Anda di halaman 1dari 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/338570297

HISTORISITAS DAN DINAMIKA PENDIDIKAN KARAKTER DI INDONESIA

Article · January 2020

CITATIONS READS

3 5,610

1 author:

Rahmat Rifai Lubis


STAI Sumatera Medan
6 PUBLICATIONS   11 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Rahmat Rifai Lubis on 14 January 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


An-Nahdhah, Vol. 1, No. 2, Agustus-Januari 2019, ISSN 2614–848X

HISTORISITAS DAN DINAMIKA PENDIDIKAN KARAKTER DI INDONESIA

Rahmat Rifai Lubis


Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Sumatera (STAIS) Medan
Jl. Sambu No. 64 Medan
e-mail: pailubis8@gmail.com

Abstract: Character education is actually nothing new for the people of


Indonesia. Even since the beginning of independence, the New Order era, and
now the reform era has taken many steps in the framework of character
education with different names and forms. In its journey the application of
character education is not as easy as turning the palm of the hand, it is necessary
to involve all components. All components are called tripusat education, in
which there is a synergy between parents, educational institutions, and society.
Each component must be committed to shaping the behavior and character of a
child. If one of the components does not participate, there will be inequality.

Keywords: Historisitas, Dinamika, Pendidikan, Karakter

PENDAHAHULUAN harapan bangsa untuk menjadikan bangsa


Pendidikan karakter sebenarnya Indonesia menjadi pribadi-pribadi yang
bukan hal yang baru bagi masyarakat berkarakter. Secara global sejarah
Indonesia. Bahkan sejak awal pendidikan karakter di Indonesia telah ada
kemerdekaan, masa orde baru, dan kini sejak pra kemerdekaan ditandai dengan
orde reformasi telah banyak langkah- adanya ajaran agama yang didalamnya
langkah yang sudah dilakukan dalam termuat nilai-nilai karakter misalnya saja
kerangka pendidikan karakter dengan ajaran islam yang banyak menganut nilai-
nama dan bentuk yang berbeda-beda. nilai karakter yang baik, kemudian secara
Dalam UU tentang pendidikan nasional hukum pendidikan karakter ada pasca
yang pertama kali, ialah UU 1946 yang kemerdekaaan ditandai dengan terbentuk
berlaku tahun 1947 hingga UU, Sisdiknas lima asas Pancasila. Hingga akhirnya
Nomor 20 tahun 2003 yang terakhir pendidikan karakter merambah dalam
pendidikan karakter telah ada namun dunia pendidikan hal ini terjadi pada tahun
belum menjadi focus penelitian. 2010 sebagaimana presiden Ri Indonesia
Sementara itu sejarah murni yakni bapak susilo bambang yudoyono
penerapan pendidikan karakter telah ada bersama mentri pendidikan Muhammad
sejak pra kemerdekaan, terlebih bangsa nuh yang telah meresmikan hendaknya
Indonesia adalah negara yang memiliki lembaga-lembaga sekolah menerapkan
keyakinan yang kuat terhadap kepercayaan pendidikan berbasis karakter sehingga
yang dianutmnya. Pendidikan karakter muncullah kurikulum berbasis karakter,
semakin mengakar ketika bangsa Indonesia walapun hal itu tidak berjalan mulus
telah mengikrarkan bahwa telah sampai namun pada akhirnya muncullah
pada pintu kemerdekaaan sehingga lahirlah kurikurum K-13 yang berbasis karakter
UUD dasar Pancasila yang terdapat lima didalamnya.
asas, jelas didalam sila tersebut terdapat
70
An-Nahdhah, Vol. 1, No. 2, Agustus-Januari 2019, ISSN 2614–848X

PEMBAHASAN lahir batin. Selain itu, dikemukakan juga


1. Historisitas Munculnya pendidikan bahwa pendidikan mencakup tujuan
karakter di Indonesia personal dan tujuan sosial. Tujuan personal
Pendidikan karakter sesungguhnya berkaitan dengan kokohnya tiang-tiang
bukan hal baru di Indonesia. Sejak zaman kemerdekaan yang mewarnai kehidupan
pra kemerdekaan, pendidikan karakter dalam diri setiap Individu. Sedangkan
sudah dilakukan masyarakat dalam bentuk tujuan sosial adalah terciptanya
pendidikan agama atau moral, baik di kebersamaan untuk membangun
sekolah maupun di pesantren. Hal ini masyarakat yang berbudaya dan
berlanjur hingga awal tahun 2000-an. berkebangsaan yang khas berdasarkan
Sampai kemudian pada tanggal 2 Mei 2010, kemanusiaan, sehingga terwujud
pada acara peringatan hari pendidikan kehidupan yang tertip, damai, aman,
nasional, menteri pendidikan Nasional RI nyaman, dan sejahtera. Dalam asas
mencanangkan secara resmi penerapan pendidikan Taman siswa, Dewantara ingin
pendidikan karakter di Indonesia. (Sultoni, mendidik manusia Indonesia secara utuh
2016: 3) (kaffah), yang dapat hidup mandiri, efektif,
Seperti yang disebutkan di atas produktif, dan akuntabel. Untuk
bahwa pendidikan karakter sudah ada kepentingan tersebut, masyarakat
sejak zaman pra kemerdekaan, terbukti khususnya peserta didik perlu dibelaki
dengan berdirinya Lembaga Pendidikan dasar-dasar kehidupan agar memiliki
Kayutanam (INS Kayutanam ) di Sumatera kesadaran, pemahaman, kepedulian, dan
Barat yang dibangun oleh Mohammad komitmen yang tinggi menuju masyarakat
Syafei (1897- 1969). Syafei menolak yang aman, tertib, dan damai. (Mulyasa dan
pendidikan barat yang hanya menekankan Dewi Ispurwanti . 2011: 7).
aspek kognitif. Syafei menginginkan peserta Sejarah pendidikan karakter yang
didiknya menjadi seseorang yang ideal, terjadi pada lembaga sekolah dipicu oleh
yakni tertanam cinta kebenaran dalam berbagai masalah yang terjadi misalnya
hatinya, dalam pengetahuan intelektualnya, dulunya pendidikan karakter hanya
dan dalam perilakunya sehari-hari. diterapkan pada mata pelajaran agama,
(Mulyasa dan Dewi Ispurwanti . 2011: 7). PKN, artinya pendidikan karakter hanya
Pasca Kemerdekaan yakni pada diterapkan pada beberapa mata pelajaran
tahun 1946, pendidikan karakter hadir tertentu sehingga tidak menghasilkan
lewat lembaga Taman Siswa yang digagas karakter yang optimal, karena itulah
oleh Ki Hadjar Dewantara, yang memiliki pemerintah menerapkan pendidikan
Panca Dharma, yaitu kemerdekaan, kodrat karakter juga harus terintegrasi pada mata
alam, kebudayaan, kebangsaan, dan pelajaran yang lainnya.
kemanusiaan. Oleh karena itu, Dewantara Berlanjut pada era millennium,
mengartikan pendidikan sebagai proses pendeidikan karakter semakin terasa
pembudayaan kodrat alam setiap individu kebutuhannya yang disebabkan karena
dengan kemampuan untuk munculnya permasalahan yang terjadi di
mempertahankan hidup, yang tertuju pada segala lini kehidupan di tanah air. Mulai
tercapainya kemerdekaan lahir batin dari kasus korupsi, sampai kepada
sehingga memperoleh keselamatan, banyaknya temuan kenakalan remaja yang
keamanan, kenyamanan dan kebahagiaan kian merebak. Banyak pihak menilai bahwa

71 | Rahmat Rifai Lubis


An-Nahdhah, Vol. 1, No. 2, Agustus-Januari 2019, ISSN 2614–848X

pendidikan adalah akar dari segala 3. Bangsa yang mengedepankan


permasalahan yang saat ini terjadi. persatuan dan kesatuan bangsa,
Berbagai macam konsep pendidikan telah memiliki komitmen dan perilaku
dicoba dalam kurikulum pendidikan di yang selalu mengutamakan
Indonesia dan konsep pendidikan karakter persatuan dan kesatuan Indonesia
adalah salahsatu konsep yang kini gencar di atas kepentingan pribadi,
disosialisasikan. (Marzuki, 2014: 178) kelompok dan golongan.
Dasar filosofi Indonesia ialah 4. Bangsa yang demokratis dan
Pancasila. Soedarsono mengatakan bahwa menjujung tinggi hukum dan hak
pacasila disepakati menjadi (1) dasar asasi manusia
negara, (2) pandanga hidup bangsa (3) 5. Bangsa yang mengedepankan
kepribadian bangsa, (4) jiwa bangsa, (5) keadilan dan kesejahteraan.
tujuan yang akan dicapai, (5) perjanjian Sementara itu, didalam kebijakan
luhur bangsa, (6) asas kehidupan nasional, antara lain ditegaskan bahwa
masyrakat, berbangsa, dann bernegara, (7) pembangunan karakter bangsa merupakan
asas kehidupan masyarakat, (8) kebutuhan asasi dalam proses berbangsa
pengalaman pembangunan bangsa, dan (9) dan bernegara. Sejak awal kemerdekaan
jati diri bangsa. bangsa Indonesia sudah bertekad untuk
Karakter yang berlandaskan falsafah menjadikan pembangunan karakter bangsa
Pancasila maknanya adalah setiap karakter sebagai bahan penting dan tidak
harus dijiwai oleh kelima sila Pancasila terpisahkan dari pembangunan nasional.
secara utuh dan komprensif sebagai Lebih lanjut harus diingat bahwa secara
berikut. (Saman & Harianto, 2016: 21) eksplisit pendidikan karakter (watak)
1. Bangsa yang berketuhanan yang adalah amanat Undang-undang Nomor 23
Maha Esa, merupakan bentuk Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
kesadaran dan prilaku dan takwa nasiomal pada pasal 3 menegaskan bahwa
serta akhlak mulia sebagai “Pendidikan Nasional berfungsi
karakteristik pribadi bagsa mengembangkan kemampuan dan
Indonesia. membentuk watak serta perdaban bangsa
2. Bangsa yang menjujung yang bermartabat dalam rangka
kemanusiaan yang adil dan berdab, mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
diwujudkan dalam prilaku hormat, untuk berkembangnya potensi peserta didik
menghormati antar warga dalam agar menjadi manusia yang beriman dan
masyarakat sehingga timbul bertakwakepada Tuhan yang Maha Esa,
suasana kewargaan yang saling berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
bertanggung jawab, saling hormat kereatif, mandiri, dan menjadi warga negara
menhormati antra warga bangsa yang demokratis serta bertanggung jawab.”
sehingga timbul keyakinan dan Dalam arah dan kebijakan dan
prilaku sebagai warga negara yang prioritas pendidikan karakter ditegaskan
baik , adil dan beradab dan pada bahwa pendidikan karakter sudah menjadi
gilirannnya karakter ataupun bagian yang tidak terpisahkan dari upaya
prilaku sebagai warga negara yang pencapaian visi pembangunan nasional
baik. yang tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-

72 | Historisitas & Dinamika Pendidikan Karakter


An-Nahdhah, Vol. 1, No. 2, Agustus-Januari 2019, ISSN 2614–848X

2025. Bahwa pendidikan karakter sejalan tampaknya menjadi landasan utama dari
dengan perioritas pendidikan nasional, pendidikan karakter selain landasan-
dapat dicermati dari standar Kompentesi landasan lainnya yang muncul belakangan.
Lulusan (SKL) pada setiap jenjang Pada pasal 31 ayat ke-3 disebutkan bahwa
pendidikan. sebgaimana diketahui untuk “Pemerintah mengusahakan dan
memantau pelaksanaan pendidikan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
mengukur ketercapaian kompetensi yang nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ingin diraih pada setiap jenjang pendidikan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka
telah diterbitkan Pernmendiknas Nomor 23 mencerdaskan kehidupan bangsa, yang
Tahun 2006 tentang standar Kopetensi diatur dengan undang-undang”. Dari pasal
Lulusan (SKL). Jika dicermati secara ini kita dapat melihat bahwa pedidikan
mendalam, sesungguhnya hampir pada dalam skala nasional mengusahakan agar
setiao SKL/MI, SMP/MTs, SMA/MA, para anak didik bangsa selain memiliki
membuat substansi nilai/ karakter. pengetahuan, namun juga memiliki asek
Jadi dapat kita simpulkan bahwa spiritual dan afektual. Bahkan lebih
pendidikan karakter diIndonesia terjadi ditegaskan karena menggunakan istilah
sebelum pra kemerdekaan hal ini ditandai Akhlak mulia.
dengan tersebar luasnya ajaran agama
dalam berbagai ragam agama yang ada di b. UU RI Nomor 17 Tahun 2007
Indonesia,khususnya agama islam, tentang RJPN
sebagaimana yang sudah kita ketahui Dalam undang-undang RI nomor 17
agama islam adalah agama yang tahun 2007 tentang RJPN, dinyatakan
mengadopsi nilai-nilai karakter yang bahwa tujuan pembangunan jangka
baik,kemudian ditandai juga beraneka panjang tahun 2005-2025 adalah
ragam budaya dan lain sebagainya. Namun mewujudkan bangsa yang maju, mandiri,
setelah merdeka semakin jelas pendidikan dan adil sebgai landasan bagi tahap
karakter diIndonesia ditandai dengan pembangunan berikutnya menuju
terdapat lima asas Pancasila. Secara global masyarakat yang adil dan makmur dalam
5 asas Pancasila mewakili penerapan NKRI berdasarkan pancasila dan uud 1945.
pendidikan karakter di Indonesia. Namun Salah satu ukuran tercapainya Indonesia
seiring berkembangnya pemikiran, yang maju , mandiri dan adil, pembangunan
indonesia memasukkan penerapan nasional dalam 20 tahun mendatang adalah
pendidikan karakter didalam lembaga terwujudnya bangsa Indonesia yang
pendidikan yang dicanangkan dalam UUD berakhlak mulia, bermoral, bertetika,
tahun 2003 selanjutnya tahun 2010 dan berbudaya dan beradab, pencapaian
pengaplikasiannya di tahun 2013, sehingga tersebut ditandai oleh hal-hal berikut
lahirlah kurikulum berbasis karakter yang (Arifin, 2012: 44):
disebut dengan K-13. 1) Terwujudnya karakter bangsa yang
2. Landasan Hukum Pendidikan tangguh, kompetitif, berakhlak
karakter Di Indonesia mulia, dan bermoral berdasarkan
a. UUD 1945 falsafah Pancasila yang dicirikan
Pada saat Amandemen ke-4 dari dengan watak dan prilaku manusia
UUD 1945 di lakukan beberapa perubahan dan masyarakat Indonesia yang
tertuama pada pasal 31. Pada ayat ke-3 beragam, beriman dan bertakwa

73 | Rahmat Rifai Lubis


An-Nahdhah, Vol. 1, No. 2, Agustus-Januari 2019, ISSN 2614–848X

kepada Tuhan Yang Maha Esa Prog. Tindakan Keluaran Sasaran


Penguatan Penyempurnaan Terimpleme Terwujudnya
berbudi Luhur, bertoleran, metodologi kurikulum dan ntasinya uji kurikulum
bergotong royong, berjiwa dan metode kurikulum dan metode
kurikulum pembelajaran dan metode pembelajaran
patriotic, berkembang dinamis dan aktif berdasarkan pembelajara aktif
dan berorientasi iptek. nilai-nilai budaya n aktif berdasarkan
bangsa ntuk berdasarkan nilai-nilai
2) Makin mantapnya budaya bangsa membentuk daya nilai-nilai budaya
saing dan budaya bangsa untuk
yang tercermin dalam karakter bangsa. bangsa membentuk
meningkatnya peraban, harkat, dan untuk daya saing
membentuk dan karakter
martabayt manusia Indonesia dan daya saing bangsa.
menguatkan jati dirinya dan dan karakter
bangsa.
kepribadian bangsa.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan
c. UU RI 20 Tahun 2003 tentang
bahwa penekanan Inpres tersebut pada dua
Sistem Pendidikan Nasional
hal yaitu metode pembelajaran aktif dan
Pendidikan nasional berfungsi
membentuk daya saing dan karakter
mengembangkan kemampuan dan
bangsa.
membentuk watak serta peradaban bangsa
3. Pendekatan-pendekatan dalam
yang bermatabat dalam rangka
Pelaksanaan pendidikan karakter di
mencerdaskan kehidupan bangsa,
Indonesia.
bertujuan dan berkembangnya potensi
Pendekatan Pendidikan Karakter di
peserta didik agar menjadi manusia yng
Indonesia dapat kita rujuk berdasarkan
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
keputusan Berikut Kemendiknas (2010)
Maha Esa, berakhlak Mulia, sehat, Berilmu,
tentang pendekatan pendidikan karakter
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
yaitu :
negara yang demokratis serta bertanggung
a. Keteladanan
jawab.
Terlaksananya pendidikan karakter
Dari 2 fungsi, ada dua hal penting
tergantung dari dukungan satuan
yang harus diwujudkan lembaga
pendidikan formal dan nonformal. Satuan
pendidikan. petama, mengembangkan
pendidikan formal dan nonformal harus
kemampuan, kedua, membentuk watak.
menunjukkan keteladanan yang
Pengembangan kemampuan berkaitan
mencerminkan nilai-nilai karakter yang
dengan head, sedangkan mengembangkan
ingin dikembangkan. Misalnya toilet yang
watak berkaitan dengan heart, outcome
selalu bersih, bak sampah ada di berbagai
pengembangan kemampuan merujuk pada
tempat dan selalu dibersihkan, satuan
kualitas akademik sedangkan outcome dari
pendidikan formal dan nonformal terlihat
membentuk watak adalah terwujudnya
rapi, dan alat belajar ditempatkan teratur.
lulusan yang khusnul khuluq.
Selain itu, keteladanan juga dapat
d. Inpres No. 1 Tahun 2010:
ditunjukkan dalam perilaku dan sikap
Percepatan pelaksanaan
pendidik dan tenaga kependidikan dalam
Pembangunan Nasional Tahun
memberikan contoh tindakan-tindakan
2010
yang baik sehingga diharapkan menjadi
Substansi dari INPRES Nomor 1
panutan bagi peserta didik untuk
tahun 2010 di sajikan dalam tabel di bawah
mencontohnya. Pendemonstrasian
ini :
berbagai contoh teladan merupakan
langkah awal pembiasaan. Jika pendidik

74 | Historisitas & Dinamika Pendidikan Karakter


An-Nahdhah, Vol. 1, No. 2, Agustus-Januari 2019, ISSN 2614–848X

dan tenaga kependidikan menghendaki dari budaya satuan pendidikan formal dan
agar peserta didik berperilaku dan bersikap nonformal.
sesuai dengan nilai-nilai karakter, maka Budaya satuan pendidikan formal
pendidik dan tenaga kependidikan yarng dan nonformal adalah suasana kehidupan
lain adalah orang yang pertama dan utama satuan pendidikan formal dan nonformal di
nemberikan contoh bagaimana berperilaku mana peserta didik berinteraksi dengan
dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai sesamanya, pendidik dengan pendidik,
pendidikan karakter. (Purwanto, 2014: pendidik/konselor dengan peserfa didik,
194) dan (Lubis, 2016). pendidik dengan tenaga kependi dikan,
b. Pembelajaran antara tenaga kependidikan dengan
Pembelajaran karakter dilakukan pendidik peserta didik, dan antaranggota
melalui berbagai kegiatan di kelas, di kelompok masyarakat dengan warga
satuan pendidikan formal dan nonformal, satuan pendidikan formal dan nonformal.
serta di luar satuan pendidikan. (Lubis & Interaksi sosial kultural internal kelompok
Nasution, t.t.). dan antar kelompok terikat oleh berbagai
Pembelajaran karakter aturan, norma, moral serta etika bersama
dilaksanakan melalui proses belajar setiap yang berlaku di suatu satuan pendidikan
materi pelajaran atau kegiatan yang formal dan nonformal. Jujur, bertanggung
dirancang khusus. Setiap kegiatan belajar jawab, cerdas, kreatif, sehat dan bersth,
mengembangkan kemampuan dalam ranah peduli, dan gotong royong merupakan nilai-
kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor. nilai yang dikembangkan dalam budaya
Pengintegrasian pendidikan karakter ke satuan pendidikan formal dan nonformal.
dalam semua materi pembelajaran (Purwanto, 2014: 194).
dilakukan dalam rangka mengembangkan Pendidikan karakter juga terjadi
keempat ranah tersebut. Substansi nilai melalui kegiatan ekstrakurikuler dan
sesungguhnya secara eksplisit atau implisit kegiatan lain yang diikuti oleh seluruh/
sudah ada dalam rumusan kompetensi sebagian peserta didik, dirancang satuan
(SKL, SK, dan KD) dalam Standar lsi pendidikan formal dan nonformal sejak
(Pendidikan Dasar dan Pendidikan awal tahun pelajaran atau program
Menengah), serta perangkat kompetensi pembelajaran, dan dimasukkan ke dalam
masing-masing program studi di kalender akademik. Kegiatan kokurikuler
pendidikan tinggi. Perlunya memastikan dan ekstrakurikuler akan semakin
bahwa pembelajaran materi pembelajaran bermakna jika diisi dengan berbagai
tersebut memiliki dampak instruksional kegiatan bermuatan nilai yang menarik dan
dan/atau dampak pengiring pembentukan bermanfaat bagi peserta didik. Kegiatan
karakter. Dan Pembelajaran karakter yang akan dikembangkan dalam
dilaksanakan melalui berbagai kegiatan pembentukan karakter adalah kegiatan
satuan pendidikan formal dan nonformal yang terencana, terprogram, dan tersistem.
yang dikuti seluruh peserta didik, pendidik, c. Pemberdayaan dan
dan tenaga kependidikan. Perencanaan Pembudayaan
dilakukan sejak awal lahun pelajaran, Pada tahap implementasi
dimasukkan ke kalender akademık, dan pengembangan karakter dikernbangkan
dilaksanakan sehari hari sebagai bagian pengalaman belajar dan proses
pembelajaran yang bermuara pada

75 | Rahmat Rifai Lubis


An-Nahdhah, Vol. 1, No. 2, Agustus-Januari 2019, ISSN 2614–848X

pembentukan karakter dalam diri peserta ketepatan waktu penyelesaian kerja,


didik. Proses ini dilaksanakan melalui kesesuaian dengan prosedur; (2) komitmen
proses pemberdayaan dan pembudayaan kerja: inisiatif, kualitas kehadiran, kon-
sebagaimana digariskan sebagai salah satu tribusi terhadap keberhasilan kerja,
prinsip penyelenggaraan pendidikan kesediaan melaksanakan tugas dari
nasional. Proses ini berlangsung dalam tiga pimpinan: (3) hubungan kerja: kerja sama,
pilar pendidikan yakni dalam satuan integritas, pengendalian diri, kemampuan
pendidikan formal (sekolah), informal mengarahkan dan memberi- kan inspirasi
(keluarga) dan nonformal (masyarakat). bagi orang lain. (Purwanto, 2014: 195-198).
d. Penguatan Sementara itu menurut Superka
Penguatan sebagai respon dari terdapat lima pendekatan yang dipandang
pendidikan karakter perlu dilakukan dalam sesuai dan bermanfaat dalam pelaksanaan
jangka panjang dan berulang terus- pendidikan karakter di Indonesia. Di antara
menerus. Penguatan dimulai dari adalah (Zobaedi, 2010: 206):
lingkungan terdekat dan meluas pada - Pendekatan Penanaman Nilai
ingkungan yang lebih luas. Di samping Pendekatan penanaman nilai adalah
pembelajaran darn pemodelan, penguatan suatu pendekatan yang memberi
merupakan bagian dari proses intervensi. penekanan pada penanaman nilai-nilai
Penguatan juga dapat terjadi dalam proses sosial dalam diri siswa. Menurut
habituasi. Hal itu akhirnya akan pendekatan ini, tujuan pendidikan nilai
membentuk karakter yang akan adalah diterimanya nilai-nilai sosial
terintegrasi melalui proses internalisasi tertentu oleh siswa dan berubahnya nilai-
dan personalisasi pada diri masing masing nilai yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
individu. sosial yang diinginkan. Menurt pendekatan
Penguatan dapat juga dilakukan ini, metode yang digunakan dalam proses
dalam berbagai bentuk termasuk penataan pembelajaran antara lain ketelanan,
lingkungan belajar dalam satuan penguatan positif dan negative, simulasi,
pendidikan formal dan nonformal yang permainan peranan, dan lain-lain. (Muslich:
menyentuh dan membangitkan karakter. 2011: 108)
Berbagai penghargaan perlu diberikan Dalam perkembangannya,
kepada satuan pendidikan formal dan pendekatan penanaman nilai mungkin
nonformal, pendidik, tenaga kependidikan, tidak sesuai dengan alam pendidikan Barat
atau peserta didik untuk semakin yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai
menguatkan dorongan, ajakan, dan kebebasan Individu. Meskipun demikian,
motivasi pengembangan karakter. seperti dijelaskan superka disadari atau
e. Penilaian tidak disadari pendekatan ini digunakan
Pada dasarnya, penilaian terhadap secara meluas dalam berbagai masyarakat,
pendidikan karakter dapat dilakukan terutama dalam penanaman nilai-nilai
terhadap kinerja pendidik, tenaga agama dan nilai-nilai budaya. Para
kependidikan, dan peserta didik. Kinerja penganut agama memiliki kecenderungan
pendidik atau tenaga kependidikan dapat yang kuat untuk menggunakan pendekatan
dilihat dari berbagai hal terkait aturan yang ini dalam pelaksanaan program-program
melekat pada diri pegawai, antara lain: (1) pendidikan agama. Bagi penganut-
hasil kerja: kualitas kerja, kuantitas kerja, penganutnya, agama merupakan ajaran

76 | Historisitas & Dinamika Pendidikan Karakter


An-Nahdhah, Vol. 1, No. 2, Agustus-Januari 2019, ISSN 2614–848X

yang memuat nilai-nilai ideal yang bersifat kehidupan seharian. Ketiga, suasana yang
global dan kebenarannya bersifat mutlak. dapat mendukung bagi berlangsungnya
Pada sisi lain, nilai-nilai harus diskusi dengan baik. Proses diskusi dimulai
diterima dan dipercayai, oleh karena itu, dengan penyajian cerita yang mengandung
proses pendidikannnya harus bertitik tolak dilema. Dalam diskusi tersebut siswa
dari ajaran atau nilai-nilai tersebut. Seperti didorong dilakukan oleh orang yang
dipahami bahwa dalam banyak hal batas- terlibat dana pa alsannya. Siswa diminta
batas kebenaran dalam ajaran agama sudah mendiskusikan tentang alasan-alasan itu
jelas, pasti, dan harus diimani. Ajaran dengan teman-temannya.
agama tentang berbagai aspek kehidupan - Pendekatan Analisis Nilai
harus diajarkan, diterima, dan diyakini Pendekatan analisis nilai ini
kebenarannya oleh pemeluk-pemeluknya menekankan agar peserta didik dapat
keimanan merupakan dasar penting dalam menggunakan kemampuan berpikir logis
pendidikan agama. dan ilmiyah dalam menganalisis masalah
- Pendekatan Perkembangan sosial yang berhubungan dengan nilai
Kognitif. tertentu. Selain itu peserta didik dalam
Pendektan ini mendorong siswa menghubungkan dan merumuskan konsep
untuk berfikir aktif tentang masalah- tentang nilai mereka sendiri. Cara yang
maslaha moral dan dalam melakukan dapat digunakan dalam pendekatan ini,
keputusan-keputusan moral. Menurut antara lain diskusi terarah yang menuntut
pendekatan ini, perkembangan moral argumentasi, penegasan bukti , penegasan
dilihat sebagai perkembangan tingkat prinsip, analisi terhadap kasus, debat, dan
berfikir dalam membuat pertimbangan penelitian (Zuriah, 2007: 65). Jika
moral, dari suatu tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan pendekatan
menuju suatu tingkat yang lebih tinggi. perkembangan kognitif, pendekatan
Ada dua tujuan utama yang ingin analisis nilai lebih menekankan pada
dicapai oleh pendekatan ini. Pertama, pembahasan masalah-masalah yang
membantu siswa dalam membuat memuat nilai-nilai sosial.
pertimbangan moral yang lebih kompleks Ada dua tujuan utama pendidikan
berdasarkan kepada nilai yang lebih tinggi. moral menurut pendekatan ini. Pertama,
Kedua, mendorong siswa untuk membantu siswa untuk menggunakan
mendiskusikan alasan-alsannnya ketika kemampuan berfikir logis dan penemuan
memilih nilai dan posisinya dalam suatu ilmiah dalam menganalisis maslah-masalah
maslaha moral. sosial, yang berhubungan dengan nilai
Menurut pendekatan ini, proses moral tertentu. Kedua, membantu siswa
pengajaran nilai didasarkan pada dilemma menggunakan proses berfikir nasional dan
moral, dengan menggunakan metode analitik dalam menghubung-hubungkan
diskusi kelompok. Diskusi itu dilaksanakan dan merumuskan konsep tentang niSlai-
dengan memberi perhatian pada tiga nilai mereka. Selanjutnya metode-metode
kondisi penting. Pertama, mendorong siswa pengajaran yang sering digunakan adalah
menuju tingkat pertimbangan moral yang pembelajaran secara individu atau
lebih tinggi, kedua, adanya dilemma kelompok tentang masalah-masalah sosial
hipotetikal maupun dilemma factual yang memuat nilai moral, penyelidikan
berhubungan dengan nilai dalam kepustakaan, penyelidikan lapangan dan

77 | Rahmat Rifai Lubis


An-Nahdhah, Vol. 1, No. 2, Agustus-Januari 2019, ISSN 2614–848X

diskusi kelas berdasarkan kepada siswa dalam mengkaji perasaan dan


pemikiran nasional. (Muslich: 2011: 114) perbuatannya sendiri, untuk meningkatkan
Menurut pendekatan ini ada enam kesadaran mereka tentang nilai-nilai
langkah analasis nilai yang penting dan mereka sendiri. Menurut pendekatan ini,
perlu diperhatikan dalam proses tujuan pendidikan karakter ada tiga.
pendidikan karakter. Enam langkah Pertama, membantu siswa agar menyadari
tersebut menjadi dasar dan sejajar dengan dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka
enam tugas penyelesaian masalah sendiri serta nilai-nilai orang lain. Kedua,
berhubungan dengan nilai. enam langkah membantu siswa agar mampu
tersebut sebagai berikut: berkomunikasi secara terbuka dan jujur
Langkah Tugas dengan orang lain, berhubungan dengan
analisis nilai penyelesaian masalah nilai-nilainya sendiri.
Menggunakan dan Mengurangi
Ketiga, membantu siswa agar
menjelaskan nilai yang perbedaan penafsiran
terkait. tentang nilai yang mampu menggunakan secara bersama-
terkait. sama kemampuan berfikir rasional dan
Menggumpulkan fakta Mengurangi kesadaran emosional, mampu memahami
yang berhubungan. perbedaan dalam
perasaan, nilai-nilai, pola tingkah laku
fakta yang
berhubungan.
mereka sendiri. Dalam proses
Menguji kebenaran fakta Mengurangi pengajarannya, pendekatan ini
yang berkaitan. perbedaan kebenaran menggunakan metode dialog, menulis,
tentang fakta yang diskusi dalam kelompok bear atau kecil dan
berkaitan.
lain-lain.
Menjelaskan kaitan Mengurangi
antara fakta yang perbedaan tentang
Pendekatan ini memberi penekanan
bersangkutan kaitan anatara fakta pada nilai yang sesungguhnya dimiliki oleh
yang bersangkutan seseorang. Bagi penganut pendekatan ini,
Merumuskan keputasan Mengurangi nilai bersifat subjektif,, ditentukan oleh
moral sementara. perbedaan dalam
seseorang berdasarkan kepada berbagai
rumusan keputusan
sementara. latar belakang pengalamannnya sendiri,
Menguji prinsip moral Mengurangi tidak ditentukan oleh factor luar, seperti
yang digunakan dalam perbedaan dalam agama, masyarakat, dan sebagainya. Oleh
pengambilan keputusan. pengujian prinsip karena itu, bagi penganut pendekatan ini isi
moral yang diterima.
nilai tidak terlalu penting. Hal yang sangat
Kelemahannya, pendekatan ini
dipentingkan dalam program pendidikan
hanya berdasarkan kepada prosedur
adalah mengembangkan keterampilan
analisis yang ditawarkan serta tujuan dan
siswa dalam melakukan proses menilai.
metode pengajaran yang digunakan. Pada
Sejalan dengan pandangan tersebut,
sisi lain, pendekatan ini sangat
sebagaimana dijelaskan oleh elia, bahwa
menekankan aspek kognitif, dan sebaliknya
bagi penganut pendekatan ini, guru bukan
mengabaikan aspek afektif dan perilaku.
sebagai pengajar nilai, melainkan sebagai
Dari perspektif yang lain, pendekatan ini
role model dan pendorong. Peranan guru
sama dengan pendekatan perkembangan
adalah mendorong siswa dengan
kognitif dan . bagisi nilai.
pertanyaan-pertanyaan yang relevan untuk
- Pendekatan Klarifikasi Nilai
mengembangkan keterampilan siswa
Pendekatan klarifikasi nilai
dalam melakukan proses menilai.
memberi penekanan pada usaha membantu

78 | Historisitas & Dinamika Pendidikan Karakter


An-Nahdhah, Vol. 1, No. 2, Agustus-Januari 2019, ISSN 2614–848X

Kekuatan pendekatan ini terutama sukar dilaksanakn. Menurut Elias, Hersh


memberikan penghargaan yang tinggi dan Superka pendekatan pembelajaran
kepada siswa sebagai individu yang berbuat diprakarsai oleh Newmann, dengan
mempunyai hak untuk memilih, memberikan perhatian mendalam pada
menghargai, dan bertindak berdasarkan usaha melibatkan siswa sekolah menengah
kepada nilainya sendiri. Metode atas dalam melakukan perubahan-
pengajarannya juga sangat fleksibel, selama perubahan sosial. Menurut Elias, walaupun
dipandang sesuai dengan rumusan proses pendekatan ini berusaha juga untuk
menilai dan empat garis panduan yang meningkatkan keterampilan “moral
ditentukan, sepert telah dijelaskan di atas. reasoning” dan dimensi afektif, namun
- Pendekatan Pembelajaran Berbuat tujuan yang paling penting adalah
Pendekatan pembelajaran berbuat memberikan pengajaran kepada siswa,
menekankan pada usaha memberikan supaya mereka berkemampuan untuk
kesempatana kepada siswa untuk mempengaruhi kebijakan umum sebagai
melakukan perbuatan-perbuatan moral, warga dalam suatu masyarakat yang
baik secara perseorangan maupun secara demokratis. (Syaefuddin & Karim, 2008:
bersama-sama dalam suatu kelompok. 33)
Superka menyimpulkan ada dua tujuan 4. Konsep Pengembangan Pendidikan
utama pendidikan moral berdasarkan karakter di Indonesia
kepada pendekatan ini. Pertama, memberi Dalam hal konsep pengembangan
kesempatan kepada siswa untuk pendidikan karakter di Indonesia, kami
melakukan perbuatan moral, baik secara mengutip buku point-point besar yang
perseorangan maupun secara bersama- telah dituliskan bapak haidar daulay dalam
sama, berdasarkan nilai-nilai mereka buku pendidikan karakter, bahwasanya
sendiri. Kedua, mendorong siswa untuk konsep yang dapat dikembangkan
melihat diri mereka sebagai makhluk diantaranya :
individu dan makhluk sosial dalam a. Membangun karakter Bangsa
pergaulan dengan sesame, yang tidak melalui pemberdayaan
memilih kebebasan sepenuhnya, melainkan Pendidikan karakter
sebagai warga dari suatu masyarakat, yang Banyak cara yang dapat diterapkan
harus mengambil bagian dalam suatu dalam pendidikan karakter salah satu
proses demokrasi. diantaranya adalah dengan mengefektifkan
Kekuatan pendekatan ini terutama dan memberdayakan pendidikan agama
pada program-program yang disediakan yang dilaksanakan dilembaga pendidikan
dan memberikan kesempatan kepada siswa formal, nonformal dan informal.
untuk berpartisipasi secara aktif dalam Memberdayakan pendidikan bermakna
kehidupan demokrasi. Kesempatan seperti, akan melahirkan orang beriman, beribadah
menurut Hersh kurang mendapat perhatain dan berakhlak. Ketiga domain menuju
dalam berbagai pendekatan lain. Sementara kepada terbentuknya pendidikan karakter
itu, kelemahan pendekatan ini, menurut yang baik terutama pendidikan akhlak.
Elias sulit dipraktikkan. Menurut beliau, Melalui pengefektifan dan pemberdayaan
sebagian dari program-program yang pendidikan agama bermakna akan
dikembangkan oleh Newmann dapat melahirkan manusia yang berakhlak mulia
digunakan, namun secara keseluruhannya

79 | Rahmat Rifai Lubis


An-Nahdhah, Vol. 1, No. 2, Agustus-Januari 2019, ISSN 2614–848X

yang sejalan dengan manusia yang - Dalam upaya merevitalisasi pendidikan


berkarakter. (Daulay, 2016: 19) budaya dan karakter diperlukan
b. Pendidikan Karakter Melalui gerakan nasional guna menggugah
Pendidikan Kearifan Lokal semngat kebersamaan dalam
Setiap suku di Indonesia memiliki pelaksanaan dilapangan. (Ibid., 106)
kearifan local. Kearifan local boleh jadi 5. Peluang dan Hambatan Pelaksanaan
silang antar suku, kehidupan di kota-kota, Pendidikan Karakter di Indonesia
Bahasa daerah dan lain sebagainya. Peluang dan hambatan dalam
Pendidikan karakter melalui kearifan local pelaksanaan pendidikan karakter di
dengan cara menggali karakter-karakter Indonesia dalam terlihat dari berbagai
dalam lingkungan local misalnya saja dalam polemik-polemik yang terjadi misalnya saja
lingkungan keluarga, suku budaya adat dan berupa kegagalan-kegagalan dalam instansi
lain sebagainya. (Ibid., 27) lembaga sekolah, pergantian menteri yang
c. Pemberdayaan Pendidikan merambah menjadi pergantian kurikulum,
Karakter Melalui Mata Pelajaran terdapat perilaku-perilaku yang
Dalam setiap mata pelajaran yang menyimpang seperti korupsi, narkoba,
disajikan dengan pokok bahsan tertentu tawuran anak sekolah dan lain sebagainya.
akan dapat dirancangkan nilai-nilai positif Perjalanan pendidikan karakter
(value), seperti kejujuran, keterbukaan, yang begitu panjang ini, pada akhirnya akan
disiplin, hemat, rendah hati (tawaddu”, menjadi benalu dalam dunia pendidikan
kerjasama dan lain-lain. Di Indonesia kita, karena setiap pergantian menteri,
sebagai hasil Sarasehan Nasional pasti ada pergantian kurikulum.
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Kemunculan pendidikan karakter pun
yang dilaksanakan di jakarta tanggal 14 dicurigai sebagai titipan dari kalangan
januari 2019 telah dicapai Kesepakatan tertentu yang hendak mengacaukan sistem
Nasional Pengembangan Pendidikan pendidikan nasional, karena meskipun dari
Budaya dan Karakter bangsa yang awal mendapatkan respon positif, belakang
dinyatakan sebagai berikut: (Saman dan memulai kritik dan perdebatan yang cukup
Hariyanto, 2016: 105) panjang. Menganalisis kegagalan
- Pendidikan karakter budaya dan pendidikan karakter tidak hanya sepihak
karakter bangsa merupakan bagian mengatakan bahwa kurikulum yang
integral yang tak terpisahkan dari dirancang pemerintah gagal total
pendidikan nasional secara utuh. memenuhi ekspektasi masyarakat,
- Pendidikan budaya karakter bagsa orangtua, dan pemerhati pendidikan.
harus dikembangkan secara komprensif Berhasil tidaknya sebuah kurikulum baru
sebagai proses pembudayaan . oleh tentu dikembalikan kepada pihak yang
karena itu, pendidikan kebudayan terlibat langsung dalam penerapan
secara kelembagaan perlu diwadahi pendidikan karakter. Sebuah rancangan
secara utuh. kurikulum bisa dianggap gagal apabila
- Pendidikan budaya dan karakter masyarakat luas mengklaim telah terjadi
bangsa merupakan tanggung jawab kesalahan metodologis dalam penerapan di
antara pemerintah dan masyarakat, lapangan. Antara konsep yang ditawarkan
sekolah dan orang tua. Oleh karena itu, ternyata tidak sejalan dengan kenyataan,
pelaksanaan pendidikan (Lubis, 2017). bahkan sering kali tidak koheran dalam

80 | Historisitas & Dinamika Pendidikan Karakter


An-Nahdhah, Vol. 1, No. 2, Agustus-Januari 2019, ISSN 2614–848X

konteks implementasi dan internalisasi semangat sekolah dan guru dalam


sehingga terjadi kedangkalan nurani dalam memerhatikan kebutuhan anak didik ketika
memaknai pendidikan. (Takdir, 2014: 95). mengalami tantangan hidup diluar dirinya.
Kelemahan pendidikan karakter sekolah harus bersikap konsisten dalam
tentu saja menjadi masalah tersendiri menerapkan kenijakan kurikulum agar
ketika desain kurikulum ini diterapkan di tidak membingungkan anak didik, begitu
sekolah. Kebijakan pendidikan karakter pula dengan guru yang menjadi bagian dari
yang bermasalah pada gilirannya akan pengembangan pendidikan karakter
menghambat implementasi pengembangan disekolah.
kurikulum secara simultan sehingga Jika pemerintah ingin pendidikan
menjadi antiklimaks bagi anak didik karakter bisa berjalan optimal, sudah
sebagai subjek yang harus menerima saatnya semua komponen dirangkul dalam
kebijakan ini tanpa ada pemerhati serius rangka mengintegrasikan desain kurikulum
dari pemerintah. factor determinan yang yang ada sesuai dengan kebutuhan anak
menjadi tantangan dalam proses penerapan didik. Penulis menyadari bahawa
pendidikan karakter adalah menyangkut penerapan pendidikan karakter tidak
dualisme kebijakan pendidikan itu sendiri. semudah membalik telapak tangan, karena
Pada satu sisi, pendidikan hendak itu harus melibatkan semua komponen
menekankan pada aspek atau standar nilai sekolah yang memiliki perhatian lebih
kepribadian , disisi yang lain sistem terhadap pembentukan karakter bangsa.
penilaian dengan aspek kelulusan yang (Ibid., 312)
mengawang melalui ujian Nasional PENUTUP
menuntut para guru dan siswa berpacu Pendidikan karakter sebenarnya bukan hal
mencapai standar isi, dengan angka-angka yang baru bagi masyarakat Indonesia.
yang harus dijangkau sehingga bisa Bahkan sejak awal kemerdekaan, masa
mencapai standar kelulusan. Sederhananya orde baru, dan kini pasa reformasi telah
apa pedulinya guru dan siswa dengan banyak langkah-langkah yang sudah
masalah karakter, semisal nilai-nilai moral , dilakukan dalam kerangka pendidikan
kejujuran, tanggung jawab, dan karakter dengan nama dan bentuk yang
kedisiplinan, kalua pada akhirnya tidak berbeda-beda. Landasan Hukum
lulus Ujian Nasional ? hal ini sunggu ironis Pendidikan Karakter di Indonesia, UUD
dan menjadi dilemma tersendiri dari 1945 pasal 31 ayat 3, Undang-undang RI
sebuah dualism kebijakan yang tidak Nomor 17 Tahun 2007 tentang RJPN, UU
mampu membawa perubahan signifikan No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
bagi pembentukan karakter bangsa. Pendidikan Nasional, Inpres No. 1 Tahun
Meskipun pendidikan karakter 2010: Percepatan pelaksanaan
sudah diterapkan secara menyeluruh oleh Pembangunan Nasional Tahun 2010.
pemerintah, desain kurikulum ini tetap Konsep Pengembangan Pendidikan
tidak akan mampu mengatasi krisis moral karakter di Indonesia melalui beberapa hal,
anak. Masalahnya, desain kurikulum ini yakni Membangun karakter Bangsa melalui
mengalami inkonsistensi dan disorientasi pemberdayaan Pendidikan karakter,
yang terjadi pada sekolah dan guru sebagai Pendidikan Karakter Melalui Pendidikan
tenaga pendidik. Factor inkonsistensi dan Kearifan Lokal, Pemberdayaan Pendidikan
disorientasi bisa menjadi penghambat Karakter Melalui Mata Pelajaran

81 | Rahmat Rifai Lubis


An-Nahdhah, Vol. 1, No. 2, Agustus-Januari 2019, ISSN 2614–848X

DAFTAR PUSTAKA
Barnawi dan M. Arifin. 2012. Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan karakter.
Jogyakarta : Ar-ruzz Media.
Fedyani Saifuddin & Mulyawan Karim. 2008. Refleks Karakter Bangsa,. Jakarta: CV
Pustaka,
Haidar Putra Daulay dan Nurgaya, Pendidikan karakter, ( Medan : Cv. Manhaji Medan,
2016) H. 19
Jurnal : Nurdin, Pendidikan Karakter, jurnal, Dosen Jurusan Dakwah STAIN Sultan
Qaimuddin Kendari
Jurnal : Sultoni, Achmad. Juni 2016. “Pendidikan Karakter Dan Kemajuan Negara: Studi
Perbandingan Lintas Negara”. Joies Journal, Volume 1, Nomor 1.
Lubis, R. R. (2016). Kompetensi Kepribadian Guru Dalam Persfektif Islam. Tazkiya, 5(2).
Lubis, R. R. (2017). Pemikiran Al-Syāfi ‘Ī Tentang Kurikulum Pendidikan. Hikmah, 12(1).
Lubis, R. R., & Nasution, M. H. (t.t.). Implementasi Pendidikan Karakter di Madrasah
Ibtidaiyah.
Manur Muslich.2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis multidimensional.
Jakarta : Bumi Aksara.
Mohammad Takdir.2014. Gagalnya Pendidikan Karakter, Analisis Dan Solusi Pengendalian
Karakter Emas Anak Didik. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Muchlas saman dan harianto. 2016. Konsep Dan Model Karakter. Bandung : Pt Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa dan Dewi Ispurwanti. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta: Bumi
Aksara.
Nanang Purwanto. 2014. Pengantar Pendidikan. Yogyakarta:Graha Ilmu
Nurul Zuriah, 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan,
Menggagas Platfom Pendidikan Budi Pekerti secara Konstektual dan Futuristik, Jakarta : Bumi
Aksara.
Pupuh Fathurrohman, suryana dkk. 2013. Pengembangan Pendidikan karakter. Bandung :
Pt Refika Aditama.
Said Hamid Hasan dkk. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa,
(Jakarta: BPP Puskur Kemdiknas.

82 | Historisitas & Dinamika Pendidikan Karakter

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai