Anda di halaman 1dari 2

Nama: Annisa Kusumawati (191049)

Kelas: 2B
Tugas:Softskill
 Rangkum 1
Pasangan yang memenangi Pilpres 2019 ini, dilantik dalam sidang Paripurna MPR yang
dipimpin oleh Ketua MPR Bambang Soesatyo di Gedung Parlemen Senayan Jakarta.
Setidaknya, ada lima program kerja prioritas yang dibeberkan Jokowi saat itu. Prioritas
utama pemerintahan Jokowi-Ma'ruf yakni, pembangunan Sumber Daya Manusia yang
unggul, terampil, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk mencapainya, dia
menilai butuh endowment fund yang besar untuk manajemen SDM.

Khususnya, yang menghubungkan kawasan produksi dan akses ke kawasan wisata


sehingga bisa mendongkrak perekonomian masyarakat. Fokus ketiga Jokowi-Ma'ruf
yakni, penyederhanaan sejumlah aturan yang berbelit-belit melalui Omnibus Law Cipta
Kerja. Jokowi langsung mengajak DPR menyusun Omnibus Law, sebuah perundangan
sapu jagat yang bisa merevisi banyak undang-undang. Bahkan, Jokowi mengancam akan
mencopot para menteri dan pejabat yang tak serius mewujudkan program pembangunan.

Pemerintahan Jokowi-Maruf kemarin genap setahun. Sejumlah kebijakan dan regulasi


yang dicetuskan juga menjadi perbincangan. Salah satu yang paling menyita perhatian
publik adalah penghapusan Ujian National dan mengganti dengan Asesmen Kompetensi
Minimum dan Survei Karakter. Keputusan radikal itu diambil Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nadiem Makarim setelah melalui tarik ulur yang pandang.

«Penyelenggaraan untuk akan diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan


Survei Karakter, yang terdiri dari kemampuan bernalar menggunakan bahasa ,
kemampuan bernalar matematika, dan penguatan pendidikan karakter,» jelas Nadiem di
Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu, 11 Desember 2019 lalu. Kartu Prakerja menjadi salah satu
program andalan yang dijanjikan Jokowi saat maju untuk yang kedua kalinya di
Pemilihan Presiden 2019. Sebagai program andalan, di masa kampanye, Jokowi pun
kerap memamerkan Kartu Prakerja bersama dua ‘kartu sakti’ lainnya yaitu Kartu
Sembako Murah dan Kartu Indonesia Pintar atau KIP Kuliah. Presiden Jokowi
memutuskan tetap menggelar Pilkada Serentak 2020 di tengan pandemi Covid-19.

Namun, Jokowi berpendapat lain. Dia menilai Pilkada 2020 tidak bisa ditunda sebab tak
ada yang mengetahui kapan pandemi Covid-19 akan berakhir. Untuk itu dia meminta
agar pelaksanaan pilkada dapat digelar dengan cara baru yang mengutamakan kesehatan
masyarakat. « Tidak bisa menunggu sampai pandemi berakhir karena memang kita tidak
tahu, negara mana pun tidak tahu kapan pandemi Covid-19 ini berakhir,» jelas Jokowi
saat memimpin rapat terbatas yang disiarkan di YouTube Sekretariat Presiden, Selasa, 8
September 2020.
Salah satunya dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah termuat dalam pernyataan pers yang
langsung ditandatangani Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir dan Sekretaris
Umum Abdul Mu'ti, Senin, 21 September 2020. «Terkait dengan Pemilihan Kepada
Daerah tahun 2020, Pimpinan Pusat Muhammadiyah menghimbau Komisi Pemilihan
Umum untuk segera membahas secara khusus dengan kementerian dalam negeri, DPR,
dan instansi terkait agar pelaksanaan Pilkada 2020 dapat ditinjau kembali jadwal
pelaksanaannya maupun aturan kampanye yang melibatkan kerumunan massa,

 Rangkum 2
Aturan yang ditetapkan pada 14 Desember lalu tersebut memuat urutan daftar prioritas
penerima vaksin virus corona pada tahun depan. Prioritas orang yang akan menerima
vaksin dijelaskan pada Bab III Pasal 8 PMK Nomor 84/2020 tersebut. Berdasarkan
aturan, ada enam kelompok prioritas penerima vaksin Covid-19. Kelompok prioritas
pertama adalah tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, tenaga penunjang yang
bekerja pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan, TNI/Polri, aparat hukum, dan petugas
pelayanan publik lain.

Prioritas vaksin Covid-19 kedua adalah tokoh masyarakat/agama, pelaku perekonomian


strategis, perangkat daerah kecamatan, perangkat desa, dan perangkat rukun
tetangga/rukun warga. Aparatur kementerian/lembaga, aparatur organisasi perangkat
Pemerintah Daerah, dan anggota legislatif, menjadi proritas penerima vaksin Covid-19
urutan ke-empat. Lalu masyarakat rentan dari aspek geospasial, sosial, dan ekonomi
menjadi prioritas penerima vaksin virus corona urutan kelima. Prioritas terakhir ialah
masyarakat sipil dan pelaku perekonomian lainnya.

«Berdasarkan kriteria penerima vaksin Covid-19 ... Menteri dapat mengubah kelompok
prioritas penerima Vaksin Covid-19 setelah memperhatikan rekomendasi dari Komite
Penasihat Ahli Imunisasi Nasional dan pertimbangan Satgas Covid-19 dan KPC PEN

Anda mungkin juga menyukai