Anda di halaman 1dari 21

MANAJEMEN PEMASARAN RS

OLEH :

NAMA : FIRQAWATI

NIM : 219240038

KELAS : AKK 6

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Manjemen Pemasaran RS” Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen Manajemen Rs tujuan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan mahasiswa.

Makalah ini berusaha kami susun selengkap-lengkapnya. Akan tetapi, kami menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan dan kekurangan pengetahuan yang dimiliki. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi pembuatan makalah berikutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan pembaca pada umumya.

Barru, 31 Maret 2022

Firqawati
BAB II

PEMBAHASAN

A.latar belakang

Saat ini, sekitar 60% pembiayaan kesehatan ditanggung oleh rumah tangga dalam bentuk pembayaran
langsung kepada penyedia pelayanan kesehatan (out of pocket payment) (Arif, 2012).

Undangundang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No. 25 Tahun
1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah adalah dengan pemberian kewenangan
lebih besar kepada daerah untuk menentukan alokasi anggaran sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
masing-masing daerah. Sumber anggaran pembangunan daerah dapat berasal dari pemerintah pusat
maupun daerah itu sendiri. Mekanisme dana perimbangan yang berlaku berupa block grant dari
pemerintah pusat kedaerah menyebabkan perlunya advokasi kepada daerah sehingga alokasi anggaran
dapat diarahkan ke sektor kesehatan (Denas, 2007).

Dalam pembangunan Nasional, perkembangan kesehatan sangant berpengaruh dan dipengaruhi oleh
keadaan sosial ekonomi. Ada dua kemungkinan yang menyebabkan rendahnya biaya kesehatan di
Indonesia yaitu keuangan negara yang memang minim untuk membiayai pelayanan kesehatan dan
kesehatan tidak termasuk dalam priorotas pembangunan. Untuk itu, kebijakan yang pernah disepakati
oleh para bupati wali kota desentralisasi adalah alokasi dana APBD sebesar 15%, namun persentase
anggaran kesehatan di banyak daerah hanya berkisar 2,5%-4% dan maksimal 7% (Sukarna,
2006).Pembangunan kesehatan adalah sebagai bagian dari pembangunan nasional, dalam
pembangunan kesehatan tujuan yang ingin dicapai adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang optimal. Kenyataan yang terjadi sampai saat ini derajat kesehatan masyarakat masih rendah
khususnya masyarakat miskin. Hal ini dapat digambarkan bahwa derajat kesehatan masyarakat miskin
berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, masih
cukup tinggi, yaitu AKB sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup dan AKI sebesar 307 per 100.000 kelahiran
hidup. Salah satu penyebabnya adalah karena mahalnya biaya kesehatan sehingga akses ke pelayanan
kesehatan pada umumnya masih rendah. Dampak krisis ekonomi di Indonesia sampai saat ini meluas ke
seluruh bidang kehidupan, termasuk bidang pelayanan kesehatan. Dilema yang dihadapi pelayanan
kesehatan, disatu pihak pelayanan kesehatan harus menjalankan misi sosial, yakni merawat dan
menolong yang sedang menderita tanpa memandang sosial, ekonomi, agama dan sebagainya. Namun
dipihak lain pelayanan kesehatan harus bertahan secara ekonomi dalam menghadapi badai krisis
tersebut. Oleh sebab itu pelayanan kesehatan harus melakukan reformasi, reorientasi dan revitalisasi.
(Juanita, 2002). Proses pelayanan kesehatan tidak bisa dipisahkan dengan pembiayaan kesehatan. Biaya
kesehatan ialah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan
berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. Untuk
hal itu maka dibuatlah tugas ini agar mengetahui bagaimana pembiayaan dan penganggaran kesehatan
tersebut.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembiayaan Kesehatan

Biaya kesehatan ialah besarannya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok
masyarakat (Azwar, 2010).

Penentuan kebijakan dibidang kesehatan merupakan sistem yang tidak terlepas dari keadaan sekitar
meliputi faktor ideologi, politik, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan suatu negara. Komponen
proses, alokasi, sumber daya, aktor, dan kekuasaan merupakan faktor yang berperan pada penetapan
kebijakan sebagai sistem. Maka, kebijakan yang dihasilkan merupakan interaksi elit kunci dalam setiap
detail proses pembuatan kebijakan termasuk tarik-menarik kepentingan antara aktor, interaksi
kekuasaan, alokasi sumber daya, dan bargaining position diantara elit yang terlibat (Olivia, Ayuningtyas,
2010).

Menurut Azwar (2010), biaya kesehatan dapat ditinjau dari dua sudut yakni:

1. Penyedia pelayanan kesehatan

Yang dimaksud dengan biaya kesehatan dari sudut penyedia pelayanan (healt provider) adalah
besarannya dana yang harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan. Dengan
pengertian seperti ini tampak bahwa biaya kesehatan dari sudut penyedia pelayanan, adalah persoalan
utama pemerintah dan ataupun pihak swasta, yakni pihak-pihak yang akan menyelenggarakan upaya
kesehatan.

2. Pemakai jasa pelayanan

Yang dimaksud dengan biaya kesehatan dari sudut pemakaian jalan pelayanan (healt consumer) adalah
besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa pelayanan. Berbeda dengan
pengertian pertama, maka biaya kesehatan disini menjadi persoalan utama para pemakai jasa
pelayanan. Dalam batas-batas tertentu, pemerintah juga turut mempersoalkannya, yakni dalam rangka
terjaminnya pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkannya.

B. Hal-hal yang terkait dengan Pembiayaan Kesehatan

1. Sumber Pembiayaan Kesehatan

Pembiayaan Kesehatan bersumber pemerintah sangat membantu jalannya sistem kesehatan pada
era desentralisasi. Dana Alokasi Umum dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBN) ternyata
tidak cukup untuk membiayai pelayanan kesehatan (Tudiono, 2012).
Menurut Azwar (2010), sumber biaya kesehatan dapat dibedakan atas dua macam yaitu:

a. Seluruhnya bersumber dari anggaran pemerintah

Tergantung dari bentuk poemerintahan yang dianut , ditemukan negara yang sumber biaya
kesehatannya sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah. Pada negara seperti ini, tidak ditemukan
pelayanan kesehatanh swasta. Seluruh pelayanan kesehatan diselenggarakan oleh pemerintah dan
pelayanan kesehatan tersebut dilaksanakan secara Cuma-Cuma.

b. Sebagaian ditanggung oleh masyarakat

Pada beberapa negara lain, sumber biaya kesehatannya juga berasal dari masyarakat. Pada negara
seperti ini, masyarakat diajak berperan serta baik dalam menyelenggarakan upaya kesehatan ataupun
pada waktu memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan.

2. Jenis Biaya Kesehatan

Menurut Azwar (2010), biaya kesehatan banyak macamnya karna kesemuanya tergantung dari jenis dan
kompleksitas pelayan kesehatan yang di selenggarakan dan atau dan dimanfaatkan. Hanya saja
disesuaikan dengan pembagian pelayanan kesehatan, maka biaya kesehatan tersebut secara umum di
bedakan atas 2 macan, yakni :

a. Biaya pelayan kedokteran

Biaya yang dimaksudkan disinia ialah yang dibutuhkan untuk menyelanggarakan dan atau
memanfaatkan pelayan kedokteran, yakni yang tujuan utamanya untuk mengobati penyakit serta
memulihkan kesehatan penderita.

b. Biaya pelayan kesehatan masyarakat

Biaya yang maksudkan disini adalah yang di butuhkan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan
pelayana kesehatan masyarakat, yakni yang tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan
kesetahan serta untuk mencegah penyakit.

3. Syarat Pokok Pembiayaan Kesehatan


Menurut Azwar (2010), Sesuai dengan ciri-ciri yang dimiliki oleh setiap macam pelayan, maka biaya
macam pelayanan ini, juga mempunyai ciri-cirinya tersendiri. Hanya saja betapapun berbedanya ciri
tersebut, suatu biaya kesehatan yang baik haruslah memenuhi beberapa syarat pokok yakni :

a. Jumlah

Syarat utama dari biaya kesehatan harus tersedia dalam jumlah yang cukup dalam arti dapat membiayai
penyelenggaraan semua upaya kesehatan yang di butuhkan serta tidak menyulitkan masyarakat yang
ingin memanfaatkannya.b. Penyebaran

Syarat lain yang harus dipenuhi ialah penyebaran dana yang harus sesuai dengan kebutuhan. Jika dana
yang tersedia tidak dapat di alokasikan dengan baik, niscaya akan menyulitkan penyelenggaraan setiap
upaya kesehatan.

c. Pemanfaat

Sekalipun jumlah dan pembayaran dana baik, tetapi jika pemanfaatannya tidak mendapatkan
pengaturan yang seksama, niscaya akan banyak menimbulkan masalah, yang jika berkelanjutan akan
menyulitkan masyarakat yang membutuhkan pelayan kesehatan.

Dari 3 syarat diatas, agaknya yang terpenting adalah syarat kedua dan ketiga. Mudah dipahami karna
betapapun di usahakan, jumlah dana yang tersedia selalu bersifat terbatas. Bertitik-titik tolak dari
keadaan seperti ini, maka dalam membicarakan biaya kesehatan, perhatian lebih dicurahkan tidak pada
upaya penambahan dana, melainkan pada pengaturan penyebaran dan pemanfaatan dana yang
tersedia.

4. Asurasni Kesehatan

Asuransi adalah suatu upaya untuk memberikan perlindungan terhadap kemungkinan-kemungkinan


yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi. Dalam kitab UU Hukum Dagang, 1987 Asuransi adalah
suatu perjanjian dimana sipenanggung dengan menerima suatu premi mengikatnyadirinya untuk
memberi ganti rugi sitertanggung yang mungkin menderita karena terjadinya suatu peristiwa yang
mengandung ketidakpastian dan yang akan mengakibatkan kehilangan, kerugian,atau kehilangan suatu
keuntungan (Azwar, 2010).

Asuransi kesehatan dikenal sejak 600 tahun SM yaitu dengan diperkenalkannya thiasoi dan ernoi di
Yunani serta collegia di Romawi. Pada tahun 1250 dikenalkansistem premium di Italia yang kemudian
pada tahun 1347 diikuti dengan sistem kontrak yang diperkenalkan di Genoa. Peraturan asuransi
pertama kali disusun pada tahun 1435 di Barcelona. Tahun 1793 pemerintah ikut dalam kegiatan
asuransi yang pertama kali di pelopori oleh Inggris dan diikuti oleh beberapa negara lain misalnya
Jerman pada tahun 1883 dibawah pimpinan Otto Von Bismarch. Pada tahun 1973 diperkenalkan konsep
asuransi kesehatan baru yaitu menggabungkan pengelola dana dengan penyedia pelayanan. Bentuk
yang seperti ini dikenal dengan nama Health Mainance Organization (HMO) (Azwar, 2010).
Menurut Azwar (2010), Bentuk klasik asuransi kesehatan terdiri dari tiga pihak yaitu:

1. Tertanggung/peserta (clien)

Tertanggung atau peserta adalah mereka yang terdaftar sebagai anggota, membayar iuran (premi)
sejumlah dan dengan mekanisme tertentu dan karena itu ditanggung biaya kesehatnnya.

2. Penanggung/badan asuransi

Penanggung atau badab asuransi (Health in insurance institution) adalah yang bertanggung jawab
mengumpulkan dan mengelola iuran serta membayar biaya kesehatan yang dibutuhkan pasien.

3. Penyedia pelayanan

Penyedia Pelayanan (Health provider) adalah yang bertanggungjawab menyediakan pelayanan


kesehatan sebagai peserta dan untuk itu mendapatkan imbal jasa dari badan asuransi.

Tergantung dari ciri-ciri khusus yang dimiliki, maka asuransi kesehatn dapat dibedakan atas beberapa
macam yaitu:

1. Ditinjau dari pengelola dana

a. Asuransi kesehatn pemerintah

Disebut asuransi kesehatan pemerintah jika pengelolaan dana dilakukan oleh pemerintah.

b. Asuransi kesehatn swasta

Disebut asuransi kesehatan swasta jika pengelolaan dana dilakukan oleh suatu badan swasta.

2. Ditinjau dari keikutsertaan anggota

Asuransi kesehatn dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

a. Asuransi kesehatan wajib

Asuransi kesehatan wajib keikutsertaan peserta bersifat wajib. Dapat berlaku untuk setiap penduduk
atau untuk kelompok tertentu saja. Pada umumnya asuransi kesehatan wajib berlaku jika asuransi
kesehatan tersebut dikelola oleh pemerintah.

b. Asuransi kesehatan suka rela


Pada asuransi kesehatan suka rela, keikutsertaan peserta tidak wajib melainkan terserah pada kemauan
masing-masing. Bentuk ini berlaku jika asuransi kesehatan tersebut dikelola oleh swasta.

3. Ditinjau dari jenis pelayanan yang ditanggung

Asuransi kesehatn dapat dibedakan atas dua macam yaitu:

a. Menanggung seluruh jenis pelayanan kesehatn

Pada sistem asuransi kesehatan pengelolaan dana bertindak sebagai penyedia pelayanan, jenis
pelayanan kesehatan yang ditanggung biasanya mencakup seluruh jenis kesehatan. Jadi tidak terbatas
hanya pada pelayanan kuratif, tetapi juga pelayanan preventif

b. Menaggung sebagai pelayanan kesehatan saja

Disini yang ditanggung hanya sebgian dari pelayanan kesehatan saja.

4. Ditanggung dari jumlah dana yang ditanggung

Asuransi kesehatan dibagi menjadi dua macam:

a. Menanggung seluruh biaya kesehatan yang diperlukan

Pada sistem ini seluruh biaya kesehatan ditanggung oleh asuransi kesehatan.

b. Hanya menanggung pelayanan kesehatan dengan biaya yang tinggi saja

Untuk mengatasi pengunaan yang berlebih, diperkenalkan bentuk lain dimana asuransi kesehatn hanya
menanggung pelayanan kesehatan yang membutuhkan biaya besar saja.

5. Ditinjau dari jumlah peserta yang ditanggung

Asuransi kesehatn dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Peserta adalah perseorangan

b. Peserta adalah suatu keluarga

c. Peserta adalah satu kelompok

6. Ditinjau dari peranan badan asuransi

Asuransi kesehatan dibagi menjadi dua yaitu:

a. Hanya bertindak sebagai pengelola dana

Bentuk klasik asuransi kesehatan yang dikombinasikan dengan sistem pembayaran ke sarana kesehatan
secara reimbursment, dapat mendorong tingginya biaya kesehatan.
b. Bertindak sebagai p[enyelenggara pelayanan kesehatan

Bentuk HMO dalah contoh dimana daban asuransi sekaligus berperan menyelenggarakan pelayanan
kesehatan. Pada bentuk ini didapatkan keuntungan yaitu dapat diawasinya biaya kesehatan dan
kerugiannya kurang sesuainya pelayanan kesehatan dengan kebutuhan masyarakat.

7. Ditinjau dari cara pembayaran kepada penyelenggara pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan dibagi menjadi dua yaitu:

a. Pembayaran berdasarkan jumlah kunjungan peserta

Disini pembayaran dilakukan berdasarkan jumlah kunjungan peserta yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan.Makin banyak jumlah kunjungan makin besar uang yang diterima penyedia pelayanan
kesehatan.

b. Pembayaran dilakukan dimuka

Pada sistem ini pembayaran kepada penyedia pelayanan dilakukan dimuka dalam arti setelah pelayanan
kesehatah selesai diselenggarakan.

C. Masalah dalam Pembiayaan Kesehatan

Masalah kesehatan tidak mungkin diselesaikan dengan baik tanpa dukungan pembiayaan yang
memadai. Pembiayaan kesehatan merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas kesehatan suatu
negara secara bermakna. Indonesia dikategorikan sebagai negara dengan pembiayaan kesehatan yang
rendah dengan ratarata sekitar 2,2% dari gross domestic product(GDP) dan 87$ per kapita, suatu nilai
yang berada jauh dari anjuran WHO, minimal 5% dari GDP per tahun. Pembiayaan kesehatan
dirumuskan dalam urusan kesehatan yang terdapat dalam anggaran pendapatan dan belanja
negara/daerah (APBN atau APBD). Pembiayaan kesehatan diperuntukkan bagi dinas kesehatan dan
alokasi dana subsidi masing-masing rumah sakit pemerintah. Pembiayaan rumah sakit terdiri atas
pendapatan dan belanja (Olivia, Ayuningtyas, 2010).

Menurut Tudiono (2012), bahwa Analisis pembiayaan kesehatan di Indonesia mengungkapkan beberapa
masalah yaitu:

1. jumlahnya kecil

2. kurang biaya untuk program promotif dan preventif

3. Kurang biaya operasional

4. terlambat realisasi,

5. tidak dikaitkan dengan kinerja

6. terfragmentasi,
7. inefisien

8. Anggaran kesehatan direncanakan secara historikal dan besarnya tergantung pada plafond
anggaran yang dari tahun ketahun tidak berubah

Menurut Azwar (2010), berbagai masalah jika ditinjau dari sudut pembiayayan kesehatan secara
sederhana dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Kurangnya dana yang tersedia

Dibanyak negara, terutama dinegara berkembang dana yang disediakan untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan tidak memadai. Rendahnya alokasi anggaran ini saling terkait dengan masih
kurangnya kesadaran pengambil keputusan akan pentingnya arti kesehatan.

b. Penyebaran dan yang tidak sesuai

Masalah lain yang dihadapi ialah penyebaran dan yang tidak sesuai, karena kebanyakan justru beredar
didaerah perkotaan. Padahal jika ditinjau dari penyebaran penduduk, terutama dinegara yang sedang
berkembang kebanykan bertempat tinggal didaerah pedesaan.

c. Pemanfaatan dan yang tidak tepat

Adalah mengejutkan bahwa dibanyak negara ternyata biaya pelayanan kedokterannya jauh lebih tinggi
dari pada biaya pelyanan kesehatan masyarakat. Padahal semua pihak telah mengetahui bahwa
pelyanan kedokteran dipandang kurang efektif dari pada pelayanan kesehatan masyarakat.

d. Pengelolaan dan yang belum sempurna

Seandainya dana yang tersedia amat terbatas, penyebaran dan pemanfaatannya belum begitu
sempurna namun jika apa yang dimiliki tersebut dapat dikelola dengan baik, dalam batas-batas tertentu
tujuan dari pelayanan kesehatan masih dapat tercapai.

e. Biaya kesehatana yang makin meningkat

Banyak penyebab yang berperanan disini, beberapa yang terpenting adalah :

1) Tingkat inflasi

Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat inflasi yang terjadi dimasyarakat.
Demikianlah apabila terjadi kenaikan harga dimasyarakat, maka secara otomatis biaya investasi dan juga
biaya oprasional pelayanan kesehatan akan meningkat pula.

2) Tingkat permintaan

Meningkatnya biaya kesehatan sangat diperngaruhi oleh tingkat permintaan yang ditemukan
dimasyarakat.

f. Kemajuan ilmu dan teknologi


Semua kemajuan teknologi ini tentu akan berpengaruh terhadap pengeluaran yang dilakukan, baik
terhadap biayay investasi ataupun biaya oprasional tidak mengherankan jika kemudian biaya kesehatan
meningkat dengan tajam.

g. Perubahan pola penyakit

Jika dahulu banyak ditemukan berbagai penyakit yang bersifat akut, maka pada saat ini telah banyka
ditemukan berbagai penyakit yang bersifat kronis. Dibandingkan dengan penyakit akut, perawatan
berbagai penyakit kronis ini ternyata lebih lama. Akibatnya biayay yang dikeluarkan untuk perawatan
dan penyembuhan penyakit akan lebih banyak pula.

h. Perubahan pola pelayanan kesehatan

Pada saat ini sebagai akibat dari perkembangan spesialis hasil dan supspesialisasi menyebabkan
pelayanan kesehatan menjadi terkotak-kotak (frakmentet health service) satu sama lain tidak
berhubungan. Akibatnya tidak mengherankan jika kemudian sering dilakukan pemeriksaan yang sama
secara berulang-ulanhg yang pada akhirnya membebani pasien.

i. Perubahan pola hubungan dokter/pasien

Akibat kemajuan dan ilmu teknologi menyebabkan hubungan dokter pasien tidak begitu erat lagi. Tidak
mengherankan jika kebetulan terjadi perselisihan paham, dapat mendorong munculnya sengketa dan
bahkan tuntutan hukum kepengadilan.

j. Lemahnya mekanisme pengendalian biaya

Mekanisme pengendalian biaya yang dimaksud banyak macamnya mulai dari certifitace of need,
feasibility study, development plan, profesional standar, medical audit sampe dengan red regulation
yang semuanya harus dituangkan dalam peraturan perundang-undangan yang jelas.

k. Penyalah gunaan asuransi kesehatan

Asuransi kesehatan sebenarnya adalah salah satu pengendalian biaya kesehatan. Tetapi jika diterapkan
secara tidak tepat sebagaimana lazim ditemukan pada bentuk yang konfensional (thirt party system)
dengan sistem menganti biaya (reimbursment) justru akan mendorong naiknya biayay kesehatan.

D. Upaya dalam Mengatasi Masalah Pembiayaan Kesehatan

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah agar peran dan fungsi puskesmas sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan dasar semakin meningkat. Dukungan pemerintah bertambah lagi dengan diluncurkannya
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) bagi puskesmas sebagai kegiatan inovatif di sampingkegiatan
lainnya seperti Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Persalinan (Jampersal)
(Tudiono, dkk, 2012).

Menurut Azwar (2010), untuk mengatasi masalah pembiayaan, dapat dilakukan beberapa upaya yaitu:

1. Upaya Memperbaiki Penyebaran, Pemanfaatan Dan Pengelolaan Dana


Upaya yang dilakukan disini pada dasarnya berkisar pada dua hal yakni:

a. Penyempurnaan system pelayanan

Apabila sistem pelayanan dapat disempurnakan, misalnya lebih mengutamakan pelayanan kesehatan
masyarakat dan atau melaksanakan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu dapat
diharapkan dengan sempurnahnya penyebatan dan pemanfaatan.

b. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga pengelola

Tujuan utamanya ialah meberikan bekal kepada pengelola, sehingga dengan bekal yang dimaksud dapat
dilakukan pengelolahan dana yang sebaik-baiknya.

2. Upaya mengendalikan biaya kesehatan

Upaya untuk mengendalikan biaya kesehatan (cost contaimen). Upaya yang dimaksud banyak
macamnya, yang secara sederhana dapat diuraikan yaitu:

a. Memperlakukan peraturan sertifikat kebutuhan

Upaya pertama yang dapat dilakukan untuk mengendalikan biaya kesehatan ialah memperlakukan
peraturan sertifikat kebutuhan (sertifikat of nit laos). Artinya penambahan sarana dan fasilitas
kesehatan yang baru hanya dibenarkan apabila dapat dibuktikan adanya kebutuhan masyarakat
terhadap sarana dan fasilitas kesehatan tersebut.

b. Memperlakukan peraturan studi kelayakan

Upaya kedua yang dapat dilakukan untuk mengendalikan biaya kesehatan ialah memperlakukan studi
kelayakan yang bersifat sosial artinya penambahan sarana atau fasilitas kesehatan yang baru hanya
dibenarkan apabila dapat dibuktikan bahwa sarana dan fasilitas kesehatan tersebut tetap dapat
menyelenggarakan kegiatan dengan tariff pelayanan yang bersifat sosial.

c. Memperlakukan peraturan pengembangan yang terencana

Upaya ketiga yang dapat dilakukan untuk mengendalikan biaya kesehatan ialah memperlakukan
peraturan pemgembangan yang terencana (development plan laws). Artinya pengembangan sarana,
fasilitas, dan pelayanan kesehatan hanya dibenarkan apabila sesuai dengan rencana yang sebelumnya
telah disetujui oleh pemerintah.

d. Menetapkan standar baku pelayanan kesehatan

Upaya keempat yang dapat dilakukan untuk mengendalikan biaya kesehatan ialah menetapkan standar
baku pelayana kesehatan (propesional medical standard). Artinya pelayanan kesehatan hanya
dibenarkan untuk diselenggarakan jika tidak
A. Aspek-aspek yang Memengaruhi Pembiayaan Kesehatan Proses pelayanan kesehatan tidak bisa
dipisahkan dengan pembiayaan kesehatan. Biaya kesehatan ialah besarnya dana yang harus disediakan
untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.1 Ada beberapa aspek yang memengaruhi pembiayaan
kesehatan, aspek-aspek tersebut adalah aspek perilaku manusia dan aspek ekonomi. Selain itu, ada
beberapa variabel yang menentukan situasi pembiayaan kesehatan di masa mendatang, yaitu variabel
demografi, variabel ekonomi, variabel status kesehatan dan variabel kebijakan. 2 Berikut adalah
penjelasan dari aspek-aspek serta variabel yang memengaruhi pembiayaan kesehatan a. Aspek Perilaku
Manusia Dalam Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Perilaku manusia sangat mempengaruhi proses
manajemen, terdapat 3 kelompok manusia yang sedikit terlibat dalam manajemen pelayanan kesehatan
yaitu kelompok manusia penyelenggara pelayanan kesehatan (Healt Provider, misalnya dokter-dokter,
perawat-perawat), kelompok penerima jasa pelayanan kesehatan (para konsumen), dan kelompok yang
secara tidak langsung ikut terlibat yaitu keluarga-keluarga penderita, masyarakat umum dan para
administrator (baik dikalangan perusahaan maupun pemerintah, dan lain-lain)3 Perencanaan yang baik
tidak jarang mengalami kegagalan ketika telah sampai pada tahap pelaksanaan dikarenakan faktor
manusia yang tidak secara cermat diperhatikan ketika dalam proses perencanaan. Dalam proses
manajemen tidak hanya terkait beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat khusus dari pelayanan
kesehatan.

Pembiayaan Kesehatan Sebagai Bagian Dari System Kesehatan

Pembiayaan kesehatan merupakan dasar dari kemampuan sistem kesehatan suatu negara untuk
memelihara dan meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Dana/uang yang terkumpul digunakan
untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan seperti membayar para tenaga kesehatan, obat-obatan
dan juga membiayai kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan preventif. Dengan dideklarasikannya
universal health coverage (UHC) maka pembiayaan kesehatan saat ini ditujukan pula untuk memberikan
perlindungan resiko keuangan penduduk yang artinya adalah pembiayaan kesehatan juga digunakan
untuk membantu masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan akibat menderita suatu penyakit
tanpa harus mengalami resiko finansial yang berakibat kemiskinan. Dapat disimpulkan bahwa
pembiayaan kesehatan mempunyai dua hal tujuan yaitu mengumpulkan dana yang cukup dan
memberikan perlindungan risiko keuangan kepada penduduk.

Dari penjelasan tentang sistem kesehatan pada modul 2, diketahui bahwa system pembiayaan
kesehatan merupakan bagian dari sistem kesehatan. Oleh karena itu di dalam sistem kesehatan nasional
(SKN) tahun 2012 disebutkan bahwa pembiayaan kesehatan merupakan sub sistem dalam SKN.
Subsistem pembiayaan kesehatan merupakan pengelolaan upaya-upaya penggalian, pengalokasian, dan
pembelanjaan dana kesehatan untuk menyelenggarakan pembangunan kesehatan yang bertujuan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu penyelenggaraan subsistem pembiayaan
kesehatan bertujuan menyediakan dana kesehatan dalam jumlah cukup mencukupi, mengalokasikannya
secara adil dan merata, memanfaatkannya secara efektif dan efisien dan menyalurkannya untuk
menjamin terlaksananya pembangunan kesehatan.
Prinsip Pembiayaan Kesehatan

Pembangunan kesehatan mempunyai tujuan penting di antaranya adalah tersedianya pelayanan


kesehatan yang merata dan kemudahan akses (equitable access to health care) serta pelayanan
kesehatan yang berkualitas (assured quality). Hal ini dapat terwujud apabila suatu negara mempunyai
pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan. (Departemen Kesehatan RI, 2004)

Prinsip-prinsip pembiayaan kesehatan berdasarkan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah sebagai
berikut:

Kecukupan

Pemerintah, Pemerintah Daerah, masyarakat, dan swasta mempunyai tanggung jawab bersama dalam
pembiayaan kesehatan. Pemerintah mengalokasi dana melalui penyusunan anggaran pendapatan dan
belanja pusat dan daerah yang besarannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan. Selain
untuk penyelenggaraan kesehatan, Pemerintah pusat dan daerah wajib menyediakan pembiayaan
kesehatan untuk masyarakat miskin dan tidak mampu.

Sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari pemerintah, masyarakat dan swasta terus digali dan
dikumpulkan serta ditingkatkan jumlahnya agar tersedia cukup sesuai kebutuhan dan tentu harus
dikelola dengan baik untuk memenuhi prinsip efektif, efisien, adil dan merata dan pengelolaannya
bersifat transparan dan akuntabel untuk menjamin kecukupan agar jumlahnya dapat sesuai.

Efektif dan efisien

Untuk menjamin pengelolaan dana kesehatan secara efektif dan efisien maka penggunaannnya harus
sesuai dengan perencanaan pembiayaan kesehatan, penguatan kapasitas manajemen perencanaan
anggaran dan kompetensi pemberi pelayanan kesehatan.

Adil dan transparan

Pengelolaan dana kesehatan yang dikumpulkan dari berbagai sumber (Pemerintah, Pemerintah Daerah,
masyarakat dan swasta) harus digunakan secara adil terhadap seluruh masyarakat sehingga kesehatan
masyarakat terpelihara dan masyarakat terlindung dari pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan.
Pengelolaan dana kesehatan pun harus dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), transparan dan seluruh penggunaannya
dapat dipertanggungjawabkan.
Fungsi Sistem Pembiayaan

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa pembiayaan kesehatan melingkupi berbagai fungsi
yakni fungsi Pengumpulan dana, penyatuan sumberdaya serta pembelanjaan pembiayaan kesehatan.
Berikut penjelasan lebih lengkap terkait fungsi pembiayaan kesehatan tersebut.

Pengumpulan dana (Revenue collection)

Pengumpulan dana merupakan cara bagaimana sistem kesehatan memperoleh pembiayaan baik yang
bersumber dari rumah tangga, bisnis maupun sumber daya dari luar negeri (Gottret  George, 2006).
Dalam SKN, Pengumpulan dana dimaknai sebagai penggalian dana yakni proses penggalian dana yang
ditujukkan untuk pembangunan kesehatan yang bersumber dari Pemerintah/Pemerintah Daerah
dilakukan melalui pajak umum, pajak khusus, bantuan atau pinjaman yang tidak mengikat, serta
berbagai sumber lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
(Republik Indonesia, 2012).

Pengumpulan dana salah satu fungsi dari pembiayaan kesehatan yang berfokus terhadap siapa yang
akan membayar upaya kesehatan, jenis pembyaran dan siapa yang akan mengumpulkan pembiayaan
tersebut. Dalam konteks ini, pemerintah dapat menjalankan berbagai mekanisme baik finansial maupun
non finansial untuk dapat menjalankan fungsi ini. Isu fiskal terkait Pengumpulan dana kesehatan ialah
bagaimana memobiliasi sumber daya finansial untuk dapat membiayai pelayanan kesehatan masyarakat
maupun perorangan tanpa perlu membebani pembiayaan publik atau hingga menyebabkan pinjaman
luar negeri yang berlebihan, Pengumpulan dana secara adil dan efisien serta sesuai dengan ketentuan di
tingkat nasional maupun internasional. World Bank dan International Monetray Fund (IMF) membuat
kriteria terkait Pengumpulan dana kesehatan yakni:

Adekuat dan stabil: pembiayaan yang dikumpulkan dalam junglah yang cukup, stabil dan cenderung
untuk meningkat.

Efisien: pembiayaan perlu meminimalkan gangguan terhadap stabilitas ekonomi.

Ekuitas: pembiayaan dikumpulkan secara adil pada berbagia kelompok tingkat pendaptan.

Mudah dikumpulkan: pembiayaan mudah untuk dikumpulkan dan diproses.

Dapat diterima secara politis: perlu adanya transparansi, difusi yang luas dan kejelasan tentang
penggunaan pembiayaan.

Mekanisme penumpulan pembiayaan kesehatan dijelaskan oleh Elias Mossialos, dkk dalam bukunya
Funding healthcare: options for Europe. Ia menjelaskan bahwa Pengumpulan dana kesehatan dapat
ditelisik dari sumber pembiayaan, mekanisme pengumpulan dan badan Pengumpulan dana kesehatan.
Secara lebih detil, sumber pembiayaan, mekanisme pengupulan dan badan Pengumpulan dana
kesehatan dapat dilihat pada gambar 5 (Mossialos, Elias; Dixon, Anna; Figueras, Josep; Kutzin, 2002)

Menurut sumber pembiayaan, pembiayaan kesehatan dapat berasal dari berbagai sumber, berbagai
sumber pembiayaan kesehatan diantaranya adalah:

Perusahaan, firma dan pemberi kerja

Individu, rumah tangga dan pekerja

Organisasi non pemerintah dan Yayasan internasional dan domestik

Perusahaan dan pemerintah internasional

Adapun sumber pembiayaan tersebut dikumpulkan melalui beberapa mekanisme diantaranya adalah:

Pajak langsung dan tidak langsung

Pajak, menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak langsung
adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tidak
dapat dialihkan kepada pihak lain. Dengan kata lain, pajak langsung harus dibayar sendiri oleh wajib
pajak bersangkutan. Yang termasuk dalam pajak langsung adalah Pajak penghasilan (PPh), Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB) dan Pajak Kendaraan Bermotor. Sedangkan pajak tidak langsung adalah pajak yang
bebannya dapat dialihkan atau digeser kepada pihak lain. Dengan kata lain, pembayarannya dapat
diwakilkan kepada pihak lain. Adapun contoh dari pajak tidak langsung adalah Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), Pajak bea masuk dan Pajak ekspor (Online Pajak, 2018b).

Di Indonesia, pajak juga terbagi menjadi pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak pusat merupakan pajak
yang dipungut dan dikelola oleh Pemerintah Pusat, dalam hal ini sebagian besar dikelola oleh Direktorat
Jenderal Pajak (DJP). Contoh dari Pajak yang dikelola pemeirntah Pusat adalah Pajak Penghasilan, Pajak
Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Bea Materai dan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB Perkebuan, Perhutanan, Pertambangan). Adapun pajak daerah yakni pajak yang dipungut dan
dikelola oleh Pemerintah Daerah dimana pajak tersebut terbagi menjadi pajak provinsi dan
kabupaten/kota. Pajak provinsi terdiri dari Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan. Pajak Rokok. Sedangkan Pajak
kabupaten/kota terdiri dari Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Bantuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang
Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah
dan/atau Bangunan (Online Pajak, 2018a).
Dalam perpajakan, dikenal juga istilah hypothecated tax yang berarti pengumpulan uang dari pajak
tertentu, yang dapat dipergunakan untuk satu tujuan tertentu (Cambridge University Press, 2020). Pajak
tersebut juga seringkali disebut sebagai earmarked tax, yang berarti penghasilan pajak didesain untuk
dipergunakan untuk suatu program atau kegunaan khusus. Pada hypothecated tax, individu yang
membayar pajak mengetahui kemana perginya uang yang dibayarkan pada pajak tersebut (Doetinchem,
2010). Contoh penerapan earmarked tax tertuang dalam Undang-Undangn Nomor 39 Tahun 2007
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai dimana dalam UU
tersebut mengamanatkan bahwa 2% hasil penerimaan cukai yang dikumpulkan dari produk tembakau
yang dibuat di Indonesia dibagihasilkan kepada Provinsi penghasil tembakau untuk mendanai kegiatan
peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industry, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi
ketentuan bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai illegal (Sitepu, 2016).

Asuransi kesehatan wajib, sosial dan swasta

Asuransi kesehatan wajib merupakan pajak penghasilan yang dipungut oleh Pemerintah. Berbeda
dengan pajak penghaislan biasa, asransi kesehatan wajib dikumpulkan oleh badan independen atau
semi-independen pemerintah. Asuransi kesehatan sosial berkaitan dengan pendapatan dan pembagian
antara pekerja dan pemberi kerja. kontribusi dapat bersumber dari pekerja mandiri dimana besaran
premi dihitung berdasarkan pendapatan ataupun tarif tertentu. Dalam skema asuransi kesehatan sosial,
masyarakat yang tidak mampu dapat dibayarkan melalui mekanisme pajak. Asuransi kesehatan sosial
biasanya dikumpulkan oleh badan khusus untuk mengelola keuangan tersebut. Asuransi kesehatan
swasta dibayarkan oleh individu, ataupun pembagian antara pemberi kerja dan pekerja atau dibayarkan
secara penuh oleh pemberi kerja. besaran premi pada umumnya ditetapkan berdasarkan risiko
kesehatan tiap individu, penilaian pada kelompok tertentu maupun secara lokasi geografis teretentu
maupun penilaian risiko pada suatu perusahaan tertentu. Badan penyelenggara asuransi swasta dapat
berupa perusahaan asuransi swasta independen.

Medical saving account

Medical saving account dipahami sebagai simpanan individu yang ditujukan untuk pembayaran
kebutuhan medis tiap masing-masing individu dimana simpanan tersebut muncul atas kekhawatiran
meningkatnya biaya perawatan keseahatan yang dapat menimpa tiap individu. Beberapa negara seperti
Singapura, Tiongkok, Amerika Serika dan Afrika Selatan telah menerapkan sistem ini (Hsu, 2010).

Out of pocket

Mekanisme pembiayaan kesehatan lainnya ialah berasal dari individu secara langsung atau dikenal
dengan istilah out of pocket (OOP). Pada OOP, pemayaran langsung dilakukan oleh individu kepada
penyedia layanan kesehatan pada saat penggunaan layanan (World Health Organization, 2020).
Dikarenakan pembayaran dilakukan langsung oleh pengguna jasa pada saat mengunakan layanan, maka
instansi yang mengelola pembiayaan ini ialah penyedia layanan kesehatan, instalasi farmasi/apotik,
dokter dan rumah sakit. Pembiayaan ini terjadi ketika sebuah pelayanan kesehatan tidak tercakup
kedalam pelayanan yang disediakan oleh pemerintah. OOP dapat berbentuk pembagian formal antara
pemerintah dan individu maupun pembayaran informal dimana pembiayaan dilakuakn di sektor publik
namun tidak dianjurkan secara formal atau sesuai regulasi.

Dana pinjaman, hibah dan donasi

Sumber pembiayaan kesehatan lainnya dapat bersumber dari donasi dan hibah dari organisasi non
pemerintah maupun pinjaman dari dunia internasional. Badan/instansi yang mengumpulkan dana
tersebut dapat berasal dari berbagai bentuk diantaranya ialah:

Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota

Badan Independen Publik

Perusahaan asuransi swasta dan swasta not-for profit/less profit

Provider penyedia layanan kesehatan

Mekanisme pembiayaan kesehatan di sebuah negara dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor tersebut
dapat terbagi menjadi dua yakni faktor eksternal dan faktor kontekstual. Faktor eksternal merupakan
faktor yang berada di luar sebuah negara yang mempengaruhi pembiayaan secara langsung atau
mempengaruhi kemampuan sebuah negara untuk mewujudkan potensi pembiayaan kesehatan baik
yang bersumber dari luar maupun dalam negara menjadi pembiayaan kesehatan yang actual. Faktor
eksternal ini dapat berupa pembiayaan kesehatan yang berasal dari hibah ataupun donor organisasi
internasional mupun adanya regulasi di tingkat internasional yang mempengaruhi pembiayaan
kesehatan di sebuah negara. Selain faktor eksternal, faktor lainnya disbeut dengan faktor kontekstual
yang langsung memilki dampak terhadap penyediaan pembiayaan kesehatan. Faktor kontekstual terbagi
menjadi:

Faktor situasional: yakni adanya sebuah kejadian yang langsung mempengaruhi pembuatan keputusan
seperti adanya revolusi pemerintahan, adanya partai baru yang terpilih, adanya Menteri baru yang
terpilih yang dapat mempengaruhi struktur penyediaan pembiayaan kesehatan.

Faktor struktural: fenomena ekonomi seperti kenaikan taraf ekonomi bangsa, ukuran sektor ekonomi
informal, partisipasi tenaga kerja; fenomena politis seperti stabilitas institusi politik, peran pemeirntah
pusat dan daerah, adanya korupsi; fenomena demografis seperti struktur kelompok usia, rasio beban
ketergantungan dan angka harapan hidup.
Faktor lingkungan: adanya kejadian seperti peperangan, bencana, wabah dapat yang mempengaruhi
penerimaan pembiayaan kesehatan.

Faktor kultural: pemilihan ideologis suatu bangsa, adanya pembayaran informal yang sudah menjadi
budaya.

Pooling/Risk pooling

Risk pooling/pengumpulan risiko mengacu pada pengumpulan dan pengelolaan sumber daya keuangan
sehingga risiko finansial individu yang besar dan tidak dapat diprediksi menjadi dapat diprediksi dan
didistribusikan di antara semua anggota kelompok. Pooling memastikan prediktabilitas dan potensi
redistribusi lintas kategori risiko kesehatan individu (risk subsidy) serta berbagai opsi untuk mendanai
risiko-risiko kesehatan tersebut secara adil dan efisien pada seluruh kelompok masyarakat baik yang
berpenghasilan tinggi maupun berpenghasilan rendah (equity subsidy). Menempatkan masyarakat
dalam sebuah pool dan mempersyaratkan masyarakat untuk berkontribusi membiayai kesehatan sesuai
dengan kapasitasnya ketimbang dari risiko kesehatannya akan memungkinkan adanya subsidi silang,
subsidi risiko maupun pembiayaan, dan dapat meningkatkan proteksi finansial bagi seluruh kelompok
masyarakat yang ada (lihat gambar 7). Terdapat empat alternatif bentuk organisasi untuk pengumpulan
risiko dan pembiayaan pelayanan kesehatan yakni Kementerian Keseahtan, badan penyelenggara
jaminan jaminan sosial, asuransi kesehatan swasta dan asuransi kesehatan berbasis komunitas.

Pembelanjaan (Purchasing)

Pembelanjaan, atau juga disebut pembiayaan sisi supply/pasokan, melingkupi berbagai ketentuan
terkait bagaimana pembayaran dilakukan kepada pelayanan kesehatan yang telah memberikan layanan
kesehatan. Pembelanjaan kesehatan berkaitan dengan kelompok mana yang akan mendapatkan
manfaat, dalam bentuk pelayanan apa/manfaat yang diberikan, siapa yang akan menyelenggarakan
layanan kesehatan, bagaimana mekanisme pembayaran serta harga pembiayaan pelayanan kesehatan
yang dibeli. Pembelanjaan atau pembelian layanan kesehatan dapat bersifat pasif maupun strategic.
Pembelian pasif dilakukan dengan melakukan pembayaran sesuai dengan tagihan yang diberikan.
Namun pembelian strategis lebih diarahkan kepada pencarian terus menerus metode pembelian dan
penyedia layanan kesehatan secara optimal yakni dengan mempertimbangkan paket manfaat yang perlu
disediakan, bagaimana dan dari siapa layanan tersebut dibeli. Pembelian/pembelanjaan layanan
kesehatan melingkupi tiga komponen utama keputusan yakni mengidentifikasi internvesi yang perlu
dibeli dengan mempertimbangkan kebutuhan masyarakat, prioritas kesehatan nasional dan rasio
efektifitas biaya; memilih penyedia layanan dengan mempertimbangkan kualitas, efisiensi dan keadilan
serta menentukan bagaimana pelayanan dibeli dengan mempertimbangkan ketentuan mekanisme
pembayaran.

Seperti dalam Sistem Kesehatan Nasional, dana yang telah dihimpun oleh pemerintah untuk
pembangunan kesehatan diarahkan untuk membiayai kesehatan primer, sekunder dan tersier dengan
mengutamakan kelompok rentan dan miskin, serta daerah terpencil, perbatasan, kepulauan terluar dan
terdepan, serta yang tidak diminati swasta termasuk program kesehatan yang mempunyai daya ungkit
tinggi terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat. (Hidayat & Nurwahyuni, 2017)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdsarkan pembahasan yang ada, dapat kita simpulkan beberapa hal mengenai rumusan masalah yang
dikuemukakan yaitu:

1. Pembiayaan kesehatan merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas kesehatan suatu negara
secara bermakna. biaya kesehatan ialah besarannya dana yang harus disediakan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh
perorangan, keluarga, kelompok masyarakat.

2. Hal-hal yang terkait dengan pembiayaan kesehatan yaitu, sumber biaya kesehatan, Syarat pokok
pembiayaan kesehatan, jenis pembiayaan kesehatan, dan asuransi kesehatan.

3. Terdapat beberapa masalah yang menjadi kendala dalam pembiayaan kesehatan yaitu, kurangnya
dana yang tersedia, penyegaran dana yang tidak sesuai, pemanfaatan dana yang tidak tepat,
pengelolaan dana yang belum sempurna, dan biaya kesehatan yang makin meningkat.

4. Upaya-upaya dalam mengatasi masalah-masalah pembiayaan kesehatan yaitu, meningkatkan


jumlah dana, memperbaiki penyebaran, pemanfaatan, dan pengelolaan dana, serta upaya
mengendalikan biaya kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

zwar, A, 1999, Pengantar Administrasi Kesehatan, EdisiKetiga, Binarupa Aksara. Jakarta.


Bank Dunia, 2007, Peningkatan Keadaan KesehatanIndonesia, Diakses tanggal 15 Desember 2011,
(http://peningkatan_keadaan_kesehatan_indonesia/health2.pdf)
Biro Hukum & Organisasi Departemen Kesehatan R.I,2010, Jaminan Kesehatan Masyarakat Salah Satu
CaraMensejahterakan Rakyat, Jakarta Selatan, Diakses tanggal15 Februari 2012
(http://www.jamkesmas_birohukum.index.php.htm).
Departemen Kesehatan RI, 2009, Sistem Kesehatan Nasional Jakarta.Departemen Kesehatan RI, 2009,
Rancangan Final: RencanaPembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005-2025, Jakarta, Diakses
tanggal 10 Desember 2011,
( http://www.de p k e s. g o.id/do wnloads/newdownloads/ rancangan_RPJPK_2005 2025.pdf).Dural,
2008, Health Insurance Changes Highly Irresponsible,Herald letter with Media Watch, Diakses tanggal
11Februari 2012, (http://www.heraldletters.com.au/?=97)
Efendy F, 2010, Definisi Unsur dan Jenis AsuransiKesehatan, Kumpulan Artikel
KesehatanKedokteran,Keperawatan dan Kebidanan. FK Unhas,
Makasar,(http://asuransi_kesehatan_definisi _unsur_dan_jenis_20101011839.htm)
Fernandez, B, 2005, Health Insurance: A Primer, CRS Reportfor Congress, The Library of Congress,
Diakses tanggal5 Maret2012, (http://www.law-umaryland
edu/marshall/crsreports/crsdocuments/RL3223702032005.pdf) Gotama I, Pardede D. 2010. Reformasi
Jaminan SosialKesehatan: Pembiayaan Kesehatan, Agenda dan Isu-Isu Jaminan Kesehatan, Pusat
Pembiayaan danJaminan Kesehatan Depkes R.I. Diakses tanggal 18
Januari 2012, (http://www.litbang.depkes.go.id/ down-load/ seminar/ desentralisasi6-80606/
makalahindra.pd

Anda mungkin juga menyukai