Pulpitis Irreversible Akut
Pulpitis Irreversible Akut
Oleh:
712021026
Pembimbing:
drg. Nanda Kamila Salim
REFERAT
Judul:
Pulpitis Irreversible Akut
Disusun Oleh:
Dea Awrel Titania, S.Ked
712021026
Telah dilaksanakan pada bulan April 2022 sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Gigi dan Mulut Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Referat yang berjudul
“Pulpitis Irreversible Akut” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di bagian Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang, Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada
Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya
sampai akhir zaman. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada :
1. drg. Nanda Kamila Salim selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Senior di
Bagian Ilmu Gigi dan Mulut Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang yang
telah memberikan masukan, arahan, serta bimbingan selama penyusunan
laporan kasus ini.
2. Orang tua dan saudara tercinta yang telah banyak membantu dengan doa
yang tulus dan memberikan bantuan moral maupun spiritual.
3. Rekan-rekan co-assistensi atas bantuan dan kerjasamanya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang....................................................................................................... 5
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................................... 6
1.3 Manfaat Penulisan ................................................................................................. 6
1.3.1. Manfaat Teoritis ................................................................................................. 6
1.3.2. Manfaat Praktisi ................................................................................................. 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 8
2.1. Pulpitis Irreversible Akut ......................................................................................... 8
2.1.1 Definisi Pulpitis Irreversible Akut ...................................................................... 8
2.1.2 Pravalensi Pulpitis Irreversible Akut................................................................... 8
2.1.3 Klasifikasi Pulpitis Irreversible Akut ................................................................ 12
2.1.4 Etiologi Pulpitis Irreversible Akut .................................................................... 12
2.1.5 Patofisiologi Pulpitis Irreversible Akut ............................................................. 15
2.1.6 Gejala Klinis Pulpitis Irreversible Akut ........................................................... 16
2.1.7 Tata Laksana Pulpitis Irreversible Akut ............................................................ 16
2.1.8 Pencegahan Pulpitis Irreversible Akut .............................................................. 17
BAB III. PENUTUP .................................................................................................. 29
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 30
iv
BAB I
PENDAHULUAN
5
Pulpa merupakan jaringan lunak satu-satunya yang berada di gigi, dimana
di dalam pulpa terdapat saraf dan pembuluh darah yang bertugas untuk
memberikan suplai nutrisi kepada gigi. Pulpitis dapat dibedakan menjadi
reversibel dan ireversibel. Pulpitis reversibel merujuk pada kondisi dimana pulpa
mengalami inflamasi ringan dan masih bisa diselamatkan. Sementara itu, pada
pulpitis ireversibel, inflamasi dan gejala sudah berat, dan pulpa tidak dapat lagi
diselamatkan. Pulpitis ireversible merupakan salah satu alasan tersering pasien
memerlukan perawatan gigi darurat.4
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
cepatnya penyakit pulpa pada ibu hamil karena pH saliva ibu hamil lebih
asam jika dibandingkan dengan yang tidak hamil. Serangan asam pada plak
merupakan awal terjadinya penyakirt pulpa.6
8
Penyebab terjadinya pulpitis hiperplastik adalah vaskularisasi yang
cukup pada pulpa yang masih muda, proliferasi jaringan, dan daerah yang
cukup besar untuk kepentingan drainase (Walton & Torabinejad, 2008).7
d. Nekrosis Pulpa
Nekrosis pulpa adalah keadaan dimana pulpa sudah mati, aliran
pembuluh darah sudah tidak ada, dan syaraf pulpa sudah tidak berfungsi
kembali. Pulpa yang sudah sepenuhnya nekrosis, maka gigi tersebut
asimtomatik hingga gejala-gejala timbul sebagai hasil dari perkembangan
proses penyakit ke dalam jaringan periradikuler (Cohen, 2011).
Secara radiografis, jika pulpa yang nekrosis belum sepenuhnya
terinfeksi, jaringan periapikalnya akan terlihat normal. Secara klinis, pada
gigi yang berakar tunggal biasanya tidak merespon pada tes sensitivitas,
namun pada gigi yang berakar jamak pada tes sensitivitas terkadang dapat
mendapatkan hasil yang positif maupun negatif tergantung syaraf yang
berdekatan pada permukaan gigi mana yang diuji (Harty, 2010). 11
2.2.4. Etiologi
Menurut Tarigan (2012), Sebab-sebab dari penyakit pulpa adalah
sebagai berikut.
1. Faktor Bakteri
Bakteri dan produk-produknya adalah penyebab utama penyakit
endodontik. Khususnya, pulpa yang terekspos akan memburuk dan menjadi
nekrotik total dengan pembentukan abses jika hanya terdapat bakteri.
2. Faktor Iatrogenik
Penyebab umum kedua dari penyakit endodontik adalah akibat usaha
perbaikan penyakit gigi. Misalnya saat prosedur operatifMyang
mengakibatkan panas atau kekeringan yang berlebihan, teknik saat mencetak
gigi, material dan bahan kimia yang digunakan dalam kedokteran gigi juga
dapat menyebabkan iritasi pulpa.
3. Faktor Trauma
Respon terhadap trauma tergantung keparahan trauma tersebut.
Misalnya, trauma yang relative ringan dari oklusi akan sedikit atau tidak
9
mempunyai pengaruh, namun, trauma oklusi yang lebih berat mungkin akan
mempunyai efek ke pulpa yang lebih signifikan. Beberapa gigi merespon
trauma dengan meningkatkan kalsifikasi pulpanya. Tetapi ada juga yang
menjadi nekrotik. Trauma yang menyebabkan fraktur pada gigi memberikan
jalan kepada oral flora mencapai pulpa. Hal ini dapat membuat gejala klinis
aneh, sehingga diagnosa menjadi sulit.
4. Faktor Idiopatik
Perubahan pulpa juga terjadi karena alasan-alasan yang belum
diketahui (idiopathic). Contoh umumnya adalah resorpsi interna. Walaupun
sudah diketahu bahwa trauma memperluas resorpsi interna, namun tidak
dapat menjelaskan kejadiannya secara keseluruhan. Secara mikroskopis,
macrophages dan multinucleated giant cells ditemukan di dentin yang
teresorbsi. Juga terlihat gambaran radiolusensi di bagian periapikal yang
mungkin berhubungan dengan resorpsi interna, menandakan nekrosis pulpa
sebagai lanjutan dari reaksi tersebut. 12
10
dengan obat-obatan analgesik. Kurangnya kesadaran itu yang akhirnya
berkembang menjadi pulpitis ireversibel.
Kareis sudah sampai ke pulpa, maka terjadilah proses inflamasi pada
pulpa, kemudian terjadi pelepasan histamin dan badikinin yang menyebabkan
vasodilatasi, sehingga permeabilitas kapiler meningkat, terjadi akumulasi
PMN dan peningkatan cairan intersititial disekitar area inflamasi )edem
lokal). Edem lokal menyebabkan peningkatan tekanan didalam pulpa
sehingga dapat menekan syaraf-syaraf yang ada didalam pulpa dan jaringan
sekitarnya. Gejala proses penekanan ini dapat menyebabkan rasa nyeri ringan
sampai sangat kuat tergantung keparahan inflamasinya yang dipengaruhi juga
oleh virulensi kuman, daya tahan tubuh, serta pengobatan yang dibserikan.
Pulpitis merupakan patofisiologi dai hiperemi pulpa, yaitu bakteri
telah menggerogoti jaringan pulpa, jadi saat melewati saraf yang banyak ini,
bakteri akan menimbulkan peradangan awal dari pulpitis akut.12
11
b. Gejala pada pulpitis reversible akut, gejala khas : rasa sakit hanya ada
untuk waktu yang singkat (biasanya beberapa jam atau hari), rasa sakit
hadir setiap kali stimulus diterapkan pada gigi, ada kepekaan terhadap
panas dan dingin. Rasa sakit hanya terjadi dengan perubahan suhu yang
ekstrem, rasa sakitnya tajam tetapi ringan dan durasi pendek.
c. Gejala pada pulpitis ireversibel kronik, gejala khas : rasa sakit telah ada
sejak lama (biasanya berbulan bulan), rasa sakit karena panas, dingin dan
menggigit. Nyeri terjadi dengan perubahan suhu ringan. Rasa sakitnya
tajam dan parah, kemudian menjadi sakit tumpul, rasa sakit tetap
(biasanya lebih dari lima menit).
d. Gejala pada pulpitis ireversibel akut gejala khas : rasa sakit hanya ada
untuk waktu yang singkat (biasanya beberapa hari atau kurang), rasa sakit
karena panas perubahan suhu. Rasa sakit bisa spontan, rasa sakit dapat
membangunkan pasien di malam hari.13
12
pada semua gigi permanen yang mempunyai tanda-tanda klinis yang
menunjukkan perubahan inflamasi ireversibel dalam pulpa. Syaratnya
adalah bahwa perkembangan akar telah sempurna. Oleh karena itu,
perawatan dapat dilakukan pada jaringan yang terpapar atau tidak
dalamlingkunganmulut.Pulpektomijugamerupakan perawatan pilihan
untuk jaringan yang terpapar langsung, ketika prognosis untuk direct pulp
capping atau pulpotomi parsial diragukan.
Ada tiga langkah utama pada pulpektomi, yaitu pengambilan seluruh
jaringan pulpa, membentuk saluran akar, dan mengisi ruang saluran akar
yang telah dibentuk.
Jaringan diangkat oleh instrumen yang dirancang khusus untuk
membersihkan dan memperluas ruang saluran akar, baik dengan
instrumen tangan maupun putar.
a). Anestesi
perawatan yang sangat menyakitkan bila dilakukan tanpa anastesi yang
tepat. Prosedur rutin yang harus dilakukan, yaitu dengan anastesi infiltrasi
dan blok regional. Akan tetapi kadang-kadang anastesi pulpa gagal karena
masih ditemukan jaringan yang masih sensitif dan masih terasa nyeri bila
disentuh, walaupun injeksi telah dilakukan dengan benar.Komplikasi ini
lebih umum ditemukan pada gigi posterior rahang bawah daripada rahang
atas. Sangat penting untuk mendapatkan anestesi yang memadai pada nyeri
pulpa sebelum melakukan preparasi, blok alveolar inferior atau blok
mandibula yang biasanya digunakan secara rutin dengan rasa baal jaringan
lunak sekitar gigi yang akan dirawat tetapi tidak selalu menganastesi
jaringan pulpa yang terinflamasi. Beberapa macam teknik anestesi
tambahan, yaitu injeksi intraligamen, injeksi intraoseus, infilterasi bukal
mandibula, dan injeksi intrapulpa. Injeksi intraligamen; Walton dan Abbot
melalui penelitiannya, melaporkan keberhasilan awal dan reinjeksi rata-
rata adalah 71% dan 92% masing- masing dari injeksi tambahan ligamen
periodontal dalam mencapai anestesia pada prosedur saluran akar.
Keberhasilan injeksi intraligamen tergantung pada tekanan selama injeksi.
Injeksi intraosseous (IO) adalah cairan anestesi langsung diinjeksikan ke
13
tulang cancellous di sekitar gigi. Durasi anestesia untuk injeksi
intraosseous dilaporkan berlangsung sekitar 45 menit yang cukup untuk
penyelesaian preparasi biomekanik pada pasien pulpitis ireversibel.
Infilterasi bukal mandibula dengan Articaine; Hasse dkk, melaporkan
tingkat keberhasilan 88% ketika injeksi tambahan infiltrasi bukal
mandibula dari articaine 4% dengan 1:100.000 epinefrin diberikan untuk
meningkatkan keberhasilan IANB. Namun jika injeksi infiltrasi bukal
digunakan sebagai pelengkap IANB pada pasien diagnosis pulpitis
ireversibel, tingkat keberhasilan hanya 58% yang berarti lebih sedikit dari
injeksi intraosseous dan intraligamen. Injeksi intra pulpa; anestesi
intrapulpa sangat efektif jika diberikan di bawah tekanan yang kuat, Onset
anestesi intrapulpa langsung bekerja tetapi durasi kerjanya 15-20 menit
saja.
Pada pasien dengan diagnosis pulpitis akut, kondisi anestesi lengkap bisa
sangat sulit dicapai. Mekanisme yang terjadi apabila injeksi diberikan
adalah
1) serabut saraf aferen yang berasal dari jaringan inflamasi dapat
mengubah potensi istirahat dan menurunkan ambang batas eksitabilitas,
tidak hanya dibatasi secara lokal tetapi meluas ke seluruh saraf yang
terlibat, sehingga agen anastesi tidak dapat mampu mencegah transmisi
impuls secara total;
2) pada pasien dengan keadaan stres dan cemas telah terjadi penurunan
ambang batas nyeri;
3) persarafan aksesori, misalnya n.mylohyoideus dapat bercabang ke molar
mandibula, diperkirakan sekitar 20%. Bila anastesi tetap belum memadai,
maka dapat ditambah salah satu dari anastesi tambahan berikut, yaitu
1) ulangi injeksi dan menunggu 5-10 menit;
2) jika tidak efektif, gabungkan anastesi blok regional dengan infiltrasi.
Misalnya, pada blok mandibula yang digabungkan dengan infiltrasi di
bagian distal gigi, untuk memblok saraf tambahan dari nervus
mylohyoideus. Jarum ditempatkan dekat dengan korteks mandibula.
Menggabungkan infiltrasi gigi insisivus rahang atas dengan cairan anastesi
14
deposit jauh ke dalam duktus nasopalatinus untuk mencapai cabang saraf;
3) bila masih tidak efektif, dapat dilakukan injeksi ligamen periodontal
atau injeksi intraosseous;
4) sebagai langkah akhir terpaksa diberikan suntikan langsung ke dalam
pulpa atau injeksi intrapulpa.
Prosedur ini harus dihindari pada pasien yang sangat cemas. Hal ini
dianjurkan untuk menunda perawatan dan menjadwal ulang pasien dengan
memberikan resep untuk premedikasi.
15
dan untuk mendapatkan panjang kerja serta diirigasi. Preparasi badan
saluran akar dengan file S1, S2 = PK; F1-F3= PK) dan diirigasi.
Pulpektomi harus diselesaikan dalam satu kali kunjungan, selanjutnya
saluran akar tersebut lalu diperbesar sehingga dapat menerima secara
akurat pengisian saluran akar sementara maupun pengisian permanen.
d). Obturasi
Untuk mendapatkan hasil perawatan endodontik yang optimal, saluran
akar harus seluruhnya terisi dengan bahan padat, terutama pada bagian
sepertiga apikal. Obturasi saluran akar menggunakan gutta perca yang
dikombinasi dengan siler saluran akar, dengan teknik kondensasi lateral
akan memberikan penutupan apikal yang adekuat. Penggunaan siler
bertujuan menyempurnakan obturasi karena sealer berfungsi sebagai
perekat dan pengisi celah antara bahan pengisi dan dinding saluran akar,
serta mengisi saluran-saluran lateral dan saluran-saluran tambahan.
Secara klinis, radiografi dan histologis penelitian telah memperlihatkan
bahwa instrumentasi dan pengisian saluran akar 1-2 mm dari apeks
memberi kondisi terbaik untuk penyembuhan, sementara instrumentasi
yang over di apeks dan overfilling memberi hasil yang negatif. Penelitian
radiografi juga menunjukkan bahwa jika meninggalkan lebih dari sekitar 3
mm ruang kosong apikal pulpa mengurangi potensi kemungkinan
keberhasilan perawatan.
Pada beberapa kasus, terutama pada gigi saluran dengan saluran akar lebih
dari satu, biasanya dokter gigi tidak memiliki waktu yang memadai untuk
menyelesaikan seluruh ekstirpasi jaringan pulpa dan instrumentasi saluran
akar. Oleh karenanya dilakukan pulpotomi darurat, mengangkat jaringan
pulpa dari korona dan saluran akar yang terbesar saja. Biasanya saluran
saluran akar terbesar merupakan penyebab rasa sakit yang hebat, saluran-
akar yang kecil tidak menyebabkan rasa nyeri secara signifikan. Pada
kasus saluran akar yang kecil sebagai penyebabnya, pasien akan merasa
nyeri setelah efek anestesi hilang. Jika hal ini terjadi, harus direncanakan
16
perawatan darurat lagi dan seluruh saluran akar harus dibersihkan.
Disimpulkan bahwa penanganan kedaruratan dilakukan untuk memberikan
pertolongan terhadap gejala nyeri. Pulpitis ireversibel ditandai dengan
nyeri akut dan intens, dianggap sebagai salah satu keadaan kedaruratan
dalam kedokteran gigi yang paling umum terjadi pada pasien. Gejala
penting dari pulpitis ireversibel terdiri dari nyeri spontan, mulai dari
beberapa detik hingga beberapa jam, rasa nyeri yang ditimbulkan oleh
aplikasi panas atau dingin.13,14
2.2.8. Pencegahan
Menyikat gigi yang baik dan benar adalah menyikat gigi yang dilakukan
dengan menggunakan cara yang dapat membersihkan seluruh permukaan gigi
tanpa mencederai jaringan lunak dalam mulut serta dilakukan secara
berurutan dari satu sisi ke sisi yang lainnya secara teratur. Adapun frekuensi
dan waktu menyikat gigi sebaiknya dilakukan paling sedikit dua kali sehari,
17
pagi setengah jam setelah sarapan dan malam sebelum tidur.
minuman bersoda.
18
Gambar 3. Cara Menyikat Gigi, PDGI (2015)
19
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pulpitis irreversible akut adalah keadaan klinis yang
berdasarkan pemeriksaan subjektif dan objektif mengindikasikan
suatu inflamasi yang parah pada jaringan pulpa. Pulpitis
ireversibel seringkali merupakan kelanjutan atau perkembangan
dari pulpitis reversibel. Pulpitis ireversibel merupakan suatu
proses inflamasi yang menetap sekalipun penyebabnya
dihilangkan.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
Treatment in Sulaimani Patients (A Radiographic Evalutation).J Bagh
College Dentistry. 2009;21(2); 54
15. Demiburga S, Tuncay O, et al. Frequency and Distribution of Early Tooth
Loss and Endodontics Treatments Need of Permanent First Molar in a
Turkish Pediatric Population. Eur J Dent. 2013; 7(1): S99-104.
22