Anda di halaman 1dari 31

BENTUK DAN FUNGSI KALIMAT MAJEMUK

DALAM BD LE CHAT DU RABBIN


KARYA JOANN SFAR

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni


Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

Oleh:
Ivha Andar Sari
NIM. 14204241011

PRODI PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia.

Penggunaan Bahasa dalam berkomunikasi dapat berbentuk lisan dan tulis. Dalam

kegiatan tersebut dibutuhkan dua pihak atau lebih, yaitu komunikator sebagai

pembicara atau penulis dan komunikan sebagai pendengar atau pembaca. Tujuan

dari komunikasi yaitu tersampaikannya pesan dari komunikator (pembicara)

kepada komunikan (pendengar).

Dalam berbahasa juga terdapat kaidah atau aturan yang digunakan supaya

tujuan berkomunikasi tersampaikan dengan baik. Salah satu cabang ilmu yang

mempelajari tentang bahasa yaitu sintaksis. Sintaksis kata menjadi satuan

gramatik yang lebih besar yang disebut frasa, klausa, dan kalimat, serta

penempatan morfem suprasegmental (intonasi) adalah bagian dari tata bahasa

yang membahas tentang kaidah penggabungan sesuai dengan struktur semantik

yang diinginkan pembicara sebagai dasarnya (Supriyadi, 2014: 1).

Wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas

kalimat atau klausa dengan kohesi dan koherensi tinggi yang berkesinambungan

yang mempunyai awal dan akhir nyata disampaikan secara lisan atau tertulis

(Tarigan, 2009:26). Jenis wacana terbagi menjadi dua yaitu wacana lisan berupa

khutbah, pidato, dll, dan wacana tulis berupa majalah, komik, novel, dll.
Di dalam sebuah BD (komik) pastilah banyak dijumpai kalimat. Secara

tidak langsung, dengan membaca BD pembaca dapat membantu melatih dalam

memahami kalimat-kalimat yang terdapat di dalamnya. Jenis kalimat yang sering

muncul dalam sebuah BD adalah kalimat majemuk. BD merupakan salah satu

wacana tulis yang mudah dipahami, akan tetapi kemungkinan ada kalimat yang

terlalu panjang sehingga menyulitkan pembaca pemula memahami maksud

kalimat yang terdapat dalam cerita. Oleh sebab itu, memahami kalimat majemuk

dalam BD sangatlah penting agar pembaca lebih mudah dalam membaca BD.

Dibawah ini beberapa contoh kalimat majemuk yang diambil dalam BD Le Chat

du Rabbin karya Joann Sfar.

(1) Je ne le dérange pas quand il lit.


(Saya tidak mengganggunya ketika dia membaca)
(Joann Sfar, 2002:3)

(2) Le rabbin non plus ne me dérange pas quand je fais des choses.
(Pendeta itu tidak lagi menggangguku ketika aku melakukan sesuatu)
(Joann Sfar, 2002:6)

Dalam kalimat majemuk bahasa Prancis, setiap kalimat terdiri dari satu

atau beberapa klausa (proposition), setiap klausa mempunyai unsur inti yang

berupa verba (kata kerja) yang selalu dikonjugasikan. Klausa dalam bahasa

Prancis dibedakan menjadi 3 yaitu : klausa bebas (la proposition indépendante),

klausa inti (la proposition principale), klausa terikat (la proposition

subordonnée).

Berikut ini adalah contoh fungsi penggunaan kalimat majemuk yang

terdapat pada BD berjudul Le Chat du Rabbin karya Joann Sfar.


1. Kalimat majemuk kewaktuan (temps)

Contoh : (3) Je ne le dérange pas quand il lit.


Klausa inti Klausa bukan inti
(Saya tidak mengganggunya ketika dia membaca)

(Joann Sfar, 2002:3)

Konjungsi quand pada kalimat di atas menyatakan bahwa apa yang

dinyatakan pada klausa inti dan klausa bukan inti terjadi secara bersamaan.

2. Kalimat majemuk perlawanan (opposition)

Contoh : (3) Je ne sais pas parler, mais je sais écouter.


Klausa inti Klausa bukan inti
(Saya tidak bisa berbicara tetapi saya bisa mendengarkan)

(Joann Sfar, 2002:8)

Konjungsi mais pada kalimat di atas menyatakan bahwa klausa inti

berlawanan dengan klausa bukan inti.

3. Kalimat majemuk sebab (cause)

Contoh : (5) Je ne l’aime pas, car il est bruyant..


Klausa inti Klausa bukan inti
(Saya tidak menyukainya karena dia berisik)

(Joann Sfar, 2002:5)

Konjungsi car pada kalimat di atas mengandung makna bahwa apa yang

dinyatakan pada klausa bukan inti menjadi penyebab terjadinya atau dilakukannya

Tindakan yang dinyatakan pada klausa inti.

Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat ditemukan keunikan seputar

kelengkapan fungsi kalimat majemuk. Berdasarkan keunikan tersebut peneliti


berusaha menemukan keanekaragaman jenis dan fungsi kalimat majemuk dalam

BD Le Chat du Rabbin karya Joann Sfar.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan beberapa

masalah sebagai berikut:

1. Memahami kalimat majemuk penting dalam membaca BD.

2. Dalam BD penutur menggunakan beragam kalimat majemuk.

3. Makna kalimat majemuk dalam BD juga beragam.

4. Penggunaan kalimat majemuk itu memiliki fungsi yang beragam.

C. Batasan Masalah

Setelah mengetahui masalah-masalah yang diidentifikasikan di atas maka

penelitian ini perlu dibatasi permasalahannya. Oleh karena keterbatasan yang ada

pada peneliti, maka permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut ini.

1. Jenis-jenis kalimat majemuk (phrase complexe) dalam BD Le Chat du

Rabbin karya Joann Sfar.

2. Fungsi kalimat majemuk dalam BD Le Chat du Rabbin karya Joann Sfar.

D. Rumusan Masalah

Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Jenis-jenis kalimat majemuk (phrase complexe) apa sajakah yang terdapat

dalam BD Le Chat du Rabbin karya Joann Sfar ?

2. Bagaimana fungsi kalimat majemuk dalam BD Le Chat du Rabbin karya

Joann Sfar ?
E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitiannya adalah

sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan Jenis-jenis kalimat majemuk (phrase complexe) yang

terdapat dalam BD Le Chat du Rabbin karya Joann Sfar.

2. Mendeskripsikan fungsi kalimat majemuk dalam BD Le Chat du Rabbin

karya Joann Sfar.

F. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan hal-hal yang berhubungan dengan analisis klausa nominal

terdapat beberapa kegunaan dalam penelitian ini.

1. Manfaat secara teoritis.

Hasil penelitian ini memperkaya khasanah penenlitian bidang

linguistik khususnnya bidang sintaksis dan menambah informasi tentang

tata bahasa yang berkaitan dengan kalimat majemuk.

2. Manfaat secara praktis.

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai contoh bahan ajar bagi

guru/siswa yang sedang mempelajari bahasa Prancis di sekolah-

sekolah/lembaga pendidikan.

b. Memberikan pengertian kepada guru Bahasa Prancis khususnya dan

pemerhati bahasa pada umumnya tentang jenis dan fungsi unsur

pembentuk kalimat majemuk.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Sintaksis

1. Definisi Sintaksis

Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani yaitu sun yang artinya “dengan”

dan tattein yang artinya menempatkan, jadi secara etimologis kata sintaksis dapat

diartikan menempatkan Bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau

kalimat.

Menurut Grevisse (2008: 15), la syntaxe étudie les relations entre les mots

dans la phrase: l‟ordre des mots, l‟accord sont des phénomènes de syntaxe.

“Sintaksis mempelajari hubungan antara dua kata dalam suatu kalimat: struktur

kata, akord merupakan fenomena dalam sintaksis.”

Adapun dalam le Dictionnaire de la Linguistique dijelaskan bahwa la

phrase est une forme linguistique indépendant, qui n’est pas incluse en vertu

d’une quelconque construction grammaticale dans une quelconque forme

linguistique plus grande.

“Kalimat adalah satuan linguistik yang dapat berdiri sendiri, yang tidak

termasuk dalam konstruksi gramatikal dalam bentuk linguistik yang lebih luas.”

Menurut Manaf dalam Rahayu (2020: 10) Sintaksis adalah cabang ilmu

linguistik yang membahas tentang struktur intern kalimat. Struktur intern kalimat

yang dimaksud adalah kata, frasa, dan klausa.


2. Bidang Kajian

Tata Bahasa terbagi atas morfologi dan sintaksis. Kajian di dalam

morfologi meliputi kata, bagian kata dan kejadian kata. Sintaksis itu sendiri

meliputi kata dan satuan yang lebih besar yaitu frasa, klausa, kalimat, serta

hubungan antara satuan-satuan itu (Deviana, 2014: 8).

a. Frasa

Frasa (syntagma) adalah satuan linguistik yang secara potensial

merupakan gabungan dua kata atau lebih dan yang tidak mempunyai ciri-ciri

klausa (Cook dalam Rahayu, 2020: 63). Pendapat lain dikemukakan oleh

Dubois-Charlier dalam Rahayu (2020:63) bahwa syntagme est une suite de

mots constituant une unité ‘deretan kata-kata yang membentuk satu

kesatuan’. Berdasarkan unsur inti pembentuknya, frasa dalam bahasa Prancis

dibedakan menjadi beberapa jenis :

1) Frasa Nominal (Syntagme Nominal)

Frasa nominal adalah gabungan antara dua kata atau lebih yang berunsur

inti nomina, dan berfungsi seperti nomina. Dalam bahasa Prancis frasa

nominal merupakan pasangan déterminant dan nomina ( D + N). frasa ini

dibedakan menjadi dua yaitu frasa nominal minimal dan frasa nominal

étendu.

2) Frasa Verbal (Syntagme Verbal)

Frasa verbal adalah gabungan dua kata atau lebih yang berunsur inti verba,

dan berfungsi seperti verba. Berdasarkan konstruksinya frasa verbal

dibedakan menjadi 3 yaitu frasa konstruksi transitif, intransitif, dan atributif.


3) Frasa Adjectival

Frasa adjectival adalah gabungan dua kata atau lebih yang berunsur inti

adjectiva.

4) Frasa Preposisional

Frasa preposisional adalah gabungan dua kata atau lebih yang didahului

dengan preposisi yang sekaligus menjadi unsur inti.

b. Klausa

Secara rinci Rahayu (2020: 55) menguraikan jenis-jenis klausa dalam

bahasa Prancis tersebut.

1) Klausa bebas (la proposition indépendante) yaitu klausa yang tidak terikat

oleh klausa yang lain, dan tidak ada klausa lain yang terikat padanya.

Contoh : (1) Charlotte a une voiture rouge


SN SV

Klausa 1

(2) Nathalie mange du pain, salit sa robe


SN SV SV

Klausa 1 Klausa 2

Kalimat pertama di atas terdiri atas satu klausa bebas, sedangkan jika satu

kalimat itu terdiri dari beberapa klausa, maka antarklausa bisa dihubungkan

dengan tanda baca : koma, titik koma, atau titik dua, seperti terlihat pada contoh

kalimat kedua.
2) klausa inti (la proposition principale) yaitu klausa yang tidak terikat oleh

klausa yang lain, tetapi satu atau beberapa klausa yang lain snagat terikat atau

tergantung padanya. Perhatikan contoh-contoh berikut.

(1) Quand Andrien est faim, il a une mauvais humeur


Konj SN SV SN SV

Klausa terikat Klausa inti

(2) J’aimerais bien que tu viennes pour le vacance de Lebaran


SN SV Konj SN SV SP

Klausa inti Klausa terikat

Klausa inti pada kalimat pertama adalah il a une mauvais humeur, sedangkan

Quand Andrien est faim merupakan klausa bawahan (klausa terikat). Pada kalimat

kedua J’aimerais bien adalah klausa inti, sedangkan que tu viennes pour le

vacance de Lebaran adalah klausa terikat.

3) Klausa terikat (la proposition subordonnée) yaitu klausa yang

keberadaannya terikat atau tergantung dengan klausa yang lain. Klausa terikat

dalam bahasa Prancis dibedakan menjadi beberapa klausa, yaitu :

a. Klausa Relatif merupakan klausa yang didahului dengan pronomina

relatif.

b. Klausa Kompletif merupakan klausa sebagai pengganti fungsi objek.

c. Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran.

(Widjono, 2012:187)

Dalam le Dictionnaire de la Linguistique dijelaskan bahwa la phrase est

une forme linguistique indépendant, qui n’est pas incluse en vertu d’une
quelconque construction grammaticale dans une quelconque forme linguistique

plus grande.

« Kalimat adalah satuan linguistik yang dapat berdiri sendiri, yang tidak

termasuk dalam konstruksi gramatikal dalam bentuk linguistik yang lebih luas. »

Pengertian tersebut diperjelas oleh Delatour (2004: 10) yang

mengemukakan bahwa kalimat adalah kumpulan kata-kata yang membentuk satu

kesatuan makna. Pada bahasa tulis, kata pertama diikuti oleh huruf kapital dan

kata terakhir berikutnya diikuti titik (.), tanda seru (!), tanda tanya (?), atau tanda

berhenti.

“Une phrase est un assemblage des mots formant une unité de sens. A

l‟écrit, le premier mot commence par une majuscule et le dernier est suivi d‟un

point (.), d‟un point d‟exclamation (!), d‟un point d‟intérrogation (?) ou d‟un

point de suspension.”

Menurut Riegel melalui Rahayu (2020: 38), jenis-jenis kalimat dalam

bahasa prancis dibagi menjadi 3, yaitu: kalimat tunggal (phrase simple), kalimat

étendue, dan kalimat majemuk (phrase complexe).

Garde-Tamin melalui Rahayu (2020: 39) menjelaskan bahwa kalimat

tunggal (phrase simple) adalah kalimat yang hanya memiliki unsur utama yang

berupa SN (Syntagme Nominale) dan SV (Syntagme Verbal) predikat tanpa

perluasan. Kalimat étendue adalah kalimat yang unsur utamanya, yaitu SN subjek

dan SV predikat, mendapat perluasan (expansion). Kalimat majemuk (phrase

complexe) adalah kalimat yang terdiri atas dua atau beberapa klausa (proposition).
B. Kalimat Majemuk

1. Definisi Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih

yang tersusun sedemikian rupa sehingga klausa-klausa tersebut memiliki satu

satuan intonasi saja dan bergabung satu dengan yang lainnya secara sintaksis

(Verhaar, 2012 :162).

Selanjutnya Garde-Tamin dalam Rahayu (2020 :43) mendefinisikan

kalimat majemuk (Phrase complexe) adalah kalimat yang terdiri atas dua atau

beberapa klausa (proposition). Terdapat dua hubungan antarklausa dalam kalimat

majemuk bahasa Prancis, yaitu hubungan gramatikal dan hubungan maknawi atau

hubungan semantik (Rahayu, 2020 :43).

2. Jenis-jenis Kalimat Majemuk

Terdapat dua hubungan antarklausa dalam kalimat majemuk bahasa

Prancis, yaitu hubungan gramatikal dan hubungan maknawi atau hubungan

semantik (Rahayu, 2020 : 43). Berikut ini kedua hubungan tersebut akan diuraikan :

a. Hubungan Gramatik Antarklausa dalam Kalimat Majemuk

1) Kalimat Majemuk Setara (La Coordination)

Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang terdiri dari dua atau lebih

klausa, yang antarkalimat dihubungkan dengan menggunakan konjungsi

koordinatif, seperti mais, or (opposition), et (addition), ou, ni (disjunction),

car (cause), dll. Hubungan antara kalimat yang satu dengan yang lain bersifat
sejajar atau sama, tidak saling bergantung, kalimat yang satu tidak lebih

penting dari kalimat yang lain. Jadi masing-masing kalimat berdiri sendiri

(Rahayu, 2020 :43). Contoh :

(3) Il pleuvait et Sophie n’est pas sortie

Klausa 1 Klausa 2

(Rahayu, 2020 :43)

(4) Je ne me suis pas baignée, car il faisait trop froid

Klausa 1 Klausa 2
(Rahayu, 2020 :43)

2) Kalimat Majemuk Bertingkat (Subordination)

Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang terdiri dari dua atau

lebih klausa, antara klausa satu dengan yang lain dihubungkan dengan

menggunakan konjungsi subordinatif, seperti : quand, comme, puis que,

parce que, dan sebagainya. Dalam kalimat mejemuk bertingkat terdapat

klausa inti (proposition principale) dan klausa anak kalimat (proposition

subordonée). Berdasarkan bentuknya klausa anak kalimat dapat dibedakan

menjadi 3 jenis, yaitu :

a) Klausa Subordonée Completive

Klausa subordonée completive adalah klausa anak kalimat ayang

dapat menggantikan objek, subjek, atau atribut dalam kalimat tunggal,

perhatikan contoh berikut ini :

(5) Je vous annonce que les hirondelles sont revenues

Klausa inti Klausa Subordonée Completive


(Rahayu, 2020 :43)
(6) Il est exact que la reunion a été annulée

Klausa Inti Klausa Subordonée Completive


(Rahayu, 2020 :43)

b) Klausa Subordonée Relatif

Klausa subordonée relatif adalah klausa anak kalimat yang

didahului dengan pronomina relatif (qui, que, dont, où, duquel, dan

sebagainya). Klausa ini memberi pelengkap pada nomina atau pronomina

yang ada dalam sebuah kalimat. Perhatikan contoh berikut ini :

(7) Juliette dont je t’ai parlé est ma voisine de classe

Klausa Subordonée Relatif

Klausa Inti

(Rahayu, 2020:45)

(8) Ces fleurs que je vous ai apportées doivent être mises dans l’eau

Klausa Subordonée Relatif

Klausa Inti

(Rahayu, 2020:45)

c) Klausa Subordonée Circontancielle

Klausa Subordonée Circontancielle adalah klausa anak kalimat

yang menggantikan fungsi keterangan dalam sebuah kalimat (Dubois

dalam Rahayu, 2020 :45). Perhatikan contoh berikut ini :

(9) Santo est venu chez moi à 9 heures

Keterangan waktu

(Rahayu, 2020:45)
3) Kalimat Majemuk Juxtaposition

Kalimat majemuk juxtaposition adalah kalimat majemuk yang tidak

menggunakan konjungsi (kata penghubung) untuk menggabungkan klausa

yang satu dengan klausa yang lain. Penggabungan antara dua atau lebih

klausa menggunakan tanda baca koma (,), titik koma ( ;) atau titik dua ( :).

Tanda-tanda baca tersebut dapat menyatakan makna yang bermacam-macam.

Perhatikan contoh berikut ini:

(10) Tu as aimé ce film, moi, il m’a ennuyé

Klausa 1 Klausa 2
(Rahayu, 2020 : 46)

(11) Je dormais, je n’ai rien entendu

Klausa 1 Klausa 2
(Rahayu, 2020 :46)

b. Hubungan Makna Antarklausa dalam Kalimat Mejemuk

1) Hubungan Makna Kewaktuan (temps)

Dalam hubungan ini, klausa yang satu, yaitu klausa bukan inti menyatakan

waktu atau sebagai pengganti keterangan waktu bagi klausa inti. Waktu yang

dimaksud adalah menyatakan waktu terjadinya, waktu permulaan maupun

berakhirnya peristiwa atau keadaan.

Kata penguhung yang dipakai untuk menandai hubungan ini antara lain :

comme, quand, pendant que, tant que, dès que, avant que, durant que, lors

que, dan sebagainya. Perhatikan contoh berikut ini :

(12) Je sortirai quand il arrivera


Klausa inti Klausa bukan inti
(Rahayu, 2020 :48)

(13) Je partie avant qu’il fasse nuit

Klausa inti Klausa bukan inti


(Rahayu, 2020 :48)

2) Hubungan Makna Sebab (cause)

Hubungan makna sebab muncul manakala apa yang dinyatakan dalam

klausa bukan inti menjadi sebab atau alasan terjadinya peristiwa atau

dilakukannya suatu tindakan atau keadaan yang dinyatakan dalam klausa inti.

Hubungan makna sebab ditandai dengan penggunaan konjungsi, antara lain :

parce que, puisque, car, comme, étant donné que, en effet, vu que, dan

sebagainya. Perhatikan contoh berikut ini :

(14) Il faut emporter des laînages parce qu’il fait froid

Klausa inti Klausa bukan inti


(Rahayu, 2020 :49)

(15) On a simplifié les formalités vu qu’il y a avait urgence

Klausa inti Klausa bukan inti


(Rahayu, 2020 :49)

3) Hubungan Makna Akibat (conséquence)

Apa yang dinyatakan dalam klausa bukan inti dapat juga menyatakan

makna akibat dari apa yang dinyatakan dalam klausa inti. Hubungan makna

akibat ini biasanya ditandai dengan penggunaan konjungsi, antara lain : de

sorte que, au point que, de façon que, de manière que, si bien que, dan

sebagainya. Perhatikan contoh berikut ini :

(16) Marie a fait ses devoirs hier de sorte qu’elle est libre ce soir
Klausa inti Klausa bukan inti

(Rahayu, 2020 :49)

(17) Il avait tellement faim qu’il n’a pas pu attendre

Klausa inti Klausa bukan inti


(Rahayu, 2020 :50)

4) Hubungan Makna Tujuan (but)

Yang dimaksud dengan hubungan makna tujuan adalah bahwa apa yang

dinyatakan dalam klausa bukan inti merupakan tujuan atau arah terjadinya

aksi atau keadaan sebagaimana yang dinyatakan dalam klausa inti. Konjungsi

atau kata penghubung yang dapat menandai hubungan makna ini antara lain :

pour que, afin que, de façon que, de peur que, dan sebagainya. Perhatikan

contoh berikut ini :

(18) Il s’adresse à un ami pour qu’il l’aide à trouver du travail

Klausa inti Klausa bukan inti

(Rahayu, 2020 :50)

(19) Il lui rappelle sa promesse de peur qu’il ne l’oublie

Klausa inti Klausa bukan inti

(Rahayu, 2020 :50)

5) Hubungan Makna Perlawanan (opposition)

Hubungan makna perlawanan artinya bahwa apa yang dinyatakan dalam

klausa bukan inti atau tidak sama dengan apa yang dinyatakan dalam klausa

inti. Konjungsi atau kata penghubung yang dapat menimbulkan hubungan

makna perlawanan ini, antara lain : bien que, si…que, bien loin que, alors

que, tandis que, dan sebagainya. Perhatikan contoh berikut ini :


(20) Bien qu’il ne soit plus très jeune, il aime faire de l’alpinisme

Klausa bukan inti Klausa inti

(Rahayu, 2020 :51)

(21) Benyamin est travailleur, tandis que Céline préfère se promener

Klausa inti Klausa bukan inti

(Rahayu, 2020 :51)

6) Hubungan Makna Perbandingan (comparasion)

Hubungan makna perbandingan terjadi pada kalimat majemuk yang

menggunakan kata penghubung antara lain : comme, comme si, ainsi que, de

même que, plus que, moins que, dan sebagainya. Perhatikan contoh berikut :

(22) Tu as parlé comme je l’aurais fait à ta place

Klausa inti Klausa bukan inti

(Rahayu, 2020 :52)

(23) Il est plus intelligent que je le pensais

Klausa inti Klausa bukan inti

(Rahayu, 2020 :52)

7) Hubungan Makna Bersyarat (condition)

Apa yang dinyatakan dalam klausa bukan inti merupakan syarat terjadinya

atau terlaksananya apa yang disebutkan dalam klausa klausa inti. Kata

hubung atau konjungsi yang menandai hubungan makna bersyarat ini antara
lain : Si, pourvu que, à condition que, soit que…, quand bien même, dan

sebagainya. Perhatikan contoh berikut ini :

(24) Si j’ai assez d’argent, je m’achèterai cette voiture

Klausa bukan inti Klausa inti

(Rahayu, 2020 :52)

(25) Je vous promets un congé à condition que vous soyez sage

Klausa inti Klausa bukan inti

(Rahayu, 2020 :52)

8) Hubungan Makna Tak Bersyarat (concession)

Dalam hubungan makna tak bersyarat ini klausa bukan inti menyatakan

bahwa dalam keadaan begaimanapun juga, apa yang dinyatakan dalam klausa

inti pasti terjadi, maksudanya adalah tak ada syarat yang dipenuhi bagi

terlaksananya Tindakan yang dinyatakan dalam klausa inti. Oleh karena itu

hubungan makna ini dinakaman hubungan makna tak bersyarat. Konjungsi

yang menandai hubungan makna tak bersyarat antara lain : bien que, encore

que, quoi que, qui que, sans que, où que, dan sebagainya. Perhatikan contoh

berikut :

(26) Quoi que je fasse, je suis perdu

Klausa bukan inti Klausa inti

(Rahayu, 2020 :53)

(27) Elle n’est pas jolie, encore qu’elle ait de beau yeux
Klausa inti Klausa bukan inti

(Rahayu, 2020 :53)

9) Hubungan Makna Cara (manière)

Makna cara muncul akibat adanya hubungan antara dua klausa, yaitu bahwa

klausa bukan inti menyatakan bagaimana (comment ?) Tindakan yang

disebutkan dalam klausa inti dilakukan. Pada umumnya, hubungan makna ini

ditandai dengan penggunaan konjungsi, antara lain : Ainsi que, comme, à

messure que, dan sebagainya. Perhatikan contoh berikut :

(28) Il fait comme si rien ne s’était passé

Klausa inti Klausa bukan inti

(Rahayu, 2020 :54)

(29) J’ai répondu comme vous auriez fait vous-même

Klausa inti Klausa bukan inti

(Rahayu, 2020 :54)

C. Komik (BD)

1. Definisi Komik (BD)

Komik adalah urutan-urutan gambar yang ditata sesuai tujuan dan filosofi

pembuatnya hingga pesan cerita tersampaikan, komik cenderung diberi

lettering yang diperlukan sesuai kebutuhan (Gumelar, 2011 :7).

Selanjutnya dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) komik adalah

cerita bergambar (dalam majalah, surat kabar, atau berbentuk buku) yang

umumnya mudah dicerna dan lucu.


Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komik adalah

cerita bergambar yang ditata secara apik dan menarik sehingga pesan yang

disampaikan mudag dipahami oleh pembacanya.

2. Sinopsis BD « Le Chat du Rabbin »

Komik Le chat du Rabbin adalah sebuah komik yang ditulis oleh Joann

Sfar pada tahun 2002 di Perancis. Komik ini juga diadaptasikan dalam bentuk

film dengan judul yang sama pada tahun 2011 dan tahun 2018. Komik ini

menceritakan seekor kucing milik seorang pendeta yang dapat berbicara

setelah memakan burung beo di rumahnya. Kucing tersebut berbohong

mengenai burung beo tersebut, sehingga sang pendeta memiliki keinginan

agar si kucing tak lagi berbohong dan menjadikannya sebagai Yahudi yang

baik.

D. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Dira Fadila (2012) berjudul Analisis Kalimat

Majemuk dalam Buku Cerpen Cerita Anak Usia 10 tahun Berjudul Vater,

Mutter, Ichund Sie Karya Jurg Schubiger Ditinjau dari Aspek Sintaksis karya

mahasiswa Universitas Indonesia. Subjek penelitian ini adalah cerpen Vater,

Mutter, Ichund Sie Karya Jurg Schubiger. Hasil yang diperoleh dari penelitian

ini, ditemukan 2 jenis kalimat majemuk, yaitu kalimat majemuk setara dan

kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk setara sebanyak 210 kalimat,

selain itu, juga terdapat kalimat majemuk bertingkat sebanyak 342 kalimat.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Riezkha Amalia Hanum (2013) berjudul

Analisis Kalimat Majemuk Dalam Komik Schneewittchen: Tanz Im Wald

Yang Terdapat Pada Majalah Anak Disney Prinzessin Edisi Nomor Dua

Tahun 2005 Ditinjau Dari Aspek Sintaksis karya mahasiswi Universitas

Indonesia. Subjek penelitian ini adalah Komik Schneewittchen: Tanz Im Wald

Yang Terdapat Pada Majalah Anak Disney Prinzessin Edisi Nomor Dua

Tahun 2005. Hasil yang diperoleh terdapat dua jenis kalimat majemuk dalam

komik tersebut yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk

bertingkat. Kalimat majemuk setara yang terdapat dalam komik

Schneewittchen: Tanz im Wald pada majalah anak Disney Prinzessin edisi

nomor 2 tahun 2005 terdiri atas konjungtor und dan aber. Dari 11 kalimat

majemuk setara yang ditemukan, terdapat 9 kalimat majemuk setara yang

menggunakan konjugtor und dan 2 kalimat majemuk setara yang

menggunakan konjungtor aber. Kalimat majemuk bertingkat yang ditemukan

dalam komik ini ada 16. Subjungtor yang paling banyak ditemukan dalam

analisis ini adalah subjungtor als.


tambahkan tabel data:

No. Data Bentuk Fungsi


1 bla bla bla sub relatve ...?
2. bla bla bla bla bla bla .... ?

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan

Taylor dalam Ismawati (2016: 7) penelitian kualitatif yaitu prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang dapat diamati; pendekatan ini diarahkan pada latar dan

individu secara holistik (utuh).

Penelitian ini mendeskripsikan tentang bentuk dan fungsi kalimat

majemuk dalam BD Le Chat Du Rabbin karya Joann Sfar. Diawali dengan

perumusan masalah yang dilanjutkan dengan pengumpulan data dan analisis data.

Setelah semua data terkumpul dan dianalisis, kemudian dilanjutkan membuat

kesimpulan dari hasil penelitian.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian merupakan benda, hal atau orang dimana data untuk

variabel penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan (Arikunto, 2016:26).

Subjek dalam penelitian ini adalah semua tuturan yang terdapat dalam BD Le

Chat Du Rabbin karya Joann Sfar.

Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu tentang suatu hal objektif, valid dan reliabel tentang
suatu hal (variabel tertentu). Objek dalam penelitian ini adalah semua kalimat

majemuk dalam BD Le Chat Du Rabbin karya Joann Sfar.

C. Data dan Sumber Data

Zaim (2014:74) menjelaskan bahwa data merupakan bahan penelitian yang

diperoleh dengan metode dan teknik tertentu dari sumber data. Data dalam

penelitian ini adalah aeluruh kalimat majemuk yang terdapat dalam BD Le Chat

Du Rabbin karya Joann Sfar. Data-data tersebut diambil dari sumber data yang

diperoleh dari dialog yang terdapat dalam BD Le Chat Du Rabbin karya Joann

Sfar.

D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode merupakan cara yang teratur yang dilakukan untuk mencapai

maksud tertentu, dengan kata lain metode adalah cara kerja yang bersistim untuk

memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan (Zaim, 2014: 22). Menurut Zaim (2014:87) pengumpulan data adalah

kegiatan lapangan utama yang dilakukan peneliti setelah mempersiapkan atau

merancang penelitian.

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode simak. Zaim

(2014:89) mengungkapkan metode simak merupakan metode pengumpulan data

yang dilakukan melalui proses penyimakan atau pengamatan terhadap

penggunaan bahasa yang diteliti. Istilah simak di sini bukan hanya berkaitan
dengan penggunaan bahasa lisan seperti pidato dan percakapan antar penutur

suatu bahasa, tetapi juga termasuk untuk bahasa tulis yaitu mengamati, membaca,

dan memahami bahasa tulis yang ada dalam suatu teks tertulis seperti naskah

cerita, berita surat kabar, dan naskah tertulis lainnya.

Teknik dasar metode simak menggunakan Teknik sadap, sedangkan


Sebaiknya gunakan buku
Teknik lanjutannya menggunakan teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC).
Sudaryanto (yg terbaru)
bukan Zaim
Teknik sadap dilakukan dengan cara penyadapan terhadap bahasa yang digunakan

dalam komunikasi penutur suatu bahasa baik berupa monolog maupun dialog
tambahkan tabel
data (Zaim, 2014:89). Zaim (2014:90) melanjutkan teknik Simak Bebas Libat Cakap

(SBLC) dilakukan dengan menyadap tanpa perlu berpartisipasi berbicara.

Kemudian dilanjutkan dengan teknik catat yang merupakan teknik lanjutan dari

metode simak. teknik catat dilakukan pencatatan berupa ortografis, fonemis atau

fonetis, sesuai dengan objek penelitian yang dilakukan (Zaim, 2014:91).

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen penelitian adalah

peneliti itu sendiri. Peneliti sebaga human instrument berfungsi menetapkan

focus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan

pengumpulan data, menilai kualitas data, menafsirkan data dan membuat

kesimpulan atas semuanya (Sugiono melalui Deviana, 2014: 25). Instrumen

penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti atau penulis penelitian. Sebagai
instrumen penelitian, peneliti mempunyai aspek sebagai pengumpul data dengan

mendeskripsikan data sesuai dengan konteksnya.

F. Metode dan Teknik Analisis Data

Analisis data adalah upaya peneliti menangani langsung masalah yang

terkandung pada data. Penanganan ini terlihat dari adanya tindakan mengamati

data, menganalisis, mengklasifikasi, menguji hasil analisis, dan menemukan

kaidah kebahasaan (Sudaryanto dalam Zaim, 2014:97). Metode analisis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode agih. Metode agih adalah metode

analisis data yang alat penentunya berupa bagian dari bahasa yang bersangkutan

itu sendiri (Sudaryanto melalui Deviana, 2014:26).

Teknik dasar yang digunakan dalam metode agih ini berupa teknik Bagi

Unsur Langsung (BUL) dan teknik lanjutan berupa teknik baca markah. Teknik

Bagi Unsur Langsung (BUL) adalah Teknik analisis data dengan cara membagi

konstruksi menjadi beberapa bagian atau unsur yang langsung membentuk

konstruksi yang dimaksud (Tri mastoyo melalui Deviana 2014:26). Contoh

penerapannya adalah sebagai berikut :

(30) Le rabbin non plus ne me dérange pas quand je fais des choses.
(Pendeta itu tidak lagi menggangguku ketika aku melakukan sesuatu)

(Joann Sfar, 2002:6)


Kalimat di atas merupakan kalimat majemuk bertingkat. Dikatakan

kalimat majemuk bertingkat karena kalimat tersebut memiliki 2 klausa dan dilihat

dari pemarkahnya yaitu konjungsi quand.

G. Uji Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui pertimbangan

validitas dan reliabilitas data. Ismawati (2016:17) menjelaskan bahwa kriteria

keabsahan data meliputi keterpercayaan (credibility), keteralihan

(transferability), kebergantungan (dependenability), dan kepastian

(confirmability).

Keterpercayaan (credibility) memiliki dua fungsi yaitu melaksanakan

inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai

dan mempertunjukan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuannya dengan jalan

pembuktian terhadap kenyataan ganda yang diteliti.

Pada penelitian ini uji keterpercayaan (credibility) peneliti menggunakan

trianggulasi. Trianggulasi adalah pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan

pengecekan data, atau sering disebut pembanding data.

Keteralihan (transferability) merupakan teknik untuk menguji validitas

eksternal di dalam penelitian kualitatif (Ismawati, 2016:18). Pada penelitian ini

peneliti akan mmeberikan uraian yang rinci, jelas serta sistematisterhadap hasil

penelitian. Tujuannya agar penelitian ini dapat mudah dipahami oleh orang lain.
Kebergantungan (dependenability ini sering disebut sebagai reliabilitas

dalam penelitian kuantitatif. Sugiyono (2015:377) menjelaskan bahwa

kebergantungan (dependenability) dilakukan dengan cara mengaudit segala

keseluruhan proses penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan audit dengan cara

berkonsultasi dengan dosen pembimbing untuk mengurangi kekeliruan-

kekeliruan dalam penyajian hasil penelitian maupun proses selama dilakukannya

penelitian.

Kepastian (confirmability) ini bergantung pada data yang diperoleh

(Ismawati, 2016:18). Pada penelitian ini nantinya akan menguji Kembali data

yang telah didapat oleh peneliti.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2016. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :

Rineka Cipta

Delatour, dkk. 2004. Grammaire Française. Paris: Harchette.

Deviana, Mila. 2014. Bentuk dan Pola Headline Iklan Makanan dan Minuman di

Majalah Femme Actuelle Edisi Januari-Desember 2012. Yogyakarta :

Universitas Negeri Yogyakarta

Fadila, Dira. 2012. Analisis Kalimat Majemuk dalam Buku Cerpen Cerita Anak

Usia 10 tahun Berjudul Vater, Mutter, Ichund Sie Karya Jurg Schubiger

Ditinjau dari Aspek Sintaksis. Jakarta : Universitas Indonesia.

Grevisse, Maurice dan André Goosse. 2008. Le Bon Usage 14e édition. Paris:

Duculot.

Gumelar, M.S. 2012. Comic Making- Cara Membuat Komik. Jakarta : Indeks.

Hanum, Riezkha Amalia. 2013. Analisis Kalimat Majemuk Dalam Komik

Schneewittchen: Tanz Im Wald Yang Terdapat Pada Majalah Anak Disney

Prinzessin Edisi Nomor Dua Tahun 2005 Ditinjau Dari Aspek Sintaksis.

Jakarta: Universitas Indonesia

Ismawati, Esti. 2016. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra.

Yogyakarta : Penerbit Ombak

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka

Umum.

Mounin, Georges. 1974. Dictionnaire De La Linguistique. Paris : Presses

Universitaires De France.
Putrayasa, Ida Bagus. 2010. Analisis Kalimat : Fungsi, Kategori, dan Peran.

Bandung : PT. Refika Aditama.

Rahayu, Siti Perdi. 2020. Sintaksis Bahasa Prancis. Yogyakarta : Tamanpena.com

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung:

Alfabeta.

Supriyadi. 2014. Sintaksis Bahasa Indonesia. Gorontalo: UNG Press.

Verhaar, J. W. M. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Widjono. 2012. Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo.

Zaim, M. 2014. Metode Penelitian Bahasa Pendekatan Struktural. Padang:

Sukabina Press

Anda mungkin juga menyukai