Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KELUHAN SALURAN PERNAPASAN

PADA PEKERJA SALON DI KECAMATAN JAMBI SELATAN

PROPOSAL

KESEHATAN MASYARAKAT

Oleh:

DEVI OCTAFIA

NIM: 1813201003

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN IBU JAMBI

T.A 2022-2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya

untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran

lingkungan, sehingga dapat melindungi dan bebas dari kecelakaan kerja pada

akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kesehatan dan

keselamatan kerja atau K3 merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam

sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Dengan demikian,

perusahaan atau tempat usaha yang bergerak di bidang usaha apapun wajib

menerapkan K3 ditempat kerja. (Irzal, 2016)

Bidang usaha dibagi menjadi dua, yaitu usaha formal dan informal. Usaha

sektor formal adalah usaha yang memiliki izin usaha dari pemerintah dan

sudah terdaftar resmi di pemerintahan, berskala besar, menggunakan

teknologi yang modern, memiliki keuntungan yang relatif besar, dan

memiliki struktur yang tersusun dengan baik dan terorganisir. Usaha sektor

informal adalah usaha sektor ekonomi yang berskala kecil dan tidak memiliki

izin usaha secara resmi di pemerintahan, menggunakan teknologi yang

sederhana, tidak tunduk sepenuhnya pada aturan pemerintah, memiliki

keuntungan yang relatif kecil, dan tidak memiliki struktur yang sistematis.

(umaruddin, 2014)
Dikutip dari wikipedia salon kecantikan adalah bentuk usaha yang

berhubungan dengan perawatan kosmetika, wajah, dan rambut, baik untuk

laki-laki maupun perempuan.

Menurut Peraturan Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

Nomor HK.01.01/BI.4/4051/2011 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Salon

Kecantikan Di Bidang Kesehatan, Salon kecantikan adalah fasilitas pelayanan

untuk memperbaiki penampilan melalui tata rias pemeliharaan kulit dan

rambut dengan menggunakan kosmetika secara manual, preparatif, aparatif,

dan dekoratif, yang dilakukan oleh ahli kecantikan sesuai kompetensi yang

dimiliki.

Menurut Permenkes RI Nomor 56 tahun 2016 tentang penyelenggaraan

pelayanan penyakit akibat kerja menyatakan bahwa penyakit akibat kerja

adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan/atau lingkungan kerja

termasuk penyakit akibat hubungan kerja.

Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2013

diketahui bahwa setiap tahun ditemukan 2,34 juta orang meninggal terkait

pekerjaan baik penyakit maupun kecelakaan dan sekitar 2,02 juta kasus

meninggal terkait penyakit akibat kerja. Di Indonesia, gambaran penyakit

akibat kerja saat ini seperti fenomena “Puncak Gunung Es”, penyakit akibat

kerja yang diketahui dan dilaporkan masih sangat terbatas dan parsial

berdasarkan hasil penelitian sehingga belum menggambarkan besarnya

masalah keselamatan dan kesehatan kerja di Indonesia. Hal ini disebabkan

karena sumber daya manusia yang mampu melakukan diagnosis penyakit


akibat kerja masih kurang sehingga pelayanan untuk penyakit akibat kerja

belum optimal.

Menurut penelitian Muhammad Rusydi (2020), pekerja salon merupakan

pekerja yang sangat sering mengalami gejala pernafasan. Gejala pernafasan

adalah perkara biasa bagi pekerja penata rambut. Ini disebabkan oleh

pekerjaan mereka yang terpapar bahan toksik yang digunakan seperti,

pewarna rambut, obat pelurus rambut dan sebagainya. (Rusydi, 2020)

Menurut penelitian Devi Sri Puji Karnela (2017), terdapat masalah

kesehatan yang berhubungan pada pekerja salon kecantikan. Pekerja salon

memiliki risiko keluhan pernapasan sebagai akibat paparan kerja terhadap

bahan kimia. (Karnela, 2018)

Dikutip dari CNN Indonesia, Alexandra Scranton, direktur ilmu

pengetahuan dan penelitian Women’s Voice for the eart menemukan bahwa

sekitar 60-70 persen pekerja salon dilaporkan mengalami dermatitis di

tangan. Kemudian mereka juga dilaporkan mengalami masalah pernapasan

seperti asma dan penurunan fungsi paru-paru. Semuanya terjadi karena

paparan bahan kimia yang ada di salon.

Dikutip dari CNN Indonesia, Cassi Hurd, salah satu penata rambut

mengungkapkan bahwa tangannya terbakar dua kali di tempat yang sama

pada saat bekerja. Dia juga mengalami serangan batuk akibat dari

pencampuran cat pewarna rambut atau pemutih rambut.

Penyakit paru dan saluran napas merupakan penyakit yang tingkat

kejadianya cukup luas dan dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia

dan suku bangsa. Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menjumpai


penyakit seperti asma, bronkitis, TBC, batuk serta demam dalam masyarakat.

Sekalipun ada beberapa penyakit paru dan saluran napas yang tidak

membahayakan jiwa, namun tetap tidak boleh dianggap sepele, memingat

berbagai komplikasi yang dapat di timbulkan. Paru merupakan organ vital

bagi tubuh, sehingga kesehatan paru sangatlah penting untuk dijaga.

Lingkungan yang kotor, polusi udara yang kian bertambah berat serta pola

hidup menyebabkan penyakit paru. Sekecil apapun terserang penyakit paru

selain berbahaya juga sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, maka dari itu

lebih baik mencegah dari pada mengobati. Ada beberapa hal yang dapat

menjadi penyebab penyakit pada saluran pernafasan dan paru, misalnya zat

yang berasal dari lingkungan sekitar, seperti polusi udara, bakteri, virus, dan

lain sebagainya. (yossi octavina, 2014)

Infeksi saluran pernapasan akur disebabkan oleh virus atau bakteri.

Penyakit ini diawali dengan panas dan gejala sakit tenggorokan, pilek, batuk

kering atau berdahak. Period Prevalence ISPA di 5 Provinsi menurut

diagnosis oleh Tenaga Kesehatan dengan ISPA tertinggi ialah Papua (10,5%),

Bengkulu (8,9%), Papua Barat (7,5%), Nusa Tenggara Timur (7,3%), dan

Riskesdas tahun 2018 didapatkan prevalensi ISPA di Provinsi Sulawesi Utara

sebesar (2,1%). (sondahk syutrika.a, 2020)

Survei awal yang dilaksanakan pada 4 salon di Kecamatan Jambi Selatan

untuk mengetahui apakah ada keluhan salura pernapasan. Dari survei awal

yang dilakukan, didapat bahwa 2 pekerja merasakan keluhan pernapasan

akibat paparan bahan kimia dan keluhan hidung tersumbat. 1 pekerja


merasakan keluhan nyeri tenggorakan dan keluhan saluran pernapasan yang

disebabkan paparan bahan kimia jika tidak menggunakan masker saat

bekerja. 1 pekerja merasakan nyeri tenggorokan, dan 1 pekerja tidak

mengalami keluhan. Pekerja melakukan kegiatan di lokasi salon lebih dari

delapan jam sehari dan sudah bekerja di salon kecantikan selama 22 tahun, 3

tahun, dan 1 tahun.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti

“Analisis Faktor Penyebab Keluhan Saluran Pernapasan Pada Pekerja

Salon”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah untuk megetahui apa saja yang menjadi faktor penyebab

keluhan saluran pernapasan pada pekerja salon.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor penyebab keluhan saluran pernapasan pada

pekerja salon di Kota Jambi

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran keluhan saluran pernapasan pada

pekerja slaon

b. Untuk mengetahui hubungan umur dengan keluhan saluran

pernapasan pada pekerja salon


c. Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan keluhan saluran

pernapasan pada pekerja salon

d. Untuk megetahui hubungan penggunaan APD dengan keluhan

saluran pernapasan pada pekerja salon

e. Untuk mengetahui hubungan riwayat penyakit dengan keluhan

saluran pernapasan pada pekerja salon

f. Untuk mengetahui hubungan masa kerja dengan keluhan saluran

pernapasan pada pekerja salon

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pengelola usaha

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

bahaya-bahaya yang ada di tempat kerja, khususnya bahaya yang

berhubungan dengan keluhan saluran pernapasan, sehingga pengelola

dapat melakukan upaya pencegahan dan meningkatkan upaya

kesadaran diri pekerja terhadap kesehatan kerja.

2. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan untuk menambah ilmu

dan pengetahuan mengenai faktor yang menjadi penyebab keluhan

saluran pernapasan pada pekerja salon

3. Bagi peneliti lain

Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk acuan dan menambah

informasi mengenai faktor penyebab keluhan saluran pernapasan pada

pekerja salon.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Kerangka Teori


Keluhan saluran

pernapasa7n

Faktor Manusia

Faktor Lingkungan
1. Umur

1. Fisik :
2. Riwayat penyakit

Pencahayaan
3. Jenis kelamin

2. Kimia :
4. APD
Ammonia
5. Masa kerja

(Irzal, 2016 & Budiono, 2007)

2.2. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

1. Umur
Keluhan Saluran Pernapasan
2. Jenis kelamin

3. Penggunaan APD

4. Riwayat Penyakit

5. Masa kerja
DAFTAR PUSTAKA

CNN. (2015, may 26). Retrieved februari 9, 2022, from CNN:

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20150526154143-255-55793/b

ahaya-kesehatan-yang-mengintai-para-pekerja-salon

Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Keputusan Menteri

Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2011.

Irzal. (2016). Dasar-Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta:

KENCANA.

Karnela, D. S. (2018). Analisis Faktor Penyebab Keluhan Saluran Pernapasan

Akibat Kerja Pada Pekerja Salon Kecantikan Di Kota Palembang Tahun

2017. Palembang.

Peraturan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Nomro

HK.01.01/BI.4/4051/2011. Tentang Pedoman Penyelenggaraan Salon

Kecantikan di Bidang Kesehatan. Direktur Jenderal Bina Gizi dan

Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nomor 56 Tahun 2014.

Tentang Klasifikasi da Perizinan Rumah Sakit. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI.

Rusydi, M. (2020, agustus 9). Penyakit Akibat Kerja : Infeksi Saluran Pernapasan

Aakut (ISPA) Pada Pekerja Salon. Retrieved februari 9, 2022, from scribd:

https://id.scribd.com.document/471866517/Infeksi-Saluran-Pernapasan-

Akut-Pada-Pekerja-Salon

sondahk syutrika.a, o. f. (2020). pengeruh pemberian nebulisasi terhadap

frekuensi pernafasan pada pasien gangguan slauran pernafasan. jurnal

keperawatan (JKp), 1.

umaruddin, m. (2014, juni 1). Retrieved 2 9, 2022, from scribd:

https://www.scribd.com/doc/227431578/Sektor-Formal-Dan-Informal

wikipedia. (2021, juny 26). Retrieved february 9, 2022, from wikipedia:

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Salon_kecantikan

yossi octavina, a. f. (2014). sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit pada

saluran pernafasan dan paru menggunakan metode certainty factor. jurnal

sarjana teknik informatika, 49.


No Penulis Judul Artikel Variabel Penelitian Metode Penelitian Hasil

1 Farida Aisyah Hubungan kadar a. Kualitas fisik Penelitian analitik 1. Hasil pengukuran
N.B, gas metan (ch4) udara kualitas fisik udara

Suprijandani, dengan keluhan b. Karakteristik di 3 titik semua

Imam Khambali saluran individu pekerja memenuhi syarat.

(2018) pernapasan c. Keluhan saluran 2. Hasil pengukuran


pekerja wisata pernapasan kadar gas Metan
lumpur sidoarjo (CH4) di 3 titik,

terdapat 2 titik

yang tidak

memenuhi syarat.

3. Karakteristik

individu pekerja

yang berumur ≤40

tahun sebanya 28

orang dan >40

tahun sebanyak 32

orang. Pekerja

yang bekerja ≤5
tahun sebanyak 28

orang dan >5 tahun

sebanyak 32 orang.

4. Keluhan saluran

pernapasan

kategori ringan

sebanyak 28 orang

(46,7 %), kategori

sedang sebanyak

24 orang (40 %),

dan kategori berat

8 orang (13,3 %).

5. Terdapat hubungan

antara kadar gas

Metan (CH4)

dengan keluhan

saluran pernapasan

pekerja.

6. Terdapat hubungan

antara keluhan

saluran pernapasan

pekerja dengan

karakteristik

individu yang
meliputi umur dan

lama bekerja.

2 Delita Br Hubungan lama a. Karakteristi Penelitian 1. Lama kerja

Panjaitan, Taufik kerja dengan k pekerja kuantitatif pemulung ≥9

Ashar dan keluhan b. Lama kerja jam/hari (50%)

Nurmaini gangguan c. Keluhan 2. Sebagain besar


pernapasan pada gangguan pemulung
pumulung di tpa pernapasan mengalamin
sei giling kota Keluhan
tebing tinggi gangguan

pernapasan

3. Terdapat

hubungan yang

signifikan

antara lama

kerja dengan

keluhan

gangguan

pernapasan

pada pemulung

di tpa sei

giling kota

tebing tinggi.
3 Vierto Irennius Gambaran co a. Kadar CO Penelitian 1. Konsentrasi
Girsang, Theresia dan no2 udara di deskriptif pencemaran

Veronika terhadap pasar udara CO

Lumbangaol, Sri gangguan sambu sebesar 18.32

Dearmita Purba, pernapasan pada b. Kadar NO2 µg/m 3 dan

Estet Saripati pedagang kaki di pasar NO2 sebesar

Harianja lima pasar sambu 82.46 µg/m 3

sambu kota c. Karakteristi di pasar

medan k responden sambu.

d. Keluhan 2. Konsentrasi
gangguan pencemaran
saluran CO dan NO2
pernapasan masih berada

di bawah nilai

baku mutu

pencemaran

udara ambient

nasional.

3. Terdapat 33

responden

yang

mengalami

keluhan

gangguan
pernapasan

4 Siti Aryaningsih, Faktor risiko a. Keluhan Penelitian Tidak ada hubungan

Kawi, Ratna keluhan gangguan observasional yang bermakna

Muliawati, Baju subyektif pernapasan analitik antara penggunaan

Widjasena gangguan b. Penggunaan APD masker dangan

pernapasan pada APD timbulnya keluhan

petugas penyapu masker gangguan

jalan c. Kebiasaan pernapasan pada

merokok petugas penyapu

saat bekerja jalan di area Kendal

d. Area kerja Kota.

5 Y. Denny Kejadian Infeksi a. Kepadata rumah Penelitian desain Faktor lingkungan

Ardianto, Ririh Saluran b. Kepadatan studi kontrol rumah berpengaruh

Yudhastuti Pernapasan ruang ukur terhadap kejadian

Akut pada c. Suhu ISPA meliputi

Pekerja Pabrik ruang/kamar kepadatan hunian

d. Konstruksi ruang atau kamar

dinding tidur, luas ventilasi,

e. Luas ventilasi suhu kamar,

f. Atap kelembaban, lama

g. Lantai tinggal di satu rumah,

h. Lama tinggal di dan kebiasaan

area penelitian merokok. Faktor

konstruksi rumah
i. Kebiasaan meliputi atap, dinding,

merokok lantai, serta kepadatan

lingkungan

pemukiman dan

perumahan tidak

memperlihatkan

hubungan yang

bermakna.

6 Ana Fauziah, Keluhan a. Lama pajanan Penelitian Hasil penelitian

Budiyono, subyektif b. Usia observasional menunjukkan bahwa

Mursid Raharjo gangguan c. Masa kerja analitik variabel yang

pernafasan pada d. Pemakaian berhubungan dengan

pekerja di arean APD keluhan subyektif

stocpile e. Kebiasan gangguan pernafasan

batubara jambi merokok adalah penggunaan

f. Kebiasaan APD (masker) (p =

olahraga 0,006) dan kebiasaan

g. Status gizi merokok (p = 0,005).

Sedangkan variabel

paparan debu batubara

terhirup, usia, masa

kerja, lama paparan,

status gizi dan

kebiasaan olahraga
tidak memiliki

hubungan dengan

keluhan subyektif

gangguan pernafasan

pada pekerja di area

stockpile batubara.

7 Herman Bagus Analisis kadar a. Umur Penelitian 1. Hasil pengukuran

Dwicahyo nh3, b. Masa kerja observasional kualitas udara

karakteristik c. Lama paparan ambien dengan

individu dan d. Paparan rokok parameter NH3 di

keluhan e. Penggunaan TPA sampah dan

pernapasan APD masker pemukiman

pemulung di tpa f. Status IMT warga masih

sampah benowo g. Riwayat dibawah baku

dan bukan penyakit mutu yang telah

pemulung di h. Kondisi ditetapkan oleh

sekitar tpa lingkungan Per. Gub. Jatim

sampah benowo i. Keluhan No. 10 tahun

surabaya pernafasan 2009.

2. Karakteristik

individu

pemulung dan

bukan pemulung

sebagian besar
berada pada

rentang umur 35–

44 tahun.

Sebagian besar

status IMT

pemulung dan

bukan pemulung

sama-sama

berada pada

status IMT lebih.

Paparan rokok

pada kedua

responden paling

banyak berada

pada paparan

rokok pasif.

Sedangkan

riwayat penyakit

untuk responden

pemulung

sebagian besar

tidak memiliki

riwayat penyakit,

sedangkan
responden bukan

pemulung

sebagian besar

memiliki riwayat

penyakit.

3. Sebagian besar

responden

pemulung dan

bukan pemulung

sama-sama

memiliki

4. keluhan

pernapasan

ringan. Keluhan

pernapasan

sedang, dengan

derajat sakit yang

lebih parah

dibandingkan

dengan keluhan

pernapasan

ringan, lebih

banyak terjadi

pada responden
dengan usia 15–

24 tahun, keluhan

pernapasan

sedang juga

banyak terjadi

pada responden

dengan IMT

normal,

begitupun juga

pada responden

yang memiliki

riwayat penyakit

dan perokok aktif

lebih banyak

mengalami

keluhan

pernapasan

sedang.

8 Suci wulandari, Analisis faktor a. kepadatan Penelitian dengan 1. Berdasarkan hasil


A. Bida risiko kejadian rumah teknik simple penelitian yang

Purnamasari infeksi saluran b. ventilasi random sampling dilakukan

penapasan akut c. jenis lantai diketahui bahwa

ditinjau dari d. dinding rumah sebagian

besarrumah atau
lingkungan fisik e. jarak rumah lingkungan fisik

f. kebiasaan responden

membersihkan memenuhi

syarat,akan tetapi

memiliki ventilasi,

jenis dinding serta

jarak rumah

dengan jalan raya

yang tidak

memenuhi syarat

2. Berdasarkan

penelitian yang

dilakukan di

Kecamatan

Bontoala

diketahui bahwa

sebagian besar

responden

menderita ISPA

3. Hasil uji statistik

menunjukkan

pengaruh

lingkungan fisik

terhadap kejadian
ISPA di

Kecamatan

Bontoala.

10
LEMBAR PENGESAHAN

Jambi, Februari 2022

Menyetujui,

Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II

Cici Wuni, SKM., M.Kes Novi Berliana, SKM, M.PH

Yang Mengajukan

(Devi Octafia)

Anda mungkin juga menyukai