Anda di halaman 1dari 11

PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN BARANG DAGANGAN

A. PENTINGNYA PERENCANAAN BARANG DAGANGAN


Kunci untuk meningkatkan angka penjualan dalam bisnis ritel adalah menjual atau
menyediakan barang dengen mutu yang baik. Jika ritel mempunyai barang dagang yang
tidak terjual, ritel harus menurunkannya serta membersihkannya dan seharusnya
mengganti dengen barang yang memiliki prospek penjualan yang lebih baik.Tujuan utama
dari kebanyakan ritel adalah untuk menjual barang dagangan dan melayani konsumen.
Menentukan barang apa yang harus dibeli dan berapabanyaknya merupakan tugas yang
penting dari semua ritel. Ritel besar dan ritel kecil dihadapkan pengambilan keputusan
tentang ratusan item dari ratusan vendor.Jika proses pembelian tidak dioorganisasikan
dengen baik dan sistematis makaakan terjadi kevakuman.
Tujuan umum ritel adalah untuk mendapatkan laba dari investasi yang ditanamkan. Ritel
dibatasi oleh anggaran dana untuk menyiapkan barang dagangdan kondisi ruang dalam
toko. Ritel harus memutuskan apakah membeli banyak jenis barang dagangan dari
beberapa jenis katagori pakaian yang berbeda-beda atau membeli beberapa pakaian tetapi
beraneka ragam gaya dan warna dalam setiap katagori, untuk memecahkan masalah ini,
ritel harus memikirkan pilihan untuk menetapkan lebih banyak stok cadangan, dan sedikit
dari cadangan yangdisukai untuk dipajang.
Adanya perencana barang dagangan menjadi penting untuk memberikan gambaran pada
bagian pembelian dan perencana berapa banyak uang yang harus dihabiskan pada
beberapa bagian dari kategori barang dagangan dalam setiap bulannya, sehingga prediksi
penjualan dan prediksi objek keuangan lain dapat terpenuhi. Setelah rencana tentang
barang dagangan selesai dibuat, bagian pembelian dan perencanaan merencanakan tentang
keragaman barang dagangan. Bagian pembelian bekerja sama dengan vendor dari kategori
yang dipilih, bernegosiasi masalah harga, dan mengembangkan promosi. Sedang bagian
perencanaan barang dagangan membagi seluruh rencana keuangan ke dalam berapa
banyak unit yang dibeli dan bagaimana sistem yang digunakan untuk perencanaan barang
dagangan dan keberagaman dari barang dagangan.
B. PROSES PERENCANAAAN BARANG DAGANGAN
Menentukan keberagaman barang dagang yang akan ditawarkan pada pelanggan
menjadi komponen yang paling kritis dalam suatu keputusan. Langkah ritel dalam
mengatur barang dagang perusahaan, yakni:
1) Melakukan analisis pasar dan segmentasi. Analisis pasar dilakukan dengan meneliti
pasar, konsumen, dan pesaing.
2) Menentukan target pasar.
3) Menentukan tujuan dan keputusan, berdasarkan tren secara umum dalam pasar,
kelompok barang dagangan mana yang patut mendapatkan perhatian lebih.
4) Rencana keragaman barang (assortment plan) merupakan aktivitas untuk melakukan
perencanaan terhadap kategori barang dagang dan “margin mix”. Kategori barang
dagangan (merchandise category) adalah kelompok barang dalam persepsi konsumen
yang saling berhubungan dan/atau pemakaiannya dapat saling menggantikan. Bauran
margin (margin mix) adalah komposisi margin yang terbaik yang ditentukan
berdasarkan peranan dari masing-masing kategori barang (category role).
5) Penjualan dan rencana barang dagang umum.
6) Perencanaan pembelian dan sumber logistik.
7) Penjualan dan barang dagang umum.

Setelah mengimplementasikan langkah-langah diatas dalam melakukan evaluasi


barang dagangan, ritel dapat melakukan pilihan berikut.
• Variasi
Variasi adalah sejumlah kategori barang-barang yang berbeda di dalam toko atau
departemen. Tok dengan banyak jenis barang dagangan dapat dikatakan mempunyai
keleluasaan bagus. Istilah jenis (variety) dan keleluasan (breadth) sering digunakan
(saling menggantikan) untuk menunjukkan keluasaan ragam barang dagang.
• Keberagaman
Keberagaman (assortment) merupakan sejumlah SKSU dalam kategori. Toko dengan
keberagaman yang luas (large assortment) dapat dikatakan mempunyai kedalaman
(depth) yang baik, keberagaman dan kedalaman juga dapat digunakan untuk
menunjukkan kedalaman barang dagangan.
• Ketersediaan produk
Ketersediaan produk (product availability) dapat didefinisikan sebagai presentase
permintaan untuk beberapa SKU yang memuaskan.
Proses Pengelolaan Persediaan Barang Dagangan

Proses pengelolaan persediaan barang dagangan merupakan proses dalam


mengatur bisnis ritel yang bertujuan untuk memaksimalkan penjualan serta keuntungan
dari barang dagangan yang akan ditawarkan kepada pelanggan. Barang dagangan bisa
juga dipasarkan sebagai barang kebutuhan sehari-hari,dengan demikian karakteristik
barang dagangan seperti (hard, soft, basic, fashion, dan lain sebagainya) akan membantu
ritel untuk menentukan bagaimana membangun reputasi bisnisnya dengan baik.
Perencanaan bisnis ritel harus dilakukan dengan sangat hati – hati, ide serta pemikiran
tidak hanya difokuskan pada jenis, namun juga fasilitas pendukung maupun pelayanan
yang menyertai. Pada umumnya perusahaan barang dagang ialah perusahaan yang hanya
melakukan kegiatan perdagangan dengan membeli dan menjual lagi barang-barang
dagangan tanpa melakukan pengolahan baik yang bersifat mengubah bentuk maupun
mengubah fungsi terhadap barang-barang yang sebelumnya dibeli.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan persediaan barang
dagangan, yaitu sebagai berikut:

1. Sistem pencatatan yang paling tepat


Pencatatan persediaan merupakan kegiatan yang membedakan antara perusahaan
barang dagang dengan perusahaan jasa sehingga pencatatan persediaan merupakan
hal yang penting dalam perusahaan dagang. Pencatatan barang dagang baik yang
masuk ataupun keluar dilakukan untuk memininimalisir kerugian yang diakibatkan
oleh hilangnya barang-barang dagang setelah dibeli terlebih untuk barang-barang
yang dibeli secara kredit.
2. Metode pencatatan yang tepat untuk menentukan persediaan
Ada dua metode pencatatan yang digunakan dalam perusahaan barang, yaitu:
a. Metode Periodik (Periodic Inventory System)
Metode Periodik (Periodic Inventory System) atau Metode Fisik (Physical
System). Dalam metode pencatatan barang dagang dengan menggunakan
metode periodik, mutasi atau perpindahan barang yang keluar maupun masuk
tidak akan dicatat. Pencatatan barang dilakukan oleh perusahaan barang dagang
melalui akun penjualan untuk transaksi penjualan barang dan akun pembelian
untuk transaksi pembelian barang.
b. Metode Permanen (Perpectual System)
Metode Permanen (Perpectual System). Pencatatan barang dagang dilakukan
secara permanen atau terus menerus, detail atau terperinci pada setiap transaksi
yang terjadi dalam perusahaan barang dagang. Dengan metode ini, persediaan
barang dagang dapat diketahui setiap saat karena tercatat secara terus-menerus.
3. Menyusun laporan persediaan
Merupakan laporan yang berisikan tentang arus keluar masuknya barang persediaan
dari setiap gudang yang ada.

C. SISTEM PEMBELIAN BARANG DAGANGAN


Pembelian barang dagang adalah kegiatan yang direncanakan untuk mendapatkan
barang/jasa, dimana barang/jasa tersebut akan dijual lagi ke konsumen. Pembelian barang
dagang merupakan salah satu fungsi toko ritel. Sebuah ritel tidak mungkin bisa menjual
sesuatu tanpa membeli barang dagang.
Terdapat dua sistem pembelian dalam bisnis ritel, yaitu: sistem pembelian bahan pokok,
dan sistem pembelian anggaran barang untuk barang fashion.

Sistem Pembelian
Barang Dagangan

Sistem Pembelian Sistem Pembelian


Barang Dagangan Barang Dagang
Pokok Fashion

Sistem Pembelian Alokasi Barang Menganalisis Kinerja


Terbuka Dagangan ke Toko Barang Dagangan

1. Sistem Pembelian Bahan Pokok


Sistem pembelian bahan pokok adalah sistem yang digunakan untuk barang dagangan
yang memiliki siklus pesanan-penerimaan-pesanan, di mana siklus seperti ini relatif dapat
diramalkan. Akan tetapi sistem ini tidak dapat digunakan untuk barang-barang fashion,
karena sistem ini menggunakan data-data pada masa lalu di mana data tersebut digunakan
untuk meramalkan penjualan pada masa akan datang. Sistem ini terdiri dari beberapa
modul vang menunjukkan bagaimana cara pemesanan dan kapan pemesannya. Sistem ini
membantu pembeli dengan dua fungsinya, antara lain:
1) Memonitor dan mengukur permintaan rata-rata untuk barang-barang tertentu pada
tingkat SKU (Stock kepping Unit).
2) Meramalkan permintaan SKU (stock kepping Unit) di masa depan dengan
mempertimbangkan variasi musiman dan melihat perkembangan dan perubahan tren
atau kecenderungan yang terjadi pada saat itu.
Sebelum membeli barang, bagian pembelian perlu meminta informasi dari bagian gudang
tentang:
Laporan Manajemen Persediaan
Pada laporan manajemen persediaan disiapkan segala informasi mengenai persediaan di
gudang, kecepatan penjualan, jumlah pemesanan, pergantian persediaan, ramalan
penjualan, dan jumlah yang harus dipesan untuk setiap SKU (Stock Keeping Unit atau
Unit Penyimpanan Stok) Ritel harus memiliki jadwal yang jelas dengan vendor (pemasok)
karena dalam jadwal ini ditentukan dengan cara memberikan bobot pada biaya
pengangkutan barang dibandingkan dengan biaya pembelian dan penanganan barang.
Laporan manajemen persediaan terdiri atas:
1) Daftar stok dasar
Daftar ini terdiri dari nomor stok dan deskripsi barang, berapa banyak bm yang
tersedia dan yang dipesan, dan penjualan selama 12 dan 4 minggu terakhir.
2) Perputaran persediaan
Pergantian persediaan (inventory turn over) yang direncanakan dibuat berdasarkan
tujuan finansial keseluruhan dan digunakan untuk mengendalikan sistem manajemen
persediaan.
3) Ketersediaan produk
Ketersediaan produk (product availability) menjadi hal yang sangat penting bari
peritel. Untuk menentukan berapa banyak produk yang harus tersedia memerlukan
keputusan manajerial yang rumit.
4) Stok cadangan
Stok cadangan (back up stock) adalah stok yang digunakan untuk berjaga-jaga jika
terjadi kehabisan stok yang dikarenakan permintaan melebihi jumlah yang
diperkirakan atau ketika sebuah barang tertunda kedatangannya.
5) Peramalan
Salah satu teknik untuk meramalkan penjualan adalah dengan penghalusan
eksponensial (smoothing exponential), di mana penjualan di periode waktu yang lalu
diberi bobot untuk meramalkan penjualan di periode mendatang.
Jenis ramalan yang menggunakan penghalusan eksponensial adalah permintaan
nonmusiman, yaitu meramalkan permintaan tanpa mempertimbangkan pengaruh
musiman.
6) Titik pemesanan
Titik pemesanan (order point) adalah jumlah barang minimum yang harus terst
sehingga barang tidak boleh habis sebelum pesanan berikutnya datang.
7) Jumlah yang dipesan Jumlah yang dipesan (order qualtity) adalah selisih antara jumlah
yang tersedia dan titik pemesanan.
2. Anggaran Barang untuk Produk Fashion
Rancangan anggaran barang mencatat investasi persediaan dalam suatu kategori terhadap
waktu. Dalam rancangan ini hanya menjelaskan berapa banyak uang yang dihabiskan
setiap bulannya untuk mendukung penjualan dan menentukan titik pulang pokok (break
even point).
Rancangan ini terdiri dari:
1) Distribusi persentase penjualan bulanan terhadap musim
Dengan pemeriksaan persentase penjualan setiap bulannya selama beberapa periode
tahunan, maka dapat diketahui adanya perubahan. Distribusi persentase penjualan
SKU setiap bulan ditentukan oleh musim (season) yang menjadi kondisi alamiah dari
fashion merchandise di mana terjadi pola berulang yang menjadi tren dan preferensi
konsumen.
2) Penjualan bulanan
Penjualan bulanan sebanding dengan penjualan total yang diramalkan untuk periode
waktu tertentu dikalikan dengan setiap persentase penjualan di tiap bulannya
3) Distribusi persentase reduksi bulanan terhadap musim
Untuk memiliki barang dagangan yang cukup untuk memenuhi penjualan bulanan
yang diramalkan, maka pembeli harus mempertimbangkan factor yang dapat
mengurangi stok barang di gudang. Walaupun penjualan adalah reduksi yang utama,
nilai persediaan juga reduksi dengan adanya markdown, penyusutan, dan diskon pada
karyawan. markdown dapat diramalkan secara cukup akurat dengan melihat data-data
lama. Diskon seperti markdown diberikan pada karyawan, bukan pelanggan.
Penyusutan adalah reduksi persediaan yang disebabkan oleh pengutilan oleh karyawan
atau pelanggan, kesalahan penempatan atau kerusakan barang dagangan, atau karena
pembukuan yang buruk. Pembeli mengukur penyusutan dengan menghitung selisih
antara (1) nilai persediaan yang terekam berdasarkan catatan barang dagangan yang
dibeli dan yang diterima, dan (2) persediaan fisik di toko dan pusat-pusat distribusi
lainnya.
4) Reduksi bulanan
Reduksi bulanan sama dengan reduksi total dikalikan tiap persentasenya. Manajemen
toko ritel yang menjual fashion merchandise pasti sudah memahami bahwa di setiap
akhir bulan pasti terdapat fenomena reduksi bulanan yang merujuk pada pengurangan
persediaan barang yang disebabkan oleh adanya sejumlah SKU yang tidak laku terjual
dan memiliki kesempatan yang rendah untuk dapat terjual.
5) Rasio stok penjualan untuk awal bulan (BOM)
Rasio Stok Penjualan (beginning of month) adalah jumlah persediaan yang harus
tersedia pada awal bulan untuk memenuhi ramalan penjualan. Rasio stok dengan
penjualan sebanding dengan jumlah bulan penyediaan (month of supply) pada awal
bulan.. Persediaan BOM adalah pembilang, dan penjualan yang diramalkan pada bulan
tersebut adalah penyebutnya. Rasio stok-penjualan=2 berarti direncanakan untuk
memiliki persediaan yang tersedia di awal bulan dua kali lebih banyak dari pada yang
diramalkan akan terjual. Rasio stok dengan penjualan sebanding dengan jumlah bulan
penyediaan pada awal bulan. Banyak ritel yang lebih memilih untuk menyatakan
hubungan ini sebagai minggu penyediaan (month of supply) dikalikan empat.
6) Stok BOM
Jumlah persediaan yang direncanakan untuk awal bulan sama dengan penjualan
bulanan dikalikan dengan rasio stok – penjualan.
7) Stok akhir bulan EOM Stok EOM (end of month)
Stok EOM Stok EOM (end of month) untuk bulan ini adalah sama dengan stok EOM
di bulan sebelumnya.
8) Penambahan stok bulanan
Penambahan stok bulanan (monthly additions to stock) dengan jumlah yang akan
dipesan untuk dikirimkan setiap bulannya.

a. Sistem Pembelian Terbuka


Sistem pembelian terbuka (open to buy) dimulai setelah barang dibeli dengan
menggunakan rencana anggaran barang atau sistem pembelian bahan pokok. Sistem
pembelian terbuka adalah sistem di mana aliran barang tersebut harus terus dicatat. Lebih
spesifiknya, sistem ini mencatat berapa banyak uang yang dikeluarkan tiap bulan, dan
berapa banyak tersisa. Pencatatan barang dan kapan harus dikirimkan harus dicatat dengan
teliti
1) Perhitungan Pembelian Terbuka untuk Periode yang Lalu
Perhitungan pembelian terbuka di akhir periode mudah dilakukan, karena bulan telah
terlalui, maka stok akhir tahun (end of month/EOM) yang sebenarnya sebanding
dengan stok EOM yang diproyeksikan.
2) Penghitungan Pembelian Terbuka untuk Periode Sekarang
Singkatnya, stok EOM yang diproyeksikan adalah sebanding dengan persediaan yang
dimiliki ditambah apa yang dibeli dan dikurangi pengurangan karena penjualan atau
karena reduksi persediaan lainnya.
b. Alokasi Barang Dagangan ke Toko
Toko-toko rantai (chain stores) biasanya mengklasifikasikan toko-toko mereka sebagai
toko A, B, atau C berdasarkan volume penjualan potensial masingmasing. Tiap alokasi
barang ke toko-toko tersebut berbeda-beda, Toko-toko yang lebih kecil memerlukan rasio
stok-penjualan yang lebih besar dari rata-rata. Pengalokasian berlaku untuk barang-barang
fashion maupun bahan pokok. Dengan strategi distribusi tarik, pemesanan untuk bahan
pokok dilakukan di tingkat toko berdasarkan data permintaan yang diperoleh melalui
terminal kasir. Dengan strategi distribusi dorong (push), barang dialokasikan ke toko
berdasarkan permintaan historis, posisi persediaan pada pusat distribusi dan kebutuhan
toko.
c. Menganalisis Kinerja Barang Dagangan
Terdapat tiga macam cara untuk menganalisis kinerja barang dagangan, yaitu: 
1) Analisis ABC 
Analisis ABC dilakukan dengan cara mngurutkan peringkat barang dagangan dengan
beberapa ukuran untuk menentukan barang mana yang kadang kala diperbolehkan
habis (out-of-stock) dan barang mana yang harus dihapus dari stock. Analisis ini dapat
dilakukan pada segala tingkat klasifikasi barang dagangan, mulai dari SKU hingga
departemen. Analisis ABC menggunakan prinsip 80-20 yang umum, di mana kira-kira
80 persen penjualan atau keuntungan ritel berasal dari 20 persen produk. Hal ini
berarti ritel harus berkonsentrasi pada produk yang memberikan keuntungan yang
lebih besar. Langkah pertama dalam analisis ABC adalah mengurutkan peringkat SKU
menggunakan satu criteria atau lebih. Ukuran kinerja yang paling penting untuk
analisis ini adalah margin kontribusi.
2) Analisis Sell Through 
Analisis sell through adalah perbandingan antara penjualan aktual dan yang
direncanakan untuk menentukan apakah markdown awal dibutuhkan atau apakah lebih
banyak barang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan. Tidak ada aturan yang tepat
untuk menentukan apakah sebuah markdown dibutuhkan atau harus memesan barang
lebih banyak. Pengambilan keputusan tergantung pada pengalaman dengan barang
dagangan di masa lampau, apakah barang perlu dipromosikan, penjual dapat
mengurangi resiko pembeli dengan menyediakan uang markdown, atau hal-hal lain
yang terkait. Jika penjualan aktual lebih besar dari yang direncanakan, pemesanan
ulang harus dilakukan. 
3) Metode multiatribut
Metode multiatribut digunakan untuk mengevaluasi penjual dengan menggunakan
nilai rata-rata berbobot untuk tiap penjual. Nilai ini didasarkan pada tingkat
pentingnya berbagai macam kebijakan penjual dan kinerja penjual. Pembeli dapat
mengevaluasi penjual dengan menggunakan lima langkah berikut:
 Membuat daftar kebijakan untuk dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan. Daftar tidak boleh terlalu panjang atau terlalu pendek.daftar yang
terlalu pendek akan mengabaikan beberapa kebijakan yang relevan, dan daftar
yang terlalu panjang akan susah digunakan. Dalam membuat daftar hendaknya
berfokus kepada satu penjual.
 Bobot kepentingan setiap kebijakan harus ditentukan oleh pembeli atau
perencana beserta manajer barang dagangan. Disini digunakan skala 1 hingga
10, dimana 1 berarti tidak penting dan 10 berarti sangat penting. Skala ini
menggunakan pendekatan skala diferensial semantic (semantic differential
scale) seperti halnya metode multiatribut yang digunakan pada tahapan proses
pemilihan alternative proses pembelian pada Bab 2. pastikan semua kebijakan
tidak menerima nilai tinggi atau rendah semua.
 Membuat penilaian tentang pengaruh merek individual di tiap kebijakan.
Prosedur ini juga harus merupakan keputusan gabungan antara manajer kategori
dan manajer barang dagangan.
 Mengalikan kepentingan tiap kebijakan dengan pengaruh tiap merek atau
pabriknya.
 menjumlahkan hasil kali tiap barang untuk semua kebijakan untuk menentukan
peringkat keseluruhan penjual.

D. PENGELOLAAN BARANG DAGANGAN


Pengelolaan barang dagangan adalah proses penanganan kreatif dalam upaya untuk
mempresentasikan atau menampilkan produk (barang dagangan) dengan tujuan
memaksimalkan daya tarik penjualan ritel. Aktivitas pengelolaan barang dagangan, tidak
hanya terkait dengan aktivitas memilih barang secara acak dan meletakannya di rak
pajangan saja tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pengelolaannya.
Adapun cara-cara pengelolaan barang dagangan antara lain:
1. Kebijakan pembelian
Tidak ada peritel yang ingin membeli barang secara asal- asalan. Tetapi, banyak yang
melakukannya misalnya, peritel membeli suatu barang hanya karena toko lain sudah
banyak yang menyediakan. Untuk menghasilkan kebijakan yang baik ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, seperti faktor demografis (usia, jenis kelamin, pekerjaan),
citra toko, tingkat mutu barang (berkaitan dengan dana yang dimiliki dan pembeli),
kebijakan harga, pendekatan pemasaran (misalnya, bagaimana kita melakukan
promosi), pelayanan konsumen dan laba yang diharapkan.
2. Informasi toko pada masa lalu (misalnya kita mengamati tentang penjualan, harga
diskon, barang yang dikembalikan, dan rata-rata persediaan anda). Semakin baik
sistem manajemen informasi, semakin baik pula analisis yang keluar. Analisis bisa
berdasarkan atas departemen barang tersebut (misal departemen pakaian), kelas
barang yang dijual (misal pakaian wanita, pakaian pria ),mode atau style (misal
pakaian wanita untuk pesta), warna dan ukuran.
3. Analisis Kulitatif
Analisis kualitatif disini, berkaitan dengan siapa target pasar, tren atas barang
dagangan, analisis pemasok utama, tinjauan ulang komunikasi pemasaran (misal
kapan harus beriklan dan melakukan promosi), tampilan toko (semakin menarik
barang yang ditampilkan maka semakin baik pula penjualannya).
4. Bagaimana rencana ritel dalam melakukan pembelian barang dagangan (harian,
mingguan, bulanan, semesteran).
Secara umum kategori barang dagangan merupakan keanekaragaman unit yang dilihat
pelanggan sebagai pengganti yang masuk akal bagi masing-masing anggota kategori.
Manajemen kategori barang dagangan merupakan proses mengatur bisnis ritel dengan
tujuan memaksimalkan penjualan dan keuntungan dari kategori barang dagangan.
Semua ritel menghadapi masalah mengenai strategi yang paling dasar yaitu jenis
format ritel untuk memperoleh keuntungan yang kompetitif dan dapat menopang
keseluruhan rencana kerja ritel tersebut.
5. Pengadaan Barang
Biasa dilakukan di pasar, pembelian seperti ini beresiko jika tidak sesuai dengan
permintaan maka barang tersebut tidak bisa dikembalikan. Ada cara yang di tempuh
dalam pengadaan barang, yaitu :
1) Pembelian secara langsung atau cash
Biasa dilakukan di pasar, pembelian seperti ini beresiko jika tidak sesuai dengan
permintaan maka barang tersebut tidak bisa dikembalikan
2) Pembelian secara kredit dan melalui pemasok
Biasanya harga lebih murah dibandingkan melalui pemasok secara kredit. Dalam
sistem pembelian seperti ini barang yang tidak sesuai bisa dikembalikan, biasanya
harga lebih mahal karena kredit.
7. Mengatur Arah Barang
Berikut merupakan langkah-langkah untuk mengatur arah barang dagangan:
1) Melakukan analisis pasar dan segmentasi.
2) Menentukan target pasar.
3) Assortment plan (aktivitas untuk melakukan penataan
4) kategori barang dagangan).
5) Penjualan dan rencana barang dagangan umum.
6) Penjualan dan analisis barang dagangan umum.

Anda mungkin juga menyukai