I. LAPIS BAJA
II. ARTELLERY
Pengunaan Anti-Aircraft Gun pada dianggap sudah tidak efektif lagi karena memakai panjejak manual. Bofors pun menjual divisi Anti-Aircraft
Gun dan mengembangkan Missile dengan penjejak radar. Strategi TNI kurang Efektif dan Efisien dengan memperbanyak Anti-Aircraft Gun dan
minim missile, bertolak belakang dengan Malaysia. Lagi – lagi kita salah strategi dan terlambat menggunakan perspektif/paradigma moderen.
AIR FORCE
I. FIGHTERS
SPARING PARTNER
ARMY
Kemungkina perang darat akan terjadi di wilayah Kodam VI/Tanjungpura didaerah Kalimantan Barat. Kodam VI/Tanjungpura di Kalbar
diperkuat oleh 3 Yoniv (reguler) yaitu Yonif 641/Beruang Hitam Singkawang, Yonif 642/Kapuas Sintang, Yonif 643/Wanara Sakti Pontianak.
Ketiga Yoniv dibantu 2 datasemen kavaleri (Datasemen kav 1 dan 2) 36 Tank (27 Light tank + 9 APC) ini akan berhadapan dengan 1 Divisi
Malaysia lengkap dengan Kavaleri nya, yaitu Divisi ke-3 yang khusus mengawasi kalimantan sebagai perbatasan darat dengan Indonesia.
Beberapa dari batalion di Divisi ke-3 Malaysia berkualifikasi khusus yaitu Royal Malay Regiment Royal dan Royal Rangers Regiment.
I. MBT
Skuadron jet tempur RMAF yang pangkalan di Kuching Malaysia Untuk catatan MBT malaysia akan mudah menerobos pertahanan
akan dihalau dengan Skuadron 1 Supadio Skuadron udara 12 Pekan Datasemen I dan II tanjungpura karena Light tank AMX 13 hanya
baru yang dilengkapi Hawk Mk. 109 Hawk Mk. 209 (24 Pesawat) di memiliki kanon 105mm, kanon ini tentu tidak ada apa-apanya untuk
tambah 2 F16 bantuan dari skuadron 3 Iswahyudi untuk menembus lapisan baja PT91. Sebaliknya PT91 dilengkapi kanon
mengantisipasi kemungkinan di Intercept MIG 29 Malaysia. Mungkin 125mm yang daya ledak nya jauh diatas AMX13. Jadi jelas AMX13
akan terjadi perang udara yang “seru” tetapi dari segi moderenisasi akan mudah dihancurkan.
persenjataan indonesia masih kalah.
Indonesia menang telak dalam Light tank, tapi sayang ke 425 tank Gerak maju ke 26 Scorpion pasti di dukung dengan APC pasangannya 25
ini ada di pulau Jawa dan sangat jauh dengan kalimantan barat dan x Alvis Stormer.
lagi ke 26 Scorpion malaysia ada di Divisi ke 4 yang perpangkalan
di sekitar Brunei. Jadi kemungkinan besar tidak akan terjadi perang Jika digeser ke Kalbar Scorpion dan Stormer (51 tank) akan bergabung
light tank kecuali Indonesia dan Malaysia sama-sama mengeser dengan kekuatan inti 62 x PT 91 dengan dukungan APC pasangannya 211
kekuatan light tank nya menuju perbatasan di Kalbar. Bagi x ADNAN dan 111 x KIFV K200 (435 tank)
malayasia pergeseran itu sangat dimungkinkan untuk mendukung
pergerakan MBT dan APC di Kalimantan, tetapi bagaimana Alhasil 3 Yonkaf Kodam VI/Tanjungpura yang hanya diperkuat 2
dengan pergeseran kekuatan kavaleri dari pulau Jawa ke Kalbar? Datasemen kav ditambah beberapa Yonif Linud Kostrad kiriman dari Jawa
Tentunya butuh waktu lama (nyebrang laut), dan lagi kapal angkut (Div I dan II) , Koppasus kalifikasi “Para” Grup I dan II ditambah
air milik AD terbatas, jika dibantu AL tetap saja perjalanan darat skuadron I Supadio dan jika ada pendaratan amphibi bantuan Marinir dari
butuh waktu karena truk-truk pengangkut tank pun hanya ada di pasmar II Jakarta bersama alat berat nya PT 76, BTR 50, BVP 2 dan
pulau Jawa. Howitzer akan di “Bantai” di Kalbar.
Jika memang ada keputusan pergeseran Yonkav dari pulau Jawa ke Tetap saja tidak seimbang !!!
Kalbar untuk mendukung Kodam VI/Tanjungpura sama saja Meski 1 Raider Kostrad = 3 prajurit infantri
Malaysia khusus menyiapkan 1 Divisi khusus untuk menghadapi Kalimantan barat. Kalimantan barat hanya memiliki 3 Yonif dengan
dukungan 2 datasemen kav. Bayangkan saja, 1 Divisi dengan kekuatan 20.000 infantri (beberapa batalion klasifikasi khusus Royal Malay
Regiment Royal dan Royal Rangers Regiment) dengan dukungan kavaleri berhadapan dengan 3 batalion 2500-3000 prajurit infantri
(reguler) hanya dengan kemampuan kavaleri yang setingkat datasemen.
Dan lagi RMAF yang berpangkalan di Kuching kekuatan nya lebih besar dari Skuadron 1 di Supadio, Kalbar dan Skuadron udara 12,
Pekan baru.
1 Divisi Malaysia (infantri dan kavaleri) melawan 3 Batalion Infantri dukungan 2 datasemen kav (Kodam VI/Tanjungpura. Skuadron 1 di
Supadio dengan kekuatan Hawk Mk. 109 Hawk Mk. 209 yang berjumlah 24 pesawat dan dibantu 2 F-16 bantuan dari skuadron 3 Madiun
Skuadron udara 12 Pekan baru akan di “patahkan” oleh RMAF Subang, Selangor dan RMAF Sungai Besi, Kuala Lumpur agar oprasi
udara di Kalimantan barat di dominasi Malaysia.
Jika terjadi perang darat Kalimantan Barat kemungkinan akan menjadi zona perang yang seru dan tidak seimbang. Malaysia dengan 62 x
PT 91 dengan dukungan APC pasangannya 211 x ADNAN dan 111 x KIFV K200. Hanya akan berhadapan dengan 2 Datasemen kavaleri
Kodam VI/Tanjungpura yang hanya berkekuatan 36 Tank (27 AMX 13Light tank + 9 AMX VCI versi APC).
Di udara dua skuadron Indonesia yaitu Skuadron I Supadio akan dibantu dengan Skuadron udara 12 Pekan baru dengan kekuatan 24
Hawk Mk. 109 Hawk Mk. 209 ditambah 2 F16 bantuan dari skuadron 3 Madiun. Total 26 Fighter (itu pun tidak semua battleable).
Akan berhadapan dengan 30 pesawat Malaysia yang terdiri dari MIG 29, F 18, F5 Tiger, Hawk 108, Hawk 208 dan beberapa SU 30.
Kemungkinan jumlah kekuatan di Kuching akan bertambah besar (penambahan A4 Skyhawk) jika ada konsentrasi kekuatan untuk
merebut dominasi udara di Kalbar dengan target utama skuadron udara 1 Supadio. Karena jumlah Fighter Malaysia berjumlah 167
pesawat dengan keadaan siap tempur dan dapat dengan mudah di “geser” dari RMAF Kuantan, Pahang. Kekuatan malaysia di Kucihing
dapat membengkak menjadi 2x lipat. Maklum RMAF ada di peringkat ke 3 Asia setelah cina dan India tahun 2007 ini. Dan lagi
ALUTSISTA mereka lebih battleable dan modern.
Perang darat kemungkinan terjadi di pulau-pulau di sekitar Ambalat, Kaltim dan Kalbar.
AIR FORCE
I. FIGHTERS SPARING PARTNER
ALUTSISTA TNI- KETERANGAN KETERANGAN RMAF ALUTSISTA
AU
2 x SU 27 MKM 2 8 8 x F 18 Hornet
Special Fighting-
Buru sergap Skuadron 18
(ompong). 3 in Butterworth
order.
Skuadron udara 11
Hasanuddin
A 4E Skuadron 26 88 88 x A-4PTM
udara 14 Madiun Skyhawk
A 4E Pic
03/08/2007
Kuatan TNI AU dan RMAF tidak seimbang, malaysia diperkuat dengan jumlah pesawat tempur yang jauh melebihi TNI AU. Dari segi
persenjataan mereka lebih combatable, terlebih keadaan Indonesia yang baru pulih kembali karena terkena damak embargo. Jika perang
udara terjadi 1 pesawat TNI AU akan diburu 2-3 pesawat Malaysia.
NAVY
ALUTSISTA TNI AL KETERANGAN KETERANGAN RMAF ALUTSISTA
STRIKING FORDE 44 some 6 Frigate, 27 Corvette, 2 Kapal selam, 2 Frigate, 16 corvette 18 Striking Force
in order FTB, FMB
PATROLLING 42 FPB FPB 6 PATROLLING
FORCE FORCE
SUPPORTING 49 LPD, LST, Support, Training etc. LPD, LST, Support, Training etc. 20 SUPPORTING
FORCE FORCE
JUMLAH 114 Ready Battle 80 % JUMLAH 44 90 % Ready Battle
STRIKING FORCE
I. Frigate
ALUTSISTA TNI KETERANGAN KETERANGAN RMAF ALUTSISTA
AL
Base Lumut
II. Corvette
ALUTSISTA TNI KETERANGAN KETERANGAN RMN ALUTSISTA
AL
4 x SIGMA Class 2 2 2 x MEKO A-
3 in order 100 Class
Tugas Juli 2007
Tugas November
2007
Tugas September
2008
Tugas Maret 2009
16 x Patimura 16 - - -
Class (lacak-
buru-sergap kapal
selam)
Secar umum Indonesia lebih unggul di kekuatan laut dengan total 114 kapal dari berbagai jenis sedangkan malaysia hanya 44 -50 kapal.
Striking Force TNI pun jauh diatas malaysia (Frigate, Corvette, Destroyer escort). Namun bila dilihat dari luas wilayah Indonesia masih
tidak se-ideal Malaysia. Idealnya Indonesia memiliki 250-300 kapal dari berbagai jenis. Sedangkan Malaysia dengan kekuatan tersebut
seimbang dengan wilayah laut nya.
Wilayah perairan Ambalat jika terjadi perang laut kemungkinan akan dikuasasi Indonesia, akan tetapi RMN akan mendapatkan dukungan
dari pesawat tempur RMAF. Dan lagi kelemahan kita dilaut meski dalam jumlah kita jauh diatas Malaysia, kapal-kapal striking Malaysia
rata-rata dilengkapi dilengkapi rudal MM40 Exocet Block II SSM dengan jangkauan 70km. Sedangkan Indonesia MM-38 Exocet
dengan jangkauan maksimum 42 km (Hampir setengah nya). Jadi kapal-kapal Indonesia diduga akan hancur terlebih dahulu sebelum
menembakan missile perlawanan.
Indonesia dengan 2 kapal selam yang telah pulih dari overhull stanby di Surabaya. Sedangkan malaysia baru dalam pemesanan dari
Francis DCN Scorpene SSK class dan akan datang tahun 2009. Akan tetapi selama latihan di Ambalat dimata-matai kapal selam asing.
Yang menarik kapal baru TNI-AL SIGMA Class (Ship Integrated Geometrical Modularity Approach) yang dipesan 4 buah kapal dari
Balanda telah rampung kapal pertamanya bulan Juli dan telah bertugas di perairan Indonesia lalu bulan November 2007 untuk kapal
kedua. SIGMA TNI-AL akan berhadapan dengan MEKO A-100 Class RMN. Ini menarik dua kapal dari jenis Corvette generasi modern
dan persenjataan yang sama modern akan berhadapan di perairan konflik. Kedua kapal ini sama-sama dilengkapi rudal MM40 Exocet
Block II SSM dengan jangkauan 70km. Dan lagi kedua kapal tersebut sama-sama memiliki teknologi canggih dari Eropa baik Fire
Control maupun radar. Yang berbeda SIGMA design Belanda dan MEKO A-100 Class design Jerman. Kedua-dua nya memiliki standar
tempur modern (Modern combat NATO standart)
Malaysia akan melakukan Oprasi militer gabungan untuk mengusai kompartemen strategis TNI di Kalimantan timur dan sekitarnya.
Kekuatan Malaysia akan berpusat di Teluk Sepanggar, Sabah (Navy Region 2 HQ) Malaysia akan melakukan serang terbatas pada
instalasi-instalasi militer strategis Indonesia didaerah Kalimantan. Target penghancurannya adalah Skuadron I Supadio, Lapangan Udara
Sepingan sebagai pangkalan aju F-16 TNI AU yang diperbantukan dari skuadron udaran 3 Madiun. Pangkalan Utama VIII (Mako
Lantamal VIII) di Kota Bitung membawahi Pangkalan Angkatan Laut Tarakan, Nunukan, Sangatta, dan Toli-Toli serta satu Pangkalan
Udara Angkatan Laut di Manado. Pangkalan Utama VI (Lantamal VI) di Makassar, membawahi Balikpapan, Kotabaru, dan Banjarmasin.
Serangan terbatas Malaysia akan didukung SU 30 MKM dan HAWK Skuadron 6 Kuantan, Pahang dengan kawalan dari F18 yang di
geser dari Skuadron 18 Butterworth-Penang dan MIG 29 Skuadron 7 Kuantan-Pahang. Disinilah DOGFIGHTING antara F16 TNI dan
MIG 29 RMAF atau SU 27 TNI dan F18 RMAF akan terjadi. Tentera Laut Diraja Malaysia akan melakukan operasi laut gabungan yang
meliputi operasi pendaratan pantai serta operasi amfibi dengan kekuatan 2 brigade pendarat yang terdiri dari 7.200 personel. Kekuatan 2
Untuk menangkal serangan ini, TNI melakukan pre-emptive strike Zona Pertahanan I (Penyangga) dengan mengerahkan tiga kekuatan
pemukul dalam suatu operasi militer gabungan. Operasi ini bertujuan untuk menghancurkan kuatan militer Malaysia di basisnya.
Kekuatan pertama adalah PPRC (Pasukan Pemukul Reaksi Cepat) kekuatan udara dari Koopsau I yang terdiri dari 1 Skuadron Pekan
Baru, 1 Skuadron Halim, dan Paskhasau. Koopasau II yang terdiri dari skuadron udara 3 (Iswahyudi), 14 (Iswahyudi) dan 11 (Makasar)
Kekuatan kedua adalah kekuatan laut Armada Timur (Surabaya) yang dapat mengerahkan 2 kapal selam (Cakra class), dan 4 frigates
(Ahmad Yani class), 14 Corvette (2xSIGMA, 2xFatahilah class, 2xMandau class, 8xPatimura class) dan 12.000 pasukan marinir beserta
Kav dan Altilery. Kekuatan ketiga adalah satuan pasukan khusus Angkatan Darat yang terdiri dari 2 grup Kopassus dan 2 divisi Linud
Kostrad. PPRC akan bergabung dengan kekuatan Kodam VI/Tanjungpura didaerah Kalimantan Timur dan sekitarnya.
Jika pre-emptive strike di daerah penyangga (Zona I) ini gagal, maka TNI akan menggelar operasi laut gabungan dengan tiga tujuan yaitu
(1) menghancurkan kekuatan militer musuh dalam perjalanan, termasuk yang ada di pangkalan aju (2) mengendalikan laut teritorial di
Blok Ambalat dan (3) mencegah kekuatan militer musuh masuk ke wilayah darat Indonesia. Operasi laut gabungan di Zona II (daerah
pertahanan utama) ini juga harus dapat menangkal serangan-serangan rudal Malaysia ke lokasi-lokasi strategis di Indonesia. Operasi di
Zona II ini akan mengandalkan 40% dari 111 KRI yang layak layar dari berbagai jenis.
Kegagalan operasi laut gabungan di Zona II akan memaksa Indonesia untuk melakukan operasi matra darat di Zona III (daerah
perlawanan) yang terutama terdiri dari operasi pertahanan pantai, operasi darat gabungan, operasi pertahanan wilayah, serta operasi
pertahanan antiserbu linud.
Tujuan dari operasi Zona III ini adalah untuk menghancurkan dan melemparkan kekuatan militer musuh ke luar wilayah RI. Untuk dapat
melakukan operasi matra darat di Zona III, Indonesia harus memiliki kekuatan perlawanan darat yang signifikan di pulau-pulau yang ada
di Blok Ambalat.