Anda di halaman 1dari 91

LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POSTPARTUM


DENGAN GANGGUAN TIDUR

LITERATUR REVIEW

DISUSUN OLEH:
KHOFIFAH NURAGITA
NIM. P17310184091

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN MALANG
TAHUN 2021
LAPORAN TUGAS AKHIR
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POSTPARTUM
DENGAN GANGGUAN TIDUR

LITERATUR REVIEW

Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesikan pendidikan Ahli


Madya Kebidanan pada Program Stidu DIII Kebidanan Malang
Politeknik Kesehatan kemenkes Malang

DISUSUN OLEH:
KHOFIFAH NURAGITA
NIM. P17310184091

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN MALANG
TAHUN 2021

i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Khofifah Nuragita
NIM : P17310184091
Program Studi : DIII Kebidanan Malang
Judul Studi Kasus : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Postpartum dengan
Gangguan Tidur
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan tindakan plagiat
dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir saya yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Postpartum Dengan Gangguan Tidur”
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat pada laporan
tugas akhir saya tersebut, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Malang, 11 Januari 2021


Yang membuat pernyataan,

Khofifah Nuragita
NIM.P17310184091

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan tugas akhir dengan Judul Asuhan Kebidanan Pada Ibu


Postpartum dengan Gangguan Tidur diperiksa dan disetujui untuk
diujikan

Malang, 02 Juli 2021


Pembimbing

Ika Yudianti, SST.,M.Keb


NIP. 19800727 200312 2 002

iii
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Tugas Akhir Literatur Review dengan Judul “Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Postpartum dengan Gangguan Tidur” ini telah
dipertahankan di depan Dewan Penguji Seminar Sidang Laporan
Tugas Akhir Pada Tanggal 02 Juli 2021

Dewan Penguji
Penguji Ketua Penguji Anggota

Ika Yudianti, SST.,M.Keb Ita Yuliani,SST, M.Keb


NIP. 19800727 200312 2 002 NIP. 82.07.2.102

Mengetahui,
Ketua Jurusan Kebidanan Ketua Program Studi D-III
Poltekkes Kemenkes Malang Kebidanan Malang

Herawati M., SST., M.Pd., M.Psi Rita Yulifah, S.Kp., M.Kes


NIP. 19650110 198503 2 002 NIP. 19660727 199103 2 003

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir yang berjudul “Asuhan Kebidanan Postpartum dengan
Gangguan Tidur” sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan
Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi DIII Kebidanan Malang
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Malang.
Dalam hal ini,penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak,karena itu pada kesempatan kali ini penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Budi Susatya, S.Kep, M.Kes. selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Malang ,yang telah memberikan kesempatan
menyusun Laporan Tugas Akhir ini
2. Herawati Mansur, S.ST.,M.Pd,.M.Psi , Selaku Ketua Jurusan
Kebidanan Politeknik Kemenkes Malang.
3. Rita Yulifah ,S.Kp,.M.Kes, selaku Ketua Program Studi
Kebidanan Politeknik Kemenkes Malang ,yang telah
memberikan kesempatan menyusun Laporan Tugas Akhir ini.
4. Ika Yudianti, SST.,M.Keb selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan sehingga tugas akhir ini dapat
terselesaikan.
5. Ita Yuliani,SST, M.Keb selaku anggota penguji yang telah
berkesempatan hadir pada seminar hasil laporan tugas akhir
saya.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala
atas segala amal baik yang telah diberikan dan semoga Laporan
Tugas Akhir ini berguna bagi semua pihak yang memanfaatkan.

Malang, 20 Januari 2021

Penulis

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................... iii


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................ x
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
BAB II ..................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 5
2.1 Konsep Postpartum................................................................................... 5
2.2 Patofisiologi ............................................................................................ 15
2.3 Konsep Gangguan Tidur......................................................................... 16
BAB III.................................................................................................................. 22
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 22
3.1. Desain Study Literature .......................................................................... 22
3.2. Langkah-Langkah Penelusuran Literature ............................................. 22
3.3. Membuat Kata Kunci ............................................................................. 23
3.4. Mencari Sumber-sumber Informasi terkait ............................................ 23
3.5. Menentukan Kriteria Inklusi dan Ekslusi ............................................... 24
3.6. Kerangka Operasional ............................................................................ 25
3.7. Melakukan Review ................................................................................. 26
BAB IV ................................................................................................................. 27
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 27
4.1 Hasil Literature Review .......................................................................... 27
4.2 Hasil Pencarian Literatur ........................................................................ 30
4.3 Pembahasan ............................................................................................ 38

vi
BAB V ................................................................................................................... 61
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 61
5.1 Simpulan ................................................................................................. 61
5.2 Saran ....................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 63

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.2 Involusi Uteri…………………………………………………………6


Tabel 2.1.3 Asuhan Selama Kunjungan Masa Postpartum………………..………9
Tabel 3.2 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Postpartum Dengan Gangguan Tidur…..23

viii
DAFTAR GAMBAR
3.6 Kerangka Operasional……………………………………………………......25

ix
DAFTAR SINGKATAN
ASI : Air Susu Ibu
RAS : Reticulary Activatting System
BSR : Bulbar Synchronizing Regional
ACTH : Adrenocorticotropic Hormone
BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
QOS : Quality of Service
PSQI : Pittsburgh Sleep Quality Index
GEE : Generalised Estimating Equation
PSS : Perceived Stress Scale
SPSS : Statistical Product and Service Solutions
ANOVA : Analysis of variance
REM : Rapid Eye Movement
SWS : Slow wave sleep
NREM : Non- Rapid eye movement

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Masa postpartum atau puerperium yaitu dimulai sejak 2 jam setelah

lahirnya plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil. Pada umumnya, masa postpartum berlangsung sampai dengan 6

minggu atau 42 hari (Sulistyawati, 2015). Tidur yang cukup bagi ibu postpartum

ialah 8 jam sehari, dengan pola istirahat yang cukup dapat membantu ibu untuk

tetap menjaga kualitas produksi ASI. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk

mengatasi gangguan tidur yaitu bidan dapat memberikan pendidikan kesehatan

pada saat melakukan kunjungan postpartum tentang kebutuhan istirahat/tidur pada

ibu postpartum, selain itu upaya yang bisa dilakukan ibu postpartum yaitu

meminta bantuan suami/keluarga untuk ikut merawat bayinya, mengurangi kafein,

dan tidur menyesuaikan pola tidur bayinya dengan cara pada waktu siang hari

kurang lebih 1-2 jam/selama bayinya tertidur, sedangkan pada malam hari ibu

diusahan ikut tidur saat bayi tidur sehingga kekurangan tidur pada saat malam hari

dapat teratasi (Marmi, 2012).

Ibu postpartum sangat membutuhkan istirahat ataupun tidur yang

mencukupi, dengan istirahat yang cukup dapat membantu pemulihan kondisi ibu

setelah hamil dan persalinan (Bahiyatun 2009). Ibu menyusui mempunyai

kebutuhan istirahat paling sedikit 8 jam/hari, yang terpenuhi dalam istirahat pada

malam dan siang hari (Sulistyawati, 2009). Masalah kurangnya waktu tidur yang

1
2

dialami ibu postpartum dapat meningkat ke dalam kategori insomnia kronis.

Kurang tidur tersebut dapat mengakibatkan rasa mengantuk pada siang hari, ibu

dapat mengalami penurunan kognitif, mudah lelah, cepat marah bahkan muncul

menjadi permasalahan lain dalam tidur. Gejala-gejala tersebut jika tidak ditangani

dapat menjadi salah satu gejala terjadinya postpartum blues (Dorheim, Bondevik,

Eberhard-Gran, & Bjorvatn, 2009a).

Penelitian Mindel, Sadeh, Kwon, & Goh (2013), menunjukkan bahwa

54% ibu postpartum di beberapa negara memiliki kualitas tidur buruk, 50,9% di

Malaysia, 77,8% di Jepang. Hasil penelitian yang lain didapatkan ibu postpartum

yang mengalami pola gangguan tidur ringan sebanyak 45,2% dengan rata-rata

tidur pada malam hari paling sedikit 357 menit dan paling lama 520 menit, dengan

rata-rata 424,61± 50,77 menit (Arif, 2012). Penelitian Fatmawati, R, Hidayah, N.

(2019), menunjukan rata-rata tidur siang pada ibu postpartum paling sedikit 30

menit dan rata-rata paling lama 120 menit, dengan rata-rata 67,14±24,37 menit.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa rata-rata tidur siang ibu postpartum

adalah 1 jam lebih 25 menit. Menurut Marmi (2012), ibu postpartum seharusnya

mempunyai jadwal waktu tidur siang selama 1 sampai 2 jam. Jadwal tidur ibu

postpartum normalnya berada dalam rentang waktu 7–8 jam dan terjadi

peningkatan jam tidur (Marmi, 2012).

Gangguan tidur bisa menyebabkan masalah pada pola tidur, baik karena

tidak bisa tertidur, sering terbangun pada malam hari, atau ketidakmampuan untuk

kembali tidur setelah terbangun. Gangguan tidur ini dapat disebabkan oleh
3

beberapa faktor, diantaranya yaitu nyeri jahitan perineum, rasa tidak nyaman

pada kandung kemih serta gangguan/ tangisan bayi. (Sulisyawati, 2009).

Perubahan pola tidur tersebut dapat menyebabkan masalah pada ibu

menyusui yaitu kurang tidur. Kurang tidur dapat menyebabkan terjadinya

perubahan suasana kejiwaan pada ibu menyusui. Hal ini rentan terjadi postpartum

blues karena ibu sedang beradaptasi dengan perubahan fisik, psikologis bahkan

dalam menjalani peran barunya. Akibat dari gangguan pola tidur dan adanya

perubahan kualitas tidur yaitu menyebabkan menurunnya kualitas hidup,

kegiatan/aktivitas harian terganggu, sistem imun tubuh menjadi menurun (Kaku et

al., 2012).

Berbagai macam cara dilakukan untuk mengatasi masalah kualitas tidur

seseorang, baik dengan terapi farmakologi maupun terapi non farmakologi. Terapi

farmakologi misalnya dengan bantuan obat tidur atau obat penenang lainnya

(Harmanto & Subroto, 2007). Salah satu terapi non farmakologi yang bisa

digunakan untuk meningkatkan kualitas tidur adalah memberikan sugesti melalui

hipnoterapi. Hipnoterapi yang bisa diberikan untuk ibu di masa postpartum dan

menyusui yaitu hypnobreastfeeding. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk

melakukan studi literatur tentang asuhan kebidanan ibu postpartum dengan

gangguan tidur.

1.2.Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan kebidanan pada ibu postpartum dengan gangguan tidur?


4

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mampu mengidentifikasi penatalaksanaan untuk menangani gangguan tidur

pada ibu postpartum.

1.3.2 Tujuan Khusus

Mengidentifikasi jenis-jenis penatalaksanaan non farmakologi untuk

mengatasi gangguan tidur pada ibu postpartum:

1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat penulis

Studi literatur ini diharapkan dapat menjadi pengalaman penulis , acuan dan

sumber bacaan serta informasi mengenai asuhan kebidanan pada ibu

postpartum dengan gangguan tidur.

1.4.2 Manfaat praktis

Secara praktis diharapkan dapat bermanfaat dan diterapkan untuk

meningkatkan asuhan kebidanan secara langsung pada ibu postpartum dengan

gangguan tidur.

1.4.3 Manfaat teoritis

Manfaat studi literatur ini secara teoritis adalah memberikan sumbangan

pemikiran bagi asuhan kebidanan pada ibu postpartum dengan gangguan

tidur.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Postpartum

2.1.1 Pengertian Masa Postpartum

Masa postpartum atau puerperium yaitu dimulai sejak 2 jam setelah

lahirnya plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti

keadaan sebelum hamil. Pada umumnya, masa postpartum berlangsung

sampai dengan 6 minggu atau 42 hari (Sulistyawati, 2015).

Masa postpartum adalah masa yang dimulai setelah lahirnya plasenta

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa postpartum berlangsung kira-kira 6 minggu. Periode

postpartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin,

(menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus

reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil (Islami, 2015:5).

2.1.2 Perubahan Fisiologis Pada Masa Postpartum

Adapun perubahan fisiologis pada masa postpartum yaitu :

1. Uterus

Setelah plasenta lahir, uterus akan mulai mengeras karena kontraksi

dan retraksi otot-ototnya, uterus berangsur-angsur mengecil sampai

keadaan sebelum hamil

5
6

Tabel 2.1.2

Involusi Uteri

Waktu TFU Berat Uterus Diameter


Uterus
Plasenta Lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
7 hari (1 Pertengahan pusat 500 gram 7,5 cm
minggu) dan simpisis
14 hari (2 Tidak teraba 350 gram 5 cm
minggu)
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm
Sumber: Baston (2011)
2. Lochea

Lochea adalah cairan yang berasal dari kavum uteri dan vagina selama

masa post partum (Sitti Saleha, 2009). Berikut adalah beberapa jenis

lokhea :

a) Lokhea rubra, berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa-

sisa selaput ketuban, desidua, verniks kaseosa, lanugo, mekonium

dan berlangsung selama 2 hari.

b) Lokhea sanguilenta, berwarna merah kuning berisi darah dan

berlangsung 3-7 hari.

c) Lokhea serosa, berwarna kuning karena mengandung serum,

jaringan desidua, leukosit dan eritrosit, berlangsung selama 7-14

hari.

d) Lokhea alba, berwarna putih terdiri atas leukosit dan sel-sel

desidua berlangsung 14 hari-2 minggu berikutnya.


7

3. Endometrium

Perubahan terjadi dengan timbulnya thrombosis, degenerasi dan

nekrosis di tempat implantasi plasenta. Bekas implantasi berkontraksi

sehingga menonjol ke kavum uteri, hari pertama endometrium setebal

2,5 mm, endometrium akan rata setelah hari ke-3.

4. Serviks

Setelah persalinan serviks terbuka, setelah 7 hari dapat dilalui 1 jari

dan setelah 4 minggu rongga bagian luar sudah kembali normal.

5. Vagina dan perineum

Vagina secara berangsur-angsur luasnya berkurang tetapi jarang sekali

kembali seperti ukuran nullipara, hymen tampak sebagai tonjola

jaringan yang kecil dan berubah menjadi karunkula mitiformis.

Minggu ke-3 ruggae vagina kembali. Perineum yang terdapat laserasi

atau jahitan serta odema akan berangsur-angsur pulih dan sembuh 6-7

hari tanpa infeksi. Oleh karena itu vulva hygiene perlu dilakukan.

6. Mamae/payudara

Semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara

alami. Selama kehamilan jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan

fungsinya mempersiapkan makanan bagi bayi. Pada hari ketiga setelah

melahirkan hormon prolaktin pada payudara mulai diproduksi, ketika

bayi mengisap puting maka hormon oksitosin akan merangsang ensit

let down yang menyebabkan terjadinya produksi ASI.


8

7. Sistem pencernaan

Setelah 2 jam pasca bersalin ibu merasa lapar, kecuali ada komplikasi

persalinan, tidak ada alasan menunda pemberian makan. Konstipasi

terjadi karena psikis takut buang air besar karena ada luka jahit

perineum.

8. Sistem perkemihan

Pelvis ginjal teregang dan dilatasi selama kehamilan, kembali normal

akhir minggu ke-4 setelah melahirkan. Kurang dari 40% wanita post

partum mengalami proteinuri non patologis, kecuali pada kasus

preeklamsi.

9. Sistem muskuloskeletal

Ligamen, fasia, diafragma pelvis meregang saat kehamilan, berangsur-

angsur mengecil seperti semula.

10. Sistem endokrin

Hormon-hormon yang berperan pada masa postpartum adalah :

a) Oksitosin, berperan dalam kontraksi uterus mencegah perdarahan,

membantu uterus kembali normal. Isapan bayi dapat merangsang

sekresi oksitosin dan produksi ASI.

b) Prolaktin, dikeluarkan oleh kelenjar dimana pituitari merangsang

pengeluaran prolaktin untuk produksi ASI.

c) Estrogen dan progesteron, setelah melahirkan estrogen menurun,

progesteron meningkat.
9

11. Perubahan tanda – tanda vital

a) Suhu tubuh, saat post partum dapat naik kurang lebih 0,5C,

setelah 2 jam post partum suhu tubuh kembali normal.

b) Nadi dan pernafasan, nadi dapat bradikardi kalau takikardi

waspada mungkin ada perdarahan, pernafasan akan sedikit

meningkat setelah persalinan lalu kembali normal.

c) Tekanan darah kadang naik lalu kembali normal setelah beberapa

hari asalkan tidak ada penyakit yang menyertai.

2.1.3 Kunjungan Pada Masa Postpartum

Tabel 2.1.3

Asuhan Selama Kunjungan Masa Postpartum

Kujungan Waktu Asuhan


I 6-8 jam a) Mencegah perdarahan masa postpartum
post partum oleh karena atonia uteri.
b) Mendeteksi dan perawatan penyebab lain
perdarahan serta melakukan rujukan bila
perdarahan berlanjut.
c) Memberikan konseling pada ibu dan
keluarga tentang cara mencegah
perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
d) Pemberian ASI awal.
e) Mengajarkan cara mempererat hubungan
antara ibu dan bayi baru lahir.
f) Menjaga bayi tetap sehat melalui
pencegahan hipotermi.
g) Setelah bidan melakukan pertolongan
persalinan, maka bidan harus menjaga
ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai keadaan ibu dan
bayi baru lahir dalam keadaan baik.
II 6 hari post a) Memastikan involusi uterus barjalan
partum dengan normal, uterus berkontraksi
dengan baik, tinggi fundus uteri di
bawah umbilikus, tidak ada perdarahan
10

abnormal.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi dan perdarahan.
c) Memastikan ibu mendapat istirahat yang
cukup.
d) Memastikan ibu mendapat makanan
yang bergizi dan cukup cairan.
e) Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan benar serta tidak ada tanda-tanda
kesulitan menyusui.
f) Memberikan konseling tentang
perawatan bayi baru lahir.
II 6 hari post g) Memastikan involusi uterus barjalan
partum dengan normal, uterus berkontraksi
dengan baik, tinggi fundus uteri di
bawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal.
h) Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi dan perdarahan.
i) Memastikan ibu mendapat istirahat yang
cukup.
j) Memastikan ibu mendapat makanan
yang bergizi dan cukup cairan.
k) Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan benar serta tidak ada tanda-tanda
kesulitan menyusui.
l) Memberikan konseling tentang
perawatan bayi baru lahir.
III 2 minggu Asuhan pada 2 minggu post partum sama
post partum dengan asuhan yang
diberikan pada kunjungan 6 hari post
partum.
IV 6 minggu a) Menanyakan penyulit-penyulit yang
post partum dialami ibu selama masa postpartum.
b) Memberikan konseling KB secara dini.
Sumber: (Kemenkes RI., 2013)
2.1.4 Tanda Bahaya Pada Masa Postpartum

1. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba (melebihi

haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut

saniter dalam waktu 30 menit).


11

2. Pengeluaran cairan vagina dengan bau busuk yang keras.

3. Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung.

4. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastric, atau masalah

penglihatan.

5. Pembengkakan pada wajah dan tangan, demam, muntah, rasa sakit waktu

buang air kecil, atau merasa tidak enak badan.

6. Payudara yang memerah, panas, dan/atau sakit.

7. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan.

8. Rasa sakit, warna merah, kelembutan dan/atau pembengkakan pada kaki.

9. Merasa sanagat sedih atau tidak mampu mengurus diri sendiri atau bayi.

10. Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah.

2.1.5 Kebutuhan Pada Masa Postpartum

1. Nutrisi dan cairan

Masalah nutrisi perlu mendapat perhatian karena dengan nutrisi yang baik

dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan

air susu. Kebutuhan gizi ibu saat menyusui adalah sebagai berikut :

a) Konsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari.

b) Diet berimbang, protein, mineral dan vitamin.

c) Minum sedikitnya 2 liter tiap hari.

d) Fe/tablet tambah darah sampai 40 hari pasca persalinan.

e) Kapsul Vit. A 200.000 unit.


12

2. Ambulasi

Ambulasi dini (early ambulation) ialah asuhan yang diberikan kepada ibu

postpartum untuk beraktifitas ringan seperti biasa. Bidan membimbing ibu

untuk bangun dari tempat tidur dan berjalan. Ibu postpartum diperbolehkan

bangun dari tempat tidur dalam waktu 24 jam postpartum. Ambulasi dini

tidak dianjurkan pada ibu postpartum dengan penyulit seperti anemia,

penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam dan lain sebagainya.

Keuntungan dari ambulasi dini, yaitu :

a) Ibu merasa lebih sehat.

b) Fungsi usus dan kandung kemih lebih baik.

c) Mengajarkan ibu untuk merawat bayinya.

d) Tidak menyebabkan perdarahan abnormal.

e) Tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka di

perut.

f) Tidak memperbesar kemungkinan prolaps atau retroflexio uteri.

3. Eliminasi

a) Buang air kecil, terutama bagi ibu yang pertama kali melahirkan akan

terasa pedih bila buang air kecil. Ini kemunginan disebabkan iritasi

pada uretra sebagai akibat persalinan sehingga penderita takut buang

air kecil. Bila kandung kemih penuh harus diusahakan agar penderita

dapat buang air kecil sehingga tidak memerlukan tindakan lebih lanjut,

karena tindakan lebih lanjut dapat menyebabkan bahaya infeksi. Buang

air kecil disebut normal bila buang air kecil secara spontan 3-4 jam.
13

b) Buang air besar, kebanyakan penderita mengalami obstivasi setelah

seminggu kelahiran anak. Hal ini disebabkan karena pada waktu

melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan usus

besar menjadi kosong, selain itu mempengaruhi peristaltik usus.

Pengeluaran cairan lebih banyak pada waktu persalinan mempengaruhi

terjadinya konstipasi. Bila ibu tidak buang air besar sampai 2 hari

sesudah persalinan maka dapat terjadi konstipasi, dan biasanya ditolong

dengan pemberian guecerne sputit/diberikan obat-obatan.

4. Kebersihan diri

Pada masa postpartum ini,ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena

itu, menjaga kebersihan tubuh, pakaian, tempat istirahat, maupun

lingkungan sangat penting untuk tetap terjaga. Berikut ini langkah-langkah

yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Menjaga kebersihan seluruh tubuh terutama perineum.

b) Mengajarkan ibu cara membersihkan alat kelamin yang benar

dengan menggunakan sabun dan air dimulai dari depan kebelakang.

c) Menganjurkan ibu untuk rajin mengganti pembalut setidaknya 2 kali

sehari.

d) Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah

membersihkan alat kelamin.

e) Jika ibu mempunyai luka episotomi atau laserasi/luka bekas jahitan

pada alat kelamin, sebaiknya tidak menyentuh daerah tersebut.


14

5. Istirahat dan tidur

Pada postpartum, ibu postpartum sangat membutuhkan istirahat

ataupun tidur yang mencukupi. Ibu menyusui sangat memerlukan istirahat

dikarenakan dengan istirahat yang cukup dapat membantu pemulihan

kondisi ibu setelah hamil dan persalinan. (Bahiyatun, 2009). Ibu menyusui

mempunyai kebutuhan istirahat paling sedikit 8 jam/hari, yang terpenuhi

dalam istirahat pada malam dan siang hari (Sulistyawati, 2009).

Manfaat tidur ibu postpartum adalah memperlancar keluarnya ASI,

mempercepat proses involusi uterus, serta memulihkan keadaan setelah

hamil dan melahirkan agar dapat menjalani aktivitas sehari-hari

(Bahiyatun, 2009).

Menurut Walyani & Purwoastuti, (2015), faktor psikologis, fisiologis,

serta lingkungan dapat memengaruhi kualitas tidur pada ibu postpartum.

Ibu postpartum yang sekaligus menjalani proses menyusui mengalami

perubahan dalam pola tidurnya menjadi tidak teratur. Kurang istirahat

akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :

a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.

b) Memperlambat involusi uterus dan memperbanyak perdarahan.

c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan

dirinya sendiri.
15

2.1.6 Adaptasi dan Psikologi Masa Postpartum

1. Taking in (1-2 hari post partum)

Ibu menjadi pasif dan sangat bergantung serta berfokus pada dirinya

sendiri, dan tubuhnya. Mengulang-ngulang dan menceritakan pengalaman

proses bersalin yang dialami.

2. Taking hold (2-4 hari post partum)

Ibu khawatir akan kemampuannya untuk merawat bayinya dan khawatir

tidak bisa bertanggung jawab untuk merawat bayinya. Wanita postpartum

ini berpusat pada kemampuannya dalam mengontrol diri, fungsi tubuh.

Berusaha untuk menguasai kemampuan untuk merawat bayinya, cara

menggendong dan menyusui, memberi minum, dan mengganti popok

bayinya.

3. Letting go

Pada masa ini umunya ibu sudah pulang dari rumah bersalin, ibu

mengambil tanggung jawab untuk merawat bayinya, dia harus

menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayi. (Anggraeni, 2010;79-81)

2.2 Patofisiologi

Dalam aktivitas tidur, ada sistem yang mengatur yaitu sistem

pengaktivasi retikularis (Reticulary Activating System/RAS). RAS berfungsi

sebagai sistem pengatur seluruh kegiatan susunan syaraf pusat diantaranya

mengatur tidur dan kewaspadaan. Letak dari pusat aktivitas pengatur tidur

dan kewaspadaan di dalam mesensefalon dan bagian atas pons (Mubarak &

Chayatin, 2007). Selain hal tersebut, RAS dapat memberi rangsangan, yang
16

berupa rangsangan nyeri, pendengaran, visual, perabaan, dan juga

memberikan rangsangan dari korteks serebri yaitu berupa rangsangan emosi

dan proses pikir (Hidayat, 2006).

Pada saat kondisi sadar, neuron dan RAS dapat

mengeluarkan/melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Saat tidur,

kemungkinan juga disebabkan oleh pelepasan serum serotonin dari sel

khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu Bulbar

Synchronizing Regional (BSR), sedangkan dalam keadaan bangun/ tidak

tidur tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan

sistem limbik. Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur

siklus atau perubahan dalam tidur adalah reticular activating system (RAS)

dan bulbar synchronizing regional (BSR). (Hidayat, 2006).

2.3 Konsep Gangguan Tidur

2.3.1 Pengertian Gangguan Tidur Pada Postpartum

Tidur adalah proses yang berfungsi untuk memulihkan energi dan

kesejahteraan (Potter & Perry, 2010). Tidur adalah proses yang diperlukan

manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel

tubuh yang rusak (natural healing mechanism), memberi waktu organ

tubuh untuk istirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme

dan biokimia tubuh. Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika

persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun (Mubarak &

Chayatin, 2012). Gangguan tidur juga dapat terjadi pada ibu postpartum.

Ibu postpartum sangat membutuhkan istirahat ataupun tidur yang


17

mencukupi, dengan istirahat yang cukup dapat membantu pemulihan

kondisi ibu setelah hamil dan persalinan (Bahiyatun 2009). Ibu menyusui

mempunyai kebutuhan istirahat paling sedikit 8 jam/hari, yang terpenuhi

dalam istirahat pada malam dan siang hari (Sulistyawati, 2009). Masalah

yang terjadi ketika seseorang mengalami gangguan tidur yaitu akan

mengalami penurunan kualitas tidur (Mansur & Temu, 2014;

Sulistyawati,2009).

2.3.2 Upaya Peningkatan Kualitas Tidur

Peningkatan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur pada ibu postpartum

dapat dilakukan secara farmakologi dan non farmakologi. Secara

farmakologi dapat dengan memberikan obat-obatan golongan

benzodiazepine, non-benzodiazepine dan miscellaneous sleep promoting

agent. Penatalaksanaan secara farmakologi dapat memberikan risiko pada

ibu postpartum. Efek samping dari obat tidur termasuk mengantuk, pusing,

depresi dan mual dan di samping itu, obat ini dapat dengan mudah

menyebabkan ketergantungan dan kecanduan (Lemmer, 2007). Obat tidur

tidak disarankan untuk diminum saat menyusui karena dapat menyebabkan

masalah pada bayi dan dapat berkontribusi pada masalah jangka panjang.

Penggunaan obat-obatan pada periode postpartum membutuhkan

pertimbangan yang cermat antara risiko pada ibu dan bayi akibat pajanan

pada ASI, sehingga penatalaksanaan secara non farmakologi adalah

pilihan alternatif yang lebih aman (Ods, London, & Ladewig, 2000).
18

2.3.3 Akibat Gangguan Tidur Pada Postpartum

1. Mengurangi jumlah produksi ASI.

2. Memperlambat proses involusi uterus dan meningkatkan terjadinya

perdarahan.

3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan

dirinya sendiri.

4. Menimbulkan dampak negatif pada pekerjaan, kehidupan keluarga, dan

hubungan sosial (Abdullah, A. R., Dkk, 2017).

2.3.4 Penatalaksaan Non Farmakologi Gangguan Tidur Pada Postpartum

1. Hypnobreastfeeding

Salah satu upaya untuk mengatasi gangguan tidur yaitu dengan

diberikannnya non farmakologi pada ibu menyusui. Terapi non

farmakologi yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan modifikasi

perilaku dan lingkungan yaitu memberikan sugesti melalui hipnoterapi.

Hipnoterapi yang bisa diberikan untuk ibu di masa postpartum dan

menyusui yaitu hypnobreastfeeding. Cara kerja dari hypnobreastfeeding

yaitu dapat mengurangi tingkat kecemasan dan stress yang dialami ibu.

Hal tersebut bisa membantu ibu untuk meningkatkan produksi ASI-nya,

menurunkan kecemasan bahkan ketakutan, sehingga fokus ibu ke hal yang

lebih positif. Selain itu, dapat membuat kepercayaan diri ibu meningkat,

membuat ibu semakin percaya diri dan merasa lebih baik dalam menjalani

perannya sebagai seorang "New Mum". Hypnobreastfeeding memberikan

sugesti/afirmasi positif yang dapat menstimulasi otak agar dapat


19

melepaskan neurotransmitter/senyawa kimiawi. Peningkatan enchephalin

dan endorphin, dapat berfungsi meningkatkan perasaan bahagia pada ibu

sehingga ibu lebih bisa menerima perubahan dalam peran barunya.

Berdasarkan paparan dan data yang di atas, peneliti ingin menindaklanjuti

penelitian tentang perbedaan sebelum dan setelah hypnobreastfeeding

terhadap kualitas tidur pada ibu menyusui. (Windayanti,H., Dkk, 2020).

Hypnobreastfeeding selain dapat membantu meningkatkan kualitas

tidur ibu menyusui, hypnobreastfeeding efektif menurunkan kecemasan,

baik dimulai saat proses kehamilan hingga postpartum, hal ini sesuai hasil

penelitian yang telah dilakukan Sari, L.P, Salimo,H, Budihastuti,U.R.

(2019). Ibu postpartum yang melakukan hipnosis dan relaksasi dengan

cara menanamkan sugesti serta melakukan visualisasi harapan yang

diinginkan, maka kecemasan dan stress akan berkurang. Ini disebabkan

hormon kortisol yang berpengaruh terhadap stres dihambat proses

pengeluarannya oleh aktifnya syaraf parasimpatis sehingga yang keluar

adalah hormon oksitosin dan endorphin. Ibu merasakan ketenangan,

nyaman, dan kebahagiaan. Penelitian yang sudah dilakukan,

hypnobreastfeeding juga dapat meningkatkan kadar hormon prolaktin

(Sofiyanti, I, Astuti, F.P, Windayanti,H, 2019) selain itu dengan

pendidikan kesehatan tentang hypnobreastfeeding dapat meningkatkan

motivasi ibu dalam menyusui (Astuti, F.P, Windayanti, H, Sofiyanti, I,

2020).
20

2. Efektifitas Boreh (ramuan herbal)

a. Pengaruh Boreh terhadap pola tidur siang ibu postpartum

Penelitian menunjukkan ada pengaruh boreh terhadap pola tidur siang

ibu postpartum. Istirahat dan tidur yang kurang pada ibu postpartum

akan mempengaruhi beberapa hal, diantaranya menyebabkan depresi

dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri (Marmi,

2012). Teoristres Selye menjelaskan efektifitas fisiologi dari relaksasi

merupakan respon terpadu yang berasal dari hipotalamus yang

mengarah kenaikan atau penurunan gairah dari sistem saraf pusat.

Relaksasi dapat memproduksi endomorfin dengan mengurangi

ketegangan otot adalah kebalikan dari respon stress sehingga dapat

meningkatkan pola tidur (Richard, 2012).

b. Pengaruh Boreh terhadap pola tidur malam ibu postpartum

Penelitian menunjukkan boreh efektif mempengaruhi pola tidur

malam ibu postpartum. Hasil ini ditunjukkan dengan peningkatan

lama tidur ibu postpartum pada malam hari. Boreh merupakan salah

stau terapi relaksasi. Boreh menggunakan bahan-bahan tradisional

yang dapat mengurangi ketegangan otot dan kecemasan serta stress

(Richard, 2010).

Menurut Hidayat (2016), ibu setelah melahirkan pola tidurnya

menjadi tidak teratur yang dapat menyebabkan ibu mengalami kurang

tidur sehingga akan mudah terjadi perubahan suasana kejiwaan yang


21

dapat rentan terjadi gangguan tidur karena tidak dapat beradaptasi

dengan perubahan psikologis maupun peran barunya.

3. Aromaterapi Lavender

Aromaterapi mempunyai efek yang positif karena diketahui bahwa

aroma yang segar dan harum bisa merangsang sesori dan riseptor yang ada

dihidung kemudian memberikan informasi lebih jauh kearea diotak yang

mengontrol emosi dan memori serta memberikan informasi

kehipotalamus. Hipotalamus merupakan pengatur sistem internal tubuh,

termasuk sistem seksualitas, suhu tubuh, dan reaksi terhadap stres

(Koensoemardiyah, 2009). Lavender mengandung linalool yang memiliki

efek yang menenagkan/relaksasi (Dewi, 2013). Lavender juga membantu

meringankan insomnia, kecemasan, dan depresi (Cuncic, 2014).

Menggunakan aroma terapi secara inhalasi (dihirup) merupakan metode

tercepat untuk mendapatkan manfaat aromaterapi kedalam tubuh.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Desain Study Literature

Desain penelitian yang digunakan dalam penulisan Proposal Tugas Akhir

ini adalah literature review. Metode studi literatur ini merupakan

pengumpulan data informasi dengan cara menggali pengetahuan atau ilmu

dari sumber-sumber seperti buku, karya tulis, serta beberapa sumber lainnya

yang ada hubungannya dengan objek penelitian.

Jenis literature review yang akan digunakan adalah traditional review.

Traditional review adalah metode literature review yang selama ini umum

dilakukan oleh para peneliti. Paper-paper ilmiah yang di review dipilih

sendiri oleh para peneliti pada satu topik penelitian, dan dipilih berdasarkan

pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang peneliti.

3.2.Langkah-Langkah Penelusuran Literature

Langkah-langkah Penelusuran Literatur adalah sebagai berikut:

a) Menentukan topik studi kasus

Topik studi literatur asuhan kebidanan ibu postpartum dengan gangguan

tidur. Penulis akan melakukan Literatur Review tentang gangguan tidur

pada postpartum sehingga mencari tindakan apa yang digunakan untuk

mengatasi gangguan tidur.

22
23

b) Merumuskan PICO

Tabel 3.2 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Postpartum Dengan Gangguan

Tidur

Problem Ibu postpartum dengan gangguan tidur


Intervensi 1. Aromaterapi lavender
2. Minyak esensial kulit jeruk
3. Hypnobreastfeeding
4. Senam aerobik
Caomparison Tidak ada pembanding
Outcome Kualitas tidur
3.3.Membuat Kata Kunci

Asuhan kebidanan ibu postpartum dengan gangguan tidur

Kata kunci : “Ibu Postpartum dengan Gangguan Tidur” OR “Insomnia

Postpartum”, AND “Kualitas Tidur Postpartum” OR “ Postpartum Sleep

Quality”.

3.4. Mencari Sumber-sumber Informasi terkait

Sumber informasi yang didapat pada penelitian ini adalah sumber primer,

skunder, dan tersier, yaitu :

a. Primer

Sumber primer dalam penelitian ini berupa jurnal

b. Skunder

Sumber sekunder dalam penelitian ini berupa abstrak

c. Tersier

Sumber tersier dalam penelitian ini adalah textbook


24

3.5.Menentukan Kriteria Inklusi dan Ekslusi

3.5.1. Kriteria Inklusi:

1. Jurnal full text dan sesuai judul yang dibahas.

2. Kriteria subjek berupa ibu postpartum atau ibu menyusui.

3. Jurnal berisi penatalaksanaan gangguan tidur pada ibu postpartum.

4. Tahun publikasi jurnal minimal 10 tahun terakhir (2010-2020).

5. Jurnal berbahasa indonesia dan inggris.

3.5.2. Kriteria Ekslusi:

1. Jurnal tidak dapat diakses

2. Jurnal bebayar

3. Isi tidak sesuai


3.6.Kerangka Operasional

Kata Kunci: “Ibu Postpartum dengan Gangguan Tidur” OR “Insomnia


Postpartum”, AND “Kualitas Tidur Postpartum” OR “Postpartum Sleep
Quality”.

Literatur diidentifikasi melalui pencarian di 5 data base: Pubmed, Sinta, Google


Scholar, Science Direct dan E-book.
n = 60

Literatur Kriteria Inklusi:


Literatur Kriteria Eklusi
1. Jurnal full text dan sesuai judul yang dibahas. 1. Jurnal tidak dapat diakses
2. Kriteria subjek berupa ibu postpartum atau ibu 2. Jurnal bebayar
menyusui. 3. Isi tidak sesuai
3. Jurnal berisi penatalaksanaan gangguan tidur
pada ibu postpartum. n = 50
4. Tahun publikasi jurnal minimal 10 tahun
terakhir (2010-2020).
5. Jurnal bebahasa indonesia dan inggris.

n = 10

Literatur yang memenuhi


berdasarkan kriteria
n = 10

25
26

3.7.Melakukan Review
Pada bagian ini dijelaskan bagaimana cara menganalisa atau menelaah

hasil -hasil penelitian atau jurnal dari berbagai sumber yang sudah

dikumpulkan. Analisa data pada penelitian studi literatur membutuhkan

ketekunan yang tinggi agar dapat ditarik kesimpulan yang sesuai dengan

tujuan. Analisa dimulai dengan materi hasil penelitian yang secara sekuensi

diperhatikan dari yang paling relevan, relevan, dan cukup relevan. Cara lain

dapat juga dengan melihat tahun penelitian diawali dari yang paling mutakhir

dan berangsur-angsur mundur ke tahun yang lebih lama.

Beberapa hal yang dapat dicantumkan dalam emlakukan analisa pada

penelitian studi literatur antara lain adalah: menelaag perbedaan dan

persamaan anatara penelitian yang telah dilakukan oleh pengarang, penelitian

mana yang saling mendukung, dan penelitian mana yang saling bertentangan,

ataupun beberapa pertanyaan yang belum terjawab, dan lain-lain. Dalam

melakukan review literatur dapat menggunakan beberapa teknik, yaitu

sebagai berikut :

a. Cari kesamaannya (compare)

b. Cari ketidaksamaan (contrast)

c. Berikan pandangan (criticize)

d. Bandingkan (synthesize)

e. Ringkasan (summarize)
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Literature Review

4.1.1 Karakteristi Studi

Sepuluh artikel memenuhi kriteria inklusi berdasarkan studi literature.

Secara keseluruhan membahas tentang intervensi yang diberikan kepada ibu

postpartum dengan gangguan tidur. Studi yang sesuai dengan tinjauan ini

rata-rata dilakukan di Indonesia dengan 4 studi yaitu de Laura, D. (2015),

Fatmawati, R., & Hidayah, N. (2019), Fuadah, D. Z., & Tristanti, N. (2017),

Windayanti, H., Astuti, F. P., & Sofiyanti, I. (2020). Lainnya dilakukan di

luar Indonesia sebanyak 6 studi yaitu Afshar, M. K., Moghadam, Z. B.,

Taghizadeh, Z., Bekhradi, R., Montazeri, A., & Mokhtari, P. (2015),

Ashrafinia, F., Mirmohammadali, M., Rajabi, H., Kazemnejad, A.,

SadeghniiatHaghighi, K., Amelvalizadeh, M., & Chen, H. (2014), Ko, Y. L.,

& Lee, H. J. (2014), Ko, Y. L., Lin, S. C., & Lin, P. C. (2016),

Mirghafourvand, M., Charandabi, S. M. A., Hakimi, S., Khodaie, L., &

Galeshi, M. (2016), Yang, C. L., & Chen, C. H. (2018). Sepuluh studi

tersebut berkontribusi terhadap asuhan kebidanan pada ibu postpartum

dengan gangguan tidur.

27
28

4.1.2 Rincian Tabel included study

Tabel 4.1 Karakteristik Studi

Kategori Jumlah (N) Persentase (%)


Tahun Publikasi
2014 2 20
2015 2 20
2016 2 20
2017 1 10
2018 1 10
2019 1 10
2020 1 10
Total 10 100
Desain
Randomized controlled 5 50
Quasy Eksperiment 3 30
Pre Experimental 2 20
Total 10 100
Jurnal Terakreditasi
Sinta 1 10
Scimago 5 50
Tidak terakreditasi 4 40
Total 10 100
Penatalaksanaan
gangguan tidur pada ibu postpartum
Aromaterapi lavender 2 20
Olahraga 2 20
Boreh 1 10
Pijat oksitosin 2 20
Akupresur auricular 1 10
Minyak esensial kulit jeruk 1 10
Hypnobreasfeeding 1 10
Total 10 100

4.1.3 Karakteristik Responden Studi

Responden dalam penelitian ini adalah seluruh ibu postpartum minggu

pertama yang mengalami masalah yaitu gangguan tidur. Dalam studi telah

disebutkan penatalaksanaan yang berhubungan dengan gangguan tidur.

Jumlah sampel pada jurnal rata-rata menggunakan purposive sampling.


29

Beberapa responden dalam penelitian adalah ibu yang mengalami gangguan

tidur pada masa postpartum di bulan pertama, memiliki masalah tidur

sebelumya, menyusui bayi usia 0-6 bulan, tidak memberikan ASI Eksklusif.
4.2 Hasil Pencarian Literatur

N PENELITI VOLUME, JUDUL DAN METODE HASIL PENELITIAN KESIMPULAN


O. /TAHUN NO, TUJUAN (DESAIN,
ALAMAT PENELITIAN SAMPEL,
WEBSITE VARIABEL,
(URL) INSTRUMEN,
ANALISIS)
1. Afshar, M. Doi : Judul : Lavender D : Randomized Hasil dari penelitian ini, didapatkan skor Hasil uji statistik menunjukkan
K., 10.5812/irc fragrance essential controlled rata-rata kualitas tidur pada awal dalam bahwa pemberian minyak esensial
Moghadam, mj.17(4)201 oil and the quality of aromaterapi adalah (8,28 ± 2,11) dan pada aroma lavender dapat meningkatkan
Z. B., 5.25880 sleep in postpartum S : 158 ibu kelompok plasebo adalah (8,45 ± 2,30) dan kualitas tidur ibu postpartum.
Taghizadeh, women postpartum sebelum intervensi tidak ada perbedaan Kualitas tidur yang dimaksud adalah
Z., yang signifikan antara kedua kelompok latensi dan durasi tidur.
Bekhradi, URL : Tujuan : Untuk V : Minyak dalam skor rata-rata kualitas tidur. (P >
R., https://www mengetahui esensial 0,05). Empat minggu setelah intervensi
Montazeri, .ncbi.nlm.nih pengaruh wewangian didapatkan hasil rerata kualitas tidur
A., & .gov/pmc/art aromaterapi terhadap lavender dan kelompok aromaterapi (7,59 ± 2,53) dan
Mokhtari, icles/PMC44 kualitas tidur ibu kualitas tidur ibu kelompok plasebo (8,06 ± 2,20), dan
P. (2015) 43384/ postpartum. postpartum terakhir rerata kualitas tidur setelah
delapan minggu intervensi. kelompok
Database : I : Pittsburgh Sleep adalah (6,79 ± 2,36) dan pada kelompok
Pubmed Quality Index plasebo adalah (7,56 ± 2,14).
(PSQI)
Lokasi : Semarang
A : (SPSS) chi-
square

30
31

2. Ashrafinia, Doi : Judul : The effects D : Randomized Kualitas tidur antara dua kelompok Latihan pilates telah terbukti
F., http://dx.do of Pilates exercise on controlled sebelum intervensi pada 24 jam setelah memiliki efek menguntungkan yang
Mirmoham i.org/10.10 sleep quality in melahirkan. Delapan minggu setelah signifikan untuk meningkatkan
madali, M., 16/j.jbmt.2 postpartum women S : 80 ibu latihan pilates, kelompok intervensi kualitas tidur postpartum. Kualitas
Rajabi, H., 013.09.007 postpartum mengalami peningkatan yang signifikan tidur yang dimaksud ialah durasi
Kazemnejad Tujuan : Pengaruh dalam kualitas tidur subjektif (p < 0,001), tidurnya. Hal ini, dapat dilakukan
, A., URL : pilates selama 8 V : Latihan pilates latensi tidur (p < 0,001), disfungsi siang dipagi hari selama 30 menit
Sadeghniiat https://www minggu dan kualitas dan kulitas tidur hari (p < 0,001), dan skor Pittsburgh global
Haghighi, .sciencedire tidur ibu postpartum postartum (p < 0,001) dibandingkan dengan
K., ct.com/scie kelompok kontrol; sementara durasi tidur,
Amelvaliza nce/article/a Database : Science I : Informed efisiensi tidur kebiasaan dan gangguan
deh, M., & bs/pii/S136 Direct consent, observasi, tidur tidak berbeda secara signifikan antara
Chen, H. 0859213001 wawancara kedua kelompok
(2014) 332 Lokasi : Iran
A : Bonferroni test

3. de Laura, D. JOM Vol 2 Judul : Efektifitas D : Quasy Melalui uji univariat karakteristik usia Dari hasil yang telah didapat
(2015). No 2, aromaterapi lavender eksperiment didapatkan data, mayoritas usia responden menunjukkan bawah aromaterapi
Oktober terhadap kualitas adalah 26-35 tahun yaitu sebanyak (58.8%) lavender dapat meningkatkan
2015 tidur ibu postpartum S : 34 ibu dan sebagian besar adalah multipara kualitas tidur postpartum dan dapat
postpartum sebanyak (61.8%). Sedangkan melalui uji mengurasi rasa cemas, depresi dan
URL : Tujuan : Untuk bivariat menunjukkan hasil, bahwa mean insomnia. Efektifitas aromaterapi
https://www mengetahui V : Aromaterapi pre-test kualitas tidur pada kelompok lavender ini dapat dilakukan dengan
.neliti.com/ efektifitas Lavender dan eksperimen adalah 9.71 dengan standar cara dihirup (inhalasi).
publications aromaterapi lavender kualitas tidur ibu deviasi 1.759. Mean pre test kualitas tidur
/187204/efe terhadap kualitas postpartum pada kelompok kontrol adalah 8.94 dengan
ktifitas- tidur ibu postpartum. standar deviasi 1.560. Setelah pengujian
aromaterapi statistik didapatkan menunjukkan hasil
32

-lavender- Database : Google I : Pre-test dan post melalui uji dependent T test yang mana
terhadap- Scholar test menggunakan didapatkan rata-rata skor kualitas tidur
kualitas- kuesioner mengalami perubahan antara sebelum dan
tidur-ibu- Lokasi : Wilayah Pittsburgh Sleep sesudah pemberian aromaterapi lavender
postpartum Kerja Quality Index yaitu sebesar 5.000, sedangkan pada
Puskesmas (PSQI). kelompok kontrol hanya terjadi sedikit
Sidomulyo peningkatan yaitu 0.235.
Pekanbaru A : Univariat dan
bivariat
4. Fatmawati, URL : Judul : Efektifitas D : PreHasil uji keefektifitasan boreh diwilayah Hasil uji statistik menunjukkan
R., & http://reposi Boreh pada Pola experimental puskesmas nusukan, kec. Banjasari kota bahwa boreh dapat meningkatkan
Hidayah, N. tory.urecol. Tidur Ibu surakarta melalui uji wicoxon hasil pada kualitas tidur ibu postpartum pada
(2019) org/index.p Postpartum S : 32 ibu tidur siang mengalami peningkatan setelah siang dan malam hari. Kualitas tidur
hp/proceedi postpartum dilakukan post-test dari hasil perbandingan yang dimaksud adalah pola tidurnya.
ng/article/vi Tujuan : Untuk pre-test yang dilakukan sebelumnya. Pada Boreh ini berupa ramuan yang
ew/687 mengetahui V : Efektifitas tidur malam berdasarkan rata-rata waktu digunakan dengan cara dioleskan
efektivitas boreh boreh dan pola tidur mereka yang sebelumnya kurang dari pada bagian tubuh tertentu hingga
terhadap pola tidur tidur ibu. waktu tidur normal setelah diberikan kering, kemudian diurut untuk
ibu postpartum. boreh melalui hasil post-test mengalami membersihkan lapisan boreh tanpa
I : Observasi,
peningkatan dengan minimal 400 menit menggunakan air.
Database : wawancara, dan paling lama 520 menit dengan rata-rata
Google Scholar dokumentasi 447,95 ± 23,13 menit. Yang meningkat
cukup signifikan dari hasil pre-test 357
Lokasi : A : Uji statistik menit dan paling lama 520 menit, dengan
Surakarta wicoxon rata-rata 424,61 ± 50,77 menit. Namun
pada gangguan tidur yang sebelumnya
diberikan boreh 100% responden yang
mengalami gangguan, setelah diberikan
33

boreh hanya 2 responden yang tidak


mengalami gangguan tidur.
5. Fuadah, D. URL : Judul : Pengaruh D : Pre Hasil penelitian ini sebelum dilakukan Kebutuhan tidur sebagian besar pada
Z., & https://www pijat oksitosin pada Eksperimental pijat oksitosin pada ibu postpartum ibu postpartum sebelum diberikan
Tristanti, N. .kopertis7.g ibu post partum Design didapatkan hasil kebutuhan tidur hampir intervensi pijat oksitosin masuk
(2017) o.id/uploadj terhadap pemenuhan seluruhnya (62,5%) dalam kategori cukup. dalam kategori cukup. Hampir
urnal/Sainm kebutuhan istirahat S : Purposive Setelah dilakukan pijat oksitosin pada ibu setengah kebutuhan tidur ibu
ed%20Vol tidur sampling (16 ibu postpartum didapatkan hasil kebutuhan postpartum setelah diberikan
%209%20N postpartum) tidur hampir separuhnya (43,8%) dalam intervensi berupa pijat oksitosin
o%202%20 Tujuan : Untuk kategori baik dan cukup. Secara statistik dalam kategori baik dan cukup. Pijat
Des%20201 mengetahui V : Kebutuhan terdapat perbedaan kebutuhan istirahat oksitosin dapat dilakukan 2 kali
7_Siap%20 pengaruh pijat istirahat tidur dan tidur pada ibu post partum sebelum dan sehari pagi dan sore selama 2-3
Cetak.pdf#p oksitosin terhadap pijat oksitosin sesudah diberikan intervensi berupa pijat menit setiap pemijatan. Pijat
age=22 pemenuhan oksitosin diperoleh hasil sig p-value 0,03 < oksitosin ini dapat memenuhi
kebutuhan istirahat I : Pittsburgh Sleep α = 0,05 sehingga p-value < α kebutuhan istirahat tidur postpartum.
tidur Quality Index menunjukkan bahwa H1 diterima, berarti
(PSQI) terdapat pengaruh pijat oksitosin pada ibu
Database : postpartum terhadap pemenuhan
Google Scholar A : Uji Wilcoxon kebutuhan istirahat tidur.
Sign Rank Test
Lokasi :
Kediri

6. Ko, Y. L., Doi : Judul : Randomised D : Randomised Pengaruh pijat punggung pada QOS Dapat disimpulkan bahwa pijat
& Lee, H. J. https://doi.o controlled trial of the controlled postpartum diukur dengan menggunakan punggung berpengaruh pada kualitas
(2014) rg/10.1016/j effectiveness of PSQI. Pada awal (pre-test, postpartum hari tidur ibu postpartum. Kualitas tidur
.midw.2012 using back massage S : 72 ibu ke-8). Skor PSQI rata-rata untuk kelompok yang dimaksud adalah durasi
.11.005 to improve sleep postpartum intervensi adalah 9,37 s/d 2,39, tidurnya. Pijat punggung ini dapat
34

URL :quality among V : Pijat punggung dibandingkan dengan 9,40 s/d 2,03 untuk diaplikasikan kontak kulit secara
https://www Taiwanese insomnia dan kualitas tidur kelompok kontrol. Pada hari ke-14 langsung ketitik akupresus tertentu.
.sciencedire postpartum women postpartum postpartum, skor PSQI rata-rata untuk Manfaat dari pijat punggung ini
ct.com/scie kedua kelompok telah menurun secara dapat memperlancar sirkulasi darah,
nce/article/a Tujuan : Untuk I : Generalised signifikan. dan meningkatkan fungsi sistem
bs/pii/S026 mengevaluasi estimating GEE digunakan untuk mengevaluasi saraf otonom dan menghilangkan
6613812002 kemajuan pijat equations (GEEs) perbedaan setelah mengontrol beberapa nyeri lumbal dan insomnia. Hal ini
112 punggung dalam and Pittsburgh variabel dengan efek potensial pada QOS dapat dilakukan selama 30-60 menit
meningkatkan tidur Sleep Quality Index postpartum. Bahwa perubahan mean QOS selama seminggu.
yang buruk selama (PSQI) secara signifikan lebih rendah pada
masa postpartum kelompok intervensi (B¼ 3.97, pHai0,001)
A : (SPSS) dibandingkan pada kelompok kontrol.
Database : Science bivariat dan Perubahan yang bergantung pada waktu
Direct multivariat juga menunjukkan bahwa nilai QOS post-
test naik rata-rata 0,9 poin di atas hasil
Lokasi : pretest, menyimpulkan adanya efek
Taiwan pertumbuhan. Namun, efek interaksi
(perbedaan kelompok dan waktu)
mengungkapkan bahwa subjek dalam
kelompok intervensi
7. Ko, Y. L., Doi : Judul : Effect of D : Quasi- 30 wanita postpartum (yang PSQI nya ≥ 5) Wanita postpartum mengalami
Lin, S. C., https://doi.o auricular acupressure experimental mendapat skor rata-rata 8,7 ± 2,26 pada kualitas tidur yang buruk setelah
& Lin, P. C. rg/10.1111/j for postpartum pretest kualitas tidur; 60% dari para wanita melahirkan. Namun, peningkatan
(2016) ocn.13053 insomnia: an S : 30 postpartum menyatakan ketidakpuasan dengan kualitas substansial antara pretest kualitas
uncontrolled clinical women tidur mereka (53,3% menunjukkan bahwa tidur dan post-test menunjukkan
URL : trial kualitas tidur mereka buruk, sedangkan bahwa menggunakan AA dapat
https://onlin V : Akupresur 6,7% menunjukkan bahwa itu buruk). meningkatkan kualitas tidur secara
elibrary.wil Tujuan : efek terapi auricular dan Sekitar 33,3% wanita dapat tidur dalam keseluruhan, kualitas tidur subjektif,
35

ey.com/doi/ akupresur auricular


insomnia waktu 30 menit, dan rata-rata waktu tidur latensi tidur, durasi tidur dan
abs/10.1111 pada wanita postpartum mereka adalah 5,7 jam per hari. Hanya gangguan tidur.
/jocn.13053 dengan insomnia
I : Observasi, 23,3% wanita yang melaporkan efisiensi
postpartum. wawancara dan tidur ≥85%. Dari semua wanita
Pittsburgh Sleep postpartum, hanya satu yang menggunakan
Database : Google Quality Index obat tidur. Perbedaan kualitas tidur ibu
Sholar (PSQI) postpartum sebelum dan sesudah
pengobatan AA; hasilnya mengungkapkan
Lokasi : Taiwan A : Cronbach’s test bahwa pengobatan Shenmen point AA
mengurangi skor rata-rata sebesar 3,13
(dari 8,7 ± 2,26 menjadi 5,57 ± 2,37)
setelah 14 hari pengobatan, mencapai
perbedaan yang nyata (t = 6,6, p = 0000).
8. Mirghafour Doi : Judul : Effect of D : Rendomized Hasil tidak ada perbedaan yang signifikan Penggunaan minyak atsiri jeruk
vand, M., http://dx.doi orange peel essential controlled secara statistik antara kelompok dalam hal efektif dalam meningkatkan kualitas
Charandabi, .org/10.101 oil on postpartum karakteristik sosio-demografis skor tidur ibu setelah melahirkan. Kualitas
S. M. A., 6/j.eujim.20 sleep quality: A S : 96 ibu kualitas tidur sebelum intervensi (p > tidur yang dimaksud adalah latensi
Hakimi, S., 15.07.044 randomized postpartum 0,05). Peningkatan yang signifikan dalam tidur. Penggunaan minyak astiri
Khodaie, L., controlled clinical kualitas tidur diamati pada kelompok yang jeruk ini dapat dilakukan dengan cara
& Galeshi, URL : trial V : Pemberian menerima minyak esensial kulit jeruk dihirup (inhalasi).
M. (2016) https://tbzm minyak atsiri kulit dibandingkan dengan kelompok kontrol
ed.ac.ir/uplo Tujuan : jeruk dan kualitas pada 8 minggu setelah melahirkan
ads/User/46 Mengetahui tidur ibu [perbedaan rata-rata yang disesuaikan: 5,0;
38/All%20fi penggunaan minyak postpartum Interval kepercayaan 95%: 3,9 hingga 6,1;
les/sdhrc/Ar atsiri kulit jeruk p = 0,001]. Mengenai komponen indeks
ticles/Effect terhadap kualitas ibu I : Pittsburgh Sleep kualitas tidur, ada perbedaan yang
%20of%20o postaprtum Quality Index signifikan secara statistik antara kedua
range%20pe (PSQI) kelompok kecuali untuk komponen
36

el.pdf Database : A : (SPSS) using disfungsi siang hari (p <0,05).


Science Direct the Kolmogorov-
Smirnov test
Lokasi :
Eropa
9. Windayanti, Volume 3 Judul : D : Quasi Hasil olah data dengan Uji Wilcoxon Disimpulkan bahwa pemberian
H., Astuti, Nomor 2, Hypnobreastfeeding Experimental didapatkan nilai p value (0,006) kurang afirmasi/sugesti melalui
F. P., & September dan kualitas tidur dari 0,05 yang berarti ada perbedaan hypnobreastfeeding dapat dilakukan
Sofiyanti, I. 2020 pada ibu menyusui S : 30 ibu kualitas tidur ibu menyusui sebelum dan selama 2 kali sehari saat ibu sedang
(2020) menyusui sesudah diberikan hypnobreastfeeding. santai dan dapat menurunkan
URL : Tujuan : Untuk Secara signifikan sebanyak 52% dari kecemasan seorang ibu.
https://sinta. mengetahui V : Mengukur Hypnobreastfeeding dapat membantu
kelompok perlakuan merasa puas setelah
ristekbrin.g perbedaan sebelum kualitas tidur ibu memberikan stimulasi ke otak ibu
dilakukan hipnosis. Dalam persalinan,
o.id/journal dan setelah menyusui sebelum menyusui sehingga otak dapat
s?q=261550 hypnobreastfeeding dan setelah hipnosis mempunyai manfaat yaitu bayi melepaskan neurotransmitter atau
95&search= terhadap kualitas diberikan afirmasi baru lahir akan lebih tenang, tidak mudah senyawa kimiawi. Enchephalin dan
1&sinta=5& tidur pada ibu positif dengan rewel dan membantu mempersiapkan endorphin berfungsi untuk
pub=&city= menyusui. hypnobreastfeeding kesehatan fisik, mental dan spiritualnya. meningkatkan perasaan bahagia ibu
&issn= Dari penelitian tersebut, hipnosis juga menyusui, sehingga dapat mengubah
Database : I : Kuesioner dapat membantu dalam masalah tidur penerimaan masa adaptasi yang
Sinta Pittsburgh Sleep adalah terapi yang menjanjikan walaupun dilalui, dan kualitas tidur akan
Quality Index membutuhkan penelitian yang lebih lanjut. semakin baik.
Lokasi : (PSQI) Dari penelitian Chamine, I; Atchley, R;
Puskesmas ungaran Oken, B, (2018), secara keseluruhan
A : Uji Wilcoxon disampaikan bahwa 58,3% dari studi yang
disertakan melaporkan manfaat hipnosis
pada kualitas tidur, dengan 12,5%
37

melaporkan hasil yang beragam, dan


29,2% melaporkan tidak ada manfaat
hipnosis.
10. Yang, C. L., Doi : Judul : D : Randomized Nilai rata-rata dari tes awal tes akhir I dan Senam aerobik memilik efek positif
& Chen, C. http://dx.doi Effectiveness of controlled tes akhir II selama postpartum untuk kedua jika dilakukan selama 3 bulan dan
H. (2018) .org/10.101 aerobic gymnastic kelompok menghasilkan perbandingan signifikan terhadap stress yang
6/j.ijnurstu. exercise on stress, S : 140 postnatal kelompok pada pre-test pada skor PSS, dirasakan, kelelahan dan kualitas
2017.09.009 fatigue, and sleep women. PFS, PSQS dan EPDS tidak signifikan. tidur ibu postpartum. Senam aerobik
quality during Dalam ANOVA dua arah dengan dapat dilakukan dirumah selama tiga
URL : postpartum: A pilot V : Efektifitas pengukuran berulang, interaksi kelompok kali dalam seminggu lamanya 15
https://pub randomized senam aerobik dan dan waktu pada PFS cukup signifikan, F menit. Senam aerobik ini sebagai
med.ncbi.nl controlled trial kualitas tidur ibu (1,127 = 5.09) ( p <0,05) untuk post-test I, terapi yang aman, layak, dan cocok
m.nih.gov/2 postpartum dan F (1, 120 = 5.54) ( p <0,05) untuk untuk ibu postpartum.
8950158/ Tujuan : Untuk post-test II yaitu menghasilkan perbedaan
menentukan apakah I : The Perceived antara skor PFS untuk pre-test dan post-
senam aerobik Stress Scale (PSS) test I dan II dari kelompok eksperimen dan
olahraga kelompok kontrol signifikan. Hasil itu
meningkatkan stres, A : (SPSS) Chi- menandakan bahwa perempuan di
kelelahan, kualitas square and kelompok latihan senam memiliki
tidur dan depresi ANOVA kelelahan yang lebih rendah daripada
pada wanita kelompok kontrol setelah mempraktikkan
postpartum. latihan aerobik 4 minggu, dan latihan
aerobik memberikan efek positif pada
Database : kelelahan selama 12 minggu.
Pubmed

Lokasi : Taiwan
Dari tabel 4.2 Menggambarkan bahwa dari 10 jurnal penatalaksanaan yang

digunakan untuk mengatasi gangguan tidur diantaranya adalah

Hypnobreasfeeding, pijat oksitosin, aroma terapi lavender, boreh, minyak esensial

kulit jeruk, dan olahraga. Hal ini terbukti bahwa intervensi secara non-

farmakologi lebih banyak digunakan dikarenakan intervensi menggunakan

farmakologi lebih beresiko terhadap tubuh dan produksi ASI apabila dikonsumsi

secara terus menerus.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Penyebab gangguan tidur ibu postpartum

Pada bagian pembahasan ini penulis akan menjelaskan mengenai

penyebab gangguan tidur pada ibu postpartum. Salah satu penyebab

terjadinya gangguan tidur pada ibu postpartum adalah sulit menemukan

waktu tidur di bulan pertama postpartum, depresi, masalah tidur sebelumnya,

primipara, tidak memberikan ASI eksklusif, dan memiliki bayi (Dorheim,

Bondevik, Eberhard-Gran, & Bjorvatn., 2009a). Penelitian yang dilakukan

oleh Mindel, Sadeh, Kwon, & Goh (2013) diberbagai negara menunjukkan

bahwa lebih dari setengah (54%) ibu postpartum memiliki kualitas tidur

yang buruk, dengan rentang 50.9% (di Malaysia) hingga 77.8% (di Jepang).

Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang bisa

dipengaruhi oleh berbagai macam faktor mempengaruhi gangguan

pemenuhan tidur pada seseorang. Potter dan Perry (2010), mengemukakan

faktor yang mempengaruhi tidur seperti faktor fisiologis, psikologis, dan

lingkungan sering mengubah kualitas dan kuantitas tidur. Faktor fisiologis,

38
39

psikologis, dan lingkungan yang bisa mempengaruhi kualitas tidur salah

satunya adalah pada ibu postpartum (Walyani & Purwoastuti, 2015).

Masa postpartum, ibu membutuhkan istirahat dan tidur yang cukup.

Istirahat sangat penting untuk ibu menyusui, serta untuk memulihkan

keadaannya setelah hamil dan melahirkan. (Bahiyatun, 2009). Kurang

istirahat/tidur pada ibu postpartum akan mengakibatkan kurangnya suplai

ASI, memperlambat proses involusi uterus, menyebabkan ketidakmampuan

merawat bayi serta depresi (Suhana, 2010).

Menurut Hidayat (2016), ibu setelah melahirkan pola tidurnya menjadi

tidak teratur yang dapat menyebabkan ibu mengalami kurang tidur sehingga

akan mudah terjadi perubahan suasana kejiwaan yang dapat rentan terjadi

gangguan tidur karena tidak dapat beradaptasi dengan perubahan psikologis

maupun peran barunya. Istirahat dan tidur yang kurang pada ibu nifas akan

mempengaruhi beberapa hal, diantaranya menyebabkan depresi dan

ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri (Marmi, 2012).

Berdasarkan dari berbagai hasil penelitian yang sudah dipaparkan,

penulis berpendapat bahwa adanya hubungan yang signifikan anatara

ganggauan tidur dengan faktor penyebab yang telah dijelaskan diatas.

Semua faktor penyebab gangguan tidur ini saling berkaitan dan

mempengaruhi, serta penulis tidak menemukan adanya kesenjangan

sehingga dapat dijadikan sebagai fakor penyebab gangguan tidur pada ibu

postpartum. Apabila ibu menganggap sebagai suatu hal yang biasa dan tidak

langsung memeriksakan kondisinya kepada petugas kesehatan terdekat


40

makan akan berdampak pada psikologis ibu dan juga memperlambat proses

involusi uteri serta sulit menemukan waktu tidur yang tepat.

4.3.2 Jenis-jenis penatalaksanaan non farmakologi untuk mengatasi

gangguan tidur ibu postpartum

1) Pemberian aromaterapi lavender

Pada bagian pembahasan ini penulis akan menjelaskan jenis terapi

non farmakologi untuk mengatasi gangguan tidur pada ibu postpartum.

Salah satu jenis penatalaksanaan non farmakologi ialah pemberian

aromaterapi lavender terhadap kualitas tidur ibu postpartum.

Secara umum, perubahan pola tidur selama minggu pertama setelah

melahirkan sulit menemukan waktu tidur pada periode ini, yang

mempengaruhi kesehatan dan fungsi ibu dan bayi serta menimbulkan

banyak masalah tidak hanya bagi mereka tetapi juga bagi keluarga

mereka. Salah satu efek samping terpenting dari kualitas tidur yang

tidak memadai adalah insiden dan keparahan depresi pascapersalinan.

Efek samping lain yang merugikan dari gangguan pola tidur adalah

penghentian menyusui dan penurunan keterikatan ibu dan bayi. Kurang

tidur dapat menurunkan pertumbuhan bayi, menurunkan fungsi

kekebalan tubuh, metabolisme, suasana hati, dan kinerja ibu. Salah satu

cara untuk mengatasi gangguan tidur pada ibu postpartum dapat

digunakan dengan terapi non farmakologi. Terapi non farmakologi yang

bisa digunakan untuk meningkatkan kualitas tidur adalah relaksasi.

Aromaterapi merupakan salah satu bentuk terapi relaksasi. Aromaterapi


41

merupakan proses penyembuhan yang menggunakan sari tumbuhan

aromaterapi murni yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan,

kesejahteraan tubuh, pikiran, dan jiwa (Goel, Kim, & Lao, 2005).

Aromaterapi mempunyai efek yang positif karena diketahui bahwa

aroma yang segar dan harum bisa merangsang sensori dan reseptor

yang ada di hidung kemudian memberikan informasi lebih jauh ke area

di otak yang mengontrol emosi dan memori serta memberikan

informasi ke hipotalamus. Hipotalamus merupakan pengatur sistem

internal tubuh, termasuk sistem seksualitas, suhu tubuh, dan reaksi

terhadap stres (Koensoemardiyah, 2009). Lavender adalah salah satu

minyak aromaterapi yang banyak digunakan saat ini, baik secara

inhalasi (dihirup) ataupun dengan teknik pijatan. Lavender mengandung

linalool yang memiliki efek menenangkan/relaksasi (Dewi, 2013).

Lavender juga membantu meringankan insomnia, kecemasan, dan

depresi (Cuncic, 2014).

Goel, Kim, & Lao (2005) menyebutkan bahwa aromaterapi

lavender dapat meningkatkan persentase dari kedalaman tidur atau

slow-wave-sleep (SWS) dan aromaterapi lavender juga meningkatkan

stage 2 dari tidur serta menurunkan rapid-eye movement (REM).

Aromaterapi lavender memiliki kandungan aktif yaitu linalool yang

memiliki efek menenangkan/relaksasi sehingga bisa meringankan

insomnia, kecemasan, dan depresi. Menghirup lavender yang memiliki

kandungan linalool dapat merangsang saraf olfaktorius yang akan


42

mengantarkan impuls hingga ke otak melalui olfactory bulb yang

berhubungan dengan struktur otak / sistem limbik seperti amygdala

yang merupakan pusat emosi dan hippocampus yang berhubungan

dengan memori (termasuk terhadap bau-bauan) sehingga menghirup

lavender dapat memiliki efek menenangkan. Saat tubuh dalam keadaan

rileks, maka aktivasi RAS akan menurun dan BSR akan mengambil alih

sehingga menyebabkan tidur. Oleh karena itu aromaterapi lavender

efektif terhadap kualitas tidur ibu postpartum.

Dari hasil penelitian jurnal yang telah digunanakan menyebutkan

bahwasannya hasil yang didapatkan setelah dilakukan intervensi

aromaterapi lavender dengan cara inhalasi, penulis tidak menemukan

adanya kesenjangan mengenai intervensi yang diberikan pada ibu

postpartum yang mengalami gangguan tidur, dan terdapat hubungan

yang signifikan terhadap asuhan yang telah diberikan pada ibu

postpartum.

2) Senam aerobik
Pada bagian pembahasan ini penulis akan menjelaskan jenis terapi

non farmakologi untuk mengatasi gangguan tidur pada ibu postpartum.

Salah satu jenis penatalaksanaan non farmakologi ialah melakukan

senam aerobik terhadap stress, kelelahan, dan kualitas tidur selama

masa postpartum.

Selama masa nifas, kebanyakan wanita mengalami gangguan dalam

pola tidur mereka, karena perubahan hormonal dan tanggung jawab


43

perawatan bayi baru lahir (Ashra fi nia dkk., 2014; Heh dkk., 2008).

Gangguan tidur dapat menyebabkan kelelahan, masalah fungsional

siang hari, dan depresi (Ko et al., 2010; Kung et al., 2011;

MunguiAIzquierdo dan Legaz-Arrese, 2012; Yang et al., 2013). Kurang

tidur dapat memengaruhi konsentrasi, penilaian, dan aktivitas sehari-

hari para ibu (Hosseinabadi et al., 2010). Gangguan siklus tidur pada

masa nifas dapat berlangsung selama beberapa minggu atau bulan. Jika

terus berlanjut atau memburuk, dapat mempengaruhi produksi ASI dan

mengurangi ikatan ibu dan bayi (Gunderson et al., 2008). Akibatnya,

kualitas tidur yang buruk, stres, perubahan suasana hati, dan depresi

juga dapat terjadi pada ibu dan anggota keluarganya (Ashra fi nia dkk.,

2014; Posmontier, 2008). Oleh karena itu, kualitas tidur pascapersalinan

merupakan indeks kesehatan yang penting dan kurang tidur merupakan

sumber stres utama bagi wanita pascapersalinan (Hunter et al., 2009; Li

et al., 2011; Yang et al., 2013). Faktor lain yang mepengaruhi tidur dan

kesehatan ibu adalah stres pascapartum. Wanita pascapersalinan juga

merasakan stres dari pencapaian peran ibu, perubahan tubuh, kurangnya

dukungan keluarga, pengasuhan bayi, tangisan bayi, gangguan tidur,

fungsi fisik, dan ketidakpuasan terhadap dukungan pasangan (Insana

dkk., 2011; Medina et al., 2009).

Latihan aerobik ditemukan secara signifikan mengurangi

kecemasan dan depresi setelah kehamilan (Koltyn dan Schultes, 1997)

dan sindrom kelelahan kronis (Edmonds et al., 2004). Olahraga dapat


44

meningkatkan kesehatan fisik dan psikologis ibu nifas, termasuk

penurunan berat badan, peningkatan laktasi, kurang parah less tingkat

depresi, dan meningkatkan kemampuan dan kapasitas keibuan untuk

menerapkan rejimen aktivitas fisik secara teratur untuk dirinya dan

anaknya (Adeniyi et al., 2013; Bane, 2015; Daley et al., 2007, 2009;

Larson Meyer, 2002; Sichel dan Driscoll, 2002).

Olahraga berkorelasi positif dengan kebugaran secara keseluruhan

dan dapat berkisar dari ringan, sedang, hingga kuat. Contoh olahraga

antara lain jalan kaki, lari, yoga, bersepeda, dan latihan ketahanan.

Banyak manfaat fisiologis dan psikologis yang luas dari olahraga dan

aktivitas fisik (ACSM, 2010; Landers, 2009). Menurut ACOG (2015),

program latihan yang mengarah pada tujuan akhir latihan intensitas

sedang selama setidaknya 20-30 menit per hari pada sebagian besar atau

semua hari dalam seminggu harus dikembangkan bersama pasien dan

disesuaikan sesuai indikasi medis.

Dari hasil penelitian jurnal yang telah digunanakan menyebutkan

bahwasannya hasil yang didapatkan setelah dilakukan senam aerobik,

penulis tidak menemukan adanya kesenjangan mengenai intervensi

yang diberikan pada ibu postpartum yang mengalami gangguan tidur,

dan terdapat hubungan yang signifikan terhadap asuhan yang telah

diberikan pada ibu postpartum.


45

3) Pilates (Yoga)

Pada bagian pembahasan ini penulis akan menjelaskan jenis terapi

non farmakologi untuk mengatasi gangguan tidur pada ibu postpartum.

Salah satu jenis penatalaksanaan non farmakologi ialah melakukan

latihan pilates pada kualitas tidur postpartum.

Selama masa nifas, tidak hanya terjadi perubahan pada kesehatan

fisik dan mental ibu, tetapi juga struktur keluarga (Ko et al., 2008).

Sebagian besar wanita, terutama primipara mengalami gangguan pola

tidur mereka, karena perubahan hormonal dan tanggung jawab

perawatan bayi baru lahir (Heh dkk., 2008). Kurang tidur

mempengaruhi konsentrasi, penilaian dan aktivitas sehari-hari

(Hosseinabadi dkk., 2010). Gangguan siklus tidur selama masa nifas

dapat berlangsung selama beberapa minggu atau bulan, jika berlanjut

atau memburuk, hal ini dapat berdampak negatif pada produksi ASI dan

mengurangi ikatan ibu dan bayi (Gunderson et al., 2008). Akibatnya,

kualitas tidur yang buruk, stres, perubahan suasana hati, dan depresi

juga dapat terjadi pada ibu dan anggota keluarga mereka (Posmontier,

2008; Dennis dan Ross, 2005).

Ada sejumlah studi tentang intervensi untuk meningkatkan kualitas

tidur selama periode postpartum. Telah dilaporkan bahwa 30 menit

refleksi kaki selama 5 hari berturut-turut dapat meningkatkan kualitas

tidur pada wanita postpartum (Yen Li dkk., 2011). Berdasarkan

penelitian lain, menghirup lavender dan kayu putih selama 6 hari


46

berturut-turut juga dapat meningkatkan kualitas tidur pascapersalinan

(Lee, 2004). Namun, studi ini hanya menilai efek jangka pendek dan

tidak ada yang mempelajari dampak jangka panjang dari setiap

intervensi pada peningkatan kualitas tidur.

Latihan pilates sangat popularitas dan signifikan di antara populasi

umum dalam beberapa tahun terakhir (von Sperlingde Souza dan Brum

Vieira, 2006). Latihan-latihan ini bermanfaat bagi kesehatan fisik dan

mental dengan meningkatkan tubuh fleksibilitas, serta meningkatkan

keseimbangan otot dan kekuatan (Caldwell et al., 2009; Bernardo,

2007).

Latihan pilates, sebagai aktivitas fisik mental, telah terbukti

memberikan efek menguntungkan pada fisik individu dan kesehatan

mental melalui peningkatan kekuatan inti tubuh, mengurangi nyeri otot,

dan meningkatkan sirkulasi (Caldwell et al., 2009; Segal et al., 2004).

Selain itu, dapat memberikan efek positif dari latihan pilates pada

kesehatan individu melalui peningkatan fleksibilitas, keseimbangan

dinamis dan, sampai tingkat sedang, meningkatkan daya tahan otot

(Cruz-Ferreira et al., 2011). Hal ini, dapat dilakukan dipagi hari selama

30 menit.

Dari hasil penelitian jurnal yang telah digunanakan menyebutkan

bahwasannya hasil yang didapatkan setelah dilakukan latihan pilates,

penulis tidak menemukan adanya kesenjangan mengenai intervensi

yang diberikan pada ibu postpartum yang mengalami gangguan tidur,


47

dan terdapat hubungan yang signifikan terhadap asuhan yang telah

diberikan pada ibu postpartum.

4) Pemberian Boreh

Pada bagian pembahasan ini penulis akan menjelaskan jenis terapi

non farmakologi untuk mengatasi gangguan tidur pada ibu postpartum.

Jenis penatalaksanaan non farmakologi ialah pemberian ramuan herbal

boreh untuk memperbaiki pola tidur ibu postpartum.

Masa postpartum, ibu membutuhkan istirahat dan tidur yang cukup.

Istirahat sangat penting untuk ibu menyusui, serta untuk memulihkan

keadaannya setelah hamil dan melahirkan. (Bahiyatun, 2009).

Kebutuhan istirahat bagi ibu menyusui minimal 8 jam sehari, dapat

dipenuhi melalui istirahat malam dan siang (Sulistyawati, 2009).

Kurang istirahat/tidur pada ibu postpartum akan mengakibatkan

kurangnya suplai ASI, memperlambat proses involusi uterus,

menyebabkan ketidakmampuan merawat bayi serta depresi (Suhana,

2010). Fitri, Trisyani, dan Maryati (2012) mengemukakan 85.7% ibu

postpartum dengan sectio caesaria memiliki kualitas tidur yang buruk.

Berbagai macam cara dilakukan untuk mengatasi masalah kualitas tidur

pada seseorang, baik dengan terapi farmakologi maupun terapi non-

farmakologi. Terapi farmakologi misalnya dengan bantuan obat tidur

atau obat penenang lainnya (Harmanto & Subroto, 2007). Salah satu

terapi nonfarmakologi yang bisa digunakan untuk meningkatkan


48

kualitas tidur adalah relaksasi. Boreh merupakan salah satu bentuk

terapi relaksasi.

Boreh adalah semacam ramuan yang dikenal masyarakat Bali, dan

merupakan warisan leluhur dari jaman dulu yang dibuat halus yang

dioleskan (Meboreh) pada bagian tubuh tertentu, membiarkannya

menjadi kering setelah itu mengoleskannya (mengurut) untuk

membersihkan lapiran boreh yang telah mengering tersebut tanpa

menggunakan air. Boreh ada bermacam macam dan biasanya dibuat

untuk orang sakit, misalnya bayi yang sakit pilek dan flu maka sang ibu

terutama didaerah pedesaan akan membuat boreh untuk anaknya yang

terbuat dari beras, kencur dan garam, dan cara membuatnya ada yang

diulek atau dikunyah, lalu dibalurkan pada kaki, punggung dan kadang

ditempelkan diatas kepala si bayi. Begitu juga orang – orang tua

dipedesaan bilamana merasa kaki sangat dingin juga membuat boreh,

ada yang dibuat seperti boreh bayi, atau ada juga yang membuat boreh

dengan rempah rempah seperti cengkeh, kapulaga, mesoyi dan rempah

lainnya. Dan hasilnya sudah dipercaya bertahun tahun bisa membantu

meringankan keluhan untuk berbagai penyakit. Keefektifitasan boreh

diwilayah puskesmas nusukan, kec. Banjasari kota surakarta melalui uji

wicoxon hasil pada tidur siang mengalami peningkatan setelah

dilakukan post-test dari hasil perbandingan pre-test yang dilakukan

sebelumnya. Pada tidur malam berdasarkan rata-rata waktu tidur


49

mereka yang sebelumnya kurang dari waktu tidur normal setelah

diberikan boreh melalui hasil post-test mengalami peningkatan.

Teoristres Selye menjelaskan efektifitas fisiologi dari relaksasi

merupakan respon terpadu yang berasal dari hipotalamus yang

mengarah kenaikan atau penurunan gairah dari sistem saraf pusat.

Relaksasi dapat memproduksi endomorfin dengan mengurangi

ketegangan otot adalah kebalikan dari respon stress sehingga dapat

meningkatkan pola tidur (Richard, 2012). Waktu tidur siang ibu nifas

sebelum diberikan boreh adalah 1 jam lebih 25 menit dan setelah

diberikan boreh rerata tidur siang 1 jam 30 menit. Data hasil penelitian

menunjukkan pola tidur siang ibu nifas termasuk dalam kategori normal

karena dalam rentang 1-2 jam dan ada peningkatan jam tidur. Marmi

(2012) mengatakan ibu menjadwalkan waktu tidur 1 sampai 2 jam pada

siang hari. Hasil ini sesuai dengan penelitian Arif (2012) mengatakan

responden yang mengalami gangguan tidur ringan sebanyak 14 orang

(45,2%). Waktu tidur malam ibu sebelum diberikan boreh tidur selama

7 jam 47,5 menit dan setelah diberikan boreh hampir 8 jam lebih. Data

ini menunjukkan pola tidur ibu nifas normal karena dalam rentang

waktu 7-8 jam dan ada peningkatan jam tidur tidur. Ibu nifas

dijadwalkan istirahat malam kurang lebih 7 – 8 jam (Marmi, 2012).

Hasil ini sesuai dengan Dorheim, Bondevik, Eberhard-Gran, &

Bjorvatn (2009a) mengemukakan penyebab ibu postpartum mengalami

gangguan kualitas tidur adalah karena sulit menemukan waktu tidur di


50

bulan pertama postpartum, depresi, masalah tidur sebelumnya,

primipara, tidak memberikan ASI eksklusif, dan memiliki bayi laki-laki.

Dari hasil penelitian jurnal yang telah digunanakan menyebutkan

bahwasannya hasil yang didapatkan setelah dilakukan pemberian

ramuan herbal boreh dengan cara diurut selama 1 sampai 2 jam, penulis

tidak menemukan adanya kesenjangan mengenai intervensi yang

diberikan pada ibu postpartum yang mengalami gangguan tidur, dan

terdapat hubungan yang signifikan terhadap asuhan yang telah

diberikan pada ibu postpartum.

5) Pemberian pijat oksitosin

Pada bagian pembahasan ini penulis akan menjelaskan jenis terapi

non farmakologi untuk mengatasi gangguan tidur pada ibu postpartum.

Jenis penatalaksanaan non farmakologi ialah pemberian pijat oksitosin

terhadap pemenuhan kebutuhan ibu postpartum.

Berdasarkan Biancuzzo (2003) pemijatan pada tulang belakang

yang dimulai dari batas leher sampai tulang costae kelima dan keenam

dan berfungsi untuk merangsang hormon oksitosin. Pijat oksitosin dapat

memberikan perasaan positif, pikiran positif, serta menghilangkan

kecemasan, stress, dan nyeri pada postpartum. Hal ini didukung dengan

penelitian Vidayanti (2015) bahwa pada ibu post partum yang diberikan

intervensi berupa pijat oksitosin selama 15 menit dalam waktu 3 hari

membuat ibu menjadi lebih rileks dan percaya diri.


51

Kebutuhan tidur ibu post partum yang kurang dikarenakan terdapat

gangguan tidur sehingga ibu akan mudah terbangun, hal ini dikarenakan

faktor lingkungan, gaya hidup, penyakit, stress, dan obat. Pada ibu yang

cemas dan gelisah juga dapat menyebabkan kebutuhan tidur ibu

menjadi kurang. Hal ini didukung dengan teori Kozier (2010) bahwa

pada peningkatan kadar norepinefrin dalam darah melalui sistem saraf

simpatis membuat perubahan pada kurangnya waktu tidur pada tahap

NREM dan REM serta lebih banyak perubahan dalam tahap tidur lain

dan lebih terbangun. Sehingga ibu akan sering terbangun dan sulit

untuk memulai tidur. Dengan pemijatan dapat menstimulasi dan

merelaksasi, sehingga stress dan kecemasan akan menghilang. Hal ini

sesuai teori Ali (2001) bahwa pijat dapat merelaksasi dan menenangkan

pasien, hal ini karena sirkulasi darah lancar akibat berdilatasi pembuluh

darah karena kehangatan sebagai efek pengurutan saat dipijat, terjadi

pula perbaikan tonus otot sehingga fungsi muscular lebih baik. Jadi

kebutuhan tidur ibu menjadi terpenuhi.

Dari hasil penelitian jurnal yang telah digunanakan menyebutkan

bahwasannya hasil yang didapatkan setelah dilakukan pemberian pijat

oksitosin, penulis tidak menemukan adanya kesenjangan mengenai

intervensi yang diberikan pada ibu postpartum yang mengalami

gangguan tidur, dan terdapat hubungan yang signifikan terhadap asuhan

yang telah diberikan pada ibu postpartum.


52

6) Pemberian pijat puggung

Pada bagian pembahasan ini penulis akan menjelaskan jenis terapi

non farmakologi untuk mengatasi gangguan tidur pada ibu postpartum.

Jenis penatalaksanaan non farmakologi ialah pemberian pijat punggung

untuk meningkatkan kualitas ibu postpartum.

Selama masa nifas, sebagian besar wanita mengalami perubahan

kualitas tidur. Perubahan pola tidur dan durasi tidur sering dilaporkan

seperti keluhan tidur yang berhubungan dengan ketidaknyamanan luka,

nyeri kontraksi uterus, atau nyeri menyusui. Perubahan fisiologis dan

hormonal yang dialami ibu nifas menempatkan mereka pada risiko

penurunan kinerja ibu (Lance et al., 2003; Dennis dan Ross, 2005;

Chien dkk., 2009; Hunter dkk., 2009). Masa postpartum, ibu sangat

memerlukan istirahat dan tidur yang cukup, ibu sering kali

mengorbankan tidurnya untuk beradaptasi dengan rutinitas dan

tanggung jawab baru menyusui bayi baru lahir (Goyal dkk., 2009).

Hung dkk. (1993) menunjukkan bahwa ibu postpartum

mengidentifikasi tidur yang tidak cukup sebagai faktor utama selama

periode postpartum awal. Huang (2002) mengklasifikasikan sebagian

besar (95,4%) wanita postpartum kurang tidur.

Sejarah pijat punggung mencakup lebih dari 1000 tahun ke Cina

Kuno dan India (Tumpul, 2006). Penggunaan teknik ini semakin

populer baru-baru ini, dan banyak lembaga saat ini menyediakan

layanan dan produk pijat di Taiwan. Pijat adalah terapi yang aman, non-
53

intrusif, dan komplementer yang melibatkan aplikasi kontak kulit

langsung ke titik akupresur tertentu. Manfaat pijat termasuk

meningkatkan sirkulasi darah, menghilangkan ketegangan, dan

meningkatkan fungsi sistem saraf otonom, dan menghilangkan nyeri

lumbal dan insomnia (Harris dan Richards, 2010). Hal ini dapat

dilakukan selama 30-60 menit selama seminggu.

Dari hasil penelitian jurnal yang telah digunanakan menyebutkan

bahwasannya hasil yang didapatkan setelah dilakukan pemberian pijat

punggung, penulis tidak menemukan adanya kesenjangan mengenai

intervensi yang diberikan pada ibu postpartum yang mengalami

gangguan tidur, dan terdapat hubungan yang signifikan terhadap asuhan

yang telah diberikan pada ibu postpartum.

7) Akupresur auricular

Pada bagian pembahasan ini penulis akan menjelaskan jenis terapi

non farmakologi untuk mengatasi gangguan tidur pada ibu postpartum.

Jenis penatalaksanaan non farmakologi ialah akupresur auricular.

Ibu nifas umumnya memiliki kualitas tidur yang buruk karena

seringnya menyusui di malam hari selama bulan pertama setelah

melahirkan. Di Taiwan, kejadian insomnia postpartum adalah 86% (Ko

& Lee 2014). Bagi ibu, kualitas tidur yang buruk tidak hanya

mempengaruhi kesehatan fisik dan mental, tetapi juga berpengaruh

pada kantuk di siang hari, kelelahan, kurang konsentrasi, penurunan

kewaspadaan, dan lesu (Franzendkk. 2008), tetapi juga menyebabkan


54

depresi pascamelahirkan (Posmontier 2008, Dørheim dkk. 2009, Goyal

dkk. 2009). Oleh karena itu, kualitas tidur yang buruk pada ibu nifas

berdampak negatif terhadap kesehatan dan kemampuan mereka untuk

bekerja dan memenuhi tanggung jawab sebagai ibu.

Wanita setelah melahirkan mengalami kurang tidur dan kualitas

tidur yang buruk; sekitar 90% wanita postpartum tidak puas dengan

situasi tidur mereka (Ko et al. 2012). Rata-rata, wanita postpartum tidur

sekitar 6 jam per malam pada minggu pertama setelah melahirkan,

jumlah yang kurang dari waktu tidur rata-rata wanita pada umumnya

(Signal et al. 2007); efisiensi tidur dan REM wanita postpartum juga

lebih rendah (Dorheim et al. 2009, Li et al. 2011). Oleh karena itu,

peningkatan kualitas tidur pasca wanita bersalin sangat penting. Metode

untuk meningkatkan kualitas tidur meliputi penggunaan hipnotik, terapi

musik, terapi perilaku kognitif, olahraga dan pengobatan herbal, pijat

dan stimulasi titik akupuntur (Lin 2008). Namun, wanita

pascapersalinan biasanya diharuskan menyusui bayinya, penggunaan

hipnotik mungkin tidak cocok. Selain itu, peningkatan penggunaan

hipnotik dapat menyebabkan penurunan efektivitas obat dan

meningkatkan ketergantungan pengguna pada hipnotik, menciptakan

gejala seperti insomnia rebound (Lin 2000). Oleh karena itu,

penggunaan terapi non-obat sangat penting. AA adalah metode non-

invasif yang telah terbukti efektif memperbaiki masalah tidur (Wang et

al. 2005, 2008, Chueh & Yang 2012). Menggunakan AA dapat secara
55

efektif meningkatkan kualitas tidur secara keseluruhan, kualitas tidur

subjektif, latensi tidur, durasi tidur dan gangguan tidur.

Dari hasil penelitian jurnal yang telah digunanakan menyebutkan

bahwasannya hasil yang didapatkan setelah dilakukan pemberian

akupresur auricular, penulis tidak menemukan adanya kesenjangan

mengenai intervensi yang diberikan pada ibu postpartum yang

mengalami gangguan tidur, dan terdapat hubungan yang signifikan

terhadap asuhan yang telah diberikan pada ibu postpartum.

8) Pemberian minyak esensial kulit jeruk

Pada bagian pembahasan ini penulis akan menjelaskan jenis terapi

non farmakologi untuk mengatasi gangguan tidur pada ibu postpartum.

Jenis penatalaksanaan non farmakologi ialah pemberian minyak esensial

kulit jeruk pada kualitas tidur postpartum.

Masa nifas, khususnya dienam minggu pertama setelah kelahiran

adalah periode kritis kerentanan untuk mengembangkan perubahan

suasana hati dan gangguan tidur. Menjadi ibu dikaitkan dengan

perubahan fisiologis dan psikologis yang penting seperti pola tidur yang

terganggu dan kualitas tidur yang buruk. Ibu biasanya mengalami

peningkatan 20% dalam terjaganya saat tidur setelah melahirkan.

Menurut National Sleep Foundation (2011), gangguan siklus tidur telah

dilaporkan pada 68% wanita pada periode ini. Perubahan hormonal yang

terjadi pada periode postpartum telah berimplikasi pada wanita gangguan

tidur pascapersalinan. Penurunan progesteron, dengan sifat sedatifnya,


56

pada periode postpartum langsung dapat menyebabkan gangguan tidur

postpartum. Perubahan pola tidur menyebabkan gangguan fungsi sehari-

hari, kelelahan ibu, kesejahteraan keluarga yang lebih rendah, lebih

banyak insiden dan mengurangi kualitas hidup. Selain itu, kenyamanan

psikologis yang kurang akibat insomnia menyebabkan kecemasan dan

ketakutan dalam merawat bayi dan penerimaan peran ibu dalam keluarga.

Kurang tidur dan penurunan kualitas tidur setelah melahirkan dapat

bertahan selama beberapa minggu atau bulan, hal ini dapat menyebabkan

banyak masalah bagi perempuan dan kelangsungan pada keluarga

mereka. Kurang tidur menyebabkan perubahan fungsi sistem kekebalan

tubuh, metabolisme, suasana hati dan kinerja ibu bahkan mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan si bayi. Gangguan tidur juga

menyebabkan perubahan psikologis.

Minyak esensial kulit jeruk dapat meningkatkan latensi tidur.

Karena latensi tidur dikaitkan dengan stress dan kecemasan. Kandungan

dalam kulit jeruk dapat meningkatkan kualitas tidur karena terdapat

linalool yang ditemukan dalam minyak esensial kulit jeruk yang

menghambat pelepasan asetilkolin dan mengubah fungsi ion di

sambung neuromuskular. Selain itu, linaly acetate I memiliki fungsi

narkotika dan linalool bertindak sebagai obat penenang. Penggunaan

minyak astiri jeruk ini dapat dilakukan dengan cara dihirup (inhalasi).

Dari hasil penelitian jurnal yang telah digunanakan menyebutkan

bahwasannya hasil yang didapatkan setelah dilakukan pemberian


57

minyak esensial kulit jeruk, penulis tidak menemukan adanya

kesenjangan mengenai intervensi yang diberikan pada ibu postpartum

yang mengalami gangguan tidur, dan terdapat hubungan yang

signifikan terhadap asuhan yang telah diberikan pada ibu postpartum.

9) Pemberian Hypnobreastfeeding

Pada bagian pembahasan ini penulis akan menjelaskan jenis terapi

non farmakologi untuk mengatasi gangguan tidur pada ibu postpartum.

Jenis penatalaksanaan non farmakologi ialah hypnobreastfeeding

terhadap kualitas tidur ibu menyusui.

Masa nifas adalah masa adaptasi ibu setelah hamil dan melahirkan.

Adaptasi ini menyebabkan perubahan yang dapat menjadi

ketidaknyamanan. Ketidaknyamanan yang dapat dialami diantaranya

kesemasan dalam menyusui dan gangguan tidur. Menyusui dapat

menyebabkan gangguan pada kebutuhan istirahat ibu selama periode

postpartum. Masalah tersebut muncul disebabkan ibu sering terbangun

dikarenakan bayi menangis, bayi tidur tidak nyenyak, dan proses

menyusui. Pada saat postpartum/nifas, ibu nifas sangat membutuhkan

istirahat ataupun tidur yang mencukupi. Ibu menyusui sangat

memerlukan istirahat dikarenakan dengan istirahat yang cukup dapat

membantu pemulihan kondisi ibu setelah hamil dan persalinan.

(Bahiyatun, 2009). Ibu menyusui mempunyai kebutuhan istirahat paling

sedikit 8 jam/hari, yang terpenuhi dalam istirahat pada malam dan siang

hari (Sulistyawati, 2009).


58

Penelitian Mindel, Sadeh, Kwon, & Goh (2013), menunjukkan

bahwa 54% ibu nifas di beberapa negara memiliki kualitas tidur buruk,

50,9% di Malaysia, 77,8% di Jepang. Hasil penelitian yang lain

didapatkan ibu nifas yang mengalami pola gangguan tidur ringan

sebanyak 45,2% dengan rerata tidur pada malam paling sedikit 357

menit dan paling lama 520 menit, dengan rata-rata 424,61± 50,77 menit

(Arif, 2012). Penelitian Fatmawati, R, Hidayah, N. (2019), menunjukan

rerata tidur siang pada ibu nifas paling sedikit 30 menit dan rerata

paling lama 120 menit, dengan rata-rata 67,14±24,37 menit. Hasil

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa rata-rata tidur siang ibu nifas

adalah 1 jam lebih 25 menit. Menurut Marmi (2012), ibu nifas

seharusnya mempunyai jadwal waktu tidur siang selama 1 sampai 2

jam. Jadwal tidur ibu nifas normalnya berada dalam rentang waktu 7–8

jam dan terjadi peningkatan jam tidur. (Marmi, 2012).

Terapi non farmakologi yang dapat dilakukan yaitu dengan

melakukan modifikasi perilaku dan lingkungan yaitu memberikan

sugesti melalui hipnoterapi. Hipnoterapi yang bisa diberikan untuk ibu

di masa nifas dan menyusui yaitu hypnobreastfeeding. Menurut Sari,

L.P, Salimo,H, Budihastuti, U.R. (2019), hypnobreastfeeding dapat

membantu meningkatkan kualitas tidur ibu menyusui,

hypnobreastfeeding efektif menurunkan kecemasan, baik dimulai saat

proses kehamilan hingga nifas. Cara kerja dari hypnobreastfeeding

yaitu dapat mengurangi tingkat kecemasan dan stress yang dialami ibu.
59

Hal tersebut bisa membantu ibu untuk meningkatkan produksi ASI-nya,

menurunkan kecemasan bahkan ketakutan, sehingga fokus ibu ke hal

yang lebih positif. Selain itu, dapat membuat kepercayaan diri ibu

meningkat, membuat ibu semakin percaya diri dan merasa lebih baik

dalam menjalani perannya sebagai seorang “new mum”.

Hypnobreastfedding memberikan sugesti/afirmasi positif yang

dapat menstimulasi otak agar dapat melepaskan

neurotransmitter/senyawa kimiawi. Peningkatan enchephalin dan

endorphin, dapat berfungsi meningkatkan perasaan bahagia pada ibu

sehingga ibu lebih bisa menerima perubahan dalam peran barunya.

Oleh karena itu, hypnobreastfeeding dapat meningkatkan kualitas tidur

ibu menyusui, hal ini dapat dilakukan 2 kali sehari, saat ibu dalam

kondisi santai, dengan mendengarkan audio tentang afirmasi positif

tentang menyusui.

Dari hasil penelitian jurnal yang telah digunanakan menyebutkan

bahwasannya hasil yang didapatkan setelah dilakukan pemberian

hypnobreastfeeding, penulis tidak menemukan adanya kesenjangan

mengenai intervensi yang diberikan pada ibu postpartum yang

mengalami gangguan tidur, dan terdapat hubungan yang signifikan

terhadap asuhan yang telah diberikan pada ibu postpartum.

10) Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dalam

melakukan penelitian diantaranya sebagai berikut:


60

1. Dalam penelitian ini jurnal yang digunakan ada yang tidak

terakreditasi nasional dan internasional.

2. Kesulitan penulis menemukan text book yang membahas tentang

Gangguan Tidur Pada Ibu Postpartum.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Jenis-jenis penatalaksanaan non farmakologi pada gangguan tidur ibu

postpartum yang ditemukan dari hasil literature review, anatara lain :

1. Aromaterapi lavender

2. Minyak esensial lavender

3. Senam aerobik

4. Pilates (yoga)

5. Boreh (ramuan herbal)

6. Pijat oksitosin

7. Pijat punggung

8. Akupresur auricular

9. Minyak esensial kulit jeruk

10. Hypnobreastfeeding

5.2 Saran

1. Bagi Ibu Nifas

Ibu dapat mengatasi gangguan tidur dengan menggunakan terapi non-

farmakologi, antara lain: aromaterapi lavender, olahraga, dan masase yang

telah diterapkan sehingga dapat meningkatkan durasi tidur, latensi tidur,

pola tidur dan cemas yang dirasakan ibu dapat teratasi.

61
62

2. Bagi Bidan

Memberikan edukasi kepada ibu nifas yang mengalami gangguan tidur serta

memberikan intervensi non-farmakologi agar teratasi gangguan tidur ibu,

sehingga pemenuhan kebutuhan istirahat tidur ibu terpenuhi.

3. Bagi peneliti selanjutnya

a) Peneliti selanjutnya diharapkan untuk perbanyak refensi yang berkaitan

dengan judul atau topik dan mencari jurnal yang berkaitan dengan

asuhan kebidanan serta memberikan kriteria jurnal yang lebih spesifik.

b) Sebaiknya peneliti juga dapat melakukan penelitian secara langsung,

terutama dalam memberikan penyuluhan dalam mengatasi gangguan

tidur pada ibu postpartum, dikarenakan usia jurnal yang sudah terlalu

lama atau sudah tua perlu untuk divalidasi kembali.


DAFTAR PUSTAKA
Afshar, M. K., Moghadam, Z. B., Taghizadeh, Z., Bekhradi, R., Montazeri, A., &
Mokhtari, P. (2015). Lavender fragrance essential oil and the quality of
sleep in postpartum women. Iranian Red Crescent Medical
Journal, 17(4). 10.5812/ircmj.17(4)2015.25880
Ashrafinia, F., Mirmohammadali, M., Rajabi, H., Kazemnejad, A.,
SadeghniiatHaghighi, K., Amelvalizadeh, M., & Chen, H. (2014). The
effects of Pilates exercise on sleep quality in postpartum
women. Journal of bodywork and movement therapies, 18(2), 190-199.
http://dx.doi.org/10.1016/j.jbmt.2013.09.007
Dewi, Y. V. A. (2020). Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3 . Bandung: Media Sains
Indonesia
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=0CsMEAAAQBAJ&o
i=fnd&pg=PA1&ots=vRnB6oGVOi&sig=TFJ67SnXvPH49Dzjc4ZXy2
l35mk&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
de Laura, D. (2015). Efektifitas Aromaterapi Lavender Terhadap Kualitas Tidur
Ibu Postpartum (Doctoral dissertation, Riau University).
https://www.neliti.com/publications/187204/efektifitas-aromaterapi-
lavender-terhadap-kualitas-tidur-ibu-postpartum
Fatmawati, R., & Hidayah, N. (2019). Gambaran Pola Tidur Ibu Postpartum.
Infokes: Jurnal Ilmiah Rekam Medis an Informatika Kesehatan, 9(2),
44-47 https://ojs.udb.ac.id/index.php/infokes/article/view/832
Fatmawati, R., & Hidayah, N. (2019). Efektifitas Boreh pada Pola Tidur Ibu
Postpartum. Proceeding of The URECOL, 529-538
http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/687
Fuadah, D. Z., & Tristanti, N. (2017). Pengaruh Pijat Oksitosin pada Ibu Post
Partum Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur. Sain Med, 96.
https://www.kopertis7.go.id/uploadjurnal/Sainmed%20Vol%209%20N
o%202%20Des%202017_Siap%20Cetak.pdf#page=22
Ko, Y. L., & Lee, H. J. (2014). Randomised controlled trial of the effectiveness of
using back massage to improve sleep quality among Taiwanese
insomnia postpartumwomen. Midwifery, 30(1), 60-64.
https://doi.org/10.1016/j.midw.2012.11.005
Ko, Y. L., Lin, S. C., & Lin, P. C. (2016). Effect of auricular acupressure for
postpartum insomnia: an uncontrolled clinical trial. Journal of clinical
nursing, 25(3-4), 332-339. https://doi.org/10.1111/jocn.13053
Mirghafourvand, M., Charandabi, S. M. A., Hakimi, S., Khodaie, L., & Galeshi,
M. (2016). Effect of orange peel essential oil on postpartum sleep
quality: A randomized controlled clinical trial. European Journal of
Integrative Medicine, 8 (1), 62-66.
http://dx.doi.org/10.1016/j.eujim.2015.07.044

63
64

Rini, Susilo & Kumala, Feti. (2017). Panduan Asuhan Postpartum & Evidence
Based Practice . Yogyakarta: Budi Utama
https://books.google.co.id/books/about/Panduan_Asuhan_Nifas_dan_E
vidence_Based.html?id=dbiEDwAAQBAJ&printsec=frontcover&sourc
e=kp_read_button&newbks=1&newbks_redir=1&redir_esc=y
Tonasih & Sari, V. M. (2019). Asuhan Kebidanan Masa Postpartum Dan
Menyusui . Yogyakarta: K-Media
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2018/09/Asuhan-Kebidanan-Nifas-dan-
Menyusui_SC.pdf
Wahyuni, Sri. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Post Partum Dilengkapi
Dengan Panduan Persiapan Praktikum Mahasiswa Keperawatan .
Yogyakarta: Budi Utama
https://www.google.co.id/books/edition/Buku_Ajar_Asuhan_Keperawa
tan_Post_Partum/cBKfDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Wahyuni,+Sr
i.+(2019).+Buku+Ajar+Asuhan+Keperawatan+Post+Partum+Dilengka
pi+Dengan+Panduan+Persiapan+Praktikum+Mahasiswa+Keperawatan
+.+Yogyakarta:+Budi+Utama&printsec=frontcover
Wahyuningsih, Heni Puji. (2018). Asuhan Kebidanan Postpartum Dan Menyusui.
Jakarta: Kementerian Kesehatan R.I.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2018/09/Asuhan-Kebidanan-Nifas-dan-
Menyusui_SC.pdf
Windayanti, H., Astuti, F. P., & Sofiyanti, I. (2020). Hypnobreastfeeding Dan
Kualitas Tidur Pada Ibu Menyusui. Indonesian Journal Of Midwifery
(IJM) 3 , 151-159.
https://sinta.ristekbrin.go.id/journals?q=26155095&search=1&sinta=5
&pub=&city=&issn=
Yang, C. L., & Chen, C. H. (2018). Effectiveness of aerobic gymnastic exercise
on stress, fatigue, and sleep quality during postpartum: A pilot
randomized controlled trial. International journal of nursing studies,
77, 1-7. http://dx.doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2017.09.009
LAMPIRAN 1

JADWAL PENYUSUNAN PROPOSAL LTA

NO. Kegiatan Bulan

1. Informasi penyelenggaraan LTA Agustus 2020

2. Informasi Pembimbing September 2020

3. Proses bimbingan dan penyusunan Desember 2020

proposal LTA

4. Pengumpulan proposal ke Panitia/ Januari 2021

Pendaftaran seminar proposal

5. Seminar proposal Januari 2021

6. Revisi dan persetujuan proposal oleh Januari 2021

penguji

7. Penyusunan Laporan Tugas Akhir Juni 2021

8. Pendaftaran Seminar LTA Juli 2021

9. Pelaksanaan Seminar LTA Juli 2021

10. Revisi laporan LTA Juli 2021

11. Penyerahan laporan LTA Juli 2021

65
LAMPIRAN 2

PERNYATAAN KESEDIAAN MEMBIMBING

Saya, yang bertandatangan dibawah ini:


Nama : Ika Yudianti, SST.,M.Keb
NIP : 19800727 200312 2 002
Pangkat dan Golongan : III/C
Jabatan : Lektor (JFT)
Asal Institusi : Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
Pendidikan terakhir : S2 Kebidanan
Alamat dan Nomor yang bisa dihubungi
a. Rumah : Malang
b. Telepon/HP : 081233667567
c. Alamat Kantor : Jl. Besar Ijen 77 C Kota Malang
d. Telepon Kantor : (0341) 566075, 571388
Dengan ini menyatakan (bersedia/tidak bersedia) menjadi
pembimbing bagi mahasiswa
Nama : Khofifah Nuragita
NIM : P17310184091
Topik Studi kasus : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Postpartum
dengan Gangguan Tidur

Malang, 16 Desember 2020

(Ika Yudianti, SST.,M.Keb)


NIP. 19800727 200312 2 002

66
LAMPIRAN 3
LEMBAR KONSULTASI

Nama Pembimbing : Ika Yudianti, SST.,M.Keb


BIMBINGAN KE TANGGAL SARAN TANDA
TANGAN
1 (SATU) 23 DESEMBER Revisi judul, BAB
2020 1, tujuan, dan
rumusan masalah

2 (DUA) 26 DESEMBER Revisi tujuan dan


2020 rumusan masalah

3 (TIGA) 31 DESEMBER Revisi BAB 2 dan


2020 mengerjakan BAB
3

4 (EMPAT) 10 JANUARI Revisi BAB 2 dan


2021 BAB 3, pico

5 (LIMA) 12 JANUARI Menambah dapus


2021 dan revisi lampiran

6 (ENAM) 15 JANUARI Perbaiki


2021 sistematika
penulisan dan
jurnal terseleksi
dimasukkan ke
dapus
7 (TUJUH) 17 JANUARI ACC sempro LTA
2021

8 (DELAPAN) 27 JANUARI Revisi pasca


2021 sempro

9 (SEMBILAN) 15 JUNI 2021 Revisi BAB 4 dan


5

67
10 (SEPULUH) 22 JUNI 2021 Revisi tabel BAB 4

11 (SEBELAS) 30 JUNI 2021 Revisi tabel BAB 4


dan saran

12 (DUA BELAS) 02 JULI 2021 ACC pelaksanaan


Semhas

13 (TIGA BELAS) 12 JULI 2021 Pengiriman revisi


LTA

14 (EMPAT 19 JULI 2021 ACC LTA


BELAS)

68
69
70
71
72
73
74
2
3
4
5
6
7

Anda mungkin juga menyukai