PENDAHULUAN
Oleh karena itu, hal-hal tersebut perlu diuraikan lebih lanjut melalui tema :
“ Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi Dalam Filsafat Pendidikan Islam”.
1
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan beberapa permasalahan di atas, maka dapat diambil suatu formulasi
yang kemudian dirumuskan sebagai berikut :
C. Tujuan Penulisan
Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah :
D. Metode Penulisan
Makalah ini disusun dengan menggunakan metode deskriptif analisis dan kajian
pustaka.
2
E. Sistematika Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Ontologi
Pembicaraan tentang hakikat sangatlah luas sekali, yaitu segala yang ada
dan yang mungkin adalah realitas; realita adalah ke-real-an, riil artinya kenyataan
yang sebenarnya. Jadi hakikat adalah kenyataan sebenarnya sesuatu, bukan
kenyataan sementara atau keadaan yang menipu, juga bukan kenyataan yang
berubah.
Pembahasan tentang ontologi sebagai dasar ilmu berusaha untuk
menjawab “apa” yang menurut Aristoteles merupakan The First Philosophy dan
merupakan ilmu mengenai esensi benda. Kata ontologis berasal dari perkataan
Yunani; On = being, dan logos = logic. Jadi ontologi adalah the theory of being
qua being ( teori tentang keberadaan sebagai keberadaan). Sedangkan pengertian
ontologis menurut istilah , sebagaimana dikemukakan oleh S. Suriasumantri
dalam Pengantar Ilmu dalam Prespektif mengatakan, ontologi membahas apa
yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain,
suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”. Sementara itu, A. Dardiri dalam
bukunya Humaniora, filsafat, dan logika mengatakan, ontologi adalah menyelidiki
sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara yang berbeda di mana
entitas dari kategori-kategori yang logis yang berlainan (objek-objek fisis, hal
4
universal, abstraksi) dapat dikatakana ada; dalam kerangka tradisional ontologi
dianggap sebagai teori mengenai prinsip-prinsip umum dari hal ada, sedangkan
dalam hal pemakaiannya akhir-akhir ini ontologi dipandang sebagai teori
mengenai apa yang ada.
Term ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada
tahun 1636 M. Untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat
metafisis. Dalam perkembangannya Christian Wolff (1679-1754 M) membagi
metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus.
Metrafisika umum dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontologi.
Dengan demikian, metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat yang
membicarakan prinsip paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang
ada. Sedang metafisika khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi, psikologi,
dan teologi.
Kosmologi adalah cabang filsafat yang secara khusus membicarakan
tentang alam semesta. Psikologi adalah cabang filsafat yang secara khusus
membicarakan tentang jiwa manusia. Teologi adalah cabang filsafat yang secara
khusus membicarakan.
1. Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu
hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber
asal, baik yang asal berupa materi ataupun berupa rohani. Tidak mungkin ada
hakikat masing-masing bebas dan berdiri sendiri. Istilah monisme oleh Thomas
Davidson disebut dengan Block Universe. Paham ini kemudian terebagi ke dalam
dua aliran:
5
a. Materialisme. Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah
materi, bukan rohani. Aliran ini sering juga disebut dengan naturalisme.
b. Idealisme
2. Dualisme
Dualisme adalah aliran yang mencoba memadukan antara dua paham yang
saling bertentangan, yaitu materialisme dan idealisme. Menurut aliran dualisme
materi maupun ruh sama-sama merupakan hakikat. Materi muncul bukan karena
adanya ruh, begitu pun ruh muncul bukan karena materi.
3.Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap
macam bentuk itu semuanya nyata. Pluralisme dalam Dictonary of Philosophy
and Religion dikataka sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam ini
tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua entitas. Tokoh aliran ini pada
masa Yunani Kuno adalah anaxagoras dan Empedocles yang menyatakan bahwa
substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari 4 unsur, yaitu tanah, air, api, dan
udara. Tokoh modern aliran ini adalah William James (1842-1910 M).
B. Landasan Epistemologi
6
mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan syahnya (validitas)
pengetahuan. Dalam metafisika, pertanyaan pokoknya adalah “apakah ada itu?”,
sedangkan dalam epistemologi pertanyaan pokoknya adalah “apa yang dapat saya
ketahui?”
7
Dalam induksi, setelah diperoleh pengetahuan, maka akan
dipergunakan hal-hal lain, seperti ilmu mengajarkan kita bahwa kalau logam
dipanasi, ia mengembang, bertolak dari teori ini kita akan tahu bahwa logam
lain yang kalau dipanasi juga akan mengembang. Dari contoh di atas bisa
diketahui bahwa induksi tersebut memberikan suatu pengetahuan yang disebut
sintetik.
2. Metode Deduktif
3. Metode Dialektis
C. Landasan Aksiologi
8
Makna “etika” dipakai dalam dua bentuk arti, pertama, etika merupakan
suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan-perbuatan
manusia. Arti kedua, merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan
hal-hal, perbuatan-perbuatan, atau manusia-manusia lain. Objek formal etika
meliputi norma-norma kesusilaan manusia, dan mempelajari tingkah laku manusia
baik buruk. Sedangkan estetika berkaitan denganj nilai tentang pengalaman
keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di
sekelilingnya.
Nilai itu objektif ataukah subjektif adalah sangat tergantung dari hasil
pandangan yang muncul dari filsafat. Nilai akan menjadi subjektif, apabila subjek
sangat berperan dalam segala hal, kesadaran manusia menjadi tolak ukur
segalanya; atau eksistensinya, maknanya dan validitasnya tergantung pada reaksi
subjek yang melakukan penilaian tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat
psikis atau fisis. Dengan demikian, nilai subjektif akan selalu memperhatikan
berbagai pandangan yang dimilki akal budi manusia, seperti perasaan,
intelektualitas, dan hasil nilai subjektif selalu akan mengarah kepada suka atau
tidak suka, senang atau tidak senang.
Nilai itu objektif, jika ia tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang
menilai. Nilai objektif muncul karena adanya pandangan dalam filsafat tentang
objektivisme. Objektivisme ini beranggapan pada tolak ukur suatu gagasan berada
pada objeknya, sesuatu yang memiliki kadar secara realitas benar-benar ada.
9
Golongan pertama berpendapat mengenai kenetralan ilmu. Ilmuwan hanyalah
menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang lain untuk menggunakannya.
Golongan kedua berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah
terbatas pada metafisik keilmuan, sedangkan dalam penggunaannya haruslah
berlandaskan nilai-nilai moral, sebagai ukuran kepatutannya.
10
Dari ketiga kata kunci di atas, berbagai pakar telah merumuskan tentang
pendidikan Islam, sebagai berikut:
11
Implikasi dari fenomena di atas adalah bahwa konstruksi kegiatan
pendidikan Islam tidak hanya menekankan pada pembangunan moral semata,
tetapi juga perlu melihat aspek-aspek lain yang cukup dominan dalam
mengarahkan peserta didik dalam menjalani aktivittas sosialnya. Dalam hal ini,
perlu adanya pembelajaran yang juga mampu membangun kesadaran kritis peserta
didik. Karena dalam habitus sosial, seringkali muncul pertarungan berbagai
kepentingan dan idiologi tertentu. Dan idiologi dominanlah yang akan
mempengaruhi wajah sosial masyarakat.
12
Konsep fitrah dalam Islam berbeda dengan teori tabula rasa Jhon Locke,
sebab dalamteori tabula rasa, manusia dipandang sebagai kerta putih bersih yang
terbebas dari coretan. lingkunganlah yang mengisi coretan dalam kertas putih
tersebut. Artinya, manusia terlahir dalam keadaan pasif.
Sebaliknya, fitrah memandang manusia lebih dari ibarat kertas putih dan bersih,
karena dalam diri manusia terdapat potensi yang terbawa sejak lahir, yakni daya
untuk menerima agama atau tauhid.
“Telah menceritakan kepada kami Ali telah menceritakan kepada kami Sufyan, Az
Zuhri mengatakan; telah menceritakan kepada kami dari Sa'id bin Musayyab dari
Abu Hurairah secara periwayatan, fitrah itu ada lima, atau lima dari sunnah-
sunnah fitrah, yaitu; berkhitan, mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak,
memotong kuku dan mencukur kumis.” (HR. BUKHARI - 5439).
13
nilai-nilai yang terkandung dalam keduanya sama-sama penting untuk
diakomodasi dalam sistem pendidikan Islam.
Ketiga kata kunci tentang Pendidikan Islam di atas disebutkan dalam Al-
Qur’an dan hadist berikut ini:
14
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama benda-benda seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada Malaikat, lalu berfirman : “Sebutkanlah
kepada-Ku jika kamu memang orang-orang yang benar” (Al-Baqarah ayat: 31)
Selanjutnya objek material Filsafat Pendidikan Islam yaitu segala hal yang
berkaitan dengan usaha manusia untuk menciptakan kondisi yang memberi
peluang berkembangnya kecerdasan dan kepribadian melalui pendidikan. Objek
formal: Usaha yang rasional, mendasar, general, dan sistematis dalam
mengembangkan kecerdasan dan kepribadian melalui pendidikan.
Untuk lebih jelasnya, objek materi ilmu pendidikan Islam yaitu anak didik.
Sedangkan objek formalnya ialah perbuatan mendidik yang membawa anak, ke
arah tujuan pendidikan Islam. Sehingga secara epistemologi, Kurikulum
pendidikan Islam harus merujuk pada Al-Qur’an dan hadist. Antara lain sebagai
berikut:
15
9. Menepati janji dan menunaikan perintah Allah
} الَّ ِذي َعلَّ َم ابِ ْالقَلَ ِم3{ } ا ْق َرْأ َو َربُّكَ اَْأل ْك َر ُم2{ ق
ٍ َق اِإل ن َسانَ ِم ْن َعل
َ َ} خَ ل1{ ق َ َا ْق َرْأ بِاس ِْم َربِّكَ الَّ ِذي خَ ل
}5{ } َعلَّ َم ْاِإل ن َسانَ َمالَ ْم يَ ْعلَ ْم4{
Manusia mendapatkan bagian dari apa yang telah dikerjakannya, (QS an-Najm,
53-39). “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang
telah diusahakannya”
ك بِ ِه ِع ْل ٌم فَالَ تُ ِط ْعهُ َمآ ِإلَّى َمرْ ِج ُع ُك ْم َ ص ْينَا ْاِإل ن َسانَ بِ َوالِ َد ْي ِه ُح ْسنًا َوِإن َجاهَدَا
َ ك لِتُ ْش ِركَ بِي َمالَي
َ َْس ل َّ َو َو
َفَُأنَبُِّأ ُكم بِ َما ُكنتُ ْم تَ ْع َملُون
16
“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-
bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
17
Muhammad Athiyah al-Abrasy mengatakan “the fist and highest goal of
Islamic is moral refinment and spiritual, training” (tujuan pertama dan tertinggi
dari pendidikan Islam adalah kehalusan budi pekerti dan pendidikan jiwa)”
18
hari. Misalnya menjalankan shalat lima waktu, menjalankan ibadah puasa,
menunaikan zakat, dan menunaikan haji ke Baitullah.
Istilah etika berasal dari kata “ethos” (Yunani) yang berarti adat kebiasaan.
Dalam istilah lain, para ahli yang bergerak dalam bidang etika menyubutkan
dengan moral, berasal dari bahasa Yunani, juga berarti kebiasaan. Etika
merupakan teori tentang nilai, pembahasan secara teoritis tentang nilai, ilmu
kesusilaan yang meuat dasar untuk berbuat susila. Sedangkan moral
pelaksanaannya dalam kehidupan.
19
kehidupan dan keberagamaan pada peserta didik ke arah idealitas kehidupan
Islami, dengan tetap memperhatikan dan memperlakukan peserta didik sesuai
dengan potensi dasar yang dimiliki serta latar belakang sosio budaya masing-
masing.[9]
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat kami peroleh kesimpulan:
B. Saran
Adapun saran yang bisa penulis berikan :
21
1. Kepada semua pembaca apabila mendapat kekeliruan dalam makalah ini
harap bisa meluruskannya.
2. Untuk supaya bisa membaca kembali literatur-literatur yang berkenaan
dengan pembahasan ini sehingga diharapkan akan bisa lebih
menyempurnakan kembali pembahasan materi dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Khumaera Mey. “ Filsafat Pendidikan Islam dari Segi Ontologi, Epistimologi, dan
Aksiologi” 09 Oktober 2014 “ http://meykhumaera.blogspot.com/2012/03/filsafat-
pendidikan-islam-dari-segi.html
22
Prof. Dr. Bakhtiar Amsal, M.A. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta : PT Raja Garfindo
Persada.
23