Laporan Pemicu 2 Selgen

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN DISKUSI

SEL DAN GENETIKA


PEMICU 2

Kelompok:

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................ I


DAFTAR ISI............................................................................................................................ II
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. III
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 PEMICU ........................................................................................................................ 1
1.2 KLARIFIKASI DAN DEFINISI .......................................................................................... 1
1.3 KATA KUNCI ................................................................................................................ 1
1.4 RUMUSAN MASALAH ................................................................................................... 1
1.5 ANALISIS MASALAH ..................................................................................................... 2
1.6 HIPOTESIS .................................................................................................................... 2
1.7 PERTANYAAN DISKUSI ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
2.1 MEKANISME HOMEOSTATIS ......................................................................................... 3
2.1.1 Secara umum ........................................................................................................... 3
2.1.2 Pada pemicu ............................................................................................................. 3
2.2 KOMUNIKASI SEL ......................................................................................................... 3
2.2.1 Tranduksi Sinyal ...................................................................................................... 6
2.3 MEKANISME TRANSPORT MEMBRAN ........................................................................... 7
2.3.1 Transpor Pasif .......................................................................................................... 7
2.3.1.1 Difusi Sederhana .............................................................................................. 7
2.3.2 Transfer Aktif ........................................................................................................ 10
2.3.2.1 Primer ............................................................................................................. 10
2.3.2.2 Sekunder ......................................................................................................... 11
2.4 JENIS-JENIS UMPAN BALIK PADA HOMEOSTATIS ........................................................ 13
2.4.1 Umpan Balik Negatif ............................................................................................. 13
2.4.2 Umpan Balik Positif .............................................................................................. 14
2.4.3 Umpan Maju .......................................................................................................... 15
2.5 SISTEM YANG BERPENGARUH SAAT KEADAAN SEIMBANG MENJADI TAK SEIMBANG
PADA PEMICU........................................................................................................................ 15
2.6 WAKTU YANG DIBUTUHKAN MANUSIA UNTUK MERASA LAPAR .............................. 16
2.7 METABOLISME TUBUH SAAT LAPAR .......................................................................... 16
2.8 FUNGSI NUTRISI YANG BERASAL DARI MAKANAN UNTUK METABOLISME SEL ............. 18
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 20
3.1 KESIMPULAN .............................................................................................................. 20
BAB IV DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 21

ii
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1 SEL SEKRETORI MELEPASKAN MOLEKUL SNYAL KE SEL SASARAN4 ....................... 4
GAMBAR 2 2 A; HUBUNGAN ANTARSEL MELALUI KOMUNIKASI KIMIAWI, B; HUBUNGAN
ANTARSEL MELALUI KOMULIKASI LISTRIK4.......................................................................... 5

GAMBAR 2.3 RESEPTOR PERMUKAAN SEL DAN RESEPTOR INTRASEL4 ....................................... 5

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pemicu
Ani, seorang mahasiswi FK Untan sedang diskusi 2 jam 12 siang. Dia merasa
lemas dan lapar, sehingga kurang konsentrasi pada saat diskusi. Tidak lama
kemudian DK berakhir dan Ani segera ke kantin untuk makan siang. Setelah makan
siang dia merasa lebih segar.
1.2 Klarifikasi dan Definisi
Lemas : - Kualitas yang menghambat seseorang untuk beraktivitas secara
efektif.
- Gejala yang disebabkan karena nutrisi, oksigen dan asupan
lainnya tidak tercukupi di otak.
Konsentrasi : Pemusatan perhatian atau pikiran pada suatu hal.
Lapar : Keinginan atau kebutuhan untuk makanan/nutrisi tertentu.
1.3 Kata Kunci
1) Konsentrasi
2) Makan
3) Lapar
4) Segar
1.4 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh makanan terhadap kondisi tubuh manusia?

1
1.5 Analisis Masalah

Ani

Nutrisi
• Karbohidrat Keadaaan tidak
• Lipid seimbang
• Protein
Makan Detector
Fungsi untuk
tubuh Control
Keadaan Komunikasi sel
seimbang Center

Efector

Response

1.6 Hipotesis
Makanan berperan sebagai sumber energi bagi sel-sel tubuh untuk
melaksanakan fungsi dalam tubuh sehingga kondisi tubuh menjadi seimbang.
1.7 Pertanyaan Diskusi
1. Mekanisme homeostatis:
a. Secara umum
b. Pada pemicu
2. Komunikasi sel
3. Mekanisme transport membran
4. Jenis-jenis umpan balik pada homeostatis
5. Sistem yang berpengaruh saat keadaan seimbang menjadi tak seimbang pada
pemicu
6. Waktu yang dibutuhkan manusia untuk merasa lapar
7. Metabolisme tubuh saat lapar
8. Fungsi nutrisi yang berasal dari makanan untuk metabolisme sel

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Mekanisme Homeostatis


2.1.1 Secara umum
Konsep homeostasis (keadaan tetap) mengacu pada
mempertahankan kondisi fisik dan kimia yang relatif konstan dalam
lingkungan sel organisme. Mekanisme homeostasis melibatkan hampir
seluruh sistem organ tubuh. Walaupun kondisi internal berubah secara
konstan, tubuh dilindungi terhadap perubahan yang besar dengan
mekanisme kontrol pengaturan sendiri seperti sistem umpan balik.1
2.1.2 Pada pemicu
Metabolisme energi dalam tubuh manusia diatur oleh berbagai
faktor, baik yang menyebabkan meningkatnya penyimpanan energi atau
yang mendorong pemakaian energi. Keseimbangan energi ini merupakan
fungsi utama regulasi asupan makanan yaitu melalui regulasi perilaku
dan nafsu makan.2
Berikut alur homeostatis yang ada pada pemicu:
Aktifitas fisik → mengeluarkan energi → perubahan
keseimbangan energi → hipotalamus dan area otak lain teraktifasi →
lapar & lemas → diproses → keinginan untuk makan.3
2.2 Komunikasi Sel
Sel, selain berkomunikasi ke dalam sel (intrasel), juga memerlukan
komunikasi dengan sel lain, baik yang dekat maupun yang jauh jaraknya, untuk
menjaga keseimbangan, pertumbuhan, dan perkembangan hidup organisme.
Komunikasi intrasel maupun intersel dilaksanakan melalu suatu jejaring (network)
komunikasi, dengan tujuan mengoordinasi dan regulasi pertumbuhan, diferensiasi,
metabolisme sel, dan bahkan ketahanan hidup sel.4
Singkatnya, komunikasi intrasel adalah interaksi antar komponen di dalam sel
sendiri dan interaksi inter sel yakni komunikasi antar sesama sel, di dalam jaringan
maupun organ dan sistem organ tubuh organisme. Sebelum jejaring komunikasi
bekerja, pada awalnya harus ada rangsangan atau stimulus dari luar sel. Stimulus
diwakili oleh molekul sinyal, molekul ini akan dikenali dan diterima oleh reseptor

3
pada sel sasaran. Pada umumnya, molekul sinyal adalah substansi kimia yang
dihasilkan oleh sel, namun molekul sinyal juga bisa berupa nutrisi, cahaya dan efek
mekanik dari luar sel. Biasanya molekul sinyal berbentuk molekul kecil, seperti
asam amino, peptide dan protein.4

Gambar 2.1
Sel sekretori melepaskan molekul snyal ke sel sasaran4

Sel sasaran dapat menggunakan berbagai mekanisme intrasel untuk


menanggapi peningkatan konsentrasi sinyal ekstrasel atau mengubah suatu sinyal
pendek menjadi respons yang panjang dan lama. Dengan cara tersebut, sel
melakukan adaptasi, atau mengubah kepekaannya terhadap sinyal sehingga dapat
tetap berespons walaupun konsentrasi molekul sinyal mengalami perubahan yang
bermakna.4
Pada sel yang berlekatan (gap junction), diperlukan terowongan pada
membran sel agar molekul sinyal dapat berpindah antar sel tetangga. Pada sel yang
berjauhan, molekul sinyal harus diangkut oleh protein pengangkut menuju sel
sasaran. Protein pengangkut berfungsi menjaga agar molekul sinyal tidak rusak
selama perjalanan- misalnya, oleh enzim-dan juga agar molekul sinyal tiba pada
sasaran yang tepat. Pada sel sasaran terdapat reseptor. Reseptor akan bekerja asalkan
reseptor tersebut cocok serta mempunyai daya ikat yang tinggi dengan molekul
sinyal.4

4
Gambar 2 2
A; Hubungan antarsel melalui komunikasi kimiawi, B; Hubungan antarsel melalui komulikasi listrik4

Tergantung pada lokasinya, reseptor bisa terletak di membrane sel, di dalam


sitoplasma, atau nukleus. Lokasi reseptor pada sel sasaran erat hubungannya dengan
jenis molekul sinyal. Bagi molekul sinyal yang berasal dari asam amino dan peptide,
jenis molekul sinyal ini akan terikat dengan reseptor pada permukaan luar membran
sel. Molekul sinyal yang berasal dari lemak, seperti steroid, bersifat non-polar dan
memiliki berat molekul kecil, sehingga akan dengan mudah masuk ke dalam
sitoplasma dan inti sel melalui saluran pada membrane sel.4

Gambar 2.3
Reseptor Permukaan Sel dan Reseptor Intrasel4

Ikatan antara molekul sinyal dan reseptor mendorong terjadinya proses


transduksi sinyal, yaitu perubahan sinyal mekanik atau kimia menjadi bentuk
lainnya. Proses transduksi sinyal dilakukan oleh enzim dalam hubungannya dengan
pembentukan kurir kedua (second messenger). Tujuannya adalah penguatan
(amplification) pesan molekul sinyal. Kerja kurir kedua yakni mempengaruhi

5
molekul sensor dan efektor di dalam sel yang akan mendorong proses fosforilasi
protein pada substrat tertentu. Fosforilasi akan membangkitkan respons atau
tanggapan sel sasaran. Respons sel sasaran dapat berupa ploriferasi, diferensiasi,
sekresi, kontraksi, metabolisme, fertilisasi dan eksitibilitas membran sel.4
Agar komunikasi bisa berlangsung lancar dan tertib, harus ada rambu-rambu
dan etika berkomunikasi. Mekanisme mulai dan henti bekerja secara harmoni, pada
saat dan kondisi yang tepat. Tujuannya agar sel berada dalam keseimbangan
(homeostasis). Dapat dibayangkan peristiwa apa yang terjadi di dalam sel dan
manifestasinya pada organisme, bila mekanisme kontrol komunikasi sel terganggu.4
Terdapat berbagai faktor kimiawi di dalam darah yang memberi sinyal tentang
keadaan nutrisi tubuh, misalnya berapa banyak lemak yang tersimpan atau status
kenyang lapar, yang penting dalam pengendalian asupan makanan. Kontrol asupan
makanan tidak bergantung pada satu sinyal tetapi ditentukan oleh integrasi banyak
masukan yang memberi informasi tentang status energi tubuh. Sinyal molekular
yang multipel ini menjamin bahwa perilaku makan disinkronkan dengan kebutuhan
energi jangka pendek dan jangka panjang tubuh. Sebagian informasi digunakan
untuk regulasi jangka pendek asupan makanan, membantu mengontrol porsi dan
frekuensi makan. Meskipun demikian, dalam periode 24 jam energi yang terkandung
dalam makanan yang masuk jarang menyamai pengeluaran energi untuk hari
tersebut. Namun, dalam jangka panjang, korelasi antara asupan kalori total dan
pengeluaran energi total sangatlah baik. Akibatnya, kandungan energi total tubuh-
dan, karenanya, berat tubuh-relatif konstan dalam jangka panjang. Karena itu,
homeostasis energi, yaitu keseimbangan energi, diatur secara cermat.5
2.2.1 Tranduksi Sinyal
Transduksi sinyal merupakan transmisi sinyal dari molekul ekstra sel
ke dalam sel yang menyebabkan terjadinya berbagai proses penghantaran
respon. Sistem transduksi molekul yang merupakan komunikasi antar sel,
akan direspon secara bertahap melalui serangkaian aktivitas dalam sel.
Mekanisme ini akan menghasilkan sekresi hormon atau zat kimia lain yang
di terima oleh sel berbeda.6
Transduksi sinyal adalah proses dimana sinyal datang disampaikan ke
bagian dalam sel untuk dilaksanakan. Pembawa pesan kimiawi ekstrasel
larut lemak dapat melewati lapis ganda membran sel dan berikatan dengan

6
reseptor di dalam sel sasaran untuk memicu sendiri respon intrasel yang
diinginkan. Pembawa pesan kimiawi ekstrasel larut air tidak dapat masuk
ke sel sasaran karena kurang larut dalam lemak sehingga mula-mula
berikatan dengan reseptor di permukaan membran yang spesifik baginya.
Ikatan ini akan memicu rangkaian proses intrasel yang akhirnya mengontrol
aktivitas tertentu sel melalui dua cara umum:5
• Membuka atau menutup saluran berpintu kimiawi tertentu di
membran untuk mengatur perpindahan ion tertentu masuk atau keluar
sel (mekanisme regulatorik pada saraf dan otot) atau
• Mengaktifkan sistem pembawa pesan kedua yang menyampaikan
perintah melalui serangkaian perantara biokimiawi ke protein intrasel
tertentu yang melaksanakan perintah (mekanisme kerja kebanyakan
hormon larut air).
2.3 Mekanisme Transport Membran
Berdasarkan ada tidaknya energi yang dibutuhkan, transpor membran dibagi menjadi
dua kelompok:

2.3.1 Transpor Pasif


Disebut transpor membran pasif dikarenakan sel tidak memerlukan
ATP untuk menimbulkan perpindahan senyawa melewati membran sel.5
2.3.1.1 Difusi Sederhana
Jika bahan tersebut dapat menembus membran maka
difusi bahan akan terjadi melalui membran mengikuti
penurunan gradien konsentrasi dari daerah dengan konsentrasi
tinggi ke daerah yang konsentrasinya rendah. Tidak ada energi
yang diperlukan untuk perpindahan ini sehingga ini merupakan
mekanisme pasif transpor membran. Proses difusi sangat
penting bagi kelangsungan hidup setiap sel dan berperan
penting dalam banyak aktivitas homeostatik khusus. Difusi
terjadi hingga tercapai keseimbangan di dalam sel.5
Adapun faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi (Menurut
Hukum Difusi Fick):5
➢ Gradien Konsentrasi Bahan
➢ Permeabilitas membran terhadap bahan
➢ Luas permukaan membran

7
➢ Berat molekul bahan
➢ Jarak (ketebalan membran)
Sebagai contoh, Oksigen, dipindahkan menembus
membran paru-paru melalui cara ini. darah yang mengalir ke
paru-paru kurang mengandung Oksigen, karena telah
menyerahkan Oksigennya kepada jaringan tubuh untuk
metabolisme. Sebaliknya, udara di paru-paru kaya akan Oksigen,
karena terus – menerus dipertukarkan dengan udara segar oleh
proses bernapas. Karena terdapat gradien konsentrasi ini maka
terjadi difusi Oksigen, dari paru ke dalam darah sewaktu darah
mengaliri paru. Karena itu, ketika meninggalkan paru untuk
mengalir ke jaringan, darah mengandung banyak Oksigen.5
1. Osmosis
Kata konsentrasi biasanya merujuk kepada
kepadatan/keraparan zat terlarut (solute) dalam
volume tertentu air. Namun, perlu dikenali bahwa
penambahan zat terlarut ke dalam air murni pada
hakikatnya menurunkan konsentrasi air. Secara
umum, satu molekul zat terlarut mengganti satu
molekul air.5
Jika larutan dengan konsentrasi zat terlarut
berbeda(dan karenanya konsentrasi airnya juga
berbeda) dipisahkan oleh suatu membran yang
memungkinkan lewatnya air, misalnya membran
plasma, maka air akan berpindah secara pasif
mengikuti penurunan gradien konsentrasinya dari
daerah dengan konsentrasi air tinggi (konsentrasi zat
terlarut rendah) ke daerah dengan konsentrasi air
rendah (konsentrasi zat terlarut tinggi). Hal tersebut
dikenal dengan osmosis. Karena larutan selalu
disebut dalam kaitannya dengan konsentrasi zat
terlarut, maka air berpindah dengan osmosis ke
daerah dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi.
Meskipun ada kesan bahwa zat terlarut "menarik"

8
air, namun osmosis tidaklah lebih dari difusi air
mengikuti penurunan gradien konsentrasinya
menembus membran.5
2. Difusi Terfasilitasi
Tempat pengikatan yang ada di molekul
pembawa pada difusi terfasilitasi mengikat molekul
penumpangnya ketika terpajan ke sisi manapun dari
kedua sisi membran. Tepatnya, penumpang memicu
molekul pembawa mengubah konformasinya dan
menurunkan penumpang kesisi membran yang
berlawanan. Karena kemungkinan penumpang
berikatan dengan pembawa lebih besar di sisi yang
konsentrasi penumpangnya tinggi daripada di sisi
yang rendah, maka perpindahan difusi selalu
berlangsung mengikuti penurunan gradien
konsentrasi dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah. Sesuai karakteristik transpor dengan
bantuan, laju difusi terfasilitasi dibatasi oleh saturasi
rempat pengikatan di molekul pembawa, tidak
seperti laju difusi sederhana, yang selalu berbanding
lurus dengan gradien konsentrasi.5
Sistem pengangkut yang diperantarai oleh
pembawa ini memperlihatkan tiga karakteristik
penting yang menentukan jenis dan jumlah bahan
yang dapat dipindahkan menembus membran:
spesifsitas, saturasi, dan kompetisi.5
➢ Spesifisitas: Setiap protein pembawa
mengkhususkan diri memindahkan satu
substansi tertentu atau, paling banyak,
beberapa senyawa kimia yang mirip.5
➢ Saturasi: Tempat pengikatan untuk
bahan spesifik dimembran plasma
terbatas. Karena itu, jumlah bahan yang

9
dapat diangkut menembus membran
dalam kurun waktu tertentu terbatas.5
➢ Kompetisi: Beberapa senyawa yang
mirip satu sama lain dapat bersaing
menembus membran dengan
menggunakan pembawa yang sama.5
2.3.2 Transfer Aktif
Disebut transportasi membran aktif dikarenakan sel membutuhkan
ATP untuk menimbulkan adanya perpindahan senyawa melalui membran
sel. Terbagi jadi transpor aktif primer dan sekunder.5
2.3.2.1 Primer
Pada transpor aktif primer, energi secara langsung
digunakan untuk memindahkan suatu bahan melawan gradien
konsentrasinya. Transpor aktif juga melibatkan protein
pembawa untuk memindahkan bahan tertentu menembus
membran. Mekanisme transpor aktif lain yang lebih rumit
melibatkan pemindahan dua penumpang yang berbeda, baik
secara bersamaan dalam arah yang sama atau berurutan dalam
arah berlawanan.5
Pada transpor aktif, tempat pengikatan memiliki afinitas
lebih besar terhadap penumpangnya di sisi konsentrasi rendah
akibat fosforilasi molekul pembawa. Perubahan pada bentuk
pembawa disertai oleh defosforilasi; yaitu, gugus fosfat terlepas
dari pembawa. Pengeluaran gugus fosfat menurunkan afinitas
tempat pengikatan terhadap penumpangnya sehingga
penumpang terlepas di sisi konsentrasi tinggi. Konformasi
pembawa kemudian kembali ke normal. Karena itu, energi ATP,
digunakan dalam siklus fosforilasi-defosforilasi molekul
pembawa. Hal ini mengubah afinitas tempat pengikatan
pembawa di sisi membran yang berlawanan sehingga partikel
yang diangkut berpindah melawan gradien konsentrasi dari
konsentrasi rendah ke tinggi. Mekanisme transpor aktif ini
sering disebut pompa, analog dengan pompa air yang

10
memerlukan energi untuk memindahkan air ke atas melawan
tarikan gravitasi.5
Sebagai contoh, membran plasma semua sel memiliki
pompa Na.-K. ATPase (disingkat pompa Na.-K-) yang aktif
secara sekuensial.5
2.3.2.2 Sekunder
Pada transpor aktif sekunder, energi dibutuhkan pada
keseluruhan proses, tetapi tidak secara langsung diperlukan
untuk menjalankan pompa. Pada transpor aktif sekunder ini,
terdapat pembawa yang disebut cotransport dan
countertransport. Cotransport adalah pembawa yang memiliki
dua tempat pengikatan yang membawa kedua senyawa masuk
ke dalam sel. Contohnya adalah pada pompa Na+-Glukosa.5
Countertransport adalah pembawa yang melakukan dua
hal yang berlawanan, yaitu memasukkan dan mengeluarkan dua
senyawa sekaligus pada membran. Contohnya adalah pada
pompa Na+-Ca.5
Transpor aktif sekunder ini terbagi menjadi:
1) Transpor vesikular
a. Endositosis
Pada endositosis membran plasma
mengelilingi bahan yang akan ditelan,
kemudian menyatu di atas permukaan bahan
sedemikian sehingga bahan tersebut
terperangkap di dalam sel. Dapat terbagi
menjadi 2, yaitu :5
• Fagositosis: Proses di mana
membran plasma membungkus
partikel yang berukuran kurang
dari 250 nm dan menangkapnya
dalam suatu vakuola makanan yg
namanya fagosom.5

11
• Pinositosis: Proses di mana suatu
sel memakan cairan yg berukuran
150nm. Caranya, sel akan
mengelilingi cairan yg akan
dimakan lalu membentuk sebuah
gelembung dan disimpan dalam
suatu vakuola makanan yg disebut
pinosom.5
b. Eksositosis
Pada eksositosis, yang terjadi hampir
kebalikan dari endositosis. Vesikel terbungkus
membran yang terbentuk di dalam sel
menyatu dengan membran plasma, kemudian
membuka dan membebaskan isinya ke
eksterior. Eksositosis memiliki dua fungsi
berbeda:5
• Merupakan mekanisme untuk
mengeluarkan molekul polar besar
misalnya hormon protein dan
enzim yang tidak mampu
menembus membran plasma.
Dalam hal ini, isi vesikel bersifat
sangat spesifik dan hanya
dibebaskan jika terdapat sinyal
yang sesuai.5
• Memungkinkan sel menambahkan
komponen spesifik membran,
misalnya pembawa tertentu'
saluran, atau reseptor, bergantung
pada kebutuhan sel.5

c. Epithelial Transport

12
Terbagi atas dua macam, yaitu dengan
paracellular dan transcellular. Paracellular
adalah perpindahan senyawa yang melewati
sela di antara epitel. Sedangkan transcellular
adalah perpindahan senyawa yang langsung
melewati sel dari bagian apikal hingga basal,
maupun sebaliknya.5
2.4 Jenis-jenis Umpan Balik Pada homeostatis
Ada 3 jenis umpan balik dalam menganggapi stimulus yang datang:
2.4.1 Umpan Balik Negatif
Umpan balik negatif melawan perubahan awal dan digunakan secara
luas untuk mempertahankan homeostasis. Mekanisme kontrol homeostatik
terutama bekerja berdasar- kan prinsip umpan balik negatif. Pada umpan
balik negatif, perubahan suatu faktor yang dikontrol secara homeostatis
akan memicu respons yang berupaya untuk memulihkan faktor tersebut ke
normal dengan menggerakkan faktor ke arah berlawanan dari perubahan
awalnya. Demikianlah, penyesuaian korektif berlawanan dengan
penyimpangan awal dari tingkat normal yang diinginkan.5
Sebagai contoh, jika sel-sel saraf pemantau suhu mendeteksi
penurunan suhu tubuh di bawah tingkat yang diinginkan maka sensor-
sensor ini mengirim sinyal ke pusat kontrol suhu, yang memulai
serangkaian proses yang berakhir antara lain, dengan menggigil, untuk
menghasilkan panas dan meningkatkan suhu ke tingkat yang diinginkan.5
Ketika suhu tubuh meningkat ke titik patokan, maka sel-sel saraf
pemantau suhu memadamkan sinyal stimulatorik ke otot rangka. Akibatnya,
suhu tubuh tidak terus meningkat melewati titik patokan. Sebaliknya, jika
sel-sel saraf pemantau suhu mendeteksi peningkatan suhu tubuh di atas
normal, maka mekanisme pendingin misalnya berkeringat diaktifkan untuk
mengurangi suhu kembali ke normal. Jika suhu mencapai titik patokan,
maka mekanisme pendinginan dihentikan. Seperti pada pengendalian suhu
tubuh, sebagian besar variabel yang dikontrol secara homeostatis dapat
diarahkan ke kedua arah sesuai kebutuhan oleh mekanisme-mekanisme
yang saling berlawanan.5

13
2.4.2 Umpan Balik Positif
Umpan balik positif memperkuat suatu perubahan awal. Pada umpan
balik negatif, output (keluaran) sistem kontrol diatur untuk menahan
perubahan sehingga variabel terkontrol dijaga agar relatif tetap. Sebaliknya,
pada umpan balik positif, keluaran meningkatkan atau memperkuat
perubahan sehingga variabel terkontrol terus bergerak searah perubahan
awal. Efek seperti ini setara dengan panas yang dihasilkan oleh tungku
memicu termostat untuk meningkatkan kerja tungku sehingga suhu kamar
akan terus meningkat. Karena tujuan utama dalam tubuh adalah
mempertahankan kondisi homeostatik yang stabil, maka umpan balik positif
lebih jarang terjadi dibandingkan dengan umpan balik negatif. Namun,
umpan balik positif berperan penting dalam keadaan tertentu, misalnya
persalinan bayi. Hormon oksitosin menyebabkan kontraksi kuat uterus.
Sewaktu kontraksi uterus mendorong bayi menekan serviks (pintu keluar
dari uterus), peregangan serviks yang terjadi memicu serangkaian kejadian
yang menyebabkan pelepasan lebih banyak oksitosin, yang menyebabkan
kontraksi uterus menguat, yang memicu pengeluaran lebih banyak oksitosin,
dan seterusnya. Siklus umpan balik positif ini tidak berhenti sampai bayi
akhirnya lahir. Demikian juga, semua siklus umpan balik positif di tubuh
memiliki mekanisme untuk menghentikan siklus ini. Namun, beberapa
keadaan abnormal di tubuh ditandai oleh lengkung umpan balik positif yang
tidak terkendali yang terus membawa tubuh menjauh dari keseimbangan
homeostatik sampai kematian atau inrervensi medis menghentikan
lingkaran setan ini. Salah satu contohnya adalah heatsno ke (tercengat
panas). Ketika mekanisme-mekanisme pengatur suhu tidak mampu
mendinginkan tubuh di tengah pajanan panas lingkungan yang besar, suhu
tubuh dapat meningkat sedemikian tinggi sehingga pusat kontrol suhu
terganggu. Karena pusar kontrol ini tidak lagi berfungsi normal maka
kemampuannya untuk mengaktifkan mekanis- me pendingin lenyap
sehingga suhu tubuh akan melonjak semakin tinggi, yang semakin merusak
pusat kontrol. Akibat mekanisme umpan balik positif ini, suhu tubuh naik
tak terkendali.5

14
2.4.3 Umpan Maju
Selain umpan balik, ada umpan maju yaitu mekanisme umpan
memulai respons sebagai antisipasi terhadap suatu perubahan, selain
mekanisme umpan balik, yang menimbulkan reaksi terhadap perubahan
pada variabel terkontrol, tubuh kadang menggunakan mekanisme umpan
maju, yang berespons sebagai antisipasi terhadap adanya perubahan pada
variabel terkontrol. Sebagai contoh, ketika makanan masih berada di
saluran cerna, mekanisme umpan maju ini meningkatkan sekresi suatu
hormon yang akan meningkatkan penyerapan dan penyimpanan nutrisi oleh
sel setelah nutrien diserap dari saluran cerna. Respons antisipatorik ini
membantu membatasi peningkatan konsentrasi nutrien dalam darah setelah
nutrien diserap.5
2.5 Sistem Yang Berpengaruh Saat Keadaan Seimbang Menjadi Tak Seimbang
Pada Pemicu
Berikut faktor-faktor dalam lingkungan internal (dalam tubuh) yang harus
dipertahankan secara homeostatis adalah: 3,5
• Konsentrasi molekul nutrien (sumber energi bagi sel)
• Konsentrasi O2 dan CO2 (reaksi kimia energi)
• Konsentrasi produk sisa (efek toksik)
• pH (enzim)
• Konsentrasi air, garam, dan elektrolit lain (volume sel)
• Volume dan tekanan (peredaran plasma)
• Suhu (kinerja optimal sel)
Gabungan organ-organ yang menjalankan fungsi yang berhubungan dan
berinteraksi untuk melakukan suatu aktivitas umum yang esensial bagi kelangsungan
hidup tubuh secara keseluruhan dinamakan sistem tubuh. Fungsi yang dilakukan
oleh sistem tubuh ditujukan untuk mempertahankan homeostatis. Sistem tubuh
tersebut meliputi: 3,5
1. Sirkulasi
2. Pencernaan
3. Pernapasan
4. Kemih
5. Tulang
6. Otot
7. Integumen
8. Imun
9. Saraf
15
10. Endokrin
11. Reproduksi
Adapun sistem tubuh yang berpengaruh terhadap keadaan homeostatis pada
pemicu adalah: 3,5
• Sistem sirkulasi, yang membawa berbagai bahan seperti nutrien, O2, CO2,
zat sisa, elektrolit dan hormon dari satu bagian ke bagian lainnya.
• Sistem penarnaan, menguraikan makanan menjadi molekul-molekul
nutrien kecil yang dapat di serap ke dalam plasma untuk didistribusikan
ke semua sel tubuh, memindahkan air dan elektrolit dari lingkungan
eksternal ke lingkungan internal, serta mengeluarkan zat sisa (residu
makanan) dalam bentuk tinja.
• Sistem saraf, mengontrol dan mengkoordinasi aktivitas tubuh yang
memerlukan respon cepat. Sistem ini berperan penting dalam mendeteksi
perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal.
• Sistem endokrin, mengatur aktivitas yang lebih memerlukan durasi
daripada kecepatan. Sistem ini yang mengatur konsentrasi nutrien,
volume dan juga komposisi elektrolit dalam lingkungan eksternal.
2.6 Waktu Yang Dibutuhkan Manusia Untuk Merasa Lapar
Sebenarnya waktu yang dibutuhkan untuk lapar tergantung dari individu
masing-masing karena banyak faktor yang berbeda-beda antar individu, bisa saja
tergantung dari nafsu makan, dan makanan apa yang di makan oleh individu tersebut.
Jadi lapar terjadi karena tubuh kekurangan sumber energi yaitu glukosa, protein, dan
lemak, ketiga zat ini mengalami penurunan jumlah di dalam darah (hipoglikemi)
untuk di bagikan ke seluruh sel maka secara otomatis tubuh akan mengirimkan
laporan ke otak khususnya bagian hipotalamus lateral, setelah menerima laporan
kekurangan zat sumber energi otak akan memerintahkan beberapa organ khususnya
lambung untuk memproduksi asam lambung, ini yang membuat kita menjadi lapar.4
2.7 Metabolisme Tubuh Saat Lapar
Sebutan puasa dapat diartikan sebagai ketidaksediaan makanan selama berjam-
jam bahkan berhari-hari; sedangkan kelaparan diartikan sebagai ketidakcukupan atau
kekurangan makanan selama berminggu-minggu. Individu dapat bertahan tanpa
makanan selama 2 bulan atau lebih jika mereka minum air yang cukup untuk
mencegah dehidrasi. Walaupun kandungan glikogen yang tersimpan akan terkuras

16
pada beberapa jam pertama puasa, katabolisme dari trigliserida yang tersimpan dan
protein dapat menyediakan energi untuk beberapa minggu. Jumlah dari jaringan
adiposa yang dikandung tubuh dapat menentukan jangka hidup yang memungkinkan
bagi seseorang untuk hidup tanpa makanan. 4,5,7
Selama puasa dan kelaparan, jaringan saraf dan sel darah merah melanjutkan
produksi ATP dengan menggunakan glukosa. Tingkat insulin yang rendah dan
tingkat kortisol yang tinggi memperlambat sintesis protein yang menyebabkan
katabolisme dapat terjadi. Oleh karena itu asam amino telah disiapkan untuk
glukoneogenesis. Pada hari-hari pertama puasa, katabolisme protein lebih cepat
dibandingkan protein sintesis yaitu 74 gram per hari karena sebagian asam amino
yang lama diaminasi dan digunakan untuk glukogenesis sedangkan asam amino
yang baru sangat sedikit. Pada hari kedua puasa, gula darah sudah stabil yaitu 65
mg/100 mL (3.6 mmol/liter); dalam waktu yang sama, jumlah asam lemak di plasma
meningkat empat kali lipat. 4,5,7
Liposis yang berasal dari trigliserida di jaringan adiposa menghasilkan gliserol,
yang digunakan untuk glukoneogenesis, dan asam lemak. Asam lemak kemudian
berdifusi ke dalam serat otot dan bagian tubuh yang lain, dimana mereka
menggunakan asam lemak tersebut untuk memproduksi acetyl CoA, yang mana
akan memasuki siklus Krebs. ATP kemudian di sintesis sebagaimana proses oksidasi
melalui siklus Krebs dan rantai transport elektron. 4,5,7
Perubahan metabolisme yang paling signifikan yang terjadi pada saat puasa
dan kelaparan adalah tingginya produksi keton di dalam tubuh oleh hepatosit. Ketika
berpuasa, hanya glukosa dalam jumlah kecil yang mengalami glikolisis ke asam
pyruvic, yang kemudian dapat diubah menjadi asam oxaloacetic. Acetyl CoA dan
asam oxaloacetic akan bergabung kemudian masuk ke siklus Krebs. Ketika dalam
keadaan puasa, jumlah asam oxaloacetic sangat jarang, sehinggan hanya beberapa
acetyl CoA yang tersedia yang dapat memasuki siklus Krebs. Jumlah acetyl CoA
yang banyak ini digunakan untuk ketogenesis di hepatosit. Produksi dari keton
meningkat sebagaimana katabolisme asam lemak meningkat. Keton yang bersifat
dapat larut dalam lemak dapat berdifusi melalui membran plasma dan melewati
batas darah-otak and digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk produksi ATP,
terutama yang digunakan oleh jantung dan serat kerangka otot dan saraf. Dalam
keadaan normal, keton di dalam darah hanya tersedia dalam jumlah kecil (0.01

17
mmol/liter), sehingga mereka tidak dapt digunakan sebagai bahan bakar. Setelah dua
hari puasa, jumlah keton dalam tubuh meningkat 100-300 kali lebih besar dan
menyediakan satu per tiga dari bahan bakar otak untuk produksi ATP. Pada hari ke
40 kelaparan, keton menyediakan dua per tiga kebutuhan energi otak. Kehadiran
keton sebenarnya menurunkan penggunaan glukosa dalam produksi ATP, yang
mana juga menurunkan kebutuhan akan glukoneogenesis dan menurunkan
katabolisme protein di otot menjadi 20 gram per hari.4,5,7
Asupan makanan dikontrol oleh hipotalamus melalui mekanisme regulatorik
kompleks. Sinyal molekular multipel menentukan kontrol asupan makanan. Sinyal
makan menimbulkan sensasi lapar dan mendorong perilaku makan, sedangkan sinyal
kenyang menyebabkan sensasi penuh dan menekan nafsu makan. Di hipotalamus
terdapat dua kelompok neuron pengatur nafsu makan, neuron yang meningkatkan
nafsu makan dan neuron yang menekan nafsu makan. 4,5,7
a. Ghrelin disebut sebagai hormon lapar, dihasilkan oleh lambung dan
berperan mengaktifkan neuron perangsang nafsu makan dan berperan
sebagai sinyal lapar.
b. Pada saat makan, terjadi peningkatan glukosa dan nutrien lain dalam
darah yang meningkatkan hormon leptin (dikeluarkan oleh sel adiposit),
insulin (dikeluarkan oleh pankreas), dan peningkatan sekresi peptida YY
oleh usus halus dan besar berperan menghambat neuron peningkatan
nafsu makan dan merangsang neuron yang menekan nafsu makan di
hipotalamus.
c. Peningkatan pengeluaran hormon kolesistokinin akibat peningkatan
lemak dan nutrien lain dalam duodenum, peregangan lambung, dan
masukan sinyal dari hipotalamus berperan sebagai sinyal kenyang pada
pusat kenyang di batang otak.
2.8 Fungsi nutrisi yang berasal dari makanan untuk metabolisme sel
Nutrisi dari makanan berupa:
• Karbohidrat, yang telah dicerna sebagian besar diserap oleh tubuh
dengan bentuk glukosa, di dalam tubuh dapat di simpan di hati dan otot
dalam bentuk glikogen. Total energi bagi tubuh sekitar 1% (1.500 kalori),
mengandung energi untuk kebutuhan kurang dari sehari. Karbohidrat

18
berperan sebagai sumber energi pertama, esensial bagi otak (glukosa
dalam darah) diperlukan dengan kisaran antara 70-110 mg/ml.
• Lipid/lemak dalam tubuh dapat diserap dalam bentuk asam lemak dan
monogliserida, biasanya asam lemak bebas lebih banyak digunakan,
dapat juga disimpan pada jaringan lemak dalam bentuk trigliserida. Total
energi bagi tubuh sekitar 77% (143.000 kalori), mengandung energi
untuk kebutuhan sekitar dua bulan. Lemak merupakan cadangan energi
utama.
• Protein dalam tubuh di serap dalam bentuk asam amino, dapat disimpan
sebagai protein tubuh (struktural atau produk sekresi) pada otot. Total
energi bagi tubuh sekitar 22% (41.000 kalori). Protein yang dapat diubah
menjadi glukosa berperan juga sebagai sumber glukosa bagi otak, dan
merupakan cadangan energi terakhir untuk memenuhi kebutuhan lain.
Berikut ringkasan reaksi dalam metabolisme bahan bakar.3,5
Proses Metabolik Reaksi Konsekuensi
Glikogenesis Glukosa → glikogen (-) glukosa darah
Glikogenalisis Glikogen → glukosa (+) glukosa darah
Glikoneogenesis Asam amino → glukosa (+) glukosa darah
Sintesis protein Asam amino → protein (-) asam amino darah
Penguraian protein Protein → asam amino (+) asam amino darah
Sintesis lemak Asam lemak dan gliserol → trigliserida (-) asam lemak darah
Penguraian lemak Trigliserida → asam lemak dan gliserol (+) asam lemak darah

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Makanan berperan sebagai sumber energi bagi sel-sel tubuh untuk
melaksanakan fungsi dalam tubuh sehingga kondisi tubuh menjadi seimbang.
Makanan memberikan nutrisi yang dapat berupa karbohidrat, lipid dan protein yang
kemudian akan digunakan sebagai sumber energi.

20
BAB IVDAFTAR PUSTAKA

1. Widyastuti P, Sloane E, Veldman J. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula (Anatomy


and physiology an easy learner). Jakarta: EGC; 2003.
2. Shin AC, Zheng H, Berthoud H-R. An expanded view of energy homeostasis: neural
integration of metabolic, cognitive, and emotional drives to eat. Physiol Behav. Juli
2009;97(5):572–80.
3. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 12 ed. Philadelphia: Saunders
Elsevier; 2011.
4. Poli PS. Komunikasi Sel Dalam Biologi Molekuler: Jalur Sinyal dan Implikasi Klinis.
Jakarta: EGC; 2012.
5. Sherwood L. Fisiologi Manusia. 8 ed. Jakarta: EGC; 2013.
6. Albert B, Johnson A, Lewis J, Raff M, Roberts K, Walter P. Molecular Biology of The
Cell. 4 ed. New York: Garland Science; 2022.
7. Tortora G, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. Amerika Serikat:
Wiley & Sons, Limited, John; 2012.

21

Anda mungkin juga menyukai