Anda di halaman 1dari 17

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEMERIKSAAN MATA, SLIT LAMP, DAN IRIGASI MATA


DI RUANG MELATI
RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Disusun oleh:

Intan Adityas

NIM.132011123047

PRAKTIK PROFESI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2022
A. Anatomi Mata
a. Sklera
Sklera merupakan dinding bola mata yang terdiri atas jaringan ikat kuat yang tidak
bening dan tidak kenyal dengan tebal ± 1 mm. Pada sklera terdapat insersi atau
perlekatan 6 otot penggerak bola mata.
b. Otot-otot penggerak bola mata
Fungsi dari otot-otot penggerak bola mata berbeda-beda yaitu:
1) Gerakan abduksi, menggunakan otot-otot m.rectus bulbi lateralis, m.obliquus
bulbi superior, m.obliquus bulbi inferior.
2) Gerakan kranial, menggunakan otot-otot m.rectus bulbi superior, m.obliquus
bulbi inferior.
3) Gerakan kaudal, menggunakan otot-otot m.rectus bulbi inferior, m.obliquus
bulbi superior.
4) Gerakan rotasi sesuai dengan putaran jarum jam menggunakan otototot
m.rectus bulbi superior dam m.obliquus bulbi superior.
5) Gerakan rotasi berlawanan dengan putaran jarum jam menggunakan otot-otot
m.rectus bulbi inferior dan m.obliquus bulbi inferior.
c. Kornea
Kornea normal berupa selaput transparan yang terletak di permukaan bola mata
(Ilyas, dkk., 2012). Kornea di bagian sentral 11 memiliki tebal 0,5 mm. Kornea tidak
mempunyai pembuluh darah, namun kornea sangat kaya akan serabut saraf. Saraf
sensorik ini berasal dari saraf siliar yang merupakan cabang oftalmik saraf trigeminus
(saraf V)
d. Cairan Mata (Humor Aquosus)
Humor aquosus merupakan cairan intraokular yang mengalir bebas yang berada di
depan lensa. Cairan ini dibentuk oleh prosesus siliaris dengan rata-rata 2-3 µL/ menit
yang mengalir melalui pupil ke dalam kamera okuli anterior. Dari sini, cairan mengalir
ke bagian depan lensa dan ke dalam sudut antara kornea dan iris, kemudian melalui
retikulum trabekula, dan akhirnya masuk ke dalam kanalis Schlemm, yang kemudian
dialirkan ke dalam vena ekstraokuler
e. Badan Siliaris
Badan siliaris merupakan jaringan berbentuk segitiga yang terletak melekat pada
sklera. Badan siliaris berfungsi menyokong lensa, mengandung otot yang
memungkinkan lensa untuk berakomodasi dan berfungsi untuk menyekresikan cairan
mata.
f. Iris
Iris merupakan bagian dari uvea anterior dan melekat di bagian perifer dengan
badan siliar. Bagian depan iris tidak memiliki epitel, sedangkan di bagian belakang
terdapat epitel yang berpigmen sehingga memberikan warna pada iris. Pada iris
terdapat celah yang disebut pupil. 12 Pupil berperan dalam mengatur jumlah sinar yang
masuk ke mata. Pupil akan membesar atau midriasis pada saat pencahayaan kurang,
dan mengecil atau miosis pada saat pencahayaan berlebih.
g. Lensa
Lensa berbentuk bikonvek bening yang tembus cahaya yang terletak di belakang
iris dan di depan korpus vitreosus dengan ketebalan sekitar 5 mm dan berdiameter 9
mm pada orang dewasa. Permukaan lensa bagian posterior lebih melengkung
dibandingkan bagian anterior (Ilyas, dkk., 2012). Lensa memiliki daya bias total hanya
20 dioptri atau sepertiga dari daya bias total mata. Namun, lensa sangat penting karena
sebagai respon terhadap sinyal saraf dari otak, lengkung permukaannya dapat
mencembung sehingga memungkinkan terjadinya akomodasi
h. Badan Kaca (Korpus Vitreosus)
Badan kaca berwarna jernih, konsistensi lunak, avaskuler atau tidak mempunyai
pembuluh darah, dan terdiri atas 99% air dan sisanya berupa campuran kolagen dan
asam hialuronik. Badan kaca memegang peran terutama dalam mempertahankan
bentuk bola mata, hal ini dikarenakan badan kaca mengisi sebagian besar bola mata
yang terletak di antara lensa, retina dan papil saraf optik
i. Retina
Retina merupakan membran tipis yang terdiri atas saraf sensorik penglihatan dan
serat saraf optik. Retina merupakan jaringan saraf yang di bagian luarnya berhubungan
dengan koroid. Koroid memberi nutrisi pada retina luar atau sel kerucut dan sel batang.
Retina bagian dalam mendapat metabolisme dari arteri retina sentral. Retina terdiri atas
3 lapis utama yang membuat sinap saraf sensibel retina, yaitu sel kerucut dan sel
batang, sel bipolar, dan sel ganglion.
j. Makula Lutea
Merupakan saraf penglihatan sentral dimana ketajaman penglihatan maksimal.
Makula lutea terdapat pada retina.
k. Bintik Kuning (Fovea)
Merupakan bagian retina yang mengandung sel kerucut yang sangat sensitif dan
akan menghasilkan ketajaman penglihatan maksimal atau 6/6. Bila terjadi kerusakan
pada fovea sentral ini maka ketajaman penglihatan akan menurun.
l. Bintik Buta (Optic disc)
Merupakan daerah saraf optik yang meninggalkan bagian dalam bola mata.
m. Panjang Bola
Mata Panjang bola mata menentukan keseimbangan dalam pembiasan. Bila
terdapat kelainan pembiasan sinar oleh karena kornea (mendatar atau cembung) atau
adanya perubahan panjang bola mata (lebih panjang atau lebih pendek), maka sinar
normal tidak dapat terfokus pada makula. Keadaan ini disebut sebagai ametropia yang
dapat berupa myopia, hipermetropia, atau astigmatisma.
B. Prosedur Pemeriksaan Mata

PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK MATA

No Kegiatan
A. TAHAP PRE INTERAKSI
1. Verifikasi order/tindakan
2. Menyiapkan alat :
- Snellen chart
- Ishihara
- Penlight
- Ballpen dengan warna cerah
3. Cuci tangan
B. TAHAP ORIENTASI
1. Berikan salam dengan menyebut nama
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Menjaga privasi
C. TAHAP KERJA
TES KETAJAMAN PENGLIHATAN (VISUS)
1. Mempersilakan penderita duduk pada jarak 5 m/ 6 m dari kartu Snellen
2. Meminta penderita menutup satu matanya tanpa menekan (jika memeriksa mata kiri
maka mata kanan yang ditutup)
3. Meminta penderita memandang lurus, tidak melirik, tidak memicingkan mata
4. Meminta penderita menyebutkan angka / huruf / simbol pada kartu Snellen yang
ditunjuk dari atas ke bawah
- Bila pemeriksaan pada jarak 6m, penderita (dengan satu mata) hanya dapat membaca
huruf yang bertanda 9 m, maka visus mata tersebut adalah 6/9
5. Bila huruf paling atas dari Snellen tidak dapat disebutkan oleh penderita, dapat
digunakan hitung jari. Menyebutkan hasil Pemeriksaan
- Bila huruf baris paling atas pun tidak terbaca, maka diperiksa dengan hitungan jari
tangan yang berarti visusnya .../60
6. Bila hitung jari tidak tampak, dapat menggunakan goyangan tangan. Menyebutkan
hasil pemeriksaan
- Bila tidak bisa menghitung jari, digunakan goyangan tangan dengan jarak 1 meter,
yang berarti visusnya 1/300
7. Bila goyangan tangan tidak tampak, dapat menggunakan lampu senter.
Menyebutkan hasil pemeriksaan
- Bila tidak bisa melihat goyangan tangan, digunakan berkas cahaya dengan jarak 1
meter, yang berarti visusnya 1/
8. Bila mata visus < 5/5 atau 6/6 dapat melakukan dan menjelaskan uji pinhole
- Bila dengan tes pinhole visus maju/ membaik (bisa 6/6), berarti terdapat kelainan
refraksi yang belum terkoreksi.
- Bila dengan tes pinhole visus tidak maju/ tidak membaik kemungkinan terdapat
kelainan organik.
- Apabila pinhole maju/ membaik maka dicoba untuk dikoreksi dengan lensa spheris
negatif atau positif.
9. Periksa tajam penglihatan terhadap warna dengan kartu ishihara (tes buta warna)
PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG

1. Pemeriksa mengambil posisi duduk berhadapan dengan penderita, dengan posisi


mata sama tinggi dengan jarak 60 cm
2. Meminta penderita menutup mata kirinya dengan telapak tangan kiri, pemeriksa
menutup mata kanan dengan telapak tangan kanan (demikian juga sebaliknya)
- Lapang pandang pemeriksa sebagai referensi (lapang pandang pemeriksa harus
normal). Mata pasien melihat mata pemeriksa.
3. Memberitahukan terlebih dahulu kepada penderita supaya mengatakan “ya” pada
saat mulai melihat obyek
4. Menggerakkan ujung jari pemeriksa perlahan-lahan dari perifer ke sentral dan dari
delapan arah kardinal pada bidang di tengah-tengah penderita dan pemeriksa.
5. Membandingkan lapang pandang penderita dengan lapang pemeriksa
- Lapang pandang penderita luasnya sama dengan lapang pandang pemeriksa.
- Lapang pandang penderita lebih sempit dari lapang pandang pemeriksa (sebutkan
di daerah mana yang mengalami penyempitan)
PEMERIKSAAN OTOT EKSTRA OKULER
1. Mempersilakan penderita duduk memandang obyek kecil di depan yang berjarak
lebih dari 6 m
2. Menyinarkan lampu senter ke arah glabela penderita dari jarak 60 cm
3. Mengamati pantulan sinar pada kornea, menentukan kedua mata sejajar atau tidak
(bila simetris berarti pasangan bola mata dalam orbita sejajar/tampak tampilan sinar
di tengah pupil sedikit medial)
4. Menggerakkan objek ke 6 arah kardinal, penderita diminta mengikuti gerak objek
dari sentral ke perifer tanpa menggerakkan kepala hanya melirik (saat menilai
gerakan otot ke inferior, pemeriksa mengangkat kelopak atas)
5. Mengamati gerakan kedua bola mata ada yang tertinggal atau tidak
6. Menentukan otot mana yang tidak normal
7. Melakukan pemeriksaan konvergensi kedua mata : ujung jari/ senter/ ballpen/
pensil dari jarak ± 45 cm di depan pangkal hidung didekatkan ke arah pangkal
hidung hingga jarak 5 cm sampai 8 cm
PEMERIKSAAN SEGMEN ANTERIOR
1. Penderita dan pemeriksa duduk berhadapan pada jarak ± 60 cm.
2. Perhatikan kulit palpebra, adakah edema, hiperemia, hematoma, benjolan-benjolan,
kulit di atas benjolan terfiksasi atau dapat digerakkan.
3. Memperhatikan kelainan-kelainan pada kulit kelopak mata, lebar rima palpebra,
simetris tidak dengan bantuan pen light.
4. Memperhatikan bulu matanya, teratur atau tidak, arah tumbuhnya, ada sekret atau
tidak dengan bantuan pen light.
5. Melakukan eversio palpebra superior dan melakukan pemeriksaan konjungtiva
palpebra superior, kemudian menarik palpebra inferior untuk memeriksa
konjungtiva palpebra inferior dengan bantuan pen light.
- Eversio palpebra superior. Pergunakan lidi kapas yang diletakkan pada lipatan
palpebra superior. Balik dengan cara menarik bulu mata ke arah atas, pasien
diminta melirik ke arah bawah. Untuk mengembalikannya, minta pasien melihat
ke arah atas
- Minta pasien untuk melihat ke atas, pergunakan ibu jari untuk sedikit menekan
dan menarik palpebral inferior ke arah bawah, sehingga sklera dan konjungtiva
terpapar.
6. Memeriksa konjungtiva bulbi (warna, oedema, bangunan-bangunan/ penonjolan
penonjolan, pelebaran pembuluh darah, berkelok-kelok atau lurus, ada sekret atau
tidak) dengan menarik palpebra atas memakai jari telunjuk dan palpebra bawah
dengan ibu jari dengan bantuan pen light.
7. Amati pula skleranya, adakah penipisan atau penonjolan, warna sklera.
8. Melakukan pemeriksaan kornea dengan lampu pen light dari sudut 450 temporal
mata (amati kejernihan, bentuknya, ukurannya, kecembungannya, permukaan licin/
kasar, adanya pembuluh darah, pterygium, dan lain lain.)
9. Melakukan pemeriksaan sensibilitas kornea menggunakan kapas bersih yang
dipilin, dengan cara kapas disentuhkan dari arah temporal ke sentral kornea.
10. Memeriksa kamera okuli anterior dengan pen light dari arah limbus bagian temporal

11. Memeriksa refleks pupil direct dan indirect dengan pen light. Perhatikan pula bentuk
pupil, bulat atau tidak, sentral atau tidak.
12. Periksa lensa, sebaiknya pupil dilebarkan (kalau tidak ada kontra indikasi). Sinar
dari arah 300-450 temporal kornea, perhatikan letak dan kejernihannya (shadow
test, kalau tidak ada bayangan iris di lensa berarti shadow test negatif, hal ini pada
lensa yang jernih atau pada katarak yang matur, dan sebaliknya).
PEMERIKSAAN TEKANAN BOLA MATA
1. Mempersilahkan penderita duduk tegak di depan pemeriksa dengan jarak jangkauan
tangan pemeriksa, (25 – 30 cm), minta penderita untuk melirik ke bawah
2. Meletakkan kedua jari telunjuk dan jari-jari yang lain dengan benar
3. Melakukan palpasi bola mata dengan benar
4. Jari telunjuk kanan dan kiri pemeriksa bergantian menekan bola mata (dimata yang
sedang diperiksa) pada kelopak atas kearah belakang bawah (450) dengan halus dan
penuh perasaan. Tiga jari yang lain bersandar pada kening dan tulang pipi,
bandingkan kanan dan kiri.
5. Besarnya tekanan dilambangkan dengan Tn, Tn-1, Tn-2, Tn+1, Tn+2
D. TAHAP TERMINASI
1. Akhiri dan simpulkan kegiatan
- Berikan H.E pada pasien dan keluarga:
2. Evaluasi perasaan klien
3. Kontrak dengan kegiatan selanjutnya
4. Bereskan alat dan cuci tangan
E. DOKUMENTASI
Catat tindakan yang telah dilakukan dan respon pasien
C. Standar Operasional Prosedur Pemeriksaan Slit Lamp
No Tahapan Kegiatan
1. Definisi Pemeriksaan mikroskopis dengan menggunakan cahaya
terang untuk melihat lebih spesifik dan lebih dekat bagian
depan dan dalam mata
2. Tujuan a. Mengetahui keadaan segmen anterior
b. Mengetahui defek kornea
c. Mengetahui lubang/ fistula pada kornea
d. Mengetahui kedalaman sudut bilik mata depan
3. Alat dan bahan a. Slit lamp
b. Tissue dagu
c. Kapas alkohol
4. Waktu 3-5 menit
5. Tahap Orientasi a. Berikan salam dengan menyebut nama
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
c. Menjaga privasi
6. Tahap Kerja a. Menjelaskan tujuan dan pentingnya pemeriksaan
Slit lamp
b. Atur sikap duduk pasien dan pemeriksa untuk
mencegah tegangnya ruas tulang belakang masing-
masing dan sebaiknya usahakan kerjasama pasien
terutama dengan anak kecil dan orang lanjut usia. Ini
dapat dicapai dengan menyetel tinggi kursi pasien
sehingga mereka dapat duduk tegak.
c. Kepala pasien harus diatur sedemikian rupa dengan
lembut dan sopan, dagu diletakkan pada penyangga
dagu dan kening menempel pada sandaran kening
dengan nyaman.
d. Tinggi instrumen harus disetel sedemikian rupa
sehingga penyangga dagu dapat disetel selama
pemeriksaan.\
e. Selama pemeriksaan pasien harus diberi petunjuk
yang jelas seperti melihat ke target fiksasi, merubah
rubah posisi pandangan sesuai dengan instruksi
pemeriksa. Pemeriksaan dilakukan secara sistematik
agar efektif dan efisien serta tidak menyebabkan
kelelahan.
f. Pasien harus diberi penjelasan lebih dulu setiap
dilakukan prosedur tindakan tambahan. Contoh
membalik kelopak mata dan penetesan fluorescein.
g. Slit lamp harus digunakan hati-hati. Sistem
iluminasi diatur sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu kenyamanan pasien (tidak merasa
silau, dll).
h. Setelah pemeriksaan, pasien dipersilahkan melepas
kening dan dagu dari sandaran dan penyangga slit
lamp
Instruksi Kerja Slitlamp a. Tekan tombol on/off pada alat slit lamp untuk
menghidupkan dan mematikan alat
b. Kemudia tekan tombol HAAG STREST untuk
memposisikan meja slit lamp.
c. Posisikan tiang besi slit lamp dan tempelkan ke wajah
pasien.
d. Kemudian gerakkan joystik untuk
memajukan/memundurkan alat slit lamp.
e. Kemudian atur tombol sensor kecahayaan untuk
memposisikan cahaya ke mata pasien sesuai dengan
standar penggunaan.\
f. Dan kemudian dokter spesialis mata memulai
memeriksa mata pasien dengan alat slit lamp.
g. Matikan tombol power (ON-OFF) jika alat sudah
tidak di pakai lagi.
7. Tahap Terminasi a. Akhiri dan simpulkan kegiatan
b. Bereskan alat
c. Evaluasi perasaan pasien
8. Dokumentasi Catat tindakan yang telah dilakukan dan respon pasien
D. Standar Operasional Prosedur Irigasi Mata
No Tahapan Kegiatan
1. Definisi Irigasi mata merupakan suatu tindakan pencucian
kantung konjungtiva mata. Irigasi biasanya
menggunakan akuades, saline, atau cairan
antiseptik. Teknik steril digunakan karena
tindakan ini berhubungan dengan mukosa mata
2. Tujuan a. Membersihkan
b. Menghantarkan obat
3. Indikasi a. Cedera dekontaminasi kimiawi
b. Pembersihan debris (misal debu) dari mata
4. Kontraindikasi a. Bola mata terluka atau tertusuk
5. Alat dan bahan a. Tabung steril untuk tempat cairan
b. Cairan irigasi dengan suhu 37° C
c. Lakmus (penguji pH bila terpajan
asam/basa)
d. Irigator (contoh: selang infuse) atau spuit
steril
e. Bola kapas steril
f. Bengkok steril
g. Perlak
h. Handuk
i. Sarung tangan steril
4. Waktu 5-10 menit
5. Tahap Orientasi a. Berikan salam dengan menyebut nama
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
c. Menjaga privasi
d. Cuci tangan
9. Tahap Kerja a. Bantu klien mengatur posisi duduk atau
berbaring, miring kepala ke arah mata yang
sakit
b. Tutup pakaian klien dengan handuk. Pasang
perlak di bawah kepala pasien
c. Pasang bengkok di bawah mata yang sakit
d. Pakai sarung tangan steril
e. Bersihkan kelopak mata dan bulu mata
dengan kapas yang telah dibasahi cairan
irigan, dengan arah dari kanus dalam ke
kanus luar
f. Dengan perlahan, retraksi kelopak mata
dengan telunjuk dan ibu jari tangan non
dominan (umumnya kiri).
g. Mulai alirkan irigan melalui irigator,
pengang bagian distal irrigator dengan
tangan dominan (umumnya kanan) 2,5 cm
diatas mata. Aliran cairan harus mengalir
dengan kecepatan sesuai kenyamanan klien.
h. Arahkan cairan irigan ke semua arah pada
bila mata anterior, dari kanus dalam ke kanus
luar. Lanjutkan tindakan sampai air yang
keluar dari mata tampak bersih.
i. Bila sudah selesai, bersihkan sekitar mata
dengan cara mengusap dari arah dalam ke
luar
j. Tutup mata bila diperlukan dan kaji respon
10. Tahap Terminasi a. Akhiri dan simpulkan kegiatan
b. Bereskan alat
c. Evaluasi perasaan pasien
11. Dokumentasi Catat tindakan yang telah dilakukan dan respon
pasien
E. Standar Operasional Prosedur teknik relaksasi
No Tahapan Kegiatan
1. Definisi Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk
asuhan kepaerawatan yang dalam hal ini perawat
mengajarkan kepada klien bagaiama cara melakukan
nafas dalam, nafas lambat dan bagaimana
menghembuskan nafas secara perlahan
2. Tujuan Untuk mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh,
kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulasi
nyeri
3. Indikasi a. Pasien yang mengalami stres
b. Pasien yang mengalami nyeri yaitu nyeri akut
pada tingkat ringan sampai tingkat sedang akibat
penyakit yang kooperatif
c. Pasien yang mengalami kecemasan
d. Pasien mengalami gangguan pada kualitas tidur
seperti insomnia
e. Waktu 5-10 menit
f. Tahap Orientasi a. Salam : Memberi salam sesuai waktu
b. Memperkenalkan diri.
c. Validasi kondisi klien saat ini.
d. Menanyakan kondisi klien dan kesiapan klien
untuk melakukan kegiatan sesuai kontrak
sebelumnya
e. Menjaga privasi klien
f. Kontrak. Menyampaiakan tujuan dan
menyepakati waktu dan tempat dilakukannya
kegiatan
g. Tahap Kerja a. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk
bertanya bila ada sesuatu yang kurang dipahami/
jelas
b. Atur posisi agar klien rileks tanpa adanya beban
fisik, baik duduk maupun berdiri. Apabila pasien
memilih duduk, maka bantu pasien duduk di tepi
tempat tidur atau posisi duduk tegak di kursi.
Posisi juga bisa semifowler, berbaring di tempat
tidur dengan punggung tersangga bantal.
c. Instruksikan pasien untuk melakukan tarik nafas
dalam sehingga rongga paru berisi udara
d. Instruksikan pasien dengan cara perlahan dan
hembuskan udara membiarkannya ke luar dari
setiap bagian anggota tubuh, pada saat
bersamaan minta klien untuk memusatkan
perhatiannya pada sesuatu hal yang indah dan
merasakan lega
e. Instruksikan pasien untuk bernafas dengan irama
normal beberapa saat (1-2 menit)
f. Instruksikan pasien untuk kembali menarik
nafas dalam, kemudian menghembuskan dengan
cara perlahan dan merasakan saat ini udara mulai
mengalir dari tangan, kaki, menuju keparu-paru
dan seterusnya, rasakan udara mengalir
keseluruh tubuh
g. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada
kaki dan tangan, udara yang mengalir dan
merasakan ke luar dari ujung-ujung jari tangan
dan kaki kemudian rasakan kehangatanya
h. Instruksikan pasien untuk mengulangi teknik-
teknik ini apabila rasa nyeri kembali lagi
i. Setelah pasien mulai merasakan ketenangan,
minta pasien untuk melakukan secara mandiri
j. Ulangi latihan nafas dalam ini sebanyak 3
sampai 5 kali dalam sehari dalam waktu 5-10
menit
h. Tahap Terminasi a. Evaluasi hasil: kemampuan pasien untuk
melakukan teknik ini
b. Memberikan kesempatan pada klien untuk
memberikan umpan balik dari terapi yang
dilakukan.
c. Tindak lanjut: menjadwalkan latihan teknik
relaksasi banafas dalam
d. Kontrak: topik, waktu, tempat untuk kegiatan
selanjutnya
d. Dokumentasi Catat tindakan yang telah dilakukan dan respon pasien
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, sidarta.dkk. Ilmu Penyakit Mata, Edisi Keempat. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2012.
Kidd, Pamela, S. Sturt, Ann, S. Fultz, Julia. 2010. Pedoman Keperawatan Emergensi.
Jakarta: EGC
Potter, P.A, Perry, A. G (2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik. Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa: Renata Komalasari, dkk. Jakarta:
Salemba Medika
Prigarjo, Robert. 2013. Teknik Dasar Pemberian Obat bagi Perawat. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai