Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyakit sirkulasi darah yang merupakan kasus


terbanyak pada rawat jalan maupun rawat inap di rumah sakit. Meningkatnya
prevalensi penyakit kardiovaskuler setiap tahun menjadi masalah utama di
negara maju dan negara berkembang. Sekitar 1 milyar orang di dunia
menderita hipertensi. Menurut data dari The National Health and Nutrition
Examination Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000,
insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31 %, yang berarti
terdapat 58-65 juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta
dari data NHANES III tahun 1988-1991. Di indonesia sekitar 31,7% penderita
hipertensi dan sekitar 76% yang baru terdeteksi penyakit ini (Yogiantoro, 2006).
Menurut Canadian Education Hypertension Program Recommendation
tahun 2009, hipertensi merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit
kardiovaskular, penyakit arteri koroner, gagal jantung kongestif, gagal ginjal,
penyakit vaskular perifer, demensia dan atrial fibrilasi. Faktor risiko hipertensi
antara lain adalah faktor genetik, umur, jenis kelamin, etnis, stres, obesitas,
asupan garam, dan kebiasaan merokok (Yogiantoro, 2006).
Pada orang yang berusia diatas 50 tahun, tekanan darah sistolik lebih
besar dari 140 mmHg lebih berisiko terjadinya penyakit kardiovaskular bila
dibandingkan dengan tekanan darah diastolik. Kebanyakan pasien dengan
hipertensi memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk memperoleh
tekanan darah yang diinginkan (<140/90 mmHg, atau <130/80 mmHg untuk
pasien dengan diabetes atau penyakit ginjal kronis). Seseorang dengan
tekanan darah sistolik 120-139 mmHg atau tekanan darah diastolik 80-89
mmHg yang disebut dengan prehipertensi membutuhkan pengetahuan tentang
modifikasi gaya hidup untuk mencegah terjadinya penyakit kardiovaskular.
Terapi yang terbaik untuk mengontrol tekanan darah adalah bila pasien

1
memiliki motivasi. Motivasi meningkat ketika pasien memiliki pengalaman yang
baik dan percaya kepada dokternya (National Institutes of Health, 2003).
Kontrol tekanan darah (TD sistolik <140 mmHg dan TD diastolik <90
mmHg), meskipun ditingkatkan, masih jauh dibawah target Healty People dari
50%; hanya 30% yang masih menyadari mereka menderita hipertensi (National
Institutes of Health, 2003). Menurut data tahun 1999-2000 hanya 34% dari
penderita hipertensi di Amerika yang mencapai kontrol tekanan darah
(Chobanian, et al, 2003).
Uji klinis baru menunjukkan bahwa kontrol tekanan darah yang efektif
dapat dicapai dalam sebagian besar pasien yang menderita tekanan darah
tinggi, tetapi sebagian besar akan memerlukan dua atau lebih obat
antihipertensi. Ketika seorang dokter gagal meresepkan mengenai modifikasi
gaya hidup, dosis obat yang memadai, atau kombinasi obat yang tepat, maka
kontrol tekanan darah tidak akan memadai (National Institutes of Health, 2003).
Intervensi perilaku pada pasien, seperti konseling, terbukti efektif
meningkatkan kontrol tekanan darah (Boulware, 2001). Penanganan hipertensi
tidak hanya ditekankan pada terapi farmakologis saja, tetapi juga diperlukan
terapi nonfarmakologis yaitu pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya
modifikasi gaya hidup agar dapat memperoleh target tekanan darah yang ingin
dicapai.
Berdasarkan rekapitulsi beberapa penyakit terbanyak berdasarkan
kunjungan di puskesmas Pakisaji tahun 2012, didapatkan bahwa penyakit
terbanyak di Puskesmas Pakisaji adalah ISPA nonpneumonia dan hipertensi
primer. Penulis memilih penyakit hipertensi sebagai penyakit yang akan
diintervensi, karena komplikasi yang diakibatkan hipertensi lebih berbahaya
dibandingkan ISPA non pneumonia. Berdasarkan data didapatkan bahwa Desa
Permanu merupakan penduduk terbanyak yang menderita hipertensi primer.
Atas dasar masalah diatas maka penulis melakukan intervensi hipertensi pada
lansia di Desa Permanu Kecamatan (Laporan tahunan Puskesmas Pakisaji,
2012).

1.2 Tujuan

2
1.2.1 Tujuan Umum
Tercegahnya angka resiko komplikasi penderita hipertensi di Puskesmas
Pakisaji Kabupaten Malang.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Meningkatkan pengetahuan pada lansia penderita hipertensi di Desa
Permanu kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang.
2. Para lansia dapat mempergakan senam JAWARA
3. Meningkatakan ketrampilan para kader dan mereka dapat
memperagakan senam JAWARA pada para lansia di Desa Permanu
kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang.

1.3 Sasaran

Sasaran dari kegiatan penyuluhan dan senam yang akan dilakukan


adalah Lansia dan kader di Desa Permanu kecamatan Pakisaji Kabupaten
Malang.

1.4 Manfaat Pemecahan Masalah

1.4.1 Bagi Puskesmas


Dengan diadakan program ini, diharapkan dapat membantu puskesmas
dalam mencegah resiko komplikasi penyakit hipertensi di masyarkat.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Masyarakat menyadari pentingnya pencegahan faktor resiko komplikasi


hipertensi.

1.4.3 Bagi Mahasiswa

1. Memiliki pengalaman dan kemampuan dalam memecahkan masalah


kesehatan yang ada di Puskesmas, khusus upaya pencegahan
resiko komplikasi pasien hipertensi.

3
2. Menambah pengetahuan dan ketrampilan mahasiswa dalam
merancanakan program dan melaksanakan program untuk
memecahkan suatu masalah kesehatan.

3. Melatih ketrampilan dalam manajemen dalam program-program


puskesmas.
4. Melatih kemandirian mahasiswa dalam menyelesaikan suatu
masalah kesehatan di lapangan.

4
BAB II
ANALISIS SITUASI

2.1 Analisis Situasi Umum

2.1.1 Geografi

Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang merupakan salah satu


Kecamatan yang letaknya tepat berbatasan dengan kota Madya Malang
sehingga jarak Ibukota Malang relatif sangat dekat.

5
Gambar 1. Peta wilayah kecamatan Pakisaji

Luas Wilayah Kecamatan Pakisaji adalah 38,9 km2 dengan ketinggian 388 m
dari permukaan laut.

Batas wilayah Kecamatan Pakisaji, sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Kotamadya Malang


 Sebelah Timur : Kecamatan Bululawang
 Sebelah Selatan : Kecamatan Kepanjen
 Sebelah Barat : Kecamatan Ngajum

Hubungan antar desa lewat jalan aspal, jalan tanah, jalan berbatu, dan dapat di
lalui kendaraan roda empat dengan jarak tempuh paling cepat 5 menit dan
paling lambat 65 menit. Dimana daerah ini agak sulit apabila hujan. Jarak
wilayah desa terjauh dari puskesmas pakisaji, yaitu: 7 km.

Jarak dari Puskesmas ke:

 Kota Kabupaten : 12 km
 RS Saiful Anwar : 12 km
 RSUD Kepanjen : 8 km
 RS Ben Mari : 3 km
 RS Wava Husada : 5 km

2.1.2 Demografi

Jumlah penduduk riil Kecamatan Pakisaji pertengahan tahun 2018 terdiri


dari Laki-laki sebanyak 41.237 Jiwa, dan Perempuan 41.460 Jiwa dan total
jumlah penduduk sebanyak 82.697 jiwa dengan jumlh kepadatan penduduk
1726 Jiwa Tiap Km2

Jumlah wilayah, KK dan rumah, sebagai berikut:

 Jumlah Desa : 12 Desa


 Pendukuhan : 31 Pendukuhan
 RK / RW : 87 RW

6
 RT : 373 RT
 KK : 21.297 KK
 Rumah : 20.997

Jumlah sarana dan prasarana umum, sebagai berikut:

 Sekolah : 56
 Pasar : 4
 Masjid : 31
 Gereja : 11
 Pure : 10

2.2 Analisis Situasi Khusus

Kondisi tenaga kesehatan, sarana dan prasarana, UKBM (Upaya Kesehatan


Bersumberdaya Masyarakat), dan masalah kesehatan di wilayah Puskesmas
Pakisaji, sebagai berikut:

1. Tenaga Kesehatan di Puskesmas


 Dokter : 2 orang
 Dokter Gigi : 1 orang
 Bidan : 7 orang
 Bidan Desa : 12 orang
 Perawat : -
 Akper : 12 orang
 Jurim : 1 orang
 Perawat Gigi : 1 orang
 S1 Umum : 3 orang
 Pekes SLTA : -
 SLTA : 2 orang

7
 Analis : 1 orang
 Kontrak : 3 orang
 Sukwan : 6 orang

2. Fasilitas Kesehatan
 Puskesmas induk : 1 buah
 Puskesmas pembantu : 2 buah
 Polindes : 12 buah
 Posyandu : 89 buah
 Ambulance : 1 buah
 Sepeda Motor : 2 buah
 Dokter Praktek : 11 orang
 Bidan Praktek Swasta : 6 orang
 B.P. Swasta : 1 unit
 BKIA Swasta : 1 unit

3. Jenis Pelayanan di Puskesmas

Jenis Pelayanan di Puskesmas adalah: Pengobatan (BP), KIA, P2M,


Gigi, Laboratorium, KB, Gizi, Kes. Mata, Lansia, Kesehatan Jiwa, UKS,
Kesling, Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, PHN, Kesehatan Kerja
(KK).

4. Masalah Kesehatan dan Cakupan Data KS di Puskesmas

a. Masalah Kesehatan

 Cakupan penemuan pneumonia pada balita sebesar 2,17% dari


target 15%.
 Cakupan penemuan pasien baru TB BTA (+) pada masyarakat
sebesar 7,5% dari target 20%.
 Peningkatan angka kejadian Demam Dengue di Desa Glanggang.

8
 Peningkatan angka kejadian diare pada balita sebanyak 107 anak
di Desa Kebonagung.
 Peningkatan angka kejadian penyakit hipertensi pada lansia
sebanyak 688.
 Cakupan optimalisasi mutu keseimbangan gizi pada bayi usia 6-
11 bulan sebanyak 37.

b. Cakupan Data KS

Tabel 2.1 Cakupan 12 Indikator KS Puskesmas Pakisaji

No Indikator Target Cakupan


1 Keluarga mengikuti 65%
program Keluarga Berencana (KB)
2 Ibu melakukan persalinan di fasilitas 100%
kesehatan
3 Bayi mendapat imunisasi dasar 100%
lengkap
4 Bayi mendapat air susu ibu (ASI) 100%
eksklusif
5 Balita mendapatkan pemantauan 100%
pertumbuhan
6 Penderita tuberkulosis paru 100%
mendapatkan pengobatan sesuai
standar
7 Penderita hipertensi melakukan 100%
pengobatan secara teratur
8 Penderita gangguan jiwa mendapatkan 100%
pengobatan dan tidak ditelantarkan
9 Anggota keluarga tidak ada yang 70%
merokok
10 Keluarga mempunyai akses sarana air 100%
bersih
11 Keluarga mempunyai akses atau 100%
menggunakan jamban sehat
12 Keluarga sudah menjadi anggota 100%
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

2.3 Gambaran Lokasi Masalah

9
Desa Permanu mempunyai luas wilayah 457,156 m 2, dengan jumlah
penduduk 6524 jiwa dengan rincian penduduk laki-laki sebanyak 3000 jiwa dan
perempuan sebanyak 3524 jiwa.

Jumlah Dusun 4, jumlah RW sebanyak 9 dan jumlah RT 36, dengan


jumlah KK sebanyak 1.275 KK. Rata-rata 5 jiwa dalam satu rumah, serta
mempunyai kepadatan penduduk 14/km2.

Sarana dan prasarana yang ada di wilayah desa Permanu, sebagai


beikut:

 Sekolah : 3
 Pasar : 1
 Masjid : 2
 Gereja : 1
 Posyandu Balita : 6
 Posyandu Lansia : 6
 Bidan Praktek Swasta : 1
 Ponkesdes : 1
 Kader Kesehatan : 36
 Dukun Bayi : 2

Masalah kesehatan secara umum di wilayah desa Permanu, sesuai


dengan indikator keluarga sehat, sebagai berikut:

Tabel 2.2 Cakupan 12 Indikator KS Desa Permanu Kecamatan Pakisaji

No Indikator Target Cakupan


1 Keluarga mengikuti 65%
program Keluarga Berencana (KB)
2 Ibu melakukan persalinan di fasilitas 100%
kesehatan
3 Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap 100%
4 Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif 100%
5 Balita mendapatkan pemantauan 100%
pertumbuhan

10
6 Penderita tuberkulosis paru mendapatkan 100%
pengobatan sesuai standar
7 Penderita hipertensi melakukan pengobatan 100%
secara teratur
8 Penderita gangguan jiwa mendapatkan 100%
pengobatan dan tidak ditelantarkan
9 Anggota keluarga tidak ada yang merokok 70%
10 Keluarga mempunyai akses sarana air 100%
bersih
11 Keluarga mempunyai akses atau 100%
menggunakan jamban sehat
12 Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan 100%
Kesehatan Nasional (JKN)

11
BAB III

MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH

3.1 Identifikasi Masalah

a. Cakupan penemuan pneumonia pada balita sebesar 2,17% dari target


15% di Puskesmas Pakisaji pada triwulan pertama tahun 2013.
b. Cakupan penemuan pasien baru TB BTA (+) pada masyarakat sebesar
7,5% dari target 20% di Puskesmas Pakisaji pada triwulan pertama
tahun 2013.
c. Peningkatan angka kejadian Demam Dengue di Desa Glanggang
Kecamatan Pakisaji pada laporan akhir tahun 2012 dan pada awal
tahun 2013.
d. Peningkatan angka kejadian diare pada balita sebanyak 107 anak di
Desa Kebonagung Kecamatan Pakisaji pada awal tahun 2013.
e. Peningkatan angka kejadian penyakit hipertensi pada lansia sebanyak
688 pada laporan tahun 2012.
f. Cakupan optimalisasi mutu keseimbangan gizi pada bayi usia 6-11
bulan sebanyak 37 di Puskesmas Pakisaji pada tahun 2013.

3.2 Prioritas Masalah

Dari beberapa masalah yang telah dikumpulkan, dipilih salah satu


sebagai prioritas masalah dengan menggunakan metode USG (Urgency,
Seriousness, Growth).

Urgency, dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak masalah


tersebut diselesaikan. Seriousness, dilihat dari dampak masalah tersebut
terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan, dan
membahayakan sistem atau tidak. Growth, seberapa kemungkinannya isu
tersebut menjadi berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan
makin memburuk kalau dibiarkan. Berdasarkan skala likert 1-5 atau 1-10 (5=sangat
besar, 4=besar, 3=sedang, 2=kecil, 1=sangat kecil).

12
Hasil penentuan prioritas masalah dengan metode USG sebagaimana
terdapat pada tabel 3.1.

Table 3.1. Penentuan Prioritas Masalah dengan Menggunakan Metode USG

No Indikator U S G Total Rangking


1 Keluarga mengikuti
program Keluarga Berencana (KB)
2 Ibu melakukan persalinan di fasilitas
kesehatan
3 Bayi mendapat imunisasi dasar
lengkap
4 Bayi mendapat air susu ibu (ASI)
eksklusif
5 Balita mendapatkan pemantauan
pertumbuhan
6 Penderita tuberkulosis paru
mendapatkan pengobatan sesuai
standar
7 Penderita hipertensi melakukan
pengobatan secara teratur
8 Penderita gangguan jiwa
mendapatkan pengobatan dan tidak
ditelantarkan
9 Anggota keluarga tidak ada yang
merokok
10 Keluarga mempunyai akses sarana air
bersih
11 Keluarga mempunyai akses atau
menggunakan jamban sehat
12 Keluarga sudah menjadi anggota
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

13
Berdasarkan Metode USG diatas, maka prioritas masalah adalah
kejadian penyakit hipertensi pada lansia sebanyak 688 pada tahun 2012.

3.3 Landasan Teori

3.3.1 Definisi, Penyebab dan Faktor Resiko Hipertensi

1. Definisi

Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap


pembuluh darah. Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan elastisitas
pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah disebabkan peningkatan
volume darah atau elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya, penurunan
volume darah akan menurunkan tekanan darah (Ronny et al, 2010).

2. Penyebab Hipertensi

Sembilan puluh persen sampai 95% hipertensi bersifat idiopatik


(hipertensi esensial), yang emungkinkan umur panjang, kecuali apabila infark
miokardium, kecelakaan serebrovaskular, atau penyulit lainnya. Selain itu
terdapat pula jenis hipertensi lainnya yang disebut dengan hipertensi
sekunder, yaitu hipertensi yang disebabkan oleh gangguan organ lainya.
Gangguan ginjal yang dapat menimbulkan hipertensi yaitu, glomerulonefritis
akut, penyakit ginjal kronis, penyakit polikistik, stenosis arteria renalis,
vaskulitis ginjal, dan tumor penghasil renin. Gangguan pada sistem endokrin
juga dapat menyebabkan hipertensi, dintaranya seperti hiperfungsi
adrenokorteks (sindrom Cushing, aldosteronisme primer, hiperplasia adrenal
kongenital, ingesti licorice), hormon eksogen glukokortikoid, estrogen,
makanan yang mengandung tiramin dan simpatomimetik, inhibitor monoamin
oksidase), feokromositoma, akromegali, hipotiroidisme, dan akibat
kehamilan. Gangguan pada sistem kardiovaskular seperti koarktasio aorta,
poliarteritis nodosa, peningkatan volume intravaskular, peningkatan curah
jantung, dan rigiditas aorta juga dapat menyebabkan hipertensi, begitu pula
dengan gangguan neurologik seperti psikogenik, peningkatan intrakranium,
apnea tidur, dan stres akut (Cohen, 2008).

14
3. Faktor Risiko Hipertensi

Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama


karena interaksi faktor-aktor risiko tertentu. Faktor-faktor risiko yang
mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah tersebut adalah faktor risiko
seperti diet dan asupan garam, stres, ras, obesitas, merokok, genetis, sistem
saraf simpatis (tonus simpatis dan variasi diurnal), keseimbangan modulator
vasodilatasi dan vasokontriksi, serta pengaruh sistem otokrin setempat yang
berperan pada sistem renin, angiotensin dan aldosteron. Pasien
prehipertensi beresiko mengalami peningkatan tekanan darah menjadi
hipertensi; mereka yang tekanan darahnya berkisar antara 130-139/80-89
mmHg dalam sepanjang hidupnya akan memiliki dua kali risiko menjadi
hipertensi dan mengalami penyakit kardiovaskular daripada yang tekanan
darahnya lebih rendah. Pada orang yang berumur lebih dari 50 tahun,
tekanan darah sistolik >140 mmHg yang merupakan faktor risiko yang lebih
penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskular dari pada tekanan darah
diastolik. Risiko penyakit kardiovaskular dimulai pada tekanan darah 115/75
mmHg, meningkat dua kali dengan tiap kenaikan 20/10 mmHg. Risiko
penyakit kardiovaskular ini bersifat kontinyu, konsisten, dan independen dari
faktor risiko lainnya, serta individu berumur 55 tahun memiliki 90% risiko
untuk mengalami hipertensi (Yogiantoro, 2006).

3.3.2 Mekanisme Hipertensi

Tingkat tekanan darah merupakan suatu sifat kompleks yang ditentukan


oleh interaksi berbagai faktor genetik, lingkungan dan demografik yang
mempengaruhi dua variabel hemodinamik: curah jantung dan resistansi perifer.
Total curah jantung dipengaruhi oleh volume darah, sementara volume darah
sangat bergantung pada homeostasis natrium. Resistansi perifer total terutama
ditentukan di tingkat arteriol dan bergantung pada efek pengaruh saraf dan
hormon. Tonus vaskular normal mencerminkan keseimbangan antara pengaruh
vasokontriksi humoral (termasuk angiotensin II dan katekolamin) dan
vasodilator (termasuk kinin, prostaglandin, dan oksida nitrat). Resistensi
pembuluh juga memperlihatkan autoregulasi; peningkatan aliran darah memicu

15
vasokonstriksi agar tidak terjadi hiperperfusi jaringan. Faktor lokal lain seperti
pH dan hipoksia, serta interaksi saraf (sistem adrenergik a- dan ß-), mungkin
penting. Ginjal berperan penting dalam pengendalian tekanan darah, melalui
sistem renin-angiotensin, ginjal mempengaruhi resistensi perifer dan
homeostasis natrium. Angiontensin II meningkatkan tekanan darah dengan
meningkatkan resitensi perifer (efek langsung pada sel otot polos vaskular) dan
volume darah (stimulasi sekresi aldosteron, peningkatan reabsorbsi natrium
dalam tubulus distal). Ginjal juga mengasilkan berbagai zat vasodepresor atau
antihipertensi yang mungkin melawan efek vasopresor angiotensin. Bila volime
darah berkurang, laju filtrasi glomerulus (glomerular filtration rate) turun
sehingga terjadi peningkatan reabsorbsi natrium oleh tubulus proksimal
sehingga natrium ditahan dan volume darah meningkat (Kumar, et al, 2007).

Sembilan puluh persen sampai 95% hipertensi bersifat idiopatik


(hipertensi esensial). Beberapa aktor diduga berperan dalam defek primer pada
hipertensi esensial, dan mencakup, baik pengaruh genetik maupun lingkungan.
Penurunan ekskresi natrium pada tekanan arteri normal mungkin merupakan
peristiwa awal dalam hipertensi esensial. Penurunan ekskresi natrium
kemudian dapat enyebabkan meningkatnya volume cairan, curah jantung, dan
vasokonstriksi perifer sehingga tekanan darah meningkat. Pada keadaan
tekanan darah yang lebih banyak natrium untuk mengimbangi asupan dan
mencegah retensi cairan. Oleh karena itu, ekskresi natrium akan berubah,
tetapi tetap steady state (“penyetelan ulang natriuresis tekanan”). Namun, hal
ini menyebabkan peningkatan stabil tekanan darah. Hipotesis alternatif
menyarankan bahwa pengaruh vasokonstriktif (faktor yang memicu perubahan
struktural langsung di dinding pembuluh sehingga resistensi perifer meningkat)
merupakan penyebab primer hipertensi. Selain itu, pengaruh vasikonstriktif
yang kronis atau berulang dapat menyebabkan penebalan struktural pembuluh
resistensi. Faktor lingkungan mungkin memodifikasi ekspresi gen pada
peningkatan tekanan. Stres, kegemukan, merokok, aktifitas fisik berkurang, dan
konsumsi garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen dalam
hipertensi (Kumar, et al, 2007).

16
3.3.5 Komplikasi Hipertensi dan Penatalaksanaan Hipertensi

1. Komplikasi

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara


langsung maupun tidak langsung yang bisa mengenai jantung, otak, ginjal,
arteri perifer, dan mata. Beberapa penelitian mengatakan bahwa penyebab
kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari
kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung,
antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor AT1 angiotensin II, stres
oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide synthase, dan lain-lain.
Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas
terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target,
misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi
transforming growth factor-ß (TGF-ß) (Yogiantoro, 2006).

2. Penatalaksanaan Hipertensi

a. Target Tekanan Darah

Menurut Joint National Commission (JNC) 7, rekomendasi target tekanan


darah yang harus dicapai adalah < 140/90 mmHg dan target tekanan
darah untuk pasien penyakit ginjal kronik dan diabetes adalah = 130/80
mmHg. American Heart Association (AHA) merekomendasikan target
tekanan darah yang harus dicapai, yaitu 140/90 mmHg, 130/80 mmHg
untuk pasien dengan penyakit ginjal kronik, penyakit arteri kronik atau
ekuivalen penyakit arteri kronik, dan = 120/80 mmHg untuk pasien
dengan gagal jantung. Sedangkan menurut National Kidney Foundation
(NKF), target tekanan darah yang harus dicapai adalah 130/80 mmHg
untuk pasien dengan penyakit ginjal kronik dan diabetes, dan < 125/75
mmHg untuk pasien dengan > 1 g proteinuria (Cohen, 2008).

b. Modifikasi Gaya Hidup

Pelaksanaan gaya hidup yang positif mempengaruhi tekanan darah


memiliki implikasi baik untuk pencegahan dan pengobatan hipertensi.

17
Promosi kesehatan modifikasi gaya hidup irekomendasikan untuk
individu dengan pra-hipertensi dan sebagai tambahan terhadap terapi
obat pada individu hipertensi. Intervensi ini untuk risiko penyakit jantung
secara keseluruhan. Meskipun dampak intervensi gaya hidup pada
tekanan darah akan lebih terlihat pada orang dengan hipertensi, dalam
percobaan jangka pendek, penurunan berat badan dan pengurangan
NaCl diet juga telah ditunjukkan untuk mencegah perkembangan
hipertensi. Pada penderita hipertensi, bahkan jika intervensi tersebut
tidak menghasilkan penurunan tekanan darah yang cukup untuk
menghindari terapi obat, jumlah obat atau dosis yang dibutuhkan untuk
mengontrol tekanan darah dapat dikurangi. Modifikasi diet yang efektif
menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan,
mengurangi asupan NaCl, meningkatkan asupan kalium, mengurangi
konsumsi alkohol, dan pola diet yang sehat secara keseluruhan
(Kotchen, 2008).

Mencegah dan mengatasi obesitas sangat penting untuk menurunkan


tekanan darah dan risiko penyakit kardiovaskular. Rata-rata penurunan
tekanan darah 6,3/3,1 mmHg diobseravsi setelah penurunan berat badan
sebanyak 9,2 kg. Berolah raga teratur selama 30 menit seperti berjalan,
6-7 perhari dalam seminggu, dapat menurunkan tekanan darah.

Hipertensi merupakan penyakit tekanan darah tinggi, dimana tekanan


darah sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg. Separuh penderita
hipertensi adalah orang berusia diatas 60 tahun. Senam lansia
merupakan olahraga aerobik yang aman untuk memelihara tekanan
darah lansia. Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan pengaruh senam
lansia terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita
hipertensi. Penelitian ini menggunakan desain pra eksperimental one
group pretest-posttest design. Sampel yang diambil sebanyak 12
responden dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian
menunjukkan 91,67% responden mengalami penurunan rata-rata
tekanan darah sistolik 10,69 mmHg dan diastolik 6,11 mmHg. Sebanyak

18
50% responden dengan hipertensi derajat 1 turun menjadi 41,67%
sesudah perlakuan. Berdasarkan uji Paired Sampel T-test diperoleh hasil
0.000 untuk nilai sistolik dan 0.001 untuk nilai diastolik, keduanya lebih
kecil dari p value 0.05 sehingga disimpulkan terdapat pengaruh
pelaksanaan senam lansia terhadap penurunan tekanan darah pada
lansia penderita hipertensi. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan
bagi pihak terkait untuk menerapkan senam lansia sebagai terapi
nonfarmakologi bagi lansia penderita hipertensi (Margiyati, 2010). 

Ada variabilitas individu dalam hal sensitivitas tekanan darah terhadap


NaCl, dan variabilitas ini mungkin memiliki dasar genetik. Berdasarkan
hasil meta-analisis, menurunkan tekanan darah dengan membatasi
asupan setiap hari untuk 4,4-7,4 g NaCl (75-125 meq) menyebabkan
penurunan tekanan darah 3.7-4.9/0.9-2.9 mmHg pada hipertensi dan
penurunan lebih rendah pada orang darah normal. Konsumsi alkohol
pada orang yang mengkonsumsi tiga atau lebih minuman per hari
(minuman standar berisi ~ 14 g etanol) berhubungan dengan tekanan
darah tinggi, dan penurunan konsumsi alkohol dikaitkan dengan
penurunan tekanan darah. Begitu pula dengan DASH (Dietary
Approaches to Stop Hypertension) meliputi diet kaya akan buah-buahan,
sayuran, dan makanan rendah lemak efektif dalam menurunkan tekanan
darah (Kotchen, 2008).

c. Terapi Farmakologi

Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang


dianjurkan oleh JNC 7 adalah:

1) Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosteron


Antagonist
2) Beta Blocker (BB)
3) Calcium Chanel Blocker atau Calcium antagonist (CCB)
4) Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACEI)

19
5) Angiotensin II Receptor Blocker atau Areceptor antagonist/blocker
(ARB)

Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap,


dan target tekanan darah tercapai secara progresif dalam beberapa
minggu. Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi dengan
masa kerja panjang atau yang memberikan efikasi 24 jam dengan
pemberian sekali sehari. Pilihan apakah memulai terapi dengan satu
jenis obat antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung pada
tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi. Jika terapi dimulai
dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian tekanan
darah belum mencapai target, maka langkah selanjutnya adalah
meningkatkan dosis obat tersebut, atau berpindah ke antihipertensif lain
dengan dosis rendah. Efek samping umumnya bisa dihindari dengan
enggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi.

Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk


mencapai target tekanan darah, tetapi terapi kombinasi dapat
meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan pasien
karena jumlah obat yang harus diminum bertambah (Yogiantoro, 2006).

3.3.6 Upaya Peningkatan Kontrol Hipertensi

Model perilaku menyarankan bahwa terapi yang diterapikan oleh dokter


dapat mengontrol tekanan darah pasien hanya bila pasien tersebut memiliki
motivasi untuk menjalani pengobatan dan menjalankan modifikasi gaya hidup
yang baik. Motivasi timbul ketika pasien mendapatkan pengalaman yang positif,
percaya kepada dokternya. Komunikasi yang baik akan meningkatkan hasil
pengobatan; empati dapat membangun kepercayaan dan merupakan motivator
yang potensial (National Institutes of Health, 2003).dengan tekanan darah
tinggi, dan penurunan konsumsi alkohol dikaitkan dengan penurunan tekanan
darah. Begitu pula dengan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension)
meliputi diet kaya akan buah-buahan, sayuran, dan makanan rendah lemak
efektif dalam menurunkan tekanan darah (Kotchen, 2008).

20
Hubungan dokter-pasien adalah berdasarkan kepercayaan,
menghormati, dan pengetahuan holistik pasien berkorelasi dengan hasil positif
dari perawatan, seperti kepatuhan, kepuasan, dan status kesehatan. Pasien
sering mengevaluasi kompetensi dokter berdasarkan keterampilan layanan
pasien mereka, bukan keterampilan klinis mereka. Layanan pasien adalah
termasuk kemudahan akses, waktu tunggu yang minimal, dan tanggapan yang
positif dari staf pekerja, semua mempengaruhi kepuasan penyedia dan
kepatuhan pasien. Dokter adalah model peran dan harus melatih staf dengan
meningkatkan positif interaktif, dan lingkungan empati. Hal Ini akan
meningkatkan kenyamanan pasien dan kesediaan untuk berpartisipasi dalam
perawatan mereka sendiri (National Institutes of Health, 2003).

Menurut Boulware (2001), Intervensi perilaku pada pasien, seperti


konseling, terbukti efektif meningkatkan kontrol tekanan darah. Edukasi pasien
terhadap hipertensi, diantaranya adalah:

a) Menilai pemahaman pasien dan penerimaan atas diagnosa hipertensi.


b) Diskusikan keluhan pasien dan mengklarifikasi ketidakpahaman pasien.
c) Beritahu pasien tentang pembacaan tekanan darah dan memberikan
salinan tertulis.
d) Dokter dan pasien sepakat mengenai target tekanan darah yang akan
dicapai.
e) Menginformasikan pasien tentang pengobatan yang direkomendasikan,
dan memberikan informasi tertulis yang spesifik tentang peran gaya
hidup termasuk diet, aktivitas fisik, suplemen makanan, dan konsumsi
alkohol, penggunaan brosur standar bila tersedia.
f) Menunjukkan keprihatinan dan memberikan kesempatan bagi pasien
kesempatan perilaku tertentu untuk melaksanakan rekomendasi
perawatan.

3.3.7 Senam JAWARA (Senam Jawa Lansia Juara)

Senam JAWARA merupakan senam sehat lansia, dimana dalam senam


ini semua menggunakan bahasa jawa. Penulis merasa apabila senam ini

21
diterapkan pada lansia akan lebih mudah ditanggapi dan mudah diingat. Dalam
senam ini menggunakan gerakan-gerakan yang mudah dipahami dan mudah
diingat oleh para lansia.

3.4 Penyebab Masalah

Dari prioritas masalah tersebut, maka dilakukan brainstorming dengan


pengelola program Puskesmas untuk mencari penyebab masalah. Selanjutnya
dipetakan dengan menggunakan diagram Fishbone.

Hasil pemetaan penyebab masalah dengan menggunakan diagram Fish bone


seperti gambar 3.1 dibawah ini.

22
Dana Manusia

Kurangnya pengetahun
Keterbatasan masyarakat tentang
biaya untuk Gaya hidup tidak
hipertensi
pemeriksaan sehat (kurang
olahraga)

Jumlah tenaga kesehatan


kurang aktif
Tingginya angka
Ketidakpatuhan kejadian penyakit
minum obat hipertensi pada lansia
di puskesmas Pakisaji
pada tahun 2012.

Belum adanya metode


penyuluhan yang
Posyandu lansia menarik
kurang aktif

Sarana Metode

Gambar 3.1 Fish bone penyebab masalah

23
3.5 Penyebab Masalah yang Paling Mungkin

Dari akar penyebab masalah pada diagram fishbone, maka selanjutnya


dicari akar penyebab yang paling mungkin dengan menggunakan teknik NGT
dengen modifikasi menggunakan skoring, dengan skala 1-3 (1= Kurang
berpengaruh, 2= Cukup berpengaruh, 3= Berpengaruh)
Table 3.2. Pemilihan prioritas penyebab masalah menggunakan metode NGT.

No Akar Penyebab Masalah Skor oleh Partisipan Total Ranking


A B C skor
1 Ketidak patuhan minum obat 3 2 2 7 2
2 Kurangnya jumlah tenaga 2 2 2 6 3
kesehatan
3 Kurang aktifnya posyandu 3 1 1 5 4
lansia
4 Kurangnya pengetahuan 3 3 3 9 1
masyarakat tentang hipertensi
5 Kurangnya berolahraga 3 2 2 7 2

6 penyuluhan yang menrik 2 1 2 5 4


Keterbatasan biaya untuk
pemeriksaan
7 Belum adanya metode 1 1 2 4 5

Berdasarkan tabel diatas, maka ditetapkan prioritas penyebab masalah


adalah kurangnya pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya pengobatan
untuk lansia penderita hipertensi di Desa Permanu Kecamatan Pakisaji
Kabupaten Malang.

3.6 Alternatif Pemecahan Masalah

Dari prioritas penyebab masalah diatas, maka ditetapkan pemecahan


masalah dengan melakukan brainstorming bersama petugas Puskesmas. Hasil
brainstorming diperoleh alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:

 Melakukan penyuluhan pada penderita lansia tentang hipertensi


 Mengadakan dan mengajarkan senam JAWARA
 Memberikan leaflet tentang penyakit hipertensi pada lansia

24
 Memberikan brosur-brosur yang berisi tentang pengetahuan tentang
penyakit hipertensi
 Menambah jumlah kader untuk pelaksanaan penyuluhan
 Menempelkan poster-poster tentang gejala hipertensi

3.7 Pemecahan Masalah Terpilih


Dari beberapa alternatif pemecahan masalah, maka ditentukan
pemecahan masalah yang paling mungkin dengan menggunakan metode
CARL (Capabilty, Accesibility, Readiness, Leverage), dengan menggunakan
skor nilai 1-5. (Skor 1 Kurang, Skor 2 Cukup, Skor 3 Banyak)

Kriteria CARL tersebut mempunyai arti:


C Ketersediaan sumberdaya (dana dan sarana/peralatan)
A Kemudahan, masalah yang ada diatasi atau tidak, kemudahan dapat
didasarkan pada ketersediaan metode/cara/teknologi serta
penunjang pelaksanaan seperti peraturan atau juklak.
R Kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran
L Seberapa besar pengaruhnya kriteria yang satu dengan yang lainnya
dalam pemecahan masalah yang dibahas

Tabel 3.3. Prioritas Pemecahan Masalah Terpilih dengan CARL skor

N Skor
Pemecahan masalah Nilai Ranking
o C A R L
1 Memberikan latihan
4 4 4 3 192 2
senam JAWARA
2 Penyuluhan langsung
kepada lansia tentang 5 4 4 5 400 1
hipertensi
3 Menambah jumlah kader
untuk pelaksanaan 3 2 2 4 48 5
penyuluhan.
4 Memberikan leaflet
tentang penyakit 4 4 3 4 192 3
hipertensi pada lansia
5 Memberikan brosur- 3 3 2 4 72 4

25
brosur yang berisi
tentang pengetahuan
tentang penyakit
hipertensi
6. Menempelkan poster-
poster tentang gejala
hipertensi pada lansia. 3 2 2 3 36 6

Berdasarkan penentuan masalah terpilih dengan menggunakan metode


CARL skor didapatkan pemecahan masalah, yaitu: memberikan penyuluhan
kepada lansia hipertensi dan senam JAWARA di Desa Permanu
Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang.

3.8 Rencana Pelaksanaan Kegiatan


Rencana Pelaksanaan Kegiatan upaya menyesaikan masalah, disusun
sebagaimana tabel 3.4 dibawah ini.

26
Tabel 3.4. Rencana operasional pemecahan masalah
No Kegiatan Tujuan Sasaran Rincian Waktu Pelaksa Indikator
kegiatan na keberhasilan
1. Advokasi Mendapat Kepala Memohon ijin dan Selasa, Mahasis Kepala Puskesmas
dengan Kepala dukungan dan Puskesmas bantuan sert 18/6/ 2013 wa PKL mendukungpelaksana
Puskesmas bantuan untuk dukungan an kegiatan dengan
Pakisaji melaksanakan terselenggarany memberi ijinan untuk
kegiatan di wilayah kegiatan melakukan kegiatan
Puskesmas penyuluhan penyuluhan hipertensi
Pakisaji hipertensi
2. Koordinasi Mendapatkan Kepala Bagian Mencari data dan Rabu, Mahasis Mendapat informasi
dengan kepala informasi materi, Program Poli informasi tentang 19/06/ 2013 wa PKL dan data tentang
bidang progrm data dan bantun Umum hipertensi di hipertensi yang terjadi
Poli Umum untuk Puskesmas di Puskesmas
melaksanakan Pakisaji Pakisaji
kegiatan
3. Advokasi Mendapat Kepala desa Memohon ijin dan Jumad, Mahasis Kepala desa
dengan kepala dukungan untuk dukungan 21/06/ 2013 wa PKL mendukung
Desa permanu melaksanakan terselenggaranya pelaksanaan program
kegiatan di wilayah kegiatan penyuluhan dengan
desanya penyuluhan memberikan ijinan
hipertensi melakukan kegiatan
4. Koordinasi Mengkoordinasikan Bidan Desa a) Memperkenalk Jumad, 21 Mahasis Adanya kesepakatan
dengan bidan pelaksaan prioritas Permaneu an diri Juni 2013 wa PKL, mengenai teknis
desa pemecahan b) Menjelaskan bidan kegiatan
masalah terpilih secara garis desa
besar waktu, Permena
tempat, dan u
sistematika
kegiatan
penyuluhan

27
dan kegiatan
senam lansia
hipertensi
5. Pembagian Mengumumkan Warga desa Memberikan Senin, 23 Mahasis Semua undangan
undangan rencana Permanu, undangan kepada Juni 2013 wa PKL tersebar sebanyak 30
penyuluhan dan kader dan para kader untuk lembar
senam lansia bidan disebarkan

6. Persiapan a) Menyiapkan Mahasiswa a) Menyiapkan Minggu- Mahasis Alat dan materi untuk
kegiatan materi serta PKL, Bidan dan media Senin, 23- wa PKL penyuluhan telah siap
peralatanuntuk Para kader penyuluhan 24 Juni dengan jumlah 40
penyuluhan b) Menyusun 2013 lembar.
Hipertensi desain leaflet
b) Menyiapkan
leaflet
7. Penyuluhan Adanya para kader Para Kader Penyuluhan Kamis, 27 Mahasis Para kader
kepada para –kader baru yang kepada kepada Juni 2013 wa Pkl menghadiri kegiatan
kader ikut berperan para kader tentang penyuluhan senam
pengetahuan dan JAWARA tersebut
Senam JAWARA sebanyak 100%
hipertensi

8. a) Penyuluhan Meningkatkan Warga desa Pretest dan postest Kamis, 27 Mahasis Para lansia mengerti
dan pengetahuan Permanu untuk Juni 2013 wa PKL dan memahami gejala
evaluasi tentagn hipertensi khususnya mengevaluasi hipertensi dengan
peningkata lansia pengetahuan dapat menjawap
n masyarakat kuisioner
pengetahua sebelum dan
n lansia sesudah
tentang penyuluhan.
hipertensi

28
b) Senam Mencegah resiko Lansia dan Memperagakan Mahasis Kegiatan senam
sehat komplikasi kader senam JAWARA wa PKL terlaksana dengan
lansia hipertensi jumlah lansia yang
datang 80%

29
BAB IV

PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1. Persiapan Kegiatan

4.1.1 Advokasi dengan Kepala Puskesmas

Advokasi dilakukan untuk mendapat dukungan tentang penyelesaian


masalah yang akan diambil yaitu Upaya pencegahan resiko komplikasi
hipertensi pada lansia di Permanu Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang
dengan senam JAWARA, oleh mahasiswa IIK yang dilakukan pada :

Hari/Tanggal : Selasa, 18 Juni 2013


Waktu : 08.00 WIB
Lokasi : Puskesmas Pakisaji
Hasil yang diperoleh adalah mendapat dukungan dari Kepala
Puskesmas untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan meningkatkan
pengetahuan dan pencegahan resiko komplikasi hipertensi dengan senam
JAWARA di Desa Permanu, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang.

4.1.2 Koordinasi dengan Pemegang Program Poli Umum

Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang materi,


media, alat dan bahan yang harus dipersiapkan untuk kegiatan penyuluhan dan
upaya pencegahan resiko komplikasi hipertensi dengan senam JAWARA di
Desa Permanu, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang. Kegiatan ini
berlangsung pada:

Hari/Tanggal : Rabu, 19 Juni 2013

Lokasi : Puskesmas Pakisaji

Hasil yang didapat adalah terbentuknya rancangan pelaksanaaan


program serta kisi-kisi materi yang akan diberikan pada saat penyuluhan
hipertensi pada lansia.

30
4.1.3 Advokasi dengan Kepala Desa Permanu

Advokasi dilakukan dengan maksud memohon dukungan dan izin untuk


melaksanakan kegiatan. Kegiatan ini berlangsung pada :

Hari/Tanggal : Jum’at, 21 Juni 2013


Waktu : 9.00 WIB
Lokasi : Kantor Desa Permanu

Hasil yang diperoleh adalah mendapat izin dan dukungan dari Kepala
Desa Permanu, serta mendapat izin untuk menghubungi bidan Desa Permanu,
Kecamatan Pakisaji.

4.1.4 Koordinasi dengan Bidan Desa dan Perawat Desa

Koordinasi dilakukan dengan maksud memperkenalkan diri, menjelaskan


secara garis besar tentang waktu, tempat, dan sistematika kegiatan. Kegiatan
ini berlangsung pada :

Hari/Tanggal : Jum’at, 21 Juni 2013


Waktu : 11.00 WIB
Lokasi : Ponkesdes Permanu

Hasil yang diperoleh adalah rekomendasi tempat pelaksanaan


penyuluhan hipertensi pada lansia, yaitu di Aula balai desa Permanu, sebagai
sasaran penyuluhan, dan upaya pencegahan resiko komplikasi hipertensi pada
lansia. Kemudian dicapai kesepakatan mengenai teknis kegiatan serta
mendapat dukungan dan bersedia untuk datang ke acara penyuluhan dan
kegiatan senam JAWARA.

4.1.5 Persiapan Kegiatan

Uji coba pemberian materi tentang penyuluhan meningkatkan


pengetahuan dan upaya pencegahan resiko komplikasi hipertensi pada lansia
dengan senam JAWARA di Desa Permanu, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten
Malang.

31
Kegiatan ini dilakukan pada :

Hari/Tanggal : Minggu-Rabu, 23-26 Juni 2013


Lokasi : Pemondokan, Puskesmas Pakisaji

Hasil yang didapat adalah materi lengkap mulai dari definisi, penyebab,
gejala, resiko, pencegahan serta penanganannya. Pada kegiatan ini
menggunakan senam JAWARA.

4.2 Pelaksanaan Kegiatan

Pemberian materi tentang penyuluhan meningkatkan pengetahuan dan


upaya pencegahan resiko komplikasi hipertensi pada lansia di Desa Permanu,
Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang melalui pretest dan post-test serta
senam JAWARA yang disaksikan oleh Kepala Desa Permanu, Perawat Desa
dan rekan sesama mahasiswa IIK.
Kegiatan ini dilakukan pada :
Hari / Tanggal : Kamis, 27 Juni 2013
Waktu : Pukul 09.30 WIB
Lokasi : Aula balai Desa Permanu
Jumlah yang hadir : 19 0rang

Rangkaian acara dapat dirinci sebagai berikut :

09.30 – 09.35 Pembukaan oleh Moderator (Mahasiswa IIK)


09.35 – 09.45 Kata sambutan dan pembukaan acara oleh Kepala Desa
Permanu
09.45 – 09.55 Kata sambutan Perawat Ponkesdes Permanu
09.55 – 10.05 Pembagian dan pengisian soal pre-test oleh lansia dan
kader

32
10.05 – 10.25 Penyuluhan menggunakan teknik tanya jawab dengan
media leaflet.
10.25 – 10.35 Post- test dibagikan pada lansia dan kader
10.35 – 10.40 Menjelaskan teknik senam JAWARA
10.40 – 11.10 Senam JAWARA bersama Kader dan Lansia

4.3 Pembahasan dan Evaluasi Kegiatan

4.3.1 Pembahasan

Kegiatan ini dihadiri oleh 19 orang lansia dari target undangan sebanyak
30 orang yang merupakan sasaran penyuluhan, serta dihadiri oleh perawat
desa dan kader desa sebagai sasaran utama penyuluhan. Suasana pada saat
kegiatan berjalan sangat meriah dan respon ingin tahu yang besar.

Kegiatan acara dimulai tidak tepat waktu, hal ini dikarenakan harus
menunggu undangan datang dan menempati ruangan aula.

Adapun kekurangan dalam kegiatan ini yaitu ada beberapa lansia yang
susah membaca yang akhirnya harus didampingi dan diterjemahkan oleh
Bapak Kepala Desa dan mahasiswa dalam bahasa Jawa untuk mengisi soal
pre-test dan Post-test. Dalam kegiatan penyuluhan dengan cara diskusi
beberapa lansia sangat antusias untuk mendengar dan setelah dilakukan
penyuluhan melakukan beberapa pertanyaan yaitu :
 Apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya hipertensi?
Jawaban: Yang harus diperhatikan yaitu menjaga pola hidup yang
sehat, hindari obesitas, stress, kurangi makan makanan yang
mengandung garam tinggi, tidak boleh merokok dan minum alkohol.
Selain itu harus rutin cek kesehatan secara berkala ke dokter atau ke
Puskesmas.
 Dalam bumbu masakan apakah kita harus tidak boleh pake ajinomoto?
Jawaban: Benar sekali, karena dalam bumbu masakan terdapat kadar
garam yang cukup tinggi. Selain bumbu masak, makanan-makanan
yang instan harus dihindari pula untuk mengurangi resiko hipertensi.

33
 Selain pertanyaan ada yang bisa menjawa gejala-gejala hipertensi
yaitu: sering pusing, dan mual.

Selain daripada itu, dalam upaya mengajarkan pola gerakan senam


JAWARA terdapat kekurangan yaitu tidak adanya LCD untuk menerakan cara
senam JAWARA. Akhirnya penulis mengajarkan gerakan senam dan diikuti
oleh para lansia dengan semangat dan antusias tinggi. Hal ini dibuktikan
dengan adanya usulan dari para lansia untuk menggambarkan gerakan senam
agar mereka bisa melakukan sendiri senam tersebut di rumah. Dalam peragaan
senam dilakukan 2 kali karena para lansia belum mengerti gerakan senam.
Hal ini dilakukan atas permintaan pra lansia.

4.3.2 Evaluasi

Dari hasil Pre-test dan Post-test, yang diberikan pada para lansia dengan
dilakukan perhitungan dan didapatkan hasil sebagai berikut :

Nilai Pre-Test Post-Test Selisih %


Nilai tertinggi 70,00 70,00 00,00 00,00%
Nilai 20,00 40,00 20,00 100,00%
terendah
Rata-rata 50,52 59,31 08,79 17,39%

Dari hasil pre test, ternyata pengetahuan para lansia tentang hipertensi
masih kurang. Kemudian setelah pemberian materi dengan metode
penyuluhan terdapat sedikit peningkatan sebesar 8,79 poin atau sebesar
17,39 % dari nilai rata-rata 50,52 menjadi 59,31 pada saat post test walupun
beberapa lansia harus dituntun dalam melakukan pengisian.

Dari rencana pelaksanaan, indikator keberhasilan dari kehadiran peserta


adalah 100% akan tetapi pada pelakasanaannya kehadiran peserta hanya
57,89% dari jumlah yang diharapkan yaitu 30 orang. Dan jumlah Kader yang
hadir 50%. Pada saat pelaksanaan penyuluhan dan senam JAWARA peserta
sangat antusias mengikuti kagiatan ini sampai selesai.

34
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Ada peningkatan pengetahuan lansia bertambah setelah diberikan


penyuluhan tentang upaya pencegahan resiko hipertensi pada lansia.
2. Para Lansia dapat mengikuti dan memperagakan senam JAWARA
dengan baik.
3. Para kader mempunyai ketrampilan dalam senam JAWARA

5.2 Saran

1. Penerapan metode senam JAWARA selanjutnya dalam Posyandu


lansia oleh Kader Desa.
2. Melakukan penyuluhan secara berkala pada target lainnya, terutama
pada lansia hipertensi.
3. Pembuatan metode senam jenis lainnya sebagai sarana penyuluhan,
agar Puskesmas memiliki banyak variasi materi dan media
penyuluhan yang menarik.
4. Menggambar gerakan senam dan dibagikan kepada para lansia
sebagai media sosialisasi senam JAWARA.

35

Anda mungkin juga menyukai