Anda di halaman 1dari 25

Laporan Kasus

POST SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI LETAK LINTANG


Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat dalam Menjalani
Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Ilmu Ostetri & Ginekologi
Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Abulyatama
Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh

Oleh :
Rizka Fhonna, S.Ked
NIM : 20

Pembimbing :
dr.Deni Hermatin, Sp.Og

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA
RUMAH SAKIT UMUM MEURAXA
BANDA ACEH
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan kasus dengan topik Post Sectio Caesarea dengan Indikasi
Letak Lintang.
Laporan kasus ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki laporan kasus ini.
Akhir kata saya berharap semoga laporan kasus mengenai Post Sectio Caesarea
dengan Indikasi Letak Lintang ini dapat memberikan manfaat maupun pengetahuan
terhadap pembaca.

Banda Aceh, September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
BAB II STATUS PASIEN ................................................................................... 2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi.................................................................................................. 9
3.2 Pembagian letak lintang........................................................................ 9
3.3 Etiologi ................................................................................................. 9
3.4 Diagnosis .............................................................................................. 10
3.5 Mekanisme persalinan .......................................................................... 11
3.6 Penatalaksanaan.................................................................................... 14
3.7 Prognosis .............................................................................................. 17
BAB IV ANALISIS KASUS................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 19

ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pemeriksaan luar pada letak lintang.................................................... 10
Gambar 2. Letak lintang kasep dengan lengan menumbung................................ 12
Gambar 3. Conduplicatio corpora......................................................................... 13
Gambar 4. Cara denman........................................................................................ 13
Gambar 5. Cara dougls.......................................................................................... 14
Gambar 6. Alur tatalaksana lintang dalam persalinan........................................... 16

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil pemeriksaan laboratprium............................................................. 5
Tabel 2. Perjalanan Penyakit pasien...................................................................... 6

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
Letak lintang adalah suatu keadaaan dimana janin melintang (sumbu panjang
janin kira-kira tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu) di dalam uterus dengan
kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. 1 Bila sumbu
panjang tersebut membentuk sudut lancip, hasilnya adalah letak  lintang oblik. Letak
lintang oblik biasanya hanya terjadi sementara karena kemudian akan berubah
menjadi posisi longitudinal atau letak lintang saat persalinan. Di Inggris letak lintang
oblik dinyatakan sebagai letak lintang yang tidak stabil. Kelainan letak pada janin ini
termasuk dalam macam-macam bentuk  kelainan dalam persalinan (distosia). 1,2
Letak lintang terjadi pada 1 dari 322 kelahiran tunggal (0,3 %) baik di Mayo
Clinic maupun di University of Iowa Hospital, USA. Di Parklannd Hospital, dijumpai
letak lintang pada 1 dari 335 janin tunggal yang lahir selama lebih dari 4 tahun.2
Beberapa rumah sakit di Indonesia melaporkan angka kejadian letak  lintang,
antara lain: RSU dr. Pirngadi Medan 0,6%; RS Hasan Sadikin Bandung 1,9%; RSUP
dr. Cipto Mangunkuskumo selama 5 tahun 0,1%; sedangkan Greenhill menyebut
0,3% dan Holland 0,5-0,6%. Insiden pada wanita dengan paritas tinggi mempunyai
kemungkinanan 10 kali lebih besar dari nullipara.1
Dengan ditemukannya letak lintang pada pemeriksaan antenatal, sebaiknya
diusahakan mengubah menjadi presentasi kepaladengan versi luar. Persalinan letak
lintang memberikan prognosis yang jelek baik terhadap ibu maupun  janinnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian janin pada letak lintang disamping
kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan ruptur uteri, juga sering akibat
adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi untuk melahirkan
janin, Berdasarkan uraian di atas maka kami perlu menguraikan permasalahan dan
penatalaksanaan pada kehamilan dengan janin letak lintang.1,2

1
BAB II
STATUS PASIEN

I. IDENTIFIKASI
Nama : Ny. S
Umur : 29 tahun
Tanggal lahir : 18 Maret 1992
Alamat : Aceh jaya
Suku : Aceh
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
MRS : 30 September 2021
II. ANAMNESIS (Tanggal 30 September 2021)
Keluhan Utama
Perut mules
Riwayat Perjalanan Penyakit
Wanita G1P0A0 datang dengan keluhan perut terasa mules, disertai
keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir, dan nyeri pinggang yang
menjalar ke bagian simfisis sejak pukul 03.00 wib
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat Asma (-)
Riwayat Diabetes Melitus (-)
Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat Diabetes Melitus (+)
Riwayat alergi (-)
Riwayat Pengobatan
Os mengaku tidak mendapat pengobatan sebelumnya
Riwayat Reproduksi
Menarche usia 13 tahun, siklus haid teratur, siklus 28 hari, lamanya 5 hari
Riwayat Kehamilan Sekarang
HPHT : 29 Desember 2020
Usia Kehamilan : 39 minggu 2 hari
Taksiran persalinan : 6 Oktober 2021
Riwayat Persalinan (-)
Riwayat Sosial Ekonomi dan Gizi
Sedang
III. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 30 September 2021)
Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
BB : 58 kg
TB : 155 cm
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 36,7oC
Pemeriksaan Khusus
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema
palpebra (-/-), pupil isokor diameter 3mm/3mm, refleks
cahaya (+/+)
Hidung : Kavum nasi dextra et sinistra lapang, sekret(-),
perdarahan(-)
Telinga : Liang telinga lapang

3
Mulut : Perdarahan di gusi (-), sianosis (-), mukosa mulut dan
bibir kering (-), fisura (-), cheilitis(-)
Lidah : Atropi papil (-)
Faring/Tonsil : Dinding faring posterior hiperemis (-), tonsil T1-T1,
tonsil tidak hiperemis, detritus (-)
Leher : JVP (5-2) cmH2O, pembesaran KGB (-), pembesaran
struma (-).
THORAX
Paru
Inspeksi : Statis dan dinamis simetris, retraksi intercostal, subkostal,
suprasternal (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+), ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II normal, HR 85 x/menit, murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN
Inspeksi : Cembung
EKSTREMITAS
Akral hangat (+), edema pretibial (-)
Pemeriksaan Obstetrik
Abdomen : membesar asimetris
TFU : 37 cm, pertengahan antara pros xypoideus-pusat
Px Leopold :
- L I : Tfu pertengahan antara pros xypoideus-pusat, pada
fundus teraba lunak tidak melenting

4
- L II : Teraba balotemen kepala pada salah satu fosa iliaka
dan bokong pada fosa iliaka lain pada perut ibu.
- L III & LIV : tidak ditemukan bagian terendah janin
DJJ : 156x/min
His : 1x10’15”
Ketuban : Utuh
Presentasi : Lintang
Serviks : Lunak tebal

IV. PEMERIKSAAN TAMBAHAN


Pemeriksaan Laboratorium (Tanggal 30 september 2021)
Tabel 1. Hasil pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematologi
Hb 11 g/dL 12-16 g/dL
RBC 4.22x106/mm3 3,8 -5,2 x106/mm3
WBC 9,9 x 103 /mm3 4-10 x103 /mm3
Ht 35,5% 36-45%
Trombosit 355 x 103 /ul 150-450 x103/ul
Diff. Count
Basofil 0,2% 0-1%
Eosinofil 0,3% 2-4%
Neutrofil 70,4% 40-70%
Limfosit 21,7% 20-40%
Monosit 7,4% 2-8%

V. DIAGNOSIS KERJA
G1P0A0 Pro Sc elektif hamil 39 – 40 minggu dengan letak lintang
VI. TATALAKSANA

5
Diet Mb
IVFD RL 20 gtt/i
Inj Ceftriaxone 2 gr 1 jam pre op
VII. RENCANA
Sc elektif pukul 12.00 WIB
Puasa 8 jam pre op
Cek Lab antigen, KGDS, HIV, HbsAg, Darah rutin, CT BT

VIII. PROGNOSIS
Prognosis ibu : bonam
Prognosis janin : bonam

IX. PERJALANAN PENYAKIT


Tabel 2. Perjalanan Penyakit pasien
Tanggal / Perjalanan penyakit Pengobatan
jam
Selasa S : pusing (-) lemah dan - Infus RL 20 gtt
01-10-2021 lesu, Nyeri luka post - Cetirizine 1x1 PO
operasi (+ ) VAS : 5 , - Captropen sup 3x1 ( K/P )
Bengkak daerah mata - Ceftriaxone 2gram / 24jam
Gatal (+ ) satu kali ganti IV
pembalut , susah bergerak - Transamin 3x500gram IV
(+) - Oksitosin 2amp drip dalam
O : TD : 120/82 mmHg, RL 500ml
Nadi : 80 x/mnt, Frek. napas - Ranitidine 1ampl / 12jam
: 24 x/mnt, Suhu : 36,50C IV
Perdarahan terkontrol - Dexamethasone 1amp IV
Konjungtiva anemis, telapak ekstra
tangan dan kuku pucat, bibir - Paracetamol drip / 8jam
kering,
6
TFU : tidak terukur (sakit )
ketika dipengang.
Edema palpebra orbital ( + /
+ ) = kemungkinan alergi
obat
BAB (- )
BAK (+ )
Kateter urine (+ )
Diagnosis :

P1A0 Post SC a/i letak


lintang
Rabu S : pusing (-) lemah dan - IVFD RL 20 gtt
25-08-2021 lesu, Nyeri luka post - Cetirizine 1x1 PO
operasi (+ ) VAS : 3 , - Captropen sup 3x1 ( K/P )
Bengkak daerah mata - Ceftriaxone 2gram / 24jam
Gatal (-) satu kali ganti IV
pembalut - Transamin 3x500gram IV
O : TD : 120/82 mmHg, - Oxcytosin 2amp drip dalam
Nadi : 83 x/mnt, Frek. napas RL 500ml
: 20 x/mnt, Suhu : 36,60C - Ranitidine 1ampl / 12jam
Perdarahan terkontrol IV
Konjungtiva anemis, telapak - Dexamethasone 1amp IV
tangan dan kuku pucat, bibir ekstra
kering, - Paracetamol drip / 8jam
TFU : tidak terukur (sakit )
ketika dipengang.
Edema palpebra orbital ( + /
+ ) = kemungkinan alergi
obat

7
BAB (- )
BAK (+ )
Kateter urine (+ )
Diagnosis :

P1A0 Post SC a/i letak


lintang

8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana sumbu panjang janin kira-kira tegak
lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu (janin melintang di dalam uterus) dengan
kepala terletak di salah satu fossa iliaka dan bokong pada fossa iliaka yang lain. Pada
umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu
berada pada pintu atas panggul.1,2
Pada letak lintang bahu menjadi bagian terendah yang juga disebut sebagai
presentasi bahu atau presentasi akromnion dimana arah akromion yang menghadap
sisi tubuh ibu menentukan jenis letaknya yaitu letak akromion kiri atau kanan.1
3.2 Pembagian Letak Lintang
A. Menurut letak kepala bagian atas 3:
a. Lli I : Kepala di kiri
b. Lli II : Kepala dikanan
B. Menurut posisi punggung terbagi atas :3
a. dorso anterior (di depan)
b. dorso posterior (di belakang)
c. dorso superior (di atas)
d. dorso inferior (di bawah)
3.3 Etiologi
Penyebab letak lintang adalah (1) dinding abdomen teregang secara berlebihan
disebabkan oleh kehamilan multiparitas pada ibu hamil dengan paritas 4 atau lebih
terjadi insiden hampir sepuluh kali lipat dibanding ibu hamil nullipara. Relaksasi
dinding abdomen pada perut yang menggantung akibat multipara dapatmenyebabkan
uterus jatuh ke depan. Hal ini mengakibatkan defleksi sumbu panjang janin menjauhi
sumbu jalan lahir, sehingga terjadi posisi oblik atau melintang, (2) pada janin
prematur letak janin belum menetap, perputaran janin sehingga menyebabkan letak
memanjang, (3) dengan adanya plasenta atau tumor di jalan lahir maka sumbu
panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir, (4) cairan amnion berlebih (hidramnion)
dan kehamilan kembar, (5) bentuk panggul yang sempit mengakibatkan bagian
presentasi tidak dapat masuk ke dalam panggul (engagement) sehinggadapat
mengakibatkan sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir, (6) bentuk dari
uterus yang tidak normal menyebabkan janin tidak dapat engagement sehingga
sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir.2
3.4 Diagnosis
Adanya letak lintang sering sudah dapat diduga hanya dengan inspeksi. Uterus
tampak lebih melebar dan fundus uteri membentang hingga sedikit di atas umbilikus
sehingga lebih rendah tidak sesuai dengan umur kehamilannya.1,2

Gambar 1. Pemeriksaan luar pada letak lintang


Pada palpasi fundus uteri kosong, balotemen kepala teraba pada salah satu fossa
iliaka dan bokong pada fossa iliaka yang lain, dan di atas simfisis juga kosong,
kecuali bila bahu sudah turun kedalam panggul. Apabila bahu sudah masuk kedalam
panggul, pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahu dan tulangtulang iga. Bila aksila
dapat diraba, arah menutupnya menunjukkan letak dimana kepala janin berada. Bila
aksila menutup ke kiri, kepala berada di sebelah kiri, sebaliknya bila aksila menutup
ke kanan, kepala berada di sebelah kanan. Denyut jantung janin ditemukan di sekitar
umbilikus. Pada saat yang sama, posisi punggung mudah diketahui. Punggung dapat
ditentukan dengan terabanya skapula dan ruas tulang belakang, sedangkan dada
dengan terabanya klavikula. Pada pemeriksaan dalam, pada tahap awal persalinan,

10
bagian dada bayi, jika dapat diraba, dapat dikenali dengan adanya“rasa bergerigi” dari
tulang rusuk. Bila dilatasi bertambah, skapula dan klavikula pada sisi toraks yang lain
akan dapat dibedakan. Bila punggungnya terletak di anterior, suatu dataran yang
keras membentang di bagian depan perut ibu; bila punggungnya di posterior, teraba
nodulasi irreguler yang menggambarkan bagian-bagian kecil janin dapat ditemukan
pada tempat yang sama. Kadang-kadang dapat pula diraba tali pusat yang
menumbung.1,2
Pada tahap lanjut persalinan, bahu akan terjepit erat di rongga panggul dan
salah satu tangan atau lengan sering mengalami prolaps ke vagina dan melewati
vulva.2
3.5 Mekanisme Persalinan
Pada letak lintang dengan ukuran panggul normal dan janin cukup bulan, tidak
dapat terjadi persalinan spontan. Bila persalinan dibiarkan tanpa pertolongan, akan
menyebabkan kematian janin dan ruptur uteri. Setelah ketuban pecah, jika persalinan
berlanjut, bahu janin akan dipaksa masuk ke dalam panggul sehingga rongga panggul
seluruhnya terisi bahu dan tangan yang sesuai sering menumbung. Setelah terjadi
sedikit penurunan, bahu tertahan oleh tepi pintu atas panggul,dengan kepala di salah
satu fossa iliaka dan bokong pada fossa iliaka yang lain. Bila proses persalinan
berlanjut, bahu akan terjepit kuat di bagian atas panggul.
Janin tidak dapat turun lebih lanjut dan terjepit dalam rongga panggul. Dalam
usaha untuk mengeluarkan janin, segmen atas uterus terus berkontraksi dan beretraksi
sedangkan segmen bawah uterus melebar serta menipis, sehingga batas antara dua
bagian itu makin lama makin tinggi dan terjadi lingkaran retraksi patologis (Ring Van
Bandle). Keadaan demikian dinamakan letak lintang kasep (neglected transverse lie)
sedangkan janin akan meninggal.

11
Gambar 2. Letak lintang kasep dengan lengan menumbung
Bila tidak segera dilakukan pertolongan, akan terjadi ruptur uteri (sehingga
janin yang meninggal sebagian atau seluruhnya keluar dari uterus dan masuk ke
dalam rongga perut) atau kondisi dimana his menjadi lemah karena otot rahim
kelelahan dan timbul infeksi intrauterin sampai terjadi timponia uteri. Ibu juga berada
dalam keadaan sangat berbahaya akibat perdarahan dan infeksi, dan sering
menyebabkan kematian.1
Bila janin kecil (< 800 gram) dan panggul sangat lebar, persalinan spontan
dapat terjadi meskipun kelainan letak tersebut menetap. Janin akan tertekan dengan
kepala terdorong ke abdomen. Bagian dinding dada di bawah bahu kemudian menjadi
bagian yang paling bergantung dan tampak di vulva. Kepala dan dada kemudian
melewati rongga panggul secara bersamaan dan bayi dapat dikeluarkan dalam
keadaan terlipat (conduplicatio corpora) atau lahir dengan envolusio spontanea
dengan dua variasi yaitu (1) menurut Denman dan (2) menurut Douglas.4

12
Gambar 3. Conduplicatio corpora

Gambar 4. Cara denman


Pada cara Denman bahu tertahan pada simfisis dan dengan fleksi kuat di bagian
bawah tulang belakang, badan bagian bawah, bokong dan kaki turun di rongga
panggul dan lahir,kemudian disusul badan bagian atas dan kepala.4

13
Gambar 5. Cara douglas
Pada cara Douglas bahu masuk kedalam rongga panggul, kemudian dilewati
oleh bokong dan kaki, sehingga bahu, bokong dan kaki lahir,selanjutnya disusul oleh
lahirnya kepala. Dua cara tersebut merupakan variasi suatu mekanisme lahirnya janin
dalam letak lintang, akibat fleksi lateral yang maksimal dari tubuh janin.4
3.6 Penatalaksanaan
Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang, sebaiknya
diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Sebelum
melakukan versi luar harus melakukan pemeriksaan dengan teliti ada tidaknya
panggul sempit, tumor dalam panggul, atau plasenta previa yang dapat
membahayakan janin dan meskipun versi luar berhasil, janin mungkin akan memutar
kembali. Untuk mencegah janin memutar kembali, ibu dianjurkan menggunakan
korset, dan dilakukan pemeriksaan antenatal ulangan untuk menilai letak janin. Ibu
diharuskan masuk rumah sakit lebih dini pada permulaan persalinan sehingga bila
terjadi perubahan letak dapat segeraditentukan diagnosis dan penanganannya. Pada
permulaan persalinan masih dapat diusahakan mengubah letak lintang menjadi
presentasi kepala bila pembukaan masih kurang dari 4 cm dan ketuban belum pecah.
Pada seorang primigravida bila versi luar tidak berhasil, sebaiknya segera dilakukan
seksio sesarea. Sikap ini berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:5

14
a. Bahu tidak dapat melakukan dilatasi pada serviks dengan baik, sehingga pada
seorang primigravida kala I menjadi lama dan pembukaan serviks sukar
menjadi lengkap.
b. Karena tidak ada bagian besar janin yang menahan tekanan intra-uterin pada
waktu his, maka lebih sering terjadi pecah ketuban sebelum pembukaan
serviks sempurna dan dapat mengakibatkan terjadinya prolapsus funikuli.
c. Pada primigravida versi ekstraksi sukar dilakukan
Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung kepada
beberapa faktor. Apabila riwayat obstetrik wanita yang bersangkutan baik, tidak
didapatkan panggul sempit, dan janin tidak besar, dapat ditunggu dan diawasi sampai
pembukaan serviks lengkap untuk kemudian melakukan versi ekstraksi. Selama
menunggu harus diusahakan supaya ketuban tetap utuh dan melarang wanita tersebut
bangun atau meneran. Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan
terdapat prolapsus funikuli, harus segera dilakukan seksio sesarea. 1 Jika ketuban
pecah, tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka bergantung kepada tekanan, dapat
ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan versi ekstraksi atau
mengakhiri persalinan dengan seksio sesarea. Dalam hal ini persalinan dapat diawasi
untuk beberapa waktu guna mengetahui apakah pembukaan berlangsung dengan
lancar atau tidak.Versi ekstraksi dapat dilakukan pula pada kehamilan kembar apabila
setelah bayi pertama lahir,ditemukan bayi kedua berada dalam letak lintang. Pada
letak lintang kasep, versi ekstraksi akan mengakibatkan ruptur uteri, sehingga bila
janin masih hidup, hendaknya dilakukan seksio sesarea dengan segera, sedangkan
pada janin yang sudah mati dilahirkan pervaginam dengan dekapitasi.5
Indikasi Sectio Caesarea6 :
1. Indikasi Ibu
 Disproporsi sefalopelvik
 Pelvis kecil atau malformasi
 Bekas seksio sesarea dengan indikasi disproporsi sefalopelvik
 Disfungsi uterus

15
 Distosia jaringan lunak
 Plasenta previa
2. Indikasi Janin
 Janin sangat besar
 Gawat janin
 Letak lintang
 Presentasi bokong pada primigravida
 Double footling breech
Pada seksio sesarea pemilihan insisi uterus pada letak lintang tergantung dari
posisi punggung janin terhadap pintu atas panggul, insisi pada segmen bawah rahim
dilakukan bila posisi punggung janin adalah dorso superior. 2,7
Bila janin dorso
inferior dan pada keadaan-keadaan lain dimana insisi segmen bawah rahim tidak
dapat dilakukan, maka insisi klasik (korporal) dapat dilakukan.2

Gambar 6. Alur tatalaksana letak lintang dalam persalinan


16
3.7 Prognosis
Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala, tetapi kelainan-
kelainan yang menyebabkan letak lintang, seperti misalnya panggul sempit, tumor
panggul dan plasenta previa masih tetap dapat menimbulkan kesulitan pada
persalinan. Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap
ibu maupun janinnya.1
Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian janin pada letak lintang disamping
kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan ruptur uteri, juga sering akibat
adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi untuk melahirkan
janin. Versi ekstraksi ini dahulu merupakan tindakan yang sering dilakukan,tetapi
pada saat ini sudah jarang dilakukan, karena besarnya trauma baik terhadap janin
maupun ibu, seperti terjadinya ruptur uteri dan robekan jalan lahir lainnya. 4

17
BAB IV
ANALISIS KASUS
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana sumbu panjang janin tegak lurus
dengan sumbu panjang ibu. Etiologi pada letak lintang adalah multiparitas, janin
prematur, adanya kelainan letak plasenta atau tumor di jalan lahir, polihidramnion,
gemelli, bentuk uterus yang abnormal, dan lumbar skoliosis. Pada kasus ini faktor
risiko terjadinya letak lintang belum diketahui dengan pasti.
Berdasarkan teori, pada pemeriksaan fisik, inspeksi ditemukan perut melebar
atau membesar asimetris. Pada palpasi, tinggi fundus uteri sesuai dengan usia
kehamilan, fundus uteri dan bagian bawah kosong, dan kepala teraba di kanan atau di
kiri. Pada auskultasi, denyut jantung janin terdengar di sekitar umbilikus. Pada kasus
ini, pada inspeksi perut ibu terlihat melebar, tinggi fundus uteri 37 cm dengan usia
kehamilan 39-40 minggu, posisi kepala teraba di sebelah kiri perut ibu, denyut
jantung janin 156 x/menit, reguler, terdengar di sekitar umbilikus.
Berdasarkan teori, apabila pada pemeriksaan ditemukan letak lintang, versi luar
dapat dilakukan apabila memenuhi syarat dan kontraindikasi. syarat versi luar adalah
pembukaan < 3 cm, kehamilan ≥ 37 minggu, ketuban intak dan air ketuban cukup,
tidak ada kontraindikasi (IUGR, perdarahan, bekas seksio, kelainan janin, kehamilan
kembar, hipertensi), persalinan pervaginam masih mungkin dilakukan. Diusahakan
diubah menjadi presentasi kepala atau bokong. Bila versi luar gagal dilakukan atau
terdapat kontraindikasi maka dilanjutkan dengan sectio caesaria. Tindakan ini
merupakan pertolongan pertama pada letak lintang. Pada kasus ini, versi luar tidak
dapat dilakukan pada ibu karena adanya perdarahan yang tidak diketahui
penyebabnya, dan dari segi umur kehamilan uk efektif dilakukan versi luar adalah 34-
36 minggu sehingga dilakukan sectio caesaria .
DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4 Cetakan ke-2. Jakarta: Yayasan


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009.
2. Cuningham, Gary F. 2012. Obstetri William. Edisi 23. EGC. Jakarta.
3. Myles,DM.2007 Buku Ajar Myles . Jakarta:EGC.
4. Letak Lintang (Transverse Lie) dalam Sinopsis Obstretri: Obstetri Fisiologi,
Obstetri Patologi, Mochtar:2012.
5. Prawirohardjo, Sarwono. 2018. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
6. Kementrian kesehatan republik indonesia. pelayanan kesehatan ibu di fasilitas
kesehatan dasar dan rujukan. 2013.
7. Sultana S, Rather S, Anam S, Mufti S, Qureshi A, Wani I. Management of
Term Singleton Transverse Lie : A Prospective Study. 2018;6(4):53-56.
doi:10.17354/ijss/2018/206

Anda mungkin juga menyukai