Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
KANKER SERVIKS
Disusun Oleh :
Reny Indriyani 1810029033
Pembimbing :
dr. Andriansyah, Sp.OG (K) Onk
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan
tubuh yang tidak normal dan dapat menyerang berbagai jaringan di dalam organ
tubuh, termasuk organ reproduksi perempuan yang terdiri dari payudara, uterus,
ovarium, dan vagina. Menurut World Health Organization (WHO), kanker
merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas di dunia, dengan
perkiraan 14 juta kasus baru pada tahun 2012. Kanker merupakan penyakit yang
serius, dimana ia merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia, dengan
jumlah 8,8 juta kasus kematian pada tahun 2015. Secara global, 1 dari 6 kematian
disebabkan oleh kanker.1
Salah satu kanker yang menyebabkan kesakitan dan kematian pada
perempuan adalah kanker serviks. Angka kejadian dan angka kematian akibat
kanker serviks di dunia menempati urutan kedua setelah kanker payudara,
termasuk di Indonesia. Menurut WHO, pada tahun 2012 diperkirakan ada 445.000
kasus baru kanker serviks dan lebih dari 270.000 kematian akibat kanker serviks
di seluruh dunia.2 Di Indonesia, diperkirakan insidensi kasus baru kanker serviks
adalah sekitar 20.928 kasus pertahunnya, dan menyebabkan hingga 9.498
kematian.3
Di Indonesia kanker serviks menduduki urutan kedua dari 10 kanker
terbanyak berdasar data dari Patologi Anatomi tahun 2010 dengan insidens
sebesar 12,7%. Menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI saat ini, jumlah
wanita penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk
dan setiap tahun terjadi 40 ribu kasus kanker serviks.16
Penyebab kanker serviks belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor
ekstrinsik mempunyai hubungan erat dengan kejadiannya, diantaranya adalah
jarang ditemukan pada perawan, insiden tinggi pada wanita yang telah menikah,
terutama pada gadis yang koitus pertama dialami pada usia amat muda (kurang
dari 16 tahun), insidensi meningkat dengan tingginya paritas, apalagi apabila jarak
persalinan amat dekat, sosio-ekonomi rendah, hygiene seksual yang jelek,
3
aktivitas seksual yang sering berganti-ganti pasangan (promiskuitas), jarang
ditemukan pada pasangan suami yang disunat (sirkumsisi), sering ditemukan pada
wanita yang mengalami infeksi HPV (human papilloma virus) tipe 16 dan 18 dan
kebiasaan merokok.4
Beberapa gejala yang ditimbulkan pada kanker serviks antara lain adalah
perdarahan melalui vagina, misalnya setelah melakukan koitus (pasca senggama),
atau perdarahan menstruasi yang lebih banyak dan lebih sering, ataupun timbul
perdarahan diantara siklus menstruasi. Selain itu terdapat pula gejala keputihan,
terjadi perdarahan pervaginam meskipun telah memasuki masa menopause dan
timbul nyeri panggul (pelvis).4 Gejala kanker serviks yang banyak terjadi adalah
perdarahan pervaginam abnormal (44,8%), selanjutnya diikuti dengan keputihan
(23,8%) dan nyeri panggul (15,2%).5
1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang kanker serviks dan perbandingan antara teori dengan
kasus nyata kanker serviks.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui teori tentang kanker serviks yang mencakup definisi,
epidemiologi, etiologi, klasifikasi, tanda dan gejala, diagnosis,
penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis.
2. Mengetahui perbandingan antara teori dengan kasus nyata kanker serviks
yang terjadi di Ruang Mawar Nifas RSUD Abdul Wahab Syahranie.
1.3 Manfaat
1.3.1. Manfaat Ilmiah
Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran
terutama bidang Obstetri dan Ginekologi, khususnya tentang kanker serviks.
1.3.2. Manfaat bagi Pembaca
Makalah ini diharapkan menjadi sumber pengetahuan bagi pembaca
mengenai kanker serviks.
4
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Anamnesa
a) Identitas Pasien
Nama : Ny H
Usia : 49 tahun
Agama : Kristen
Suku : Dayak
Pendidikan : S2
Pekerjaan : Dosen
Alamat : Jl. Kalingu II Palangkaraya
Masuk Rumah Sakit pada tanggal 12 oktober 2018, pukul 14.51 WITA
b) Identitas Suami
Nama : Tn. R
Usia : 50 tahun
Agama : Kristen
Suku : Dayak
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Kalingu II Palangkaraya
c) Keluhan Utama:
Nyeri perut bawah sejak 5 bulan yang lalu
g) Riwayat Pernikahan
Pasien 2 kali menikah, pertama kali menikah pada usia 27 tahun dan lama
pernikahan dengan suami sekarang 11 tahun.
h) Riwayat Kontrasepsi
Pasien menggunakan pil KB selama 10 tahun
i) Riwayat Menstruasi
Umur Menarche : 12 tahun
Lama : 6-7 hari
Banyak darah : 3 kali ganti pembalut dalam sehari
Sakit waktu menstruasi : dalam batas normal
6
j) Riwayat Obstetri
No Tahun Tempa Usia Jenis Penolong Penyulit JK/BB Keadaan
. t Kehamilan Persalinan Lahir
1. 1996 RS Aterm Spontan dokter - 2700 gr Hidup
pervaginam
2. 1997 Rumah Aterm Spontan Bidan - 2700 gr Hidup
pervaginam
3. 2000 Rumah Aterm Spontan dokter - 3900 gr Hidup
pervaginam
4 2008 RS Aterm Spontan Bidan - 2800 gr Hidup
pervaginam
7
Inspeksi : Bentuk dan pergerakan dinding dada simetris
dekstra=sinistra, retraksi (-/-)
Palpasi : Fremitus raba dextra=sinistra
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)
- Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas kanan ICS II parasternal line dextra
Batas kiri ICS V midclavicular line sinistra
Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Lihat status ginekologi
Ekstremitas :
Atas : Akral hangat, edema (-/-)
Bawah : Akral hangat, edema (-/-)
g) Status Ginekologis
Inspeksi : Tidak tampak massa abdomen, tidak ada bekas
operasi.
Palpasi : Nyeri tekan suprapubik (+)
Inspekulo : Lesi (+) di labia mayor sinistra , massa portio (+),
fluksus (+)
Vaginal Toucher : Ostium uteri eksterna tertutup, portio teraba kenyal,
tidak rata dan kasar, teraba massa pada porsio,
konsistensi kenyal, berdungkul-dungkul, ukuran
massa berukuran kira-kira lebih dari 5 x 4 x 4 cm,
teraba hingga ke 1/3 bawah vagina anterior, adneksa
parametrium kiri teraba tegang, cavum douglas tidak
menonjol. Nyeri tekan (+).
Handscoen: flek darah (+), warna merah segar, lendir
(+).
8
2.3 Pemeriksaan Penunjang
- USG
Hasil USG tanggal 01 08 2018 di Poliklinik Obgyn.
- Laboratorium:
- Hematologi :
Hemoglobin : 13,0 mg/dl CT : 0,19
Leukosit : 4520/μL LED : 25 mm/jam
Trombosit : 270.000/μL
Hematokrit : 40,8 %
- Kimia Klinik :
Asam Urat : 6,0 mg/dL
9
Ureum : 20,0 mg/dL
Creatinin : 0,5 mg/dL
HbsAg : Non reaktif
Ab HIV : Non reaktif
Glukosa Darah Sewaktu : 100 mg/dL
Glukosa 2 Jam PP : 107 mg/dL
SGOT : 14 U/L
SGPT : 11 U/L
- Biopsi
Makroskopis : Diterima hancuran jaringan, jumlah 2cc, warna coklat
kehitaman
Mikroskopis : Tumor terdiri dari sel sel epitel yang tumbuh tidak
beraturan, inti sel bulat, kromatin kasar, mitosis dapat
ditemukan, sitoplasma tampak jerinh.
Kesimpulan : Clear cell carcinoma cervix uteri
- Foto Thorax : Cor dan pulmo tak tampak kelainan, tak tampak nodul
metastase
- Echocardiography : Normal echocardiography
2.4 Diagnosis
Ca servix stadium IIIB
2.5 Penatalaksanaan
Kemoterapi cisplatin-etopusid ke 3
2.6 Follow Up
10
WAKTU FOLLOW UP
12/10/18 Menerima pasien dari poliklinik dengan Ca servix stadium
14.51 WITA IIIB pro kemoterapi ke 3 di Ruang Mawar Nifas
S : nyeri perut bawah
O : KU sakit sedang, kesadaran composmentis
TD : 110/70 mmHg N : 78 x/menit
RR : 20 x/menit T : 36,2°C
A : Ca servix Stadium IIIB
P : pro cisplatin-etopusid ke 3
Tunggu resep kemoterapi dan jadwal kemoterapi
12/10/2018 S : nyeri perut bawah
21:30 WITA O : KU sakit sedang, kesadaran composmentis
TD : 120/80 mmHg N : 85 x/menit
RR : 18 x/menit T : 36,4°C
A : Ca servix Stadium IIIB
P : pro cisplatin-etopusid ke 3
Rencana kemoterapi besok (13/10/2018)
Dipasang IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
Injeksi Dexamethason 10 mg (2 ampul) (i.v.)
11
08.300 WITA S : nyeri seluruh tubuh, lemas, mual (+), muntah (-)
O : KU sedang, kesadaran CM
TD : 130/80 mmHg N : 88 x/menit
RR : 20 x/menit T : 36,5°C
A : Ca servix Stadium IIIB + post kemoterapi cisplatin-
etopusid ke 3
P : Observasi KU dan tanda-tanda vital
Pasien rencana pulang setelah visite dr. Sp.OG
14/10/2018 S : nyeri seluruh tubuh, lemas, mual (+), muntah (-)
10:00 WITA O : KU sedang, kesadaran CM
TD : 120/70 mmHg N : 90 x/menit
RR : 20 x/menit T : 36,7°C
A : Ca servix Stadium IIIB + post kemoterapi cisplatin-
etopusid ke 3
P : Observasi KU dan tanda-tanda vital
dr. Sp.OG melakukan visite :
- KIE pasien dan keluarga bahwa keluhan adalah efek
samping dari kemoterapi
- Pasien boleh pulang. Resep pulang :
Ondansentron 2 x 8 mg tab (p.o.)
Neurobion 5000 1 x 1 tab (p.o.)
Biosanbe 1 x 1 tab (p.o.)
Paracetamol 500 1 x 3 tab (p.o.)
Pasien diberikan surat kontrol dan dianjurkan kontrol lagi ke
Poliklinik Obgyn tanggal 17/10/2018.
BAB III
12
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Kanker serviks (karsinoma serviks) adalah tumbuhnya sel-sel abnormal
yang terjadi pada daerah serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi
wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim yang terletak antara rahim
(uterus) dan liang senggama (vagina), dan merupakan kanker primer yang berasal
dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio).6
3.2 Epidemiologi
` Kanker serviks adalah penyebab paling umum kedua dari kematian terkait
kanker pada wanita di negara berkembang. Di seluruh dunia kanker servik
meyebabkan 275.000 wanita meninggal pertahunya.15 Di Amerika Serikat, angka
kejadian kanker serviks invasif telah menurun selama beberapa dekade terakhir,
terkait dengan penggunaan metode skrining memakai tes Pap (Pap smear).2,7
Secara internasional, lebih dari 500.000 kasus baru didiagnosis setiap
tahun; dimana prevalensinya sangat bervariasi, mulai dari insiden tahunan 4.5
kasus per 100.000 di Asia Barat menjadi 34,5 per 100.000 wanita di Afrika
Timur.7 Menurut WHO, pada tahun 2012 diperkirakan ada 445.000 kasus baru
kanker serviks dan lebih dari 270.000 kematian akibat kanker serviks di seluruh
dunia.2 Di Indonesia, diperkirakan insidensi kasus baru kanker serviks adalah
sekitar 20.928 kasus pertahunnya, dan menyebabkan hingga 9.498 kematian.3
Pada tahun 2010 estimasi jumlah insiden kanker serviks adalah 454.000
kasus. Data ini didapatkan dari registrasi kanker berdasarkan populasi, registrasi
data vital, dan data otopsi verbal dari 187 negara dari tahun 1980 sampai 2010.
Per tahun insiden dari kanker serviks meningkat 3.1% dari 378.000 kasus pada
tahun 1980. Ditemukan sekitar 200.000 kematian terkait kanker serviks, dan
46.000 diantaranya adalah wanita usia 15-49 tahun yang hidup di negara sedang
berkembang.17
Berdasarkan GLOBOCAN 2012 kanker serviks menduduki urutan ke-7
secara global dalam segi angka kejadian (urutan ke urutan ke- 6 di negara kurang
berkembang) dan urutan ke-8 sebagai penyebab kematian (menyumbangkan 3,2%
mortalitas, sama dengan angka mortalitas akibat leukemia). Kanker serviks
menduduki urutan tertinggi di negara berkembang, dan urutan ke 10 pada negara
maju atau urutan ke 5 secara global.18
14
Di Indonesia kanker serviks menduduki urutan kedua dari 10 kanker
terbanyak berdasar data dari Patologi Anatomi tahun 2010 dengan insidens
sebesar 12,7%. Menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI saat ini, jumlah
wanita penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk
dan setiap tahun terjadi 40 ribu kasus kanker serviks.16
Kejadian kanker serviks akan sangat mempengaruhi hidup dari
penderitanya dan keluarganya serta juga akan sangat mempengaruhi sektor
pembiayaan kesehatan oleh pemerintah. Oleh sebab itu peningkatan upaya
penanganan kanker serviks, terutama dalam bidang pencegahan dan deteksi dini
sangat diperlukan oleh setiap pihak yang terlibat.16
2
3
3.2
3.3 Etiologi
Penyebab terjadinya kanker serviks belum diketahui, tetapi terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kanker ini, sebagai berikut:
3.3.1 Usia
15
Kanker serviks terjadi mulai dari dekade kedua kehidupan.
Setengah dari perempuan didiagnosis dengan penyakit ini adalah
antara 35 - 55 tahun dan jarang mempengaruhi perempuan di bawah
usia 20 tahun. Usia lebih dari 35 tahun mempunyai risiko tinggi
terhadap kanker serviks. Semakin tua usia seseorang, maka semakin
meningkat risiko terjadinya kanker laher rahim. Meningkatnya risiko
kanker serviks pada usia lanjut merupakan gabungan dari
meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap
karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat
usia.4,8,9
3.3.2 Usia pertama menikah
Usia pertama kali menikah atau berhubungan seksual
merupakan salah satu faktor yang cukup penting, karena terjadinya
kanker serviks dengan masa latennya memerlukan waktu 30 tahun
sejak melakukan hubungan seksual pertama, sehingga hubungan
seksual pertama dianggap awal dari mula proses munculnya kanker
serviks. Wanita yang menikah dibawah usia 16 tahun biasanya 10-12
kali lebih besar kemungkinan terjadinya kanker serviks daripada yang
menikah setelah berusia 20 tahun ke atas.4,8,9
Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita
benar-benar matang. Ukuran kematangan bukan hanya dilihat dari
sudah menstruasi atau belum. Kematangan juga bergantung pada sel-
sel mukosa yang terdapat di selaput kulit bagian dalam rongga tubuh.
Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah wanita berusia 20
tahun ke atas. Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-sel mukosa
pada serviks. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks belum
matang dan terjadi proses metaplasia skuamosa yang aktif yang terjadi
di dalam zona transformasi. Artinya, masih rentan terhadap
rangsangan sehingga tidak siap menerima rangsangan dari luar.
Termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma ataupun bahan
karsinogenik.4,8,9
16
Metaplasia skuamosa merupakan suatu proses fisiologi, tetapi di
bawah pengaruh karsinogen, perubahan sel dapat terjadi sehingga
mengakibatkan suatu zona transformasi yang tidak patologik.
Perubahan ini menginisiasi suatu proses neoplasia intraepitel serviks
(Cervic Intraepithel Neoplasma = CIN) yang merupakan fase
prainvasif dari kanker serviks.10,11
3.3.3 Paritas
Kanker serviks dijumpai pada wanita yang sering partus.
Semakin sering partus semakin besar kemungkinan risiko mendapat
kanker serviks. Pada beberapa penelitian dengan metode case control
didapatkan bahwa wanita yang 3 atau 4 kali partus memiliki 2,6 kali
risiko untuk terkena kanker serviks, sedangkan wanita yang
melahirkan lebih dari 7 memiliki risiko sebesar 3,8 kali.8,9
Alasan fisiologi adanya hubungan antara paritas dan kanker
serviks sampai saat ini belum jelas, namun kemungkinan faktor
hormonal pada saat kehamilan yang membuat wanita lebih peka
terhadap infeksi HPV (human papilloma virus) dan trauma serviks
pada saat melahirkan diduga sebagai alasannya.8,9
3.3.4 Kontrasepsi yang pernah digunakan
Penggunaan kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka lama
yaitu lebih dari 4 tahun dapat meningkatkan risiko kanker serviks 1,5-
2,5 kali. Kontrasepsi oral mungkin dapat meningkatkan risiko kanker
serviks karena jaringan serviks merupakan salah satu sasaran yang
disukai oleh hormon steroid perempuan.8,9
3.3.5 Berganti-ganti pasangan seksual
Kebiasaan berganti-ganti pasangan akan memungkinkan
tertularnya penyakit kelamin, salah satunya HPV. Risiko terjadinya
kanker serviks meningkat lebih dari 10 kali bila mitra seks 6 atau
lebih.4,8,9
3.3.6 Penyakit menular seksual (PMS)
17
Penyakit menular seksual merupakan penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seksual. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri
maupun virus, diantaranya adalah HPV (human papilloma virus),
HSV (herpes simplek virus), HIV (human immunodeficiency virus)
dan Klamidia. Pada proses karsinogenesis asam nukleat virus tersebut
dapat bersatu ke dalam gen DNA sel pejamu sehingga menyebabkan
terjadinya mutasi sel.4,8,9
1. HPV (human papilloma virus)
Wanita yang terkena penyakit akibat hubungan seksual berisiko
terkena virus HPV, karena virus HPV diduga sebagai penyebab utama
terjadinya kanker serviks sehingga wanita yang mempunyai riwayat
penyakit kelamin berisiko terkena kanker serviks.4,9
Saat ini terdapat 138 jenis HPV yang sudah dapat teridentifikasi
yang 40 di antaranya dapat ditularkan lewat hubungan seksual.
Beberapa tipe HPV merupakan virus risiko rendah yang jarang
menimbulkan kanker, sedangkan tipe yang lain bersifat virus risiko
tinggi. Baik tipe risiko tinggi maupun tipe risiko rendah dapat
menyebabkan pertumbuhan abnormal pada sel tetapi pada umumnya
hanya HPV tipe risiko tinggi yang dapat memicu kanker. Virus HPV
risiko tinggi yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual adalah
tipe 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 69, dan mungkin
masih terdapat beberapa tipe yang lain. Beberapa penelitian
mengemukakan bahwa lebih dari 90% kanker serviks disebabkan oleh
tipe 16 dan 18. Dari kedua tipe ini HPV 16 sendiri menyebabkan lebih
dari 50% kanker serviks. Dari berbagai penelitian terdapat tiga
golongan HPV yang berhubungan dengan kanker serviks, yaitu: HPV
risiko rendah (HPV tipe 6, 11 dan jarang tipe 46 pada kanker invasif),
HPV risiko sedang (HPV tipe 33, 35, 40, 43, 51, 56, dan 58) dan HPV
risiko tinggi (HPV tipe 16, 18, dan 31).9
Human Papilloma Virus merupakan faktor inisiator kanker
serviks. Secara seluler, mekanisme terjadinya kanker serviks berkaitan
18
dengan siklus sel yang diekspresikan oleh HPV. Genom virus ini
terdiri dari the early region (E) yang mengkode protein dan berperan
pada replikasi genom, sedangkan the late region (L) berisi gen-L yang
mengkode protein kapsid.9,10,12
Protein utama yang terkait dengan karsinogen adalah E6 dan E7.
Protein E6 (oncoprotein) mempunyai peran dalam proliferasi sel yang
dihubungkan dengan keberadaan tumor suppressor gene p53. Protein
E7 (oncoprotein) mempunyai peran dalam proliferasi sel yang
dihubungkan dengan keberadaan tumor suppressor gene pRb. Protein
E7 akan mengikat gen Rb. Gen p53 adalah gen yang mengkode
phosphoprotein inti sel dan bertindak sebagai negatif regulator dalam
siklus sel, sehingga dikelompokkan dalam gen-gen penekan tumor.
Gen Rb adalah gen yang ditemukan bertanggung jawab pada tumor
retina mata (retinoblastoma) dan merupakan prototipe dari gen-gen
penekan tumor.9,10,12
Bentuk genom HPV sirkuler jika terintegrasi akan menjadi linier
dan terpotong di antara gen E2 dan E1. Integrasi antara genom HPV
dan DNA manusia menyebabkan gen E2 tidak berfungsi, jika E2 tidak
berfungsi akan merangsang E6 dan E7 berikatan dengan gen p53 dan
pRb. Protein E6 dari HPV 16 and 18 akan mengakibatkan inaktivasi
gen p53 melalui mekanisme pengikatan yang disebut ubiquitin-
dependent proteolytic pathway (E6AP), sehingga akan terjadi
penurunan kadar protein p53 (wild type). Protein E7 (oncoprotein)
akan mengikat gen pRb, sehingga akan berakibat sama seperti pada
protein p53. Ikatan E7 dengan pRb tersebut menyebabkan tidak
terikatnya gen E2F (faktor transkripsi) oleh protein-pRb, sehingga gen
E2F menjadi aktif dan akan membantu c-myc untuk terjadinya
replikasi DNA dan menstimuli proliferasi sel. Siklus sel yang tidak
terkontrol menyebabkan proliferasi sel melebihi batas normal
sehingga berubah menjadi sel karsinoma.9,10,12
19
Gambar 2: Perjalanan Infeksi HPV menjadi Kanker Serviks 13
20
kanker dan memperlambat pertumbuhan dan penyebarannya. Pada
wanita dengan HIV, pre kanker serviks lebih cepat berkembang
menjadi kanker invasif dibanding wanita non HIV.4,6
3. Klamidia
Klamidia merupakan bakteri yang dapat menginfeksi sistem
reproduksi. Bakteri ini dapat menyebar melalui kontak seksual. Infeksi
Klamidia dapat menyebabkan terjadinya infeksi pelvis yang
mengakibatkan infertil. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
wanita yang pernah dan baru terinfeksi Klamidia berdasarkan
pemeriksaan tes darah memiliki risiko yang tinggi terhadap kanker
serviks. Infeksi Klamidia sering tidak menyebabkan gejala apapun,
sehingga wanita tidak tahu jika telah terinfeksi bakteri tersebut.6
3.3.7 Pasangan suami yang tidak sirkumsisi
Beberapa penelitian mengatakan bahwa pria yang sudah
disirkumsisi akan menurunkan risiko terjadinya infeksi HIV, HSV-2
dan HPV, selain itu juga menurunkan risiko terjadinya trikomoniasis
dan vaginosis bakterial pada pasangan wanitanya.4,11
Sirkumsisi merupakan tindakan memotong atau menghilangkan
sebagian atau seluruh kulit penutup depan dari penis (preputium). Pria
yang belum disirkumsisi, ketika melakukan hubungan seksual akan
mengakibatkan terjadinya retraksi preputium sehingga paparan
mukosanya mengenai langsung vagina ataupun cairan serviks. Padahal
rongga pada preputium kondisinya lembab, sehingga menjadi tempat
yang baik bagi pertumbuhan HPV dan HSV-2, sehingga
meningkatkan risiko terjadinya infeksi.11
3.3.8 Merokok
Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogenik baik yang
dihisap sebagai rokok/sigaret atau dikunyah. Asap rokok
menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbon heterocyclic
nitrosamines. Pada wanita perokok, konsentrasi nikotin pada getah
serviks 56 kali lebih tinggi dibandingkan di dalam serum. Efek
21
langsung bahan-bahan tersebut pada serviks adalah menurunkan status
imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus. Risiko
wanita perokok terkena 4-13 kali lebih besar dibandingkan wanita
bukan perokok.8,9.
22
Gambar 3 : Skema Pembentukan Zona Transformasi Serviks14
23
sedang, displasia berat, kanker in situ dan kemudian berkembang menjadi
kanker invasif.8,9,14
24
yang menyebabkan obstruksi total, atau timbul gejala-gejala lain yang
disebabkan oleh metastasis jauh dari kanker serviks itu sendiri.4,9
Berdasarkan dari pemeriksaan fisik, dapat ditemukan:
a) Serviks dapat teraba membesar, ireguler, teraba lunak
b) Bila tumor tumbuh eksofitik maka terlihat lesi pada porsio atau
sudah sampai vagina.
Pemeriksaan in spekulo:
a) Adanya portio ulseratif
b) Adanya fluor albus
c) Muncunya darah jika lesi tersentuh (lesi rapuh)
d) Terdapat gambaran seperti bunga kol pada stadium lanjut
Pemeriksaan bimanual:
a) Adanya fluor albus
b) Adanya massa benjolan ataupun erosi ataupun ulkus pada
portio uteri.4,9
1.
2.
3.
3.5
3.6 Stadium Klinik Kanker Serviks
25
Gambar 4: Stadium Klinis Kanker Serviks8
27
2
3
3.7 Diagnosis Kanker Serviks
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan Sitologi
Pemeriksaan ini dikenal sebagai tes Papanicolaou (tes Pap). Pap
smear dapat mendeteksi lesi secara dini dengan tingkat ketelitian sampai
90% pada kasus kanker serviks, akibatnya angka kematian akibat kanker
serviks pun menurun sampai lebih dari 50%. Sitodiagnosis didasarkan
pada kenyataan, bahwa sel-sel permukaan secara terus menerus
dilepaskan oleh epitel dari permukaan traktus genitalis. Sel-sel yang
dieksfoliasi atau dikerok dari permukaan epitel serviks merupakan
mikrobiopsi yang memungkinkan kita mempelajari proses dalam keadaan
sehat dan sakit. Sitologi adalah cara skrining sel-sel serviks yang tampak
sehat dan tanpa gejala untuk kemudian diseleksi. Kanker hanya dapat
didiagnosis secara histologik.4,6,8
Setiap wanita yang telah aktif secara seksual sebaiknya menjalani
pap smear secara teratur yaitu 1 kali setiap tahun. Apabila selama 3 kali
berturut-turut menunjukkan hasil pemeriksaan yang normal, maka
pemeriksaan pap smear bisa dilakukan setiap 2 atau 3 tahun sekali. Hasil
pemeriksaan pap smear adalah sebagai berikut14 :
a. Normal
b. CIN I : displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat
ganas), dimana sel abnormal terbatas pada sepertiga luar
28
lapisan permukaan yang melapisi serviks. termasuk
didalamnya adalah perubahan sel yang disebabkan oleh
virus HPV.
c. CIN II : displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat
ganas), dimana sel abnormal menempati setengah dari
lapisan permukaan serviks.
d. CIN III : kanker in situ (kanker terbatas pada lapisan serviks paling
luar) dan kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan
serviks yang lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya),
dimana keseluruhan lapisan epitel tersusun oleh sel
abnormal namun belum menyebar ke bawah permukaan.
2. Biopsi
29
Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu
pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap
smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker.4,6,8
Biopsi dilakukan di daerah abnormal jika squamocolumnar
junction (SCJ) terlihat seluruhnya dengan kolposkopi. Jika SCJ tidak
terlihat seluruhnya atau hanya terlihat sebagian sehingga kelainan di
kanalis servikalis tidak dapat dinilai, maka contoh jaringan diambil
secara konisasi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat dan alat biopsy
harus tajam sehingga harus diawetkan dalam larutan formalin 10%. 4,6,8
3. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Pemeriksaan melihat porsio (juga vagina dan vulva) dengan
pembesaran 10-15x, untuk menampilkan porsio dipulas terlebih dahulu
dengan asam asetat 3-5%. Pada porsio dengan kelainan (infeksi HPV
atau NIS) terlihat bercak putih atau perubahan corakan pembuluh
darah.4,6,8
4. Konisasi
Konisasi serviks adalah pengeluaran sebagian jaringan serviks
sedemikian rupa sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut (konus),
dengan kanalis servikalis sebagai sumbu kerucut. Untuk tujuan
diagnostik, konisasi harus dilanjutkan dengan kuretase. Batas jaringan
yang dikeluarkan ditentukan dengan pemeriksaan kolposkopi atau dapat
pula dengan menggunakan tes Schiller. Pada tes ini digunakan larutan
lugol (yodium 5g, kalium yodida 10g, air 10 ml). Serviks diolesi dengan
larutan yodium, sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat,
sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau kuning.6,8
Konisasi diagnostic dilakukan pada keadaan dimana proses
dicurigai berada di endoserviks rahim, lesi tidak tampak seluruhnya
dengan pemeriksaan kolposkopi, diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas
dasar spesimen biopsi, dan jika terdapat kesenjangan hasil sitologi dan
histopatologik.6,8
5. Tes IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
30
IVA merupakan pemeriksaan skrining alternative dari Papsmear
karena murah dan praktis, sangat mudah dilakukan dengan peralatan
sederhana. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara melihat serviks yang
telah diberi asam asetat 3-5% secara inspekulo. Zat ini akan
meningkatkan osmolaritas cairan ekstraseluler epitel abnormal. Cairan
ekstraseluler hipertonik ini akan menarik cairan intraseluler sehingga
membrane akan kolaps dan jarak antar sel semakin dekat. Akibatnya jika
permukaan epitel disinari maka sinar tersebut tidak akan diteruskan ke
stroma namun akan dipantulkan dan permukaan epitel abnormal akan
berwarna putih.4,6
Daerah metaplasia yang merupakan daerah peralihan juga akan
berwarna putih setelah pengusapan asam asetat tetapi dengan intensitas
yang kurang dan cepat menghilang, ini yang membedakannya dengan
proses pra-kanker dimana epitel putih lebih tajam dan lebih lama
menghilang karena asam asetat berpenetrasi lebih dalam sehingga terjadi
koagulasi protein yang lebih banyak.4,6
Makin putih dan makin jelas, makin tinggi derajat kelainan
histologiknya. Demikian pula makin makin tajam batasnya, makin tinggi
derajat jaringannya, sehingga dengan pemberian asam asetat akan
didapatkan hasil gambaran serviks yang normal (merah homogen) dan
bercak putih (displasia). Dibutuhkan satu sampai dua menit untuk dapat
melihat perubahan-perubahan pada epitel. Serviks yang diberi larutan
asam asetat 5% akan merespon lebih cepat daripada larutan 3%. Efek
akan hilang setelah sekitar 50-60 detik. Lesi yang tampak sebelum
aplikasi larutan asam asetat bukan merupakan epitel putih namun
dikatakan suatu leukoplakia.4,6
32
Deteksi dini penyakit kanker dengan program skrining, dimana
dengan program skrining dapat memperoleh beberapa keuntungan
yaitu : memperbaiki prognosis pada sebagian penderita sehingga
terhindar dari kematian akibat kanker, tidak diperlukan pengobatan
radikal untuk mencapai kesembuhan, adanya perasaan tentram bagi
mereka yang menunjukkan hasil negatif dan penghematan biaya karena
pengobatan yang relatif murah. Di beberapa negara maju yang telah
melakukan program skrining penyakit kanker serviks dalam upaya
menemukan penyakit pada tingkat prakanker, dapat menurunkan
kematian sampai lebih dari 50%.11
Pencegahan tersier ditujukan pada seseorang yang telah positif
menderita kanker serviks dan menjadi cacat karena komplikasi
penyakitnya atau karena pengobatan. Sehingga perlu dilakukan
rehabilitasi untuk mengembalikan bentuk dan atau fungsi organ yang
cacat, supaya penderita dapat hidup dengan layak dan wajar di
masyarakat. Rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk penderita kanker
serviks pasca menjalani operasi contohnya yaitu dengan melakukan
gerakan-gerakan untuk membantu mengembalikan fungsi gerak dan
untuk mengurangi pembengkakan, bagi penderita yang mengalami
alopesia (rambut gugur) akibat kemoterapi dan radioterapi bisa diatasi
dengan memakai wig untuk sementara karena umumnya rambut akan
tumbuh kembali.11
3.8.2 Pengobatan
Tatalaksana Lesi Prakanker
Tatalaksana lesi pra kanker disesuaikan dengan fasilitas
pelayanan kesehatan, sesuai dengan kemampuan sumber daya manusia
dan sarana prasarana yang ada. Pada tingkat pelayanan primer dengan
sarana dan prasarana terbatas dapat dilakukan program skrining atau
deteksi dini dengan tes IVA. Skrining dengan tes IVA dapat dilakukan
dengan cara single visit approach atau see and treat program, yaitu bila
33
didapatkan temuan IVA positif maka selanjutnya dapat dilakukan
pengobatan sederhana dengan krioterapi oleh dokter umum atau bidan
yang sudah terlatih. Pada skrining dengan tes Pap smear, temuan hasil
abnormal direkomendasikan untuk konfirmasi diagnostik dengan
pemeriksaan kolposkopi. Bila diperlukan maka dilanjutkan dengan
tindakan Loop Excision Electrocauter Procedure (LEEP) atau Large
Loop Excision of the Transformation Zone (LLETZ) untuk kepentingan
diagnostik maupun sekaligus terapeutik.16
Bila hasil elektrokauter tidak mencapai bebas batas sayatan, maka
bisa dilanjutkan dengan tindakan konisasi atau histerektomi total.
Temuan abnormal hasil setelah dilakukan kolposkopi :
LSIL (low grade squamous intraepithelial lesion),dilakukan
LEEP dan observasi 1 tahun.
HSIL(high grade squamous intraepithelial lesion),
dilakukan LEEP dan observasi 6 bulan16
3.9 Prognosis
35
Prognosis kanker serviks tergantung dari tingkatan klinik dan jenis histologik
tumor. Biasanya penyakit ini ditemukan dalam stadium lanjut, maka angka
harapan hidupnya tidak seberapa baik. Harapan hidup selama 5 tahun pada pasien
kanker serviks yaitu 100% pada stadium prainvasif, 90% pada stadium I, 82%
pada stadium II, 35% pada stadium III dan 10% pada stadium IV.8,14
Pasien kanker serviks yang tidak diobati atau tidak memberikan respons
terhadap pengobatan, 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah
timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki risiko tinggi
terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati
dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadi 80% rekurensi dalam 2
tahun.4,8,14
BAB IV
PEMBAHASAN
1.
2.
3.
4.
4.1 Anamnesis
Teori Kasus
Pada stadium dini tidak ada gejala khas, Nyeri perut bawah
terkadang asimtomatik. Namun dapat Perdarahan dari jalan lahir
ditemukan: yang abnormal, dialami
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari selama kurang lebih lima
vagina. Getah yang keluar dari vagina ini bulan terakhir
makin lama makin berbau busuk karena Keputihan, berlendir, berbau,
adanya infeksi dan nekrosis jaringan. dan gatal pada kemaluan.
2. Perdarahan abnormal, biasanyasetelah Nyeri pada jalan lahir dan
senggama (post coital bleeding), perdarahan tulang kemaluan.
diluar masa haid, haid yang lama, dan
timbulnya perdarahan setelah masa
36
menopause
3. Timbul gejala-gejala anemia akibat dari
perdarahan abnormal yang berulang.
4. Timbul nyeri pada daeah panggul (pelvis)
atau pada daerah perut bagian bawah bila
terjadi peradangan pada panggul dan
infiltrasi sel tumor ke serabut saraf.
Pada stadium lanjut dapat terlihat tanda-tanda
yang lebih khas untuk kanker serviks, baik
berupa perdarahan yang hebat, fluor albus yang
berbau dan rasa sakit yang sangat hebat.
Pada stadium kanker lanjut, badan menjadi
kurus karena kekurangan gizi, timbul iritasi
pada kandung kemih dan poros usus besar
bagian bawah (rectum), kegagalan faal ginjal
(CRF= Chronic Renal Failure) akibat infiltrasi
tumor ke ureter sebelum memasuki kandung
kemih, yang menyebabkan obstruksi total, atau
timbul gejala-gejala lain yang disebabkan oleh
metastasis jauh dari kanker serviks itu sendiri.
37
b. Pemeriksaan in spekulo : Inspekulo: lesi (+) labia mayor sinistra,
e) Adanya portio ulseratif massa portio (+), fluksus (+)
f) Adanya fluor albus
g) Munculnya darah jika lesi Vaginal Toucher: ostium uteri eksterna
tersentuh (lesi rapuh) tertutup, portio teraba kenyal, tidak rata dan
h) Terdapat gambaran seperti kasar, teraba massa pada porsio, konsistensi
bunga kol pada stadium lanjut kenyal, berdungkul-dungkul, ukuran massa
berukuran kira-kira lebih dari 5 x 4 x 4 cm,
c. Pemeriksaan bimanual : teraba hingga ke 1/3 bawah vagina anterior,
c) Adanya fluor albus adneksa parametrium kiri teraba tegang,
d) Adanya massa benjolan ataupun cavum douglas tidak menonjol. Nyeri tekan
erosi ataupun ulkus pada portio (+).
uteri Handscoen: flek darah (+), warna merah
Diagnosis harus dipastikan dengan segar, lendir (+).
pemeriksaan histologi dan jaringan
yang diperoleh dari biopsi.
4.4 Tatalaksana
Penatalaksanaan
Teori Fakta
Stadium IA : Konisasi, kemoterapi cisplatin-etopusid ke 3
histerektomi ekstrafasial, radiasi
Stadium IB-IIA : Histerektomi
radikal, radiasi
Stadium IIB-IV : Radiasi,
kemoterapi
39
BAB V
PENUTUP
40
pasien kanker serviks yaitu 100% pada stadium prainvasif, 90% pada stadium I,
82% pada stadium II, 35% pada stadium III dan 10% pada stadium IV.
41
DAFTAR PUSTAKA
42
12. Prayitno A, Darmawan R, Yuliadi I, Mudigdo A. Ekspresi Protein p53,
Rb, dan c-myc pada Kanker Serviks Uteri dengan Pengecatan
Imunohistokimia. Biodiversitas. Surakarta: Bagian Kebidanan dan
Penyakit Kandungan RSUD dr. Muwardi Surakarta; 2005. 6: 157-159.
13. Schiffman M, Castle PE. The Promise of Global Cervical Cancer
Prevention. The New England Journal of Medicine; 2005. 353: 2102-
2103.
14. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Dalam : Hartanto H.,Darmaniah N.,
Wulandari N., editor. Buku Ajar Patologi Volume 2. Edisi 7. Jakarta :
EGC; 2007. h. 765-766.
15. Wiebe K, Denny L, Thomas G. Cancer of the cervix uteri. International
journal of gynecology and obstetrics: 2012
16. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Panduan penatalaksanaan
kanker serviks. Komite penanggulangan kanker nasional
17. Pedoman pelayanan medik kanker ginekologi, kanker serviks, ed-2,2011,
hal 19-28
18. European soviety gynecology oncology (ESGO), algoritms for
management of cervical cancer, 2011.
43