Anda di halaman 1dari 11

Kelompok VI (enam)

MAKALAH

TINJAUAN TENTANG LINGKUNGAN WISATA RELIGI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Wisata Keagamaan

Dosen Pengampu: H. Bagiyono, S.E.

Oleh:

1. Lulut Rahmawati 43020190024


2. Wilma Indah Maya Tri Yunita 43020190023

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2021/2022
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,
inayah, taufik dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Tinjauan
tentang Lingkungan Wisata Religi”. Tidak lupa kami mengucapkan shalawat serta salam
kepada Rasulullah, Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam junjungan kita yang
dinantikan syafa’atnya di Yaumul Akhir nanti. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
Bapak H. Bagiyono, S.E., selaku dosen untuk mata kuliah Manajemen Wisata Keagamaan
di IAIN Salatiga yang telah membimbing kami dengan sabar sehingga makalah ini dapat
kami susun.

Makalah ini kami akui masih terdapat banyak kekurangan karena pengalaman dan
keterbatasan kami dalam ilmu yang belum mumpuni. Oleh karena itu kami menyarankan
agar para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat,
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Wasalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Salatiga, 08 Maret 2022

Penulis

Kelompok VI – Manajemen Wisata Keagamaan | i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I ............................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 1

C. Tujuan Pembahasan ......................................................................... 1

D. Manfaat Pembahasan ....................................................................... 2

BAB II ........................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ........................................................................................... 3

A. Definisi Lingkungan Wisata Religi ................................................. 3

B. Bentuk-Bentuk dari Lingkungan Wisata Religi ............................ 4

C. Pengelolaan dan Muatan dalam Lingkungan Wisata Religi ........ 4

D. Interkorelasi Wisata Religi Terhadap Masyarakat Sekitarnya ... 5

BAB III.......................................................................................................... 7

PENUTUP..................................................................................................... 7

A. Kesimpulan ........................................................................................ 7

B. Saran .................................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 8

Kelompok VI – Manajemen Wisata Keagamaan | ii


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Indonesia terkenal dengan salah satu negara yang memiliki penduduk yang
menganut kepercayaan agama Islam alias penduduk dengan bamyaknya ummat muslim.
Sebagai implikasi dari adanya keadaaan tersebut, juga sesuai dengan sila pertama
Pancasila bahwa masyarakat yang beragama, nampaknya menyebabkan setiap ummat
muslim di Indonesia akan memiliki keterikatan yang kuat jika dikaitkan dengan salah
satu di dalamnya yaitu religi.
Religi di dalam konteks ini ialah mengacu pada kegiatan yang sifatnya berbau
agamis sepertti berpariwisata di dalamnya. Mengingat jumlah individu muslim yang
banyak, nampaknya pariwisata dalam religi atau wisata religi memiliki gelombang besar
dan pastinya berdampak pada kehidupan bermasyarakat. Seperti pembahasan
sebelumnya, telah diulas berbagai hal yang kaitannya dengan pariwisata religi.
Pariwisata yang berkaitan dengan religi atau wisata religi telah berjalan hingga kini
diberbagai penjuru negeri. Tidak terbatas hanya dalam ziarah untuk mengingat kematian
saja namun bisa berupa wisata mengenai hal yang berbau keagamaan atau agamis yang
lain. Seperti pada konsep pariwisata pada umumnya, wisata religi ini juga kerap
disandingan untuk membuat para pengunjungnya untuk terhibur. Berdasarkan uraian di
atas, maka makalah ini akan membahas berkenaan seputar tinjauan dalam lingkungan
wisata religi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini ialah
sebagai berikut.
1. Apa definisi dari lingkungan wisata religi?
2. Apa saja bentuk-bentuk dari lingkungan wisata religi?
3. Bagaimana pengelolaan dan muatan dalam lingkungan wisata religi?
4. Bagaimana interkorelasi lingkungan wisata religi terhadap masyarakat sekitarnya?

C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan pembahasan, maka tujuan pembahasan makalah ini ialah
sebagai berikut.

Kelompok VI – Manajemen Wisata Keagamaan | 1


1. Untuk mengetahui definisi dari lingkungan wisata religi.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dari lingkungan wisata religi.
3. Untuk mengetahui faktor pengelolaan dan muatan dalam lingkungan wisata religi.
4. Untuk mengetahui interkorelasi lingkungan wisata religi terhadap masyarakat
sekitarnya.

D. Manfaat Pembahasan
Memberikan gambaran serta menambah wawasan kepada para pembaca juga penulis
secara detail tentang “Tinjauan tentang Lingkungan Wisata Religi” yang dibahas dalam
kajian manajemen wisata keagamaan. Mengingat bahwa pengetahuan tentang hal
tersebut berperan penting khususnya bagi mahasiswa yang menekuni dalam bidang studi
manajemen dakwah.

Kelompok VI – Manajemen Wisata Keagamaan | 2


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Lingkungan Wisata Religi


1. Definisi Lingkungan
Otto Soemarwoto mendefinisikan lingkungan atau lingkungan hidup
merupakan segala sesuatu yang ada pada setiap makhluk hidup atau
organisme dan berpengaruh pada kehidupannya. Sebagai contoh pada hewan
seperti kucing, segala sesuatu di sekeliling kucing dan berpengaruh
padakelangsungan hidupnya maka itulah lingkungan hidup bagi kucing.
Demikian juga pada manusia, segala sesuatu yang berada di sekeliling manusia
yang berpengaruh pada kelangsungan hidupnya itulah lingkungan hidup
manusia. Sedangkan Salim Emil, lingkungan hidup adalah segala benda, kondisi,
keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati dan
mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia.1
2. Definisi Wisata Religi
Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya
tarik wisata dalam suatu destinasti wisata. Kualitas destinasi atas potensi daya
tariknya ditentukan oleh empat hal yaitu: atraksi, amenitas, aksesibilitas, dan
lembaga pengelolaannya.2
Menurut Thalia dkk, wisata ziarah merupakan suatu kegiatan perjalanan
sementara yang dilakukan secara sukarela untuk mendapatkan pengalaman spiritual
dengan mengunjungi tempat-tempat yang bernilai religi seperti makam atau tempat-
tempat yang disucikan. Wisata religi lebih cenderung diartikan sebagai wisata
keagamaan dimana ia berhubungan erat dengan kepercayaan seseorang. 3

1
Rahayu Effendi dkk, Pemahaman Tentang Lingkungan Berkelanjutan, MODUL, Vol. 18 No. 2,
2018, hlm. 77.
2
Marsono Fahmi Prihantoro dkk, Dampak Pariwisata Religi Kawasan Masjid Sunan Kudus
Terhadap Ekonomi, Lingkungan, dan Sosial Budaya, (Yogyakarta: UGM Gadjah Mada University Press,
2016), hlm. 7.
3
Sudiaryandari dkk, Pola Pemanfaatan Ruang pada Kawasan Wisata Religi KH. Abdurrahman
Wahid, hlm. 2.

Kelompok VI – Manajemen Wisata Keagamaan | 3


Adapun pengertian lain tentang wisata religi adalah salah satu jenis produk
wisata yang berkaitan erat dengan sisi religius atau keagamaan yang dianut oleh umat
manusia. Wisata religi dimaknai sebagai kegiatan wisata ke tempat yang memiliki
makna khusus bagi umat beragama, biasanya beberapa tempat ibadah yang memiliki
kelebihan. Ini misalnya dilihat dari sisi sejarah, adanya mitos dan legenda mengenai
tempat tersebut, ataupun keunikan dan keunggulan arsitektur bangunannya. Wisata
religi ini banyak di hubungkan dengan niat dan tujuan sang wisatawan untuk
memperoleh berkah, ibrah, tausiah, dan hikmah kehidupannya. Tetapi tidak jarang
pula untuk tujuan tertentu seperti mendapat restu, kekuatan batin, keteguhan iman
bahkan kekayaan melimpah.

B. Bentuk-Bentuk dari Lingkungan Wisata Religi


Setelah mengetahui definisi terkait lingkungan wisata religi, yakni lingkungan yang
digunakan kegiatan wisata ke tempat yang memiliki makna khusus, biasanya berupa
tempat yang memiliki makna khusus. Oleh karena itu, dalam hal ini lingkungan wisata
religi dapat berbentuk sebagai berikut.
1. Masjid sebagai tempat pusat keagamaan dimana masjid digunakan untuk beribadah
sholat, i‟tikaf, adzan dan iqomah.
2. Makam dalam tradisi Jawa, tempat yang mengandung kesakralan. Makam dalam
bahasa Jawa merupakan penyebutan yang lebih tinggi (hormat) pesarean, sebuah
kata benda yang berasal dan sare, (tidur). Dalam pandangan tradisional, makam
merupakan tempat peristirahatan (Suryono Agus, 2004: 7).
3. Candi sebagai unsur pada jaman purba yang kemudian kedudukannya digantikan
oleh makam.4

C. Pengelolaan dan Muatan dalam Lingkungan Wisata Religi


Ada 4 faktor yang mempunyai pengaruh penting dalam pengelolaan wisata religi
yaitu lingkungan eksternal, sumber daya dan kemampuan internal, serta tujuan yang
akan dicapai. Suatu keadaan, kekuatan, yang saling berhubungan dimana lembaga atau
organisasi mempunyai kekuatan untuk mengendalikan disebut lingkungan internal,
sedangkan suatu keadaan, kondisi, peristiwa dimana organisasi atau lembaga tidak

4
Ahsana Mustika Ati, Pengelolaan Wisata Religi (Study Kasus Makam Sultan Hadiwijaya untuk
Pengembangan Dakwah), Skripsi, (Semarang: IAIN Walisongo), 2011, hlm. 33.

Kelompok VI – Manajemen Wisata Keagamaan | 4


mempunyai kekuatan untuk mengendalikan disebut lingkungan eksternal. Kaitan antara
wisata religi dengan aktivitas dalam adalah tujuan dari wisata ziarah itu sendiri (RD.
Jatmiko, 2003: 30).
Adapun muatan yang harus ada dalam (lingkungan) wisata religi sesuai dengan
tujuannya adalah sebagai berikut.5
1. Al-Hikmah ( ‫)الحكمة‬
Sebagai metode dakwah yang diartikan secara bijaksana, akal budi yang mulia,
dada yang lapang, hati yang bersih dan menarik perhatian orang kepada agama atau
Tuhan.
2. Al-Mauidhah Hasanah (‫)الحسنة الموعظة‬
Mauidhah hasanah dapat diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur
bimbingan, pendidikan, pengajaran kisah, berita gembira, peringatan, pesan-pesan
positif (wasiat) yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan
keselamatan di dunia dan akhirat (Munir, 2003: 17).

D. Interkorelasi Lingkungan Wisata Religi Terhadap Masyarakat


Berikut adalah teori yang berkaitan dengan interkorelasi antara lingkungan wisata
religi dengan masyarakat.
1. Behavior Setting
Istilah behavior setting menurut Roger Barker dan Herbert Wright dalam
Laurenz (2004: 174) menjelaskan tentang hubungan antara lingkungan dan perilaku
penggunanya. Menurut Laurenz (2004: 175) dalam behavior setting pola perilaku
ekstra individual oleh satu orang mungkin mempengaruhi namun tidak akan
menghalangi behavior setting dari sebuah kegiatan. Selalu ada hubungan antara
perilaku dan settingnya, namun data dari lingkungan tersebut dipengaruhi oleh
kegiatan dan perilaku yang ada. Data tersebut bergantung pada pemilihan waktu
yang tepat dan perilaku partisipan yang ada pada waktu yang telah ditentukan.
Menurut Laurenz (2004: 181) dimana perilaku itu berhenti maka disitulah batas
dari behavior setting. Batas dari behavior setting akan lebih efektif jika batas itu ada
secara fisik karena semua orang akan langsung dapat mengetahui batas tersebut.
Batas yang yang tidak terlihat secra fisik hanya bisa dimengerti oleh beberapa orang

5
Ibid., hlm. 33-35.

Kelompok VI – Manajemen Wisata Keagamaan | 5


tertentu sehingga fungsi batas tidak akan maksimal. Beberapa cara yang dapat
dilakukan dalam penelitian behavior setting:6
a. Menggunakan time budget, pengklasifikasian dari penguraian waktu aktivitas.
b. Melakukan sensus, pengamatan aktivitas untuk mengetahui penggunaan dari
sebuah setting.
c. Studi asal dan tujuan, mengidentifikasi dan mengamati awal dan akhir dari
pergerakan.
2. Behavior Mapping
Teknik behavior mapping adalah teknik yang paling sering digunakan dalam
kajian arsitektur lingkungan dan perilaku. Teknik ini dapat sekaligus mendapatkan
bentuk informasi mengenai suatu fenomena (terutama perilaku individu dan
sekelompok manusia) yang terkait dengan sistem spasialnya. Tujuan dari penelitian
dengan teknik ini adalah untuk menggambarkan perilaku dalam peta,
mengidentifikasikan jenis dan frekuensi perilaku, serta menunjukkan kaitan antara
perilaku tersebut dengan wujud perancangan yang spesifik. Pemetaan perilaku ini
dapat dilakukan secara langsung pada saat pengamatan di lapangan atau secara tidak
langsung berdasarkan data-data atau catatan yang dilakukan.
3. Place Centered Mapping
Fungsi dari teknik untuk mengetahui bagaimana manusia dan sekelompok
manusia memanfaatan, menggunakan, atau mengakomodasikan perilaku dalam
suatu situasi waktu dan tempat tertentu. Teknik ini berkonsentrasi pada satu tempat
spesifik untuk diamati, baik itu kecil maupun besar.

6
Rahayu, Op. Cit., hlm. 3 – 4.

Kelompok VI – Manajemen Wisata Keagamaan | 6


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tinjauan perihal lingkungan wisata religi adalah semua hal yang berkaitan dengan
konsep wisata religi itu sendiri. Bagaimana sebuah lingkungan bisa dikategorikan ke
dalam bentuk wisata religi. Lingkungan wisata religi adalah sebuah tempat yang biasa
digunakan oleh para pelancongnya karena keterkaitan keagamaan atau pariwisata yang
religius. Dalam lingkungan wisata religi terdapat berbagai bentuk baik masjid, makam,
ataupun candi. Namun dalam konteks ini adalah dibahas mengenai pariwisata religius
dalam Islam. Biasanya hal tersebut biasa dikenal dengan ziarah. Adapun dalam
lingkungan wisata religi dipaparkan bagaimana cara pengelolaan yang tepat dengan
muatan yang harus dimiliki agar tujuan daripada wisata tersebut tercapai. Akhirnya
dalam lingkungan wisata religi memiliki interkorelasi dengan masyarakat atau
penggunanya.

B. Saran
Setelah mengulas sisi balik dari adanya lingkungan wisata religi tampaknya kita
harus berfikir kritis dan tidak hanya ikut-ikutan ketika mencetuskan sebuah tempat atau
lingkungan untuk dijadikan sebuah lingkungan wisata religi. Kita harus tahu bagaimana
pengelolaannya serta muatan-muatan yang ada dalam pariwisata tersebut. Seringkali ada
sebagin pihak yang menyalah artikan wisata religi dengan hal-hal yang dapat
menjerumuskan ke hal yang dilarang oleh agama (re: syirik, seperti mengharap berkah
dari makam orang sholih dan lain sebagainya). Kita harus meluruskan niat ketika
melakukan wisata religi dan semata-mata untuk mengingat kematian seperti saat ziarah
kubur. Allahu a’lam.

Kelompok VI – Manajemen Wisata Keagamaan | 7


DAFTAR PUSTAKA

Ati, Ahsana Mustika. 2011. Pengelolaan Wisata Religi (Study Kasus Makam Sultan
Hadiwijaya untuk Pengembangan Dakwah). Skripsi. Semarang: Fakultas Dakwah
IAIN Walisongo.

Effendi, Rahayu dkk. 2018. Pemahaman Tentang Lingkungan Berkelanjutan. MODUL,


18(2). Retrieved from
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/modul/article/view/20792/14204

Prihantoro, Marsono Fahmi dkk. 2016. Dampak Pariwisata Religi Kawasan Masjid Sunan
Kudus Terhadap Ekonomi, Lingkungan, dan Sosial Budaya. Yogyakarta: UGM
Gadjah Mada University Press.

Sudiaryandari dkk, Pola Pemanfaatan Ruang pada Kawasan Wisata Religi KH.
Abdurrahman Wahid.

Kelompok VI – Manajemen Wisata Keagamaan | 8

Anda mungkin juga menyukai