Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

PULPITIS IRREVERSIBLE AKUT

Oleh:

Dea Awrel Titania, S.Ked

712021026

Pembimbing:
drg. Nanda Kamila Salim

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2022
HALAMAN PENGESAHAN

REFERAT

Judul:
Pulpitis Irreversible Akut

Disusun Oleh:
Dea Awrel Titania, S.Ked

712021026

Telah dilaksanakan pada bulan April 2022 sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Gigi dan Mulut Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.

Palembang, April 2022


Dosen Pembimbing

drg. Nanda Kamila Salim

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Referat yang berjudul
“Pulpitis Irreversible Akut” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di bagian Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang, Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada
Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya
sampai akhir zaman. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada :
1. drg. Nanda Kamila Salim selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Senior di
Bagian Ilmu Gigi dan Mulut Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang yang
telah memberikan masukan, arahan, serta bimbingan selama penyusunan
laporan kasus ini.
2. Orang tua dan saudara tercinta yang telah banyak membantu dengan doa
yang tulus dan memberikan bantuan moral maupun spiritual.
3. Rekan-rekan co-assistensi atas bantuan dan kerjasamanya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan referat ini masih banyak


kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat kami harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga referat ini dapat bermanfaat bagi semua dan perkembangan
ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.

Palembang, April 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang....................................................................................................... 5
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................................... 6
1.3 Manfaat Penulisan ................................................................................................. 6
1.3.1. Manfaat Teoritis ................................................................................................. 6
1.3.2. Manfaat Praktisi ................................................................................................. 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 8
2.1. Pulpitis Irreversible Akut ......................................................................................... 8
2.1.1 Definisi Pulpitis Irreversible Akut ...................................................................... 8
2.1.2 Pravalensi Pulpitis Irreversible Akut................................................................... 8
2.1.3 Klasifikasi Pulpitis Irreversible Akut ................................................................ 12
2.1.4 Etiologi Pulpitis Irreversible Akut .................................................................... 12
2.1.5 Patofisiologi Pulpitis Irreversible Akut ............................................................. 15
2.1.6 Gejala Klinis Pulpitis Irreversible Akut ........................................................... 16
2.1.7 Tata Laksana Pulpitis Irreversible Akut ............................................................ 16
2.1.8 Pencegahan Pulpitis Irreversible Akut .............................................................. 17
BAB III. PENUTUP .................................................................................................. 29
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 30

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Prevalensi penyakit pulpa dan periapeks relatif tinggi di Indonesia. Daftar
Tabulasi Dasar (DTD) tahun 2006 menyatakan bahwa penyakit pulpa dan
periapeks menempati posisi ke-11 dari seluruh penyakit rawat jalan di Rumah
Sakit Indonesia dengan jumlah 30,06%. Bahkan pada tahun 2009 dan 2010,
berdasarkan pola 10 penyakit terbesar pada pasien rawat jalan Rumah Sakit di
Indonesia, penyakit pulpa dan periapeks mengalami peningkatan posisi yaitu dari
posisi ke-9 menjadi posisi 8 dari seluruh penyakit dengan jumlah kasus tahun
2009 sebanyak 122.467 kasus dan tahun 2010 sebanyak 208.888 kasus.1
Penyakit pulpa awalnya terdiagnosis dengan keluhan gigi berlubang akibat
karies gigi yang disebabkan bakteri atau fraktur gigi. Pasien seringkali datang ke
dokter gigi setelah kelainan tersebut berlanjut. Keluhan gigi berlubang akibat
karies maupun fraktur gigi yang tidak ditangani segera akan menyebabkan bakteri
masuk ke dalam pulpa yang terbuka. Penyakit pulpa juga dapat disebabkan oleh
trauma akibat benturan benda keras, panas yang berasal dari preparasi kavitas dan
efek toksik dari bahan restorasi itu sendiri.2
Karies gigi dapat menyebabkan rasa sakit bila terkena makanan atau
minuman dingin atau manis. Hal ini menjadi salah satu indikasi terjadinya pulpitis
reversibel yang apabila dibiarkan tidak dirawat dapat berlanjut menjadi pulpitis
ireversibel. Karies gigi yang dibiarkan saja hingga mencapai pulpa dapat
menyebabkan perawatan yang lebih lama dan kompleks.4,5 Penyakit pulpa atau
pulpitis atau inflamasi pulpa mempunyai gejala dan reaksi yang berbeda-beda
untuk setiap inividu. Reaksi yang dihasilkan tidak saja tergantung pada derajat
iritasi pulpa, tetapi juga pada susunan individual pulpa dan resistensi jaringan
pulpa terhadap inflamasi.3
Klasifikasi penyakit pulpa dibagi menjadi tiga bagian besar menurut Ingle,
yaitu reversible pulpitis, irreversible pulpitis (accute irreversible, chronic
irreversible hiperplastic pulpitis), dan nekrosis pulpa. 4

5
Pulpa merupakan jaringan lunak satu-satunya yang berada di gigi, dimana
di dalam pulpa terdapat saraf dan pembuluh darah yang bertugas untuk
memberikan suplai nutrisi kepada gigi. Pulpitis dapat dibedakan menjadi
reversibel dan ireversibel. Pulpitis reversibel merujuk pada kondisi dimana pulpa
mengalami inflamasi ringan dan masih bisa diselamatkan. Sementara itu, pada
pulpitis ireversibel, inflamasi dan gejala sudah berat, dan pulpa tidak dapat lagi
diselamatkan. Pulpitis ireversible merupakan salah satu alasan tersering pasien
memerlukan perawatan gigi darurat.4

1.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan referat ini adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan dokter muda dapat memahami setiap kasus mengenai
pulpitis irreversible akut.
2. Diharapkan dokter muda dapat mengaplikasikan pemahaman yang
didapat mengenai kasus pulpitis irreversible akut selama menjalani
kepaniteraan klinik dan seterusnya.

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1. Manfaat Teoritis
1. Bagi Institusi
Diharapkan referat ini dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan
dan sebagai tambahan referensi dalam bidang ilmu kedokteran gigi
terutama mengenai pulpitis irreversible akut.
2. Bagi Akademik
Diharapkan referat ini dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan
dan sebagai tambahan referensi dalam bidang ilmu kedokteran gigi
terutama mengenai pulpitis irreversible akut.
1.3.2. Manfaat Praktisi
Diharapkan dokter muda dapat mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh dari referat ini dalam kegiatan kepaniteraan klinik senior
(KKS) dan diterapkan dikemudian hari dalam praktik klinik.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Pulpitis Irreversible Akut


2.1.1. Definisi Pulpitis Irreversible Akut
Pulpitis irreversibel merupakan perkembangan dari pulpitis reversibel.
Kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang luas selama
prosedur operatif, terganggunya aliran darah pada pulpa akibat trauma, dan
pergerakan gigi dalam perawatan ortodonsi dapat menyebabkan pulpitis
irreversibel. Pulpitis irreversibel merupakan inflamasi parah yang tidak akan
dapat pulih walaupun penyebabnya dihilangkan. Nyeri pulpitis irreversibel
dapat berupa nyeri tajam, tumpul, lokal, atau difus dan berlangsung hanya
beberapa menit atau berjam-jam. Aplikasi stimulus eksternal seperti termal
dapat mengakibatkan nyeri berkepanjangan. Jika inflamasi hanya terbatas
pada jaringan pulpa dan tidak menjalar ke periapikal, respon gigi terhadap tes
palpasi dan perkusi berada dalam batas normal.5
Pulpitis irreversibel akut yaitu peradangan pulpa lama atau baru
ditandai dengan rasa nyeri akut yang hebat.5

2.1.2. Pravalensi Pulpitis Irreversible Akut


Wanita pada umumnya lebih banyak menderita pulpitis reversibel
maupun pulpitis Penelitian Shaffer dkk dan Lukacs dkk menunjukkan
prevalensi penyakit gigi pada wanita tersebut dapat disebabkan oleh faktor-
faktor seperti:
1) remaja wanita lebih dahulu mengalami erupsi gigi dari pada pria
sehingga memungkinkan wanita lebih lama terpapar zat-zat yang bersifat oral
kariogenik.
2) wanita lebih mudah berhubungan dengan makanan terutama pada
saat proses pembuatannya sehingga memungkinkan wanita untuk mencicipi
makanan tersebut.
3) pengaruh hormonal dan kehamilan. Faktor-faktor yang mendukung

7
cepatnya penyakit pulpa pada ibu hamil karena pH saliva ibu hamil lebih
asam jika dibandingkan dengan yang tidak hamil. Serangan asam pada plak
merupakan awal terjadinya penyakirt pulpa.6

2.2.3. Klasifikasi Pulpitis


Menurut Walton dan Torabinejad (2008) terdapat beberapa klasifikasi
dari penyakit pulpa diantaranya adalah pulpitis reversibel, pulpitis ireversibel,
pulpitis hiperplastik dan nekrosis pulpa.
a. Pulpitis Reversibel
Pulpitis reversibel adalah radang pulpa yang tidak parah, penyebab
radang dihilangkan maka pulpa akan kembali normal.
Faktor-faktor yang menyebabkan pulpitis reversibel adalah erosi
servikal, stimulus ringan atau sebentar contohnya karies insipien, atrisi
oklusal, kesalahan dalam prosedur operatif, kuretase perodontium yang
dalam, dan fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka (Walton
& Torabinejad, 2008).7
Gejala-gejala pulpitis reversibel diantaranya rasa sakit hilang saat
stimulus dihilangkan, rasa sakit sulit terlokalisir, radiografik periradikuler
terlihat normal, dan gigi masih normal saat diperkusi kecuali jika terdapat
trauma pada bagian oklusal (Heasman, 2006). 8
b. Pulpitis Ireversibel
Pulpitis ireversibel adalah radang pada pulpa yang disebabkan oleh
jejas sehingga sistem pertahanan jaringan pulpa tidak dapat memperbaiki dan
pulpa tidak dapat pulih kembali (Rukmo, 2011).9
Gejala dari pulpitis ireversibel diantaranya adalah nyeri spontan yang
terus menerus tanpa adanya penyebab dari luar, nyeri tidak dapat terlokalisir,
dan nyeri yang berkepanjangan jika terdapat stimulus eksternal seperti
rangsangan panas atau dingin (Walton & Torabinejad, 2008).
c. Pulpitis Hiperplastik
Pulpitis hiperplastik adalah bentuk dari pulpitis ireversibel dan sering
dikenal dengan pulpa polip. Hal ini terjadi karena hasil dari proliferasi
jaringan pulpa muda yang telah terinfalamasi akut (Heasman, 2006).7

8
Penyebab terjadinya pulpitis hiperplastik adalah vaskularisasi yang
cukup pada pulpa yang masih muda, proliferasi jaringan, dan daerah yang
cukup besar untuk kepentingan drainase (Walton & Torabinejad, 2008).7
d. Nekrosis Pulpa
Nekrosis pulpa adalah keadaan dimana pulpa sudah mati, aliran
pembuluh darah sudah tidak ada, dan syaraf pulpa sudah tidak berfungsi
kembali. Pulpa yang sudah sepenuhnya nekrosis, maka gigi tersebut
asimtomatik hingga gejala-gejala timbul sebagai hasil dari perkembangan
proses penyakit ke dalam jaringan periradikuler (Cohen, 2011).
Secara radiografis, jika pulpa yang nekrosis belum sepenuhnya
terinfeksi, jaringan periapikalnya akan terlihat normal. Secara klinis, pada
gigi yang berakar tunggal biasanya tidak merespon pada tes sensitivitas,
namun pada gigi yang berakar jamak pada tes sensitivitas terkadang dapat
mendapatkan hasil yang positif maupun negatif tergantung syaraf yang
berdekatan pada permukaan gigi mana yang diuji (Harty, 2010). 11

2.2.4. Etiologi
Menurut Tarigan (2012), Sebab-sebab dari penyakit pulpa adalah
sebagai berikut.
1. Faktor Bakteri
Bakteri dan produk-produknya adalah penyebab utama penyakit
endodontik. Khususnya, pulpa yang terekspos akan memburuk dan menjadi
nekrotik total dengan pembentukan abses jika hanya terdapat bakteri.
2. Faktor Iatrogenik
Penyebab umum kedua dari penyakit endodontik adalah akibat usaha
perbaikan penyakit gigi. Misalnya saat prosedur operatifMyang
mengakibatkan panas atau kekeringan yang berlebihan, teknik saat mencetak
gigi, material dan bahan kimia yang digunakan dalam kedokteran gigi juga
dapat menyebabkan iritasi pulpa.
3. Faktor Trauma
Respon terhadap trauma tergantung keparahan trauma tersebut.
Misalnya, trauma yang relative ringan dari oklusi akan sedikit atau tidak

9
mempunyai pengaruh, namun, trauma oklusi yang lebih berat mungkin akan
mempunyai efek ke pulpa yang lebih signifikan. Beberapa gigi merespon
trauma dengan meningkatkan kalsifikasi pulpanya. Tetapi ada juga yang
menjadi nekrotik. Trauma yang menyebabkan fraktur pada gigi memberikan
jalan kepada oral flora mencapai pulpa. Hal ini dapat membuat gejala klinis
aneh, sehingga diagnosa menjadi sulit.
4. Faktor Idiopatik
Perubahan pulpa juga terjadi karena alasan-alasan yang belum
diketahui (idiopathic). Contoh umumnya adalah resorpsi interna. Walaupun
sudah diketahu bahwa trauma memperluas resorpsi interna, namun tidak
dapat menjelaskan kejadiannya secara keseluruhan. Secara mikroskopis,
macrophages dan multinucleated giant cells ditemukan di dentin yang
teresorbsi. Juga terlihat gambaran radiolusensi di bagian periapikal yang
mungkin berhubungan dengan resorpsi interna, menandakan nekrosis pulpa
sebagai lanjutan dari reaksi tersebut. 12

2.2.5. Patofisiologi Pulpitis Irreversible Akut


Mekanisme Awal penyakit pulpa dimulai dari pulpitis reversibel.
Pulpitis reversibel dikarakteristikkan adanya hipersensitif terhadap suhu
maupun stimulasi kimia yang tiba-tiba menghilang pada saat stimulus
dihilangkan.
Patogenesis pulpitis diawali dari terjadinya karies yang disebabkan
oleh daya kariogenik dari bakteri yang timbul karena adanya produksi asam
laktat akibat pH cairan disekitar gigi tsb menjadi rendah atau bersifat asam.
Kondisi tsb cukup kuat melarutkan mineral pada permukaan gigi, sehingga
gigi menjadi erosi, jika karies sudah mencapai email-dentun, karies akan
mengebar ke segala arah dentin yang lebih luas dan akhirnya sampai ke
pulpa.
Meskipun pulpitis ireversibel sering dihubungkan dengan sakit yang
tiba-tiba ataupun berkepanjangan setelah dipicu sesuatu yang spesifik, namun
terkadang juga tidak terlihat gejala pada penyakit ini. Keadaan tersebut
membuat penderita pulpitis reversibel menganggap itu dapat mereka obati

10
dengan obat-obatan analgesik. Kurangnya kesadaran itu yang akhirnya
berkembang menjadi pulpitis ireversibel.
Kareis sudah sampai ke pulpa, maka terjadilah proses inflamasi pada
pulpa, kemudian terjadi pelepasan histamin dan badikinin yang menyebabkan
vasodilatasi, sehingga permeabilitas kapiler meningkat, terjadi akumulasi
PMN dan peningkatan cairan intersititial disekitar area inflamasi )edem
lokal). Edem lokal menyebabkan peningkatan tekanan didalam pulpa
sehingga dapat menekan syaraf-syaraf yang ada didalam pulpa dan jaringan
sekitarnya. Gejala proses penekanan ini dapat menyebabkan rasa nyeri ringan
sampai sangat kuat tergantung keparahan inflamasinya yang dipengaruhi juga
oleh virulensi kuman, daya tahan tubuh, serta pengobatan yang dibserikan.
Pulpitis merupakan patofisiologi dai hiperemi pulpa, yaitu bakteri
telah menggerogoti jaringan pulpa, jadi saat melewati saraf yang banyak ini,
bakteri akan menimbulkan peradangan awal dari pulpitis akut.12

2.2.6. Gejala Klinis


Berikut adalah tanda yang merupakan gejala terjadinya pulpitis (ingle, 2019),
yaitu :
a. Gejala pada pulpitis reversible kronik, gejala khas : rasa sakit telah ada
sejak lama (biasanya berbulan bulan), sensitiv sekali terhadap panas dan
dingin, rasa sakit hanya terjadi dengan perubahan suhu yang ekstrem, rasa
sakitnya tajam tetapi ringan dan berlangsung singkat.

Gambar 1 pulpitis reversibel, Kemenkes (2012).

11
b. Gejala pada pulpitis reversible akut, gejala khas : rasa sakit hanya ada
untuk waktu yang singkat (biasanya beberapa jam atau hari), rasa sakit
hadir setiap kali stimulus diterapkan pada gigi, ada kepekaan terhadap
panas dan dingin. Rasa sakit hanya terjadi dengan perubahan suhu yang
ekstrem, rasa sakitnya tajam tetapi ringan dan durasi pendek.
c. Gejala pada pulpitis ireversibel kronik, gejala khas : rasa sakit telah ada
sejak lama (biasanya berbulan bulan), rasa sakit karena panas, dingin dan
menggigit. Nyeri terjadi dengan perubahan suhu ringan. Rasa sakitnya
tajam dan parah, kemudian menjadi sakit tumpul, rasa sakit tetap
(biasanya lebih dari lima menit).

Gambar 2. pulpitis irreversibel, Kemenkes (2012).

d. Gejala pada pulpitis ireversibel akut gejala khas : rasa sakit hanya ada
untuk waktu yang singkat (biasanya beberapa hari atau kurang), rasa sakit
karena panas perubahan suhu. Rasa sakit bisa spontan, rasa sakit dapat
membangunkan pasien di malam hari.13

2.2.7. Tata Laksana


Penanganan nyeri pada pulpitis ireversibel
Perawatan utamanya dilakukan untuk mencegah berlanjutnya inflamasi
pula dari kerusakan yang dapat menyebabkan infeksi saluran akar dan
terkait rasa sakit. Hal ini berarti bahwa pulpektomi dapat dipertimbangkan

12
pada semua gigi permanen yang mempunyai tanda-tanda klinis yang
menunjukkan perubahan inflamasi ireversibel dalam pulpa. Syaratnya
adalah bahwa perkembangan akar telah sempurna. Oleh karena itu,
perawatan dapat dilakukan pada jaringan yang terpapar atau tidak
dalamlingkunganmulut.Pulpektomijugamerupakan perawatan pilihan
untuk jaringan yang terpapar langsung, ketika prognosis untuk direct pulp
capping atau pulpotomi parsial diragukan.
Ada tiga langkah utama pada pulpektomi, yaitu pengambilan seluruh
jaringan pulpa, membentuk saluran akar, dan mengisi ruang saluran akar
yang telah dibentuk.
Jaringan diangkat oleh instrumen yang dirancang khusus untuk
membersihkan dan memperluas ruang saluran akar, baik dengan
instrumen tangan maupun putar.
a). Anestesi
perawatan yang sangat menyakitkan bila dilakukan tanpa anastesi yang
tepat. Prosedur rutin yang harus dilakukan, yaitu dengan anastesi infiltrasi
dan blok regional. Akan tetapi kadang-kadang anastesi pulpa gagal karena
masih ditemukan jaringan yang masih sensitif dan masih terasa nyeri bila
disentuh, walaupun injeksi telah dilakukan dengan benar.Komplikasi ini
lebih umum ditemukan pada gigi posterior rahang bawah daripada rahang
atas. Sangat penting untuk mendapatkan anestesi yang memadai pada nyeri
pulpa sebelum melakukan preparasi, blok alveolar inferior atau blok
mandibula yang biasanya digunakan secara rutin dengan rasa baal jaringan
lunak sekitar gigi yang akan dirawat tetapi tidak selalu menganastesi
jaringan pulpa yang terinflamasi. Beberapa macam teknik anestesi
tambahan, yaitu injeksi intraligamen, injeksi intraoseus, infilterasi bukal
mandibula, dan injeksi intrapulpa. Injeksi intraligamen; Walton dan Abbot
melalui penelitiannya, melaporkan keberhasilan awal dan reinjeksi rata-
rata adalah 71% dan 92% masing- masing dari injeksi tambahan ligamen
periodontal dalam mencapai anestesia pada prosedur saluran akar.
Keberhasilan injeksi intraligamen tergantung pada tekanan selama injeksi.
Injeksi intraosseous (IO) adalah cairan anestesi langsung diinjeksikan ke

13
tulang cancellous di sekitar gigi. Durasi anestesia untuk injeksi
intraosseous dilaporkan berlangsung sekitar 45 menit yang cukup untuk
penyelesaian preparasi biomekanik pada pasien pulpitis ireversibel.
Infilterasi bukal mandibula dengan Articaine; Hasse dkk, melaporkan
tingkat keberhasilan 88% ketika injeksi tambahan infiltrasi bukal
mandibula dari articaine 4% dengan 1:100.000 epinefrin diberikan untuk
meningkatkan keberhasilan IANB. Namun jika injeksi infiltrasi bukal
digunakan sebagai pelengkap IANB pada pasien diagnosis pulpitis
ireversibel, tingkat keberhasilan hanya 58% yang berarti lebih sedikit dari
injeksi intraosseous dan intraligamen. Injeksi intra pulpa; anestesi
intrapulpa sangat efektif jika diberikan di bawah tekanan yang kuat, Onset
anestesi intrapulpa langsung bekerja tetapi durasi kerjanya 15-20 menit
saja.
Pada pasien dengan diagnosis pulpitis akut, kondisi anestesi lengkap bisa
sangat sulit dicapai. Mekanisme yang terjadi apabila injeksi diberikan
adalah
1) serabut saraf aferen yang berasal dari jaringan inflamasi dapat
mengubah potensi istirahat dan menurunkan ambang batas eksitabilitas,
tidak hanya dibatasi secara lokal tetapi meluas ke seluruh saraf yang
terlibat, sehingga agen anastesi tidak dapat mampu mencegah transmisi
impuls secara total;
2) pada pasien dengan keadaan stres dan cemas telah terjadi penurunan
ambang batas nyeri;
3) persarafan aksesori, misalnya n.mylohyoideus dapat bercabang ke molar
mandibula, diperkirakan sekitar 20%. Bila anastesi tetap belum memadai,
maka dapat ditambah salah satu dari anastesi tambahan berikut, yaitu
1) ulangi injeksi dan menunggu 5-10 menit;
2) jika tidak efektif, gabungkan anastesi blok regional dengan infiltrasi.
Misalnya, pada blok mandibula yang digabungkan dengan infiltrasi di
bagian distal gigi, untuk memblok saraf tambahan dari nervus
mylohyoideus. Jarum ditempatkan dekat dengan korteks mandibula.
Menggabungkan infiltrasi gigi insisivus rahang atas dengan cairan anastesi

14
deposit jauh ke dalam duktus nasopalatinus untuk mencapai cabang saraf;
3) bila masih tidak efektif, dapat dilakukan injeksi ligamen periodontal
atau injeksi intraosseous;
4) sebagai langkah akhir terpaksa diberikan suntikan langsung ke dalam
pulpa atau injeksi intrapulpa.
Prosedur ini harus dihindari pada pasien yang sangat cemas. Hal ini
dianjurkan untuk menunda perawatan dan menjadwal ulang pasien dengan
memberikan resep untuk premedikasi.

b). Teknik aseptik


Asepsis berkaitan dengan langkah-langkah yang dilakukan selama operasi
bedah untuk mencegah masuknya organisma mikro asing ke daerah luka.
Dalam terapi endodontik, termasuk pulpektomi, sumber kontaminasi
bakteri pada ruang pulpa dapat berasal dari debris yang terinfeksi, saliva
dan eksudat gingival, dan instrumen yang tidak steril. Asepsis yang tepat
di endodontik tidak dapat dicapai tanpa menggunakan rubber dam. Selain
memberikan aseptik pada tempat operasi, rubber dam mencegah instrumen
terjatuh, yang dapat ditelan atau terdorong ke dalam paru-paru. Rubber
dam juga mencegah bocornya obat-obatan yang digunakan selama tahap
perawatan ke lingkungan mulut, yang mengiritasi jaringan.
Langkah penting dalam rantai aseptik adalah dengan menggunakan
instrumen steril; menghindari kontaminasi bagian dari instrumen yang
berlangsung ke dalam saluran akar misalnya, dengan sentuhan jari.

c). Akses dan persiapan ruang saluran akar


Akhir-akhir ini banyak dokter telah melakukan teknik koronal ke apikal
untuk membersihkan dan membentuk saluran akar. Tahapan teknik
preparasi saluran akar yang digunakan adalah pembuatan akses yang
diawali dengan file terbesar sx/Gates-Glidden Drills ukuran 4, 3, 2 untuk
membentuk orifisium, atau memperbesar orifisium; yang disertai dengan
irigasi NaOCl 2,5-5%. Selanjutnya dengan menggunakan apex locater dan
atau radiografi dengan instrumen ukuran 10 atau 15 masuk ke saluran akar

15
dan untuk mendapatkan panjang kerja serta diirigasi. Preparasi badan
saluran akar dengan file S1, S2 = PK; F1-F3= PK) dan diirigasi.
Pulpektomi harus diselesaikan dalam satu kali kunjungan, selanjutnya
saluran akar tersebut lalu diperbesar sehingga dapat menerima secara
akurat pengisian saluran akar sementara maupun pengisian permanen.

d). Obturasi
Untuk mendapatkan hasil perawatan endodontik yang optimal, saluran
akar harus seluruhnya terisi dengan bahan padat, terutama pada bagian
sepertiga apikal. Obturasi saluran akar menggunakan gutta perca yang
dikombinasi dengan siler saluran akar, dengan teknik kondensasi lateral
akan memberikan penutupan apikal yang adekuat. Penggunaan siler
bertujuan menyempurnakan obturasi karena sealer berfungsi sebagai
perekat dan pengisi celah antara bahan pengisi dan dinding saluran akar,
serta mengisi saluran-saluran lateral dan saluran-saluran tambahan.
Secara klinis, radiografi dan histologis penelitian telah memperlihatkan
bahwa instrumentasi dan pengisian saluran akar 1-2 mm dari apeks
memberi kondisi terbaik untuk penyembuhan, sementara instrumentasi
yang over di apeks dan overfilling memberi hasil yang negatif. Penelitian
radiografi juga menunjukkan bahwa jika meninggalkan lebih dari sekitar 3
mm ruang kosong apikal pulpa mengurangi potensi kemungkinan
keberhasilan perawatan.

Pada beberapa kasus, terutama pada gigi saluran dengan saluran akar lebih
dari satu, biasanya dokter gigi tidak memiliki waktu yang memadai untuk
menyelesaikan seluruh ekstirpasi jaringan pulpa dan instrumentasi saluran
akar. Oleh karenanya dilakukan pulpotomi darurat, mengangkat jaringan
pulpa dari korona dan saluran akar yang terbesar saja. Biasanya saluran
saluran akar terbesar merupakan penyebab rasa sakit yang hebat, saluran-
akar yang kecil tidak menyebabkan rasa nyeri secara signifikan. Pada
kasus saluran akar yang kecil sebagai penyebabnya, pasien akan merasa
nyeri setelah efek anestesi hilang. Jika hal ini terjadi, harus direncanakan

16
perawatan darurat lagi dan seluruh saluran akar harus dibersihkan.
Disimpulkan bahwa penanganan kedaruratan dilakukan untuk memberikan
pertolongan terhadap gejala nyeri. Pulpitis ireversibel ditandai dengan
nyeri akut dan intens, dianggap sebagai salah satu keadaan kedaruratan
dalam kedokteran gigi yang paling umum terjadi pada pasien. Gejala
penting dari pulpitis ireversibel terdiri dari nyeri spontan, mulai dari
beberapa detik hingga beberapa jam, rasa nyeri yang ditimbulkan oleh
aplikasi panas atau dingin.13,14

2.2.8. Pencegahan

Pencegahan Untuk pulpitis

Perawatan gigi merupakan usaha untuk mencegah kerusakan gigi dan


penyakit gusi. Perawatan gigi sangat penting dilakukan karena dapat
menyebabkan rasa sakit pada anak, infeksi, bahkan malnutrisi. Gigi yang
sehat adalah gigi yang bersih tanpa ada lubang atau penyakit gigi lainnya.
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan (Kemenkes, 2012)5:

1. Pemeriksaan gigi dan mulut

Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut harus dilakukan secara berkala,


baik pada saat merasa sakit maupun pada saat tidak ada keluhan Penting
untuk diingat bahwa sebaiknya perawatan gigi dan mulut dilakukan sampai
tuntas, walaupun sudah tidak ada rasa sakit. Misalnya dalam keadaan sakit
berdenyut atau bengkak, dokter akan memberi obat untuk meredakan rasa
sakit.

2. Cara sikat gigi dengan benar

Menyikat gigi yang baik dan benar adalah menyikat gigi yang dilakukan
dengan menggunakan cara yang dapat membersihkan seluruh permukaan gigi
tanpa mencederai jaringan lunak dalam mulut serta dilakukan secara
berurutan dari satu sisi ke sisi yang lainnya secara teratur. Adapun frekuensi
dan waktu menyikat gigi sebaiknya dilakukan paling sedikit dua kali sehari,

17
pagi setengah jam setelah sarapan dan malam sebelum tidur.

Cara menyikat gigi:

a. Untuk membersihkan gigi bagian depan atas (digerakkan dari atas ke


bawah, gerakan sikat dengan arah ke atas ke bawah atau memutar).

b. Untuk membersihkan gigi bagian samping, gerakan sikat

dengan arah ke atas ke bawah atau memutar

c. Gerakan ke depan ke belakang dapat dilakukan untuk membersihkan


bagian pengunyahan gigi.

d. Bagian dalam dan belakang gigi dapat dibersihkan dengan cara


menggerakkan sikat ke atas ke bawah.

3. Mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang dapat memicu


terjadinya gigi berlubang seperti permen, kue, dan

minuman bersoda.

4 . Hindari makanan yang terlalu panas atau dingin.

5. Memilih sikat gigi yang sesuai dengan umur.

18
Gambar 3. Cara Menyikat Gigi, PDGI (2015)

19
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pulpitis irreversible akut adalah keadaan klinis yang
berdasarkan pemeriksaan subjektif dan objektif mengindikasikan
suatu inflamasi yang parah pada jaringan pulpa. Pulpitis
ireversibel seringkali merupakan kelanjutan atau perkembangan
dari pulpitis reversibel. Pulpitis ireversibel merupakan suatu
proses inflamasi yang menetap sekalipun penyebabnya
dihilangkan.

Gejala klinis dari Pulpitis ireversibel dapat dikenali dengan


beberapa gejala klinis, yaitu 1) adanya mediator inflamasi
menurunkan ambang rangsang pada semua saraf intrapulpa, 2)
riwayat nyeri spontan dan respon berlebihan terhadap panas atau
dingin yang menetap setelah stimulus diangkat, 3) restorasi yang
luas atau karies dapat dilihat pada gigi yang terlibat, dan 4) gigi
responsif terhadap tes listrik dan termal.

Perawatan yang tepat untuk gigi yang diagnosis pulpitis


ireversibel adalah pulpektomi yaitu perawatan endodontik dengan
membuang jaringan pulpa yang telah mengalami proses radang
tersebut

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan.


Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Laporan Nasional; 2013.
2. Departemen Kesehatan. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009.Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia;2010.
3. Departemen Kesehatan. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2010.Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2011.
4. Walton R dan Torabinejas M. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia. Edisi
ketiga. Terjemahan: Sumawinta N. Editor: Juwono L. Jakarta: EGC; 2008: 4-
18.
5. Grossman L, Oliet S, Ilmu Endodontik Dalam Praktek;Terjemahan: Rafiah
Abyono;edisi 11; Jakarta; EGC; 1995; 32-79.
6. Ricucci D., Loghin S., Siqueira J., Correlation Between Clinical and
Histologic Pulp Diagnose, Journal of Endodontics.2014; Vol. 40; 1932. Ingle
J.I,Bakland L.K, Endodotics6; 6th; BC Decker; Ontario;2008: 37
7. Walton, R., & Torabinejad, M. (2008). Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia
(3 ed.). Jakarta: EGC.
8. Heasman, P. (2006). Master Dentistry Restorative Dentistry, Paediatric
Dentistry, and Orthodontics (2 nd ed.).Newcastle: CHURCHILL
LIVINGSTONE
9. Rukmo, Mandojo. (2011). The Development of Method on Assessment of
Periapical Disease Healing After Endodontic Treatment. Procedding Kongres
IKORGI ke IX dan Seminar Ilmiah Nasional Recent advances in
Conservative Dentistry, 1-15. Surabaya.
10. Cohen S., Hargreaves K. M., 2011, Cohen’s Pathways of The Pulp, Mosby
Elsevier: 10th.
11. Harty. (2007). Endodontics in Clinical Practice (5 th ed). USA: Elsevier.
12. Tarigan, Rasinta. 2014. Karies Gigi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
13. Axelsson Per. Diagnosis and Risk Prediction of Dental Caries. London;
Quintessence Publishing Co.Inc, 2000. P.23.
14. Marza RSA and Ranj AB. Prevalence and Techinal Quality of Root Canal

21
Treatment in Sulaimani Patients (A Radiographic Evalutation).J Bagh
College Dentistry. 2009;21(2); 54
15. Demiburga S, Tuncay O, et al. Frequency and Distribution of Early Tooth
Loss and Endodontics Treatments Need of Permanent First Molar in a
Turkish Pediatric Population. Eur J Dent. 2013; 7(1): S99-104.

22

Anda mungkin juga menyukai