapuh)
d) Terdapat gambaran seperti bunga kol pada stadium lanjut
Pemeriksaan bimanual:
a) Adanya fluor albus
b) Adanya massa benjolan ataupun erosi ataupun ulkus pada
portio uteri.4,9

1.
2.
3.
3.5
3.6 Stadium Klinik Kanker Serviks

25
Gambar 4: Stadium Klinis Kanker Serviks8

Tabel 1: Stadium Klinik Kanker Serviks Menurut FIGO 20004,8,9


Stadium Kriteria
0 Lesi belum menembus membrane basalis
I Lesi tumor masih terbatas di serviks
IA1 Lesi telah menembus membrane basalis kurang dari 3
mm dengan diameter permukaan tumor < 7 mm
IA2 Lesi telah menembus membrane basalis > 3mm tetapi <
5 mm dengan diameter permukaan tumor <7 mm
IB1 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer < 4
mm
IB2 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer > 4
mm
II Lesi telah keluar serviks (meluas ke parametrium dan
sepertiga proksimal vagina)
26
IIA Lesi telah meluas ke sepertiga vagina proksimal
IIB Lesi telah meluas ke parametrium tetapi tidak mencapai
dinding panggul
III Lesi telah keluar dari serviks (menyebar ke parametrium
dan atau sepertiga vagina distal)
IIIA Lesi menyebar ke sepertiga vagina distal/bawah

IIIB Lesi menyebar ke parametrium sampai dinding pangul


IV Lesi menyebar keluar dari organ genitalia
IVA Lesi meluas keluar rongga panggul, dan atau menyebar
ke mukosa vesika urinaria
IVB Lesi meluas ke mukosa rectum, dan atau meluas ke
organ jauh

27
2
3
3.7 Diagnosis Kanker Serviks
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan Sitologi
Pemeriksaan ini dikenal sebagai tes Papanicolaou (tes Pap). Pap
smear dapat mendeteksi lesi secara dini dengan tingkat ketelitian sampai
90% pada kasus kanker serviks, akibatnya angka kematian akibat kanker
serviks pun menurun sampai lebih dari 50%. Sitodiagnosis didasarkan
pada kenyataan, bahwa sel-sel permukaan secara terus menerus
dilepaskan oleh epitel dari permukaan traktus genitalis. Sel-sel yang
dieksfoliasi atau dikerok dari permukaan epitel serviks merupakan
mikrobiopsi yang memungkinkan kita mempelajari proses dalam keadaan
sehat dan sakit. Sitologi adalah cara skrining sel-sel serviks yang tampak
sehat dan tanpa gejala untuk kemudian diseleksi. Kanker hanya dapat
didiagnosis secara histologik.4,6,8
Setiap wanita yang telah aktif secara seksual sebaiknya menjalani
pap smear secara teratur yaitu 1 kali setiap tahun. Apabila selama 3 kali
berturut-turut menunjukkan hasil pemeriksaan yang normal, maka
pemeriksaan pap smear bisa dilakukan setiap 2 atau 3 tahun sekali. Hasil
pemeriksaan pap smear adalah sebagai berikut14 :
a. Normal
b. CIN I : displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat
ganas), dimana sel abnormal terbatas pada sepertiga luar
28
lapisan permukaan yang melapisi serviks. termasuk
didalamnya adalah perubahan sel yang disebabkan oleh
virus HPV.
c. CIN II : displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat
ganas), dimana sel abnormal menempati setengah dari
lapisan permukaan serviks.
d. CIN III : kanker in situ (kanker terbatas pada lapisan serviks paling
luar) dan kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan
serviks yang lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya),
dimana keseluruhan lapisan epitel tersusun oleh sel
abnormal namun belum menyebar ke bawah permukaan.

Gambar 5 : Histologi Cervic Intraepithelial Neoplasia (CIN)14

2. Biopsi
29
Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu
pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap
smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker.4,6,8
Biopsi dilakukan di daerah abnormal jika squamocolumnar
junction (SCJ) terlihat seluruhnya dengan kolposkopi. Jika SCJ tidak
terlihat seluruhnya atau hanya terlihat sebagian sehingga kelainan di
kanalis servikalis tidak dapat dinilai, maka contoh jaringan diambil
secara konisasi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat dan alat biopsy
harus tajam sehingga harus diawetkan dalam larutan formalin 10%. 4,6,8
3. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Pemeriksaan melihat porsio (juga vagina dan vulva) dengan
pembesaran 10-15x, untuk menampilkan porsio dipulas terlebih dahulu
dengan asam asetat 3-5%. Pada porsio dengan kelainan (infeksi HPV
atau NIS) terlihat bercak putih atau perubahan corakan pembuluh
darah.4,6,8
4. Konisasi
Konisasi serviks adalah pengeluaran sebagian jaringan serviks
sedemikian rupa sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut (konus),
dengan kanalis servikalis sebagai sumbu kerucut. Untuk tujuan
diagnostik, konisasi harus dilanjutkan dengan kuretase. Batas jaringan
yang dikeluarkan ditentukan dengan pemeriksaan kolposkopi atau dapat
pula dengan menggunakan tes Schiller. Pada tes ini digunakan larutan
lugol (yodium 5g, kalium yodida 10g, air 10 ml). Serviks diolesi dengan
larutan yodium, sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat,
sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau kuning.6,8
Konisasi diagnostic dilakukan pada keadaan dimana proses
dicurigai berada di endoserviks rahim, lesi tidak tampak seluruhnya
dengan pemeriksaan kolposkopi, diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas
dasar spesimen biopsi, dan jika terdapat kesenjangan hasil sitologi dan
histopatologik.6,8
5. Tes IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
30
IVA merupakan pemeriksaan skrining alternative dari Papsmear
karena murah dan praktis, sangat mudah dilakukan dengan peralatan
sederhana. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara melihat serviks yang
telah diberi asam asetat 3-5% secara inspekulo. Zat ini akan
meningkatkan osmolaritas cairan ekstraseluler epitel abnormal. Cairan
ekstraseluler hipertonik ini akan menarik cairan intraseluler sehingga
membrane akan kolaps dan jarak antar sel semakin dekat. Akibatnya jika
permukaan epitel disinari maka sinar tersebut tidak akan diteruskan ke
stroma namun akan dipantulkan dan permukaan epitel abnormal akan
berwarna putih.4,6
Daerah metaplasia yang merupakan daerah peralihan juga akan
berwarna putih setelah pengusapan asam asetat tetapi dengan intensitas
yang kurang dan cepat menghilang, ini yang membedakannya dengan
proses pra-kanker dimana epitel putih lebih tajam dan lebih lama
menghilang karena asam asetat berpenetrasi lebih dalam sehingga terjadi
koagulasi protein yang lebih banyak.4,6
Makin putih dan makin jelas, makin tinggi derajat kelainan
histologiknya. Demikian pula makin makin tajam batasnya, makin tinggi
derajat jaringannya, sehingga dengan pemberian asam asetat akan
didapatkan hasil gambaran serviks yang normal (merah homogen) dan
bercak putih (displasia). Dibutuhkan satu sampai dua menit untuk dapat
melihat perubahan-perubahan pada epitel. Serviks yang diberi larutan
asam asetat 5% akan merespon lebih cepat daripada larutan 3%. Efek
akan hilang setelah sekitar 50-60 detik. Lesi yang tampak sebelum
aplikasi larutan asam asetat bukan merupakan epitel putih namun
dikatakan suatu leukoplakia.4,6

3.8 Penatalaksanaan Kanker Serviks


3.8.1 Pencegahan
Kanker dapat dicegah dengan kebiasaan hidup sehat dan
menghindari faktor-faktor penyebab kanker. Pencegahan kanker
31
didefinisikan sebagai pengidentifikasian faktor-faktor yang
menyebabkan timbulnya kanker pada manusia dan membuat sebab-
sebab ini tidak efektif dengan cara-cara apapun yang mungkin.11
Pencegahan kanker serviks dapat berupa pencegahan primer
sekunder maupun tersier. Pencegahan primer merujuk pada
kegiatan/langkah yang dapat dilakukan oleh setiap orang untuk
menghindarkan diri dari faktor-faktor yang dapat menyebabkan
tumbuhnya kanker. Pencegahan primer ini dapat berupa11 :
1. Menghindari berbagai faktor risiko, yaitu hubungan seks pada usia
muda, pernikahan pada usia muda, dan berganti-ganti pasangan seks.
2. Dianjurkan untuk berperilaku hidup sehat, seperti menjaga
kebersihan alat kelamin dan tidak merokok.
Dewasa ini, vaksin terhadap infeksi HPV juga telah ditemukan
dan terus dikembangkan. Penggunaan vaksin dalam mencegah kanker
serviks berdasarkan 99% penyebab kanker serviks adalah infeksi HPV
menetap. Vaksin HPV merupakan vaksin kedua di dunia yang dapat
mencegah kanker, setelah vaksin Hepatitis B yang dapat mencegah
kanker hati. Pengembangan vaksin HPV saat ini lebih menitikberatkan
pada teknologi rekombinan DNA VLP (Viral Like Particle Vaccines)
yang dibentuk dari protein virus. Tujuan utama vaksin HPV saat ini
adalah melindungi manusia terhadap infeksi HPV tipe 16 dan 18, dan
telah dipikirkan untuk mengembangkan vaksin HPV untuk HPV tipe
lainnya seperti 45, 31, 33, 52, 58, dan seterusnya.11
Pencegahan sekunder diterapkan dengan pengidentifikasian
kelompok populasi berisiko tinggi terhadap kanker, skrining populasi
tertentu, deteksi dini kanker pada individu yang tidak bergejala
(asimtomatik) dan pengubahan perilaku manusia sehingga
kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan. Skrining ini dapat
dilakukan melalui pemeriksaan pap smear pada wanita diatas usia 25
tahun, telah menikah dan sudah mempunyai anak.11

32
Deteksi dini penyakit kanker dengan program skrining, dimana
dengan program skrining dapat memperoleh beberapa keuntungan
yaitu : memperbaiki prognosis pada sebagian penderita sehingga
terhindar dari kematian akibat kanker, tidak diperlukan pengobatan
radikal untuk mencapai kesembuhan, adanya perasaan tentram bagi
mereka yang menunjukkan hasil negatif dan penghematan biaya karena
pengobatan yang relatif murah. Di beberapa negara maju yang telah
melakukan program skrining penyakit kanker serviks dalam upaya
menemukan penyakit pada tingkat prakanker, dapat menurunkan
kematian sampai lebih dari 50%.11
Pencegahan tersier ditujukan pada seseorang yang telah positif
menderita kanker serviks dan menjadi cacat karena komplikasi
penyakitnya atau karena pengobatan. Sehingga perlu dilakukan
rehabilitasi untuk mengembalikan bentuk dan atau fungsi organ yang
cacat, supaya penderita dapat hidup dengan layak dan wajar di
masyarakat. Rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk penderita kanker
serviks pasca menjalani operasi contohnya yaitu dengan melakukan
gerakan-gerakan untuk membantu mengembalikan fungsi gerak dan
untuk mengurangi pembengkakan, bagi penderita yang mengalami
alopesia (rambut gugur) akibat kemoterapi dan radioterapi bisa diatasi
dengan memakai wig untuk sementara karena umumnya rambut akan
tumbuh kembali.11

3.8.2 Pengobatan
Tatalaksana Lesi Prakanker
Tatalaksana lesi pra kanker disesuaikan dengan fasilitas
pelayanan kesehatan, sesuai dengan kemampuan sumber daya manusia
dan sarana prasarana yang ada. Pada tingkat pelayanan primer dengan
sarana dan prasarana terbatas dapat dilakukan program skrining atau
deteksi dini dengan tes IVA. Skrining dengan tes IVA dapat dilakukan
dengan cara single visit approach atau see and treat program, yaitu bila

33
didapatkan temuan IVA positif maka selanjutnya dapat dilakukan
pengobatan sederhana dengan krioterapi oleh dokter umum atau bidan
yang sudah terlatih. Pada skrining dengan tes Pap smear, temuan hasil
abnormal direkomendasikan untuk konfirmasi diagnostik dengan
pemeriksaan kolposkopi. Bila diperlukan maka dilanjutkan dengan
tindakan Loop Excision Electrocauter Procedure (LEEP) atau Large
Loop Excision of the Transformation Zone (LLETZ) untuk kepentingan
diagnostik maupun sekaligus terapeutik.16
Bila hasil elektrokauter tidak mencapai bebas batas sayatan, maka
bisa dilanjutkan dengan tindakan konisasi atau histerektomi total.
Temuan abnormal hasil setelah dilakukan kolposkopi :
 LSIL (low grade squamous intraepithelial lesion),dilakukan
LEEP dan observasi 1 tahun.
 HSIL(high grade squamous intraepithelial lesion),
dilakukan LEEP dan observasi 6 bulan16

Kanker serviks dapat ditangani dengan pembedahan, terapi radiasi


atau kemoterapi. Penentuan terapi yang digunakan berdasarkan
stadium, ukuran dan lokasi kanker, usia dan kondisi kesehatan pasien.
Terapi kanker serviks dilakukan bilamana diagnosis telah dipastikan
secara histologik. Pengobatan pada kanker serviks dapat berupa:
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif
maupun paliatif. Kuratif adalah tindakan yang langsung
menghilangkan penyebabnya sehingga manifestasi klinik yang
ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan tindakan paliatif adalah
tindakan yang berarti memperbaiki keadaan penderita. Pembedahan
dipilih hanya untuk kanker serviks stadium I sampai IIA. 4,8,9
Ada beberapa macam bentuk terapi bedah, antara lain: a)
radical trachelectomy, merupakan suatu cara pembedahan dimana
serviks, sebagian vagina dan limfonodi pelvis diangkat. Pembedahan
34
ini ditujukan untuk tumor yang kecil dan pada pasien kanker serviks
yang ingin memiliki keturunan lagi; b) total hysterectomy, dilakukan
pengangkatan uterus dan serviks; c) radical hysterectomy, dilakukan
pengangkatan serviks, beberapa jaringan disekitar serviks, uterus dan
sebagian vagina. Pembedahan secara radikal dan total histerektomi
harus diikuti dengan pengangkatan jaringan tuba dan ovarium yang
dikenal sebagai salpingo-oophorectomy, dan pengangkatan
limfonodi yang berada didekat tumor. 4,8,9
2. Terapi penyinaran (radioterapi)
Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif yang
masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan
sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan
menghentikan pertumbuhannya.24 Terdapat dua macam terapi
penyinaran untuk kanker serviks, yaitu: a) terapi radiasi eksternal,
dilakukan sebanyak lima kali dalam seminggu (sekali dalam sehari)
selama 6 minggu, b) terapi radiasi internal (brachytherapy), terapi ini
dilakukan dengan menempatkan kapsul radioaktif di vagina atau
dekat serviks. terapi ini dapat diulang dua kali atau lebih selama
beberapa minggu. 4,8,9
3. Kemoterapi
Apabila kanker telah menyebar ke luar panggul, maka
dianjurkan menjalani kemoterapi. Kemoterapi menggunakan obat
obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat anti-kanker bisa
diberikan melalui suntikan intravena atau melalui mulut.4,8,9
4. Terapi biologis
Terapi biologi berguna untuk memperbaiki sistem kekebalan tubuh
dalam melawan penyakit. Terapi biologis tersebut dilakukan pada
kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.4,8,9

3.9 Prognosis

35
Prognosis kanker serviks tergantung dari tingkatan klinik dan jenis histologik
tumor. Biasanya penyakit ini ditemukan dalam stadium lanjut, maka angka
harapan hidupnya tidak seberapa baik. Harapan hidup selama 5 tahun pada pasien
kanker serviks yaitu 100% pada stadium prainvasif, 90% pada stadium I, 82%
pada stadium II, 35% pada stadium III dan 10% pada stadium IV.8,14
Pasien kanker serviks yang tidak diobati atau tidak memberikan respons
terhadap pengobatan, 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah
timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki risiko tinggi
terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati
dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadi 80% rekurensi dalam 2
tahun.4,8,14
BAB IV
PEMBAHASAN

1.
2.
3.
4.
4.1 Anamnesis
Teori Kasus
 Pada stadium dini tidak ada gejala khas,  Nyeri perut bawah
terkadang asimtomatik. Namun dapat  Perdarahan dari jalan lahir
ditemukan: yang abnormal, dialami
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari selama kurang lebih lima
vagina. Getah yang keluar dari vagina ini bulan terakhir
makin lama makin berbau busuk karena  Keputihan, berlendir, berbau,
adanya infeksi dan nekrosis jaringan. dan gatal pada kemaluan.
2. Perdarahan abnormal, biasanyasetelah  Nyeri pada jalan lahir dan
senggama (post coital bleeding), perdarahan tulang kemaluan.
diluar masa haid, haid yang lama, dan
timbulnya perdarahan setelah masa
36
menopause
3. Timbul gejala-gejala anemia akibat dari
perdarahan abnormal yang berulang.
4. Timbul nyeri pada daeah panggul (pelvis)
atau pada daerah perut bagian bawah bila
terjadi peradangan pada panggul dan
infiltrasi sel tumor ke serabut saraf.
 Pada stadium lanjut dapat terlihat tanda-tanda
yang lebih khas untuk kanker serviks, baik
berupa perdarahan yang hebat, fluor albus yang
berbau dan rasa sakit yang sangat hebat.
 Pada stadium kanker lanjut, badan menjadi
kurus karena kekurangan gizi, timbul iritasi
pada kandung kemih dan poros usus besar
bagian bawah (rectum), kegagalan faal ginjal
(CRF= Chronic Renal Failure) akibat infiltrasi
tumor ke ureter sebelum memasuki kandung
kemih, yang menyebabkan obstruksi total, atau
timbul gejala-gejala lain yang disebabkan oleh
metastasis jauh dari kanker serviks itu sendiri.

4.2 Pemeriksaan Fisik


Teori Kasus

Tanda - Dari pemeriksaan fisik pasien,


a. Pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital, dan fungsi
b. Serviks dapat teraba membesar, jantung, paru dan hepar normal.
ireguler, teraba lunak Status Ginekologis
c. Bila tumor tumbuh eksofitik Inspeksi: Tidak tampak massa abdomen,
maka terlihat lesi pada porsio tidak ada bekas operasi.
atau sudah sampai vagina. Palpasi: nyeri tekan suprapubik (+)

37
b. Pemeriksaan in spekulo : Inspekulo: lesi (+) labia mayor sinistra,
e) Adanya portio ulseratif massa portio (+), fluksus (+)
f) Adanya fluor albus
g) Munculnya darah jika lesi Vaginal Toucher: ostium uteri eksterna
tersentuh (lesi rapuh) tertutup, portio teraba kenyal, tidak rata dan
h) Terdapat gambaran seperti kasar, teraba massa pada porsio, konsistensi
bunga kol pada stadium lanjut kenyal, berdungkul-dungkul, ukuran massa
berukuran kira-kira lebih dari 5 x 4 x 4 cm,
c. Pemeriksaan bimanual : teraba hingga ke 1/3 bawah vagina anterior,
c) Adanya fluor albus adneksa parametrium kiri teraba tegang,
d) Adanya massa benjolan ataupun cavum douglas tidak menonjol. Nyeri tekan
erosi ataupun ulkus pada portio (+).
uteri Handscoen: flek darah (+), warna merah
 Diagnosis harus dipastikan dengan segar, lendir (+).
pemeriksaan histologi dan jaringan
yang diperoleh dari biopsi.

4.3 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang
Teori Fakta
Diagnosis dapat ditegakkan dengan - Biopsi
bantuan beberapa pemeriksaan Makroskopis : Diterima hancuran jaringan,
penunjang sebagai berikut: jumlah 2cc, warna coklat kehitaman
- Sitologi Pap Smear Mikroskopis : Tumor terdiri dari sel sel
- Biopsi epitel yang tumbuh tidak beraturan, inti sel
- Kolposkopi bulat, kromatin kasar, mitosis dapat
- Konisasi ditemukan, sitoplasma tampak jerinh.
- Tes IVA Kesimpulan : Clear cell carcinoma cervix
Sedangkan pemeriksaan penunjang uteri
berupa laboratorium darah, kimia Foto Thorax : Cor dan pulmo tak tampak
38
klinik, sampai dengan urinalisa kelainan, tak tampak nodul metastase
berfungsi sebagai skrining ada atau Echocardiography :Normal
tidaknya penyakit lain pada pasien. echocardiography
Pada pasien yang telah mengalami - Laboratorium:
kemoterapi, pemeriksaan laboratorium - Hematologi :
darah sangat penting karena beberapa Hemoglobin : 13,0 mg/dl
jenis obat kemoterapi ada yang Leukosit : 4520/μL
berpengaruh pada kerja sumsum tulang Trombosit : 270.000/μL
yang merupakan pabrik pembuat sel Hematokrit : 40,8 %
darah merah, sehingga jumlah sel darah
merah menurun. Yang paling sering - Kimia Klinik :
adalah penurunan sel darah putih Glukosa Darah Sewaktu : 100 mg/dL
(leukosit). Penurunan sel darah terjadi Glukosa 2 Jam PP : 107 mg/dL
setiap kemoterapi, dan test darah SGOT : 14 U/L
biasanya dilakukan sebelum kemoterapi SGPT : 11 U/L
berikutnya untuk memastikan jumlah Asam Urat : 6,0 mg/dL
sel darah telah kembali normal. Ureum : 20,0 mg/dL
Creatinin : 0,5 mg/dL
HbsAg : Non reaktif
Ab HIV : Non reaktif

4.4 Tatalaksana
Penatalaksanaan
Teori Fakta
 Stadium IA : Konisasi,  kemoterapi cisplatin-etopusid ke 3
histerektomi ekstrafasial, radiasi
 Stadium IB-IIA : Histerektomi
radikal, radiasi
 Stadium IIB-IV : Radiasi,
kemoterapi

39
BAB V
PENUTUP

Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal yang terjadi pada


daerah serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan
pintu masuk kearah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dan liang senggama
(vagina), dan merupakan kanker primer yang berasal dari serviks (kanalis
servikalis dan atau porsio).
Gejala kanker serviks yang banyak terjadi adalah perdarahan pervaginam
abnormal (44,8%), selanjutnya diikuti dengan keputihan (23,8%) dan nyeri
panggul (15,2%). Kanker serviks dapat ditangani dengan pembedahan, terapi
radiasi atau kemoterapi. Penentuan terapi yang digunakan berdasarkan stadium,
ukuran dan lokasi kanker, usia dan kondisi kesehatan pasien. Terapi kanker
serviks dilakukan bilamana diagnosis telah dipastikan secara histologik.
Prognosa kanker serviks tergantung dari tingkatan klinik dan jenis
histologik tumor. Biasanya penyakit ini ditemukan dalam stadium lanjut, maka
angka harapan hidupnya tidak seberapa baik. Harapan hidup selama 5 tahun pada

40
pasien kanker serviks yaitu 100% pada stadium prainvasif, 90% pada stadium I,
82% pada stadium II, 35% pada stadium III dan 10% pada stadium IV.

41
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO (Februari, 2017). Cancer factsheet (online). Diperoleh dari


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs297/en/ tanggal 21 oktober
2018.
2. WHO (Juni, 2016). HPV and Cervical cancer factsheet. Diperoleh dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs380/en/ tanggal 21 oktober
2018.
3. ICO Information Centre on HPV and Cancer (2016). Indonesia – Human
papillomavirus and related cancers, factsheet 2016. Barcelona: pengarang.
4. Kampono, N. (2011). Kanker Ganas Alat genital dalam Ilmu Kandungan
Sarwono, edisi ketiga (Ed: M. Anwar, A. Baziad, R. P. Prabowo). Jakarta:
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
5. Aziz, N., & Yousfani, S. (2013). Pattern of presentation of cervical
carcinoma at Nuclear Institute of Medicine and Radiotherapy, Pakistan.
Pak J Med Sci, 29 (3): 814-817.
6. American Cancer Society. (2016). Cervical Cancer Overview.
7. Boardman, C. (2014). Cervical Cancer Clinical Presentation. Dipetik December
1, 2015, dari Cervical Cancer Clinical Presentation:
http://emedicine.medscape.com/article/253513-clinical#b3
8. Cunningham, F. (2007). Williams Ginekolog. Jakarta: EGC
9. Gibbs, R. S., Karlan, B. Y., Haney, A. F., & Nygaard, I. E. (2008).
Cervical Cancer. In Danforth’s Obstetry and Gynecology, 10th ed. USA:
Lippincott Williams & Wilkins.
10. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Dalam : Prasetyo A, Pendit BU,
Priliono T, editor. Buku Ajar Patologi Volume 1. Edisi 7. Jakarta : EGC;
2007. h. 186-230.
11. Pradipta, B., & S. Saleha. (2007). Penggunaan vaksin HPV dalam
Pencegahan Kanker Serviks. Majalah Kedokteran Indonesia 57 (11): 391-
396.

42
12. Prayitno A, Darmawan R, Yuliadi I, Mudigdo A. Ekspresi Protein p53,
Rb, dan c-myc pada Kanker Serviks Uteri dengan Pengecatan
Imunohistokimia. Biodiversitas. Surakarta: Bagian Kebidanan dan
Penyakit Kandungan RSUD dr. Muwardi Surakarta; 2005. 6: 157-159.
13. Schiffman M, Castle PE. The Promise of Global Cervical Cancer
Prevention. The New England Journal of Medicine; 2005. 353: 2102-
2103.
14. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Dalam : Hartanto H.,Darmaniah N.,
Wulandari N., editor. Buku Ajar Patologi Volume 2. Edisi 7. Jakarta :
EGC; 2007. h. 765-766.
15. Wiebe K, Denny L, Thomas G. Cancer of the cervix uteri. International
journal of gynecology and obstetrics: 2012
16. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Panduan penatalaksanaan
kanker serviks. Komite penanggulangan kanker nasional
17. Pedoman pelayanan medik kanker ginekologi, kanker serviks, ed-2,2011,
hal 19-28
18. European soviety gynecology oncology (ESGO), algoritms for
management of cervical cancer, 2011.

43

Anda mungkin juga menyukai