Anda di halaman 1dari 15

1.

Beberapa pengetahuan tentang ekonomi internasional diperlukan untuk memahami apa yang terjadi
di dunia saat ini dan untuk menjadi konsumen, warga, dan pemegang hak pilih yang terpelajar

Pada tingkat yang lebih praktis, pelajaran ekonomi internasional dinerlukan untuk berbagai pekerjäan di
perusahaan internasional, perbankan internasional, berhagai instansi pemerintah, dan organisasi
internasional. 2. Amerika Serikat bergantung pada perdagangan internasional untuk memperoleh
banyak produk yang tidak dihasilkan di dalam negeri dan beberapa mineral (baik karena tidak memiliki
deposit di dalam negeri atau karena cadangan dalam negeri kurang). Lebih penting laci secara kuantitatif
untuk standar hidup Amerika, banyak produk yang bisa dihasilkan di dalam negeri tetapi dengan harga
yang lebih mahal dibandingkan jika diproduksi di luar negeri. Perdagangan internasional bahkan lebih
penting lagi bagi kesejahteraan negara lainnya. 3. Postulat model gravitasi berdalil bahwa (apabila hal
lain tetap sama) perdagangan bilateral di antara kedua negara proporsional atau setidaknya
berhubungan positif dengan produk dari PDB negara tersebut dan semakin mengecil seiring semakin
besar jarak antara kedua negara (seperti dalam hukum Newton tentang gravitasi dalam ilmu fisika). 4.
Ekonomi internasional berkaitan dengan teori murni perdagangan, teori kebijakan perdagangan, neraca
pembayaran dan pasar valuta asing, dan penyesuaian dalam neraca pembayaran atau makroekonomi
perekonomian terbuka. Dua topik pertama termasuk dalam aspek mikroekonomi ekonomi internasional,
dua yang terakhir adalah aspek makroekonomi, juga dikenal sebagai keuangan internasional. 5. Dimulai
dengan banyak asumsi penyederhanaan, teori ekonomi internasional mengkaji dasar dan keuntungan
dari perdagangan, alasan dan dampak dari pembatasan perdagangan, kebijakan yang diarahkan untuk
mengatur aliran pembayaran dan pendapatan internasional, dan dampak dari kebijakan pada
kesejahteraan negara. 6. Masalah utama ekonomi internasional yang dihadapi dunia saat ini adalah (1)
meningkatnya proteksi perdagangan di negara-negara industri, (2) volatilitas berlebihan dan
ketidakseimbangan nilai tukar mata uang, (3) meningkatnya persaingan internasional, terutama dari
Cina, dan ketakutan akan kehilangan pekerjaan di antara warga Amerika Serikat dan negara-negara maju
lainnya, (4) pengangguran struktural yang tinggi dan pertumbuhan yang lambat di Eropa, serta perlunya
restrukturisasi di Jepang, (5) krisis keuangan yang sering terjadi di negara- negara berkembang dan
perekonomian transisi, (6) restrukturisasi masalah yang dihadapi negara-negara Eropa Tengah, Eropa
Timur, dan bekas Uni Soviet, dan (7) kemiskinan yang mendalam dan kesenjangan internasional yang
makin melebar dialami warga dari banyak negara berkembang miskin di dunia. 7. Dunia saat ini berada
di tengah-tengah revolusi yang berakar pada globalisasi selera, produksi, pasar tenaga kerja, dan pasar
keuangan. Globalisasi penting artinya karena meningakan efisiensi dan globalisasi tidak bisa dihindari
karena persaingan internasional membutuhkannya. Globalisasi sering disalahkan untuk kesenjangan
pendapatan dunia yang makin meningkat, pekerja di bawah umur, pencemaran lingkungan dan masalah
lainnya, dan menimbulkan gerakan antiglobalisasi yang kuat. 8. Buku ini disusun menjadi dua bagian.
Bagian Satu (Bab 2-7) membahas tentang teori perdagangan internasional. Bagian Dua (Bab 8-12)
mengkaji tentang kebijakan perdagangn internasional.
Bab 2

1. Bab ini membahas perkembangan teori peraagangn dari merkantilisme, Adam Smith, David Ricardo,
dan Haberler yang berusaha untuk menjawao da pertanyaan dasar; (a) Apa landasan dan apa
keuntungan dari perdagangan? dan (6) Bagalmana pola perdagangan? 2. Para penganut merkantilisme
percaya bahwa negara bisa mendapatkan keuntungan dari perdagangan internasional hanya dengan
mengorbankan negara-negara lain. Sebagai hasilnya, mereka menganjurkan pembatasan impor, insentif
untuk ekspor, dan peraturan pemerintah yang ketat untuk semua kegiatan ekonomi. 3. Menurut Adam
Smith, perdagangan didasarkan pada keunggulan absolut dan manfaat kedua negara. (Pembahasan
mengasumsikan dunia dengan dua-negara, dua-komoditas.) Artinya, ketika setiap negara
mengkhususkan diri dalam produksi komoditas yang memilki keunggulan absolut dan menjual sebagian
dari output komoditas dengan kelemahan absolut, kedua negara berakhir mengonsumsi lebih dari
kedua komoditas tersebut. Keunggulan absolut, bagaimanapun, hanya dapat menjelaskan sebagian kecil
dari perdagangan internasional saat ini. 4. David Ricardo memperkenalkan hukum keunggulan
komparatif. Hal ini mendalilkan bahwa bahkan jika satu negara kurang efisien dibandingkan negara lain
dalam produksi kedua komoditas, masih ada landasan untuk perdagangan yang saling menguntungkan
(asalkan kelemahan absolut negara pertama yang berkaitan dengan yang kedua adalah tidak dalam
proporsi yang sama di kedua komoditas). Negara yang kurang efisien harus mengkhususkan diri dalam
produksi dan ekspor dari komoditas yang punya kelemahan absoult lebih kecil. (Ini adalah komoditas
yang merupakan keunggulan komparatif.) Ricardo, bagaimanapun, menjelaskan hukum keunggulan
komparatif dalam hal teori nilai tenaga kerja tidak dapat diterima. 5. Gottfried Haberler datang
"menyelamatkan" model pedagangan Ricardian dengan menjelaska hukum keunggulan komparatif
dalam hal teori biaya oportunitas. la menyatakan bahwa biaya komoditas adalah jumlah komoditas
kedua yang harus diberikan untuk mendapatkan sumber daya yang hanya cukup untuk memproduksi
satu unit tambahan komoditas pertama. Biaya oportunitas komoditas sama dengan harga relatif
komoditas itu dan nilainya sama dengan kemiringan (absolut) dari garis batas kemungkinan produksi.
Sebuah garis batas kemungkinan produksi yang lurus mencerminkan biaya oportunitas yang konstan. 6.
Dengan tidak adanya perdagangan, batas kemungkinan produksi suatu negara juga merupakan batas
konsumsi. Dengan perdagangan, setiap negara dapat mengkhususkan diri dalam memproduksi
komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif dan menukarkan sebagian output-nya dengan
negara lain untuk komoditas di mana negara tersebut mempunyai kelemahan komparatif. Dengan
demikian, kedua negara akhirnya mengonsumsi lebih banyak kedua komoditas tersebut daripada ketika
tanpa perdagangan. Dengan spesialisasi lengkap, harga relatif keseimbangan komoditas akan berada di
antara harga relatif komoditas yang berlaku di negara masing-masing sebelum terjadi perdagangan. 7.
Tes empiris pertama dari model perdagangan Ricardian dilakukan oleh MacDougall pada 1951 dan 1952
dengan menggunakan 1.937 data. Hasilnya menunjukkan bahwa industri-industri di mana produktivitas
tenaga kerja relatif lebih tinggi di Amerika Serikat daripada di Inggris adalah industri dengan rasio ekspor
yang lebih tinggi dari Amerika Serikat untuk Inggris dibanding ke pasar ketiga. Hasil ini dikonfirmasi oleh
Balassa menggunakan 1.950 data, Stem menggunakan data dari tahun 1950 hingga 1959, Golub
menggunakan data tahun 1990, dan Golub dan Hsieh menggunakan data tahun 1972 sampai 1991.
Dengan demikian, dapat dilihat bahwa keunggulan komparatif tampaknya didasarkan pada perbedaan
dalam produktivitas tenaga kerja atau biaya, sebagaimana didalilkan oleh Ricardo. Namun, model
Ricardian tidak menjelaskan alasan untuk perbedaan produktivitas tenaga kerja atau biaya di negara
maupun pengaruh perdagangan internasional pada penghasilan faktor produksi,

Bab 3

Rangkuman 1. Bab ini memperdalam pemahaman model perdagangan yang sederhana untuk kasus
vane k4 realistis, yaitu dengan adanya peningkatan biaya oportunitas. Bab ini juga memperkenall
preferensi permintaan dalam bentuk kurva indiferen masyarakat. Kita kemudian melaniut pembahasan
ke bagaimana interaksi kekuatan permintaan dan penawaran menentukan keunggulan komparatif
masing-masing negara dan menciptakan platform untuk spesialis dalam produksi dan perdagangan yang
saling menguntungkan. 2. Peningkatan biaya oportunitas berarti bahwa negara harus menyerahkan
lebih dan lebih banusk lagi dari satu komoditas untuk mendapatkan sumber daya yang cukup untuk
memproduks setiap unit tambahan komoditas lain. Hal ini tercermin dalam kurva batas produksi van
bentuknya cekung dari titik asal. Kemiringan kurva batas produksi menunjukkan nilai tingka transformasi
marginal (MRT). Peningkatan biaya oportunitas muncul karena sumber daya yeng tidak homogen dan
tidak digunakan dalam proporsi yang sama dan tetap dalam produksi semua komoditas. Garis batas
produksi berbeda-beda untuk masing-masing negara karena karunia sumber daya yang berbeda
dan/atau teknologi yang berbeda di negara-negara tersebut. 3. Sebuah kurva indiferen masyarakat
menunjukkan berbagai kombinasi dari dua komoditas yang menghasilkan kepuasan yang sama pada
masyarakat atau negara. Kurva yang lebih tinggi mengacu pada tingkat kepuasan yang lebih besar. Kurva
indiferen masyarakat mempunyai kemiringan negatif dan berbentuk cembung dari titik asal. Agar dapat
berguna, mereka tidak boleh saling memotong satu sama lain. Kemiringan kurva indiferen memberikan
nilai tingkat substitusi marginal (MRS) dalam konsumsi, atau jumlah komoditas Y yang bersedia
diserahkan oleh suatu negara untuk setiap unit tambahan komoditas X dan tetap berada pada kurva
indiferen yang sama. Perdagangan memengaruhi distribusi pendapatan dalam suatu negara dan dapat
mengakibatkan kurva indiferen yang berpotongan. Kesulitan ini dapat diatasi dengan prinsip
kompensasi, yang menyatakan bahwa negara mendapatkan keuntungan dari perdagangan jika peraih
keuntungan masih dapat mempertahankan beberapa keuntungan mereka bahkan setelah membayar
semua kompensasi atas kerugian mereka. Atau, beberap batasan asumsi bisa dibuat. 4. Dengan tidak
adanya perdagangan, suatu negara berada dalam keseimbangan saat mencapai kurva indiferen setinggi
mungkin dalam batas produksinya. Hal ini terjadi pada titik di tiai kurva indiferen masyarakat
bersinggungan dengan garis batas produksi negara. Kemiringan yang sama dari dua kurva pada titik
singgung menunjukkan harga komoditas ekuilibrium- relatif internal negara dan mencerminkan
keunggulan komparatif negara tersebut. 5. Dengan adanya perdagangan, setiap negara mengkhususkan
dalam produksi komoditas yang merupakan keunggulan komparatif negara tersebut dan menghadapi
peningkatan biaya oportunitas. Spesialisasi dalam produksi berlangsung sampai harga komoditas relatif
di kedua negara sama nilainya pada tingkat di mana perdagangan berada dalam keseimbangan. Pada
saat terjadi perdagangan, setiap negara berakhir pada tingkat konsumsi di kurva indiferen yang lebih
tinggi dibandingkan pada saat tidak ada perdagangan. Dengan meningkatnya biaya, spesialisasi dalam
produksi menjadi tidak menyeluruh, bahkan di negara kecil. Keuntungan dari perdagangan dapat dibagi
menjadi keuntungan dari perdagangan dan keuntungan dari spesialisasi dalam produksi. 6. Dengan
meningkatnya biaya, bahkan jika dua negara memiliki garis batas produksi yang identik, masih ada
landasan untuk perdagangan yang saling menguntungkan jika selera, atau permintaan, atau preferensi,
berbeda di kedua negara. Negara dengan permintaan atau preferensi untuk komoditas yang relatif kecil
akan memiliki harga relatif autarki yang lebih rendah dan keunggulan komparatif untuk komoditas
tersebut. Hal ini akan menciptakan platform spesialisasi dalam produksi dan perdagangan yang saling
menguntungkan, seperti yang dijelaskan sebelumnya.

Bab 4

Rangkuman 1. Di bab ini, kita membahas permintaan untuk impor dan pasokan ekspor dari komoditas
yang diperdagangkan, serta kurva penawaran ekspor untuk kedua negara, dan menggunakannya untuk
menentukan volume keseimbangan perdagangan dan harga komoditas ekuilibrium relatif di mana
perdagangan berlangsung antara kedua negara. Hasil yang diperoleh di sini mengonfirmasi apa yang
diuraikan dalam Bab 3 dengan menggunakan proses trial and error. 2. Kelebihan pasokan komoditas di
atas harga ekuilibrium pada saat tidak ada perdagangan memberikan pasokan ekspor komoditas satu
negara. Di sisi lain, kelebihan permintaan dari komoditas di bawah harga ekuilibrium pada saat tidak ada
perdagangan memberikan permintaan impor negara lain untuk komoditas tersebut. Perpotongan kurva
permintaan untuk impor dan kurva penawaran untuk ekspor komoditas menunjukkan harga ekuilibrium-
relatif parsial dan kuantitas komoditas di saat perdagangan berlangsung. 3. Kurva penawaran ekspor
suatu negara menunjukkan berapa banyak komoditas impor yang diminta Negara tersebut agar bersedia
untuk memasok berbagai jumlah komoditas ekspor. Kurva penawaran ekspor suatu negara dapat
diuraikan dari garis batas produksi, bagan kurva indiferen, dan harga berbagai komoditas relatif di mana
perdagangan dapat terjadi. Kurva penawaran ekspor suatu negara berbentuk melengkung terhadap
sumbu yang mengukur komoditas keunggulan komparatifnya. Kurva penawaran ekspor dari dua negara
akan terletak antara harga komoditas relatif sebelum perdagangan mereka, atau autarki. Untuk
mendorong suatu negara mengekspor lebih banyak komoditas, harga relatif komoditas harus
meningkat. 4. Perpotongan kurva penawaran ekspor dari dua negara menunjukkan harga komoditas
ekuilibrium-relatif di mana perdagangan berlangsung antara mereka. Hanya pada harga ekuilibrium
perdagangan akan menjadi seimbang. Pada setiap harga komoditas relatif lainnya, jumlah yang
diinginkan dari impor dan ekspor dari dua komoditas tidak akan sama. Hal ini akan memberikan tekanan
pada harga komoditas relatif untuk bergerak menuju tingkat keseimbangannya. 5. Kita juga dapat
menggambarkan harga ekuilibrium-relatif dan kuantitas komoditas dalam perdagangan dengan analisis
ekuilibrium parsial menggunakan kurva permintaan dan penawaran untuk komoditas yang
diperdagangkan. Ini diturunkan dari garis batas produksi dan kurva indiferen-informasi dasar yang sama
yang dibutuhkan untuk menguraikan kurva penawaran ekspor suatu negara (yang digunakan dalam
analisis ekuilibrium umum). 6. Nilai tukar perdagangan suatu negara didefinisikan sebagai rasio harga
komoditas ekspor terhadap harga komoditas impor. Nilai tukar perdagangan dari mitra dagang
kemudian sama dengan timbal balik, atau kebalikan, nilai tukar perdagangan negara lainnya. Dengan
lebih dari dua komoditas yang diperdagangkan, kita menggunakan indeks ekspor untuk mengimpor
harga

Bab 5

1. Teori Heckscher-Ohlin yang disajikan dalam bab ini memperluas model perdagangan kita pada dan
untuk menguji pengaruh perdagangan internasional terhadap hasil dari faktor-faktor produksi. Kedua
pertanyaan penting yang tersisa ini sebagian besar tidak bisa terjawab oleh bab sebelumnya untuk
menjelaskan dasar (yaitu apa yang menentukan) keunggulan komparatif Rangkuman teori para ekonom
klasik

2. Teori Heckscher-Ohlin didasarkan pada sejumlah asumsi (sebagian dibuat hanya secara implisit oleh
Heckscher dan Ohlin). Asumsi tersebut: (1) dua negara, dua komoditas, dan dun produksi, (2) kedua
negara menggunakan teknologi yang sama, (3) komoditas yang sama adalkk padat karya di kedua
negara, (4) skala hasil konstan; (5 ) spesialisasi penuh dalam prodike (6) selera yang sama di kedua
negara, (7) persaingan sempurna di kedua komoditas dan pare faktor produksi, (8) mobilitas faktor
produksi yang sempurna secara internal dalam suatu negara namun tidak secara internasional; (9) tidak
ada biaya transportasi, tarif, atau hambatan lainnya terhadap arus bebas perdagangan internasional;
(10) semua sumber daya sepenuhnya digunakan, (11) perdagangan yang seimbang. Asumsi ini akan
dikurangi dalam Bab 6.

3. Dalam hubungan dunia dua negara (Negara I dan Negara 2), dua kemoditas (X dan Y), dan dua modal
jika rasio modal-tenaga kerja (K/L) yang digunakan dalam produksi Y lebih besar dari dengan K-
berlimpah jika harga relatif modal (r/w) lebih rendah di negara 2 daripada di Negara 1. Dengan
demikian, garis batas produksi Negara 2 condong ke arah sumbu Y dan Negara 1 miring terhadap sumbu
X. Karena harga modal relatif lebih rendah di Negara 2, produsen akan ada menggunakan lebih banyak
teknik produksi K-intensif dalam produksi kedua komoditas dalam kaitannya dengan Negara 1. Produsen
juga akan menggantikan Kuntuk L (menyebabkan KL meningkat) dalam produksi kedua komoditas jika
harga modal relatif menurun. Komoditas Y dengan tegas adalah komoditas K-intensif jika K/L tetap tinggi
untuk Y daripada X di kedua negara pada semua harga faktor produksi relatif. 4. Teori Heckscher-Ohlin,
atau teori faktor produksi bawaan, dapat dinyatakan dalam dua teori. Menurut Teori Heckscher-Ohlin
(H-O), suatu negara akan mengekspor komoditas yang intensif dalam faktor yang relatif berlimpah dan
murah dan mengimpor komoditas yang intensif dalam faktor yang relatif langka dan mahal. Menurut
teori penyeimbangan harga faktor produksi (H-O-S), perdagangan internasional akan membawa
pemerataan hasil relatif dan absolut untuk faktor homogen di semua negara. Jika beberapa faktor
produksi bersifat spesifik (misalnya, hanya bisa digunakan di beberapa industri), model faktor produsi
spesifik mendalilkan bahwa perdagangan akan memiliki efek ambigu pada faktor-faktor produksi yang
mobilitasnya tinggi dalam suatu negara: Ini akan menguntungkan faktor yang mobilitasnya rendah (tidak
dapat dipindahkan) yang khusus untuk komoditas atau sektor ekspor suatu negara, dan merugikan
faktor yang mobilitasnya tinggi (mudah bergerak) yang khusus untuk komoditas atau sektor impor yang
bersaing dalam suatu negara. 5. Di luar semua kekuatan yang mungkin dapat menyebabkan perbedaan
dalam harga komoditas relatif sebelum perdagangan antara negara-negara, Heckscher dan Ohlin
mengisolasi perbedaan dalam faktor produksi pendukung (dalam menghadapi teknologi dan selera yang
sama) sebagai penentu dasar atau penyebab keunggulan komparatif. Perdagangan internasional juga
bisa menjadi pengganti untuk mobilitas internasional dari faktor produksi dalam menyeimbangkan hasil
relatif dan absolut untuk faktor homogen di seluruh negara. Sifat ekuilibrium umum dari teori H-O
muncul dari kenyataan bahwa semua pasar komoditas dan faktor produksi merupakan komponen dari
suatu sistem terpadu secara keseluruhan, sehingga perubahan di bagian manapun memengaruhi setiap
bagian lainnya. 6. Uji empiris pertama dari model H-0 dilakukan oleh Leontief menggunakan data
Amerika Serikat tahun 1947. Leontief menemukan bahwa komoditas substitusi impor Amerika Serikat
sekitar 30 persen lebih Kintensif dari ekspor Amerika Serikat. Karena Amerika Serikat adalah negara yang
paling K-berlimpah, hasil ini adalah kebalikan dari apa yang diprediksi oleh model H-O dan menjadi
dikenal sebagai paradoks Leontief. Paradoks ini dapat dijelaskan dengan () 1947 menjadi tahun yang
kurang sesuai dalam merepresentasikan kondisi ekonomi, (2) penggunaan dua model faktor produksi (L
dan K), (3) fakta bahwa tarif Amerika Serikat memberi perlindungan lebih untuk industri Lintensif, dan
( 4) mengesampingkan modal manusin dari perhitungan. Namun, beberapa studi empiris setelahnya
juga memberikan hasil yang bertentangan. 7. Pembalikan intensitas faktor produksimengacu pada
situasi di mana komoditas yang L intensif di negara L berlimpah dan K intensif di negara K berlimpah. Hal
ini dapat terjadi ketika elastisitas substituisi faktor produksi sangat bervariasi untuk dua komoditas.
Dengan adanya pembalikan faktor produksi, baik Teori H-0 dan teori penyeimbangan harga faktor
produksi tidak berlaku lagi. Minhas melakukan uji coba pada tahun 1962 yang menunjukkan bahwa
pembalikan faktor produksi terjadi cukup lazim. Leontief dan Ball menunjukkan bahwa hasil

Bab 6

1. Heckscher dan Ohlin mendasarkan keunggulan komparatif pada perbedaan dalam faktor produksi
bawaan antarnegara. Namun, teori ini belum bisa menjelaskan sebagian besar fenomena perdagangan
internasional saat ini. Untuk mengisi kekosongan ini, kita memeriukan trori komplementer (pelengkap)
baru yang mendasarkan perdagangan internasional pada kla skonomi, persaingan tidak sempurna, dan
perbedaan dalam perubahan teknologi antarnegara. 2. Melepaskan sebagian besar asumsi hanya
memodifikasi, tetapi tidak membantah trori Heskscher-Ohlin. Melepaskan asumsi skala ekonomi
konstan, persaingan sempurna, dan tidak ada perbedaan dalam perubahan teknologi antarnegara,
bagaimanapun, membutuhkan teori perdagangan komplementer baru untuk menjelaskan sebagian
besar perdagangan internasional yang belum dijelaskan model H-O. 3. Bahkan, jika dua negara adalah
identik dalam segala hal, masih ada dasar untuk perdagangan vang saling menguntungkan berdasarkan
skala ekonomi. Ketika setiap negara mengkhususkan diri dalam produksi satu komoditas, output
gabungan dunia total dari kedua komoditas akan lebih besar daripada tanpa spesialisasi ketika skala
ekonomi berlaku, Dengan perdagangan, setiap negara kemudian berbagi keuntungan. 4. Sebagian besar
dari perdagangan internasional saat ini melibatkan pertukaran produk terdiferensiasi. Perdagangan
intraindustri muncul untuk mengambil keuntungan dari skala ekonomi yang penting dalam produksi,
yang terjadi ketika masing-masing perusahaan atau pabrik menghasilkan hanya satu atau beberapa
varian atau jenis produk. Perdagangan intraindustri dapat diukur dengan indeks. Dengan produk
terdiferensiasi, perusahaan mempunyai kurva permintaan miring ke bawah, memproduksi di bagian
kurva biaya rata- rata yang miring ke bawah, dan menuju kondisi impas. Semakin besar jumlah
perusahaan dalam industri dengan persaingan monopolistik, semakin rendah harga produk dan semakin
tinggi biaya rata-rata untuk tingkat output tertentu. Dengan perluasan pasar yang dibawa oleh
perdagangan, harga komoditas akan lebih rendah dan jumlah perusahaan akan lebih besar. Semakin
mirip faktor produksi bawaan yang dimiliki oleh negara-negara, semakin besar pentingnya perdagangan
intraindustri relatif terhadap antarindustri. 5. Menurut model kesenjangan teknologi, perusahaan
mengekspor produk baru sampai peniru di negara lain mengambil pasarnya. Sementara itu, perusahaan
yang berinovasi akan memperkenalkan produk atau proses baru. Menurut model siklus produk yang
terkait, produk berjalan melalui lima tahap: pengenalan produk, perluasan produksi untuk ekspor,
standardisasi dan awal produksi luar negeri melalui imitasi, peniru asing mengalahkan penjualan negara
yang berinovasi di pasar ketiga, dan perusahaan asing tersebut mengalahkan penjualan perusahaan
yang berinovasi di pasar domestik mereka juga. O. Dengan adanya biaya transportasi, hanya komoditas
yang mempunyai perbedaan harga sebelum adanya perdagangan internasional yang melebihi biaya
transportasi yang akan diperdagangkan. Ketika perdagangan dalam kesetimbangan, harga relatif
komoditas yang diperdagangkan di kedua negara akan berbeda sebesar biaya transportasi mereka. Biaya
transportasi juga memengaruhi perdagangan internasional dengan memengaruhi lokasi produksi dan
industri. Industri dapat diklasifikasikan sebagai berorientasi sumber daya, berorientasi pasar, atau
mudah berpindah. Standar lingkungan juga memengaruhi lokasi industri dan perdagangan internasional.

Bab 7

Rangkuman 1. Teori perdagangan yang dibahas dalam bab sebelumnya sebagian besar bersifat statis.
Artinya, dengan mengetahui faktor produksi bawaan, teknologi, dan selera, kemudian kita dapat
menentukan keunggulan komparatif dan keuntungan dari perdagangan. Namun, faktor produksi
bawaan berubah dari waktu ke waktu, teknologi biasanya meningkat, dan selera juga bisa berubah.
Dalam bab ini, kita membahas efek dari perubahan-perubahan tersebut pada posisi ekuilibrium. Hal ini
dikenal sebagai analisis statis komparatif. 2. Dengan skala hasil konstan dan harga konstan, jika L dan K
tumbuh pada tingkat yang sama (pertumbuhan yang seimbang), batas produksi negara akan bergeser
secara merata ke segala arah dengan laju pertumbuhan faktor produksi, dan output per tenaga kerja
akan tetap konstan. Jika L tumbuh lebih cepat daripada K, batas produksi negara akan bergeser secara
proporsional lebih ke arah komoditas yang bersifat padat l, dan output per tenaga kerja akan menurun.
Keadaan sebaliknya terjadi jika K tumbuh lebih cepat daripada L. Teorema Rybczynski mendalilkan
bahwa pada harga komoditas yang konstan, peningkatan kemampuan dari salah satu faktor produksi
akan meningkatkan dengan proporsi yang lebih besar output dari komoditas yang bersifat padat dalam
faktor produksi tersebut dan akan mengurangi output dari komoditas lainnya.

3. Semua kemajuan teknis mengurangi jumlah L dan K yang dibutuhkan untuk menghasilkan output
tertentu, menggeser batas produksi, dan cenderung meningkatkan kesejahteraan suatu negara.
Kemajuan teknis netral Hicks meningkatkan produktivitas L dan K dalam proporsi yvane sama dan
memiliki efek yang sama di batas produksi negara seiring dengan pertumbuhan fakte produksi yang
seimbang. Akibatnya, K/L tetap tidak berubah pada harga relatif faktor produkes (w/r) yang konstan.
Kemajuan teknis yang bersifat hematL meningkatkan produktivitas secara proporsional lebih dari
produktivitas L. Akibatnya, K digantikan oleh L dalam produks sehingga K/L naik pada kondisi w/r yang
tidak berubah. Kemajuan teknis yang bersifat hemas Kadalah kebalikan dari kemajuan teknis yang
bersifat hemat L. 4. Produksi dan konsumsi dapat bersifat properdagangan (jika mereka menyebabkan
peningkatan yang lebih besar dari proporsional dalam perdagangan pada kondisi harga konstan).
antiperdagangan, atau netral. Produksi dikatakan properdagangan jika output dari komoditas ekspor
negara itu meningkat secara proporsional lebih dari output dari komoditas yang diimpor. Konsumsi
properdagangan jika konsumsi negara akan komoditas yang diimpor meningkat secara proporsional
lebih dari konsumsi komoditas ekspor negara tersebut. Apa yang terjadi pada volume perdagangan
dalam proses pertumbuhan tergantung pada selisih dari efek produksi dan konsumsi. 5. Jika
pertumbuhan, terlepas dari sumber dan jenisnya, meningkatkan volume perdagangan negara pada
kondisi harga konstan, nilai tukar suatu negara cenderung memburuk. Jika tidak, nilai tukar suatu negara
cenderung tetap tidak berubah atau naik. Pengaruh pertumbuhan pada kesejahteraan negara juga
tergantung pada efek kesejahteraan. Hal ini mengacu pada perubahan output per tenaga kerja atau per
orang sebagai hasil dari pertumbuhan. Jika kedua efek nilai tukar dan kesejahteraan dari pertumbuhan
bersifat menguntungkan, kesejahteraan negara pasti akan meningkat. Jika tidak, kesejahteraan suatu
negara akan tetap sama atau turun, tergantung pada selisih dari kedua efek. Kasus di mana efek nilai
tukar yang tidak menguntungkan bahkan lebih besar daripada efek kesejahteraan yang menguntungkan
dan menyebabkan penurunan kesejahteraan negara dikenal sebagai "pertumbuhan immiserizing". 6.
Dengan pertumbuhan dan/atau perubahan selera di kedua negara kurva penawaran ekspor kedua
negara akan bergeser, mengubah volume dan/atau nilai tukar. Terlepas dari sumbernya, pergeseran
kurva penawaran ekspor suatu negara terhadap sumbu yang mengukur komoditas ekspor yang
cenderung untuk memperluas perdagangan dalam kondisi harga konstan dan mengurangi nilai tukar
suatu negara. Pergeseran kurva penawaran ekspor suatu negare yare berlawanan arah dengan jarum
jam cenderung mengurangi volume perdagangan dalam kondsi harga konstan dan meningkatkan nilai
tukar suatu negara. Untuk pergeseran tertentu

kurva penawaran ekspornya, nilai tukar suatu negara akan berubah lebih besar seiring semakin besar
kelengkungan kurva penawaran ekspor mitra dagangnya.

Bab 8

Rangkuman 1. Ketika perdagangan bebas memaksimalkan kesejahteraan dunia, sebagian besar negara
menekankan beberapa hambatan perdagangan yang menguntungkan kelompok tertentu di suatu
negara. Jenis hambatan perdagangan yang paling penting menurut sejarah adalah tarif

Tarif merupakan pajak atau bea cukai impor maupun ekspor atau impor dilambangkan sebagai
persentase nilai komoditas yang diperdagangkan, sementara tarif khusus merupakan jumlah tetap tiap
satuan. Keduanya terkadang digabung menjadi tarif gabungan. Yang paling umum adalah tarif impor ad
valorem. Tarif tersebut umumnya telah mengalami penurunan selama 50 tahun terakhir dan saat ini
rata-rata hanya sekitar 3 persen pada barang-barang rakitan di negara industri. 2. Analisis ekuilibrium
parsial suatu tarif menggunakan kurya permintaan dan penawaran komoditas impor negara dan
berasumsi bahwa harga dalam negeri komoditas impor bertambah sebesar jumlah tarif tersebut.
Analisis tersebut mengukur penurunan konsumsi dalam negeri, peningkatan produksi dalam negeri,
penurunan impor, penerimaan yang dipungut, dan redistribusi pendapatan dari konsumen dalam negeri
(yang membayar harga komoditas lebih tinggi) kepada produsen dalam negeri (yang menerima harga
lebih tinggi) akibat adanya tarif. Tarif mendorong inefisiensi berupa biaya proteksi atau kerugian
masyarakat. 3. Ukuran derajat proteksi yang tepat bagi produsen dalam negeri ditunjukkan oleh
tingkatan proteksi efektif (g). Nilainya biasanya jauh berbeda dari tingkatan tarif nominal (t), dan g
bahkan bisa jadi negatif untuk nilait positif. Kedua tingkatan tersebut sama hanya ketika tingkatan
nominal bahan baku impor sama dengan tingkatan nominal barang jadi atau jika tidak terdapat bahan
baku impor. Tingkatan proteksi efektif di negara industri pada umumnya jauh lebih tinggi dibanding
tingkatan nominalnya dan semakin tinggi pula jika semakin banyak produk yang diolah. 4. Ketika negara
kecil mengenakan tarif impor, harga dalam negeri komoditas impor meningkat sebesar jumlah tarif
tersebut untuk tiap-tiap orang di suatu negara. Akibatnya, produksi dalam negeri komoditas impor
meningkat sementara konsumsi dalam negeri dan impornya menurun. Akan tetapi, negara secara
keseluruhan menghadapi harga dunia yang tidak berubah karena negara itu sendiri memungut tarif.
Pengaruh ekuilibrium umum suatu tarif dapat dianalisis melalui model perdagangan yang dikembangkan
pada Bagian Satu dan dengan berasumsi bahwa negara menyalurkan kembali penerimaan tarifnya
secara utuh kepada para penduduknya dalam bentuk konsumsi masyarakat yang disubsidi dan/atau
keringanan pajak penghasilan umum. 5. Menurut teori Stolper-Samuelson, kenaikan harga relatif suatu
komoditas (sebagai contoh, akibat adanya tarif) meningkatkan hasil atau penerimaan faktor yang
digunakan secara intensif dalam produksinya. Sebagai contoh, jika negara yang kelebihan modal
mengenakan tarif pada komoditas padat karya, upah di negara tersebut akan meningkat. 0. Ketika
negara besar mengenakan tarif impor, kurva penawaran ekspornya berputar menuju sumbu yang
mengukur komoditas impor sebesar jumlah tarifnya, yang mengurangi volume perdagangan tetapi
memperbaiki neraca perdagangan negara tersebut. Tarif optimal merupakan tarif yang memaksimalkan
manfaat bersih yang berasal dari perbaikan neraca perdagangan negara tersebut terhadap pengaruh
negatif yang berasal dari penurunan volume perdagangan. Akan tetapi, karena keuntungan suatu negara
berasal dari pengeluaran negara lain, negara lain kan membalas sehingga pada akhirnya seluruh negara
biasanya merugi.

Bab 9

Rangkuman 1. Kuota merupakan hambatan kuantitatif langsung terhadap impor atau ekspor. Kuota
impor memiliki pengaruh produksi dan konsumsi yang sama dengan tarif impor (yang senilai). Jika
pemerintah melelang lisensi impor kepada penawar tertinggi di pasar persaingan, pengaruh
penerimaannya juga sama. Penyesuaian akan pergeseran apa pun di dalam permintaan atau penawaran
terjadi pada harga dalam negeri dengan adanya kuota impor dan pada jumlah impor dengan adanya
tarif. Jika lisensi impor tidak dilelang, keuntungan monopoli dan kemungkinan korupsi terjadi. Kuota
impor secara umum lebih restriktif dibandingkan tarif impor yang senilai. 2. Pembatasan ekspor sukarela
mengacu pada kasus di mana negara pengimpor membujuk negara lainnya untuk mengekang ekspor
komoditasnya "secara sukarela" dengan ancaman hambatan perdagangan yang lebih berat. Ketika
berhasil, dampak ekonominya akan sama dengan dampak dari kuota impor yang senilai, kecuali pada
pengaruh penerimaan, yang saat ini ditangkap oleh pemasok asing. Pembatasan ekspor sukarela tidak
akan sepenuhnya berhasil dalam membatasi impor, dan pembatasan tersebut, bagaimanapun, sebagian
besar dihapus di akhir 1999 sebagai akibat dari perjanjian Putaran Uruguay. Terdapat pula berbagai
hambatan perdagangan nontarif lainnya. Hambatan tersebut menjadi lebih penting daripada tarif
sebagai halangan terhadap aliran perdagangan internasional selama tiga dekade terakhir. 3. Kartel
internasional merupakan organisasi pemasok komoditas yang berlokasi di negara berbeda (atau
sekelompok pemerintah) yang setuju dalam membatasi output dan ekspor komoditas dengan tujuan
memaksimalkan atau meningkatkan total keuntungan organisasi tersebut. Kartel internasional akan
lebih berhasil jika hanya terdapat beberapa pemasok internasional dari komoditas dasar yang tidak ada
barang penggantinya. Terdapat pula insentif untuk tidak jujur

atau mencurangi kartel. Hambatan perdagangan bisa juga berasal dari dumping dan sobsid ekspor.
Dumping merupakan ekspor komoditas di bawah biaya atau pada harga yang lebih rendah dibandingkan
harga jual di dalam negeri. Dumping ada tiga jenis, terus-menerus, ganas, atau sporadis. Bea cukai
penyeimbang (CVD) merupakan tarif yang dibebankan terhadap untuk menutup subsidi dari pemerintah
luar negeri.

4. Pendapat bahwa tarif diperlukan untuk melindungi tenaga kerja dalam negeri dari murahnya tenaga
kerja asing dan "tarif ilmiah" jelas keliru. Dua pendapat beggar-thy-neighbor yang

meragukan adalah proteksi diperlukan untuk mengurangi pengangguran dalam negeri dan defisit
neraca pembayaran negara. Pendapat yang lebih sahih mengenai proteksi adalah pendapar industri
muda. Akan tetapi, apa yang dapat ditangani proteksi dagang, subsidi langsung dan pajak dapat
menangani lebih baik dalam negeri

Hal yang sama sudah benar bagi industri yang penting untuk ketahanan nasional. Yang terdekat yang
dapat kita capai mengenai pendapat ekonomi yang sahih tentang proteksi adalah aet optimal (yakni,
bagaimanapun memicu pembalasan). Proteksi dagang di Amerika Se biasanya ditujukan bagi pekerja
dengan upah rendah dan untuk memperbesar organisasi vang tertata baik dalam memproduksi produk
konsumsi

5. Kebijakan industri dan perdagangan strategis merupakan pendapat lain yang layak mengena proteksi.
Kebijakan tersebut mengusulkan bahwa dengan mendorong industri berteknoloi tinggi, suatu negara
dapat meraup eksternalitas ekonomi besar-besaran yang berasal da industri tersebut dan mendorong
prospek pertumbuhannya di masa depan. Kebijakan industri dan perdagangan strategis, bagaimanapun,
menghadapi berbagai kesulitan praktis karena sulit bagi negara untuk memilih pemenangnya dan karena
kebijakan tersebut memicu pembalasan, Jadi, perdagangan bebas masih menjadi kebijakan terbaik
sejauh ini. 6. Smoot-Hawley Tariff Act 1930 menyebabkan rata-rata tarif impor tertinggi di Amerika
Serikat sebesar 59 persen pada 1932, yang memicu pembalasan oleh negara asing. Trade Agreements
Act 1934 memberi wewenang pada presiden untuk menyepakati penurunan tarif yang menguntungkan
hingga 50 persen menurut prinsip yang paling menguntungkan negara. Kelemahan seriusnya adalah
pendekatan bilateral. General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) ditujukan bagi perdagangan yang
lebih bebas berdasarkan pada nondiskriminasi, perundingan, dan penghapusan hambatan perdagangan
nontarif, kecuali pada bidang pertanian dan di negara yang mengalami kesulitan neraca pembayaran.
Hingga 1962, penurunan tarif secara serius dibatasi oleh kesepakatan produk demi produk dan oleh
sarana proteksionisme Amerika Serikat, terutama pokok ketentuan risiko, ketentuan lepas, dan
ketentuan jaminan nasional. Menurut wewenang dari Trade Expansion Act 1962, Amerika Serikat
menyepakati. penurunan tarif dengan rata-rata 35 persen terhadap produk industri pada Putaran
Kennedy, yang berakhir pada 1967. Trade Expansion Act 1962 juga menggantikan doktrin tanpa merugi
dengan bantuan pemulihan. Menurut wewenang Trade Reform Act 1974, Amerika Serikat menyepakati
penurunan tarif dengan rata-rata 31 persen pada Putaran Tokyo, yang berakhir pada 1979, dan
menerima tata tertib berupa hambatan perdagangan nominal. Trade Act 1988 memperkuat prosedur
pembalasan Amerika Serikat melawan negara yang membatasi ekspor Amerika Serikat besar-besaran. 7.
Putaran Uruguay mengenai kesepakatan dagang berakhir pada Desember 1993. Putaran Uruguay
menyerukan penurunan tarif rata-rata pada barang-barang industri dari 4,7 persen menjadi persen,
kuota yang digantikan oleh tarif, serta antidumping dan perlindungan yang diperscial. rejanjian tersebut
juga menyerukan penurunan subsidi ekspor pertanian dan subsidi industi. dan perlindungan hak milik
intelektunl, Selama 1996 dan 1997, persetujuan tercapal uniu Juli 2000, perjanjian perdagangan bebas
Uni Eropa-Meksiko menjadi efektif; pada November 2001, Putaran Doha dimulai; pada Desember 2001,
Cina menjadi anggota ke-144 WTO; dan pada Agustus 2002, Kongres memberikan presiden wewenang
kesepakatan dagang atau jalur cepat. Usaha untuk meluncurkan "Putaran Milenium" yang baru gagal
ketika tidak negara-negara mampu mencapai persetujuan agenda pada konferensi perdagangan pada
November 2001. Dunia sedang terbagi menjadi beberapa blok perdagangan besar, gerakan
antiglobalisasi yang serius telah menampakkan diri, dan terdapat berbagai perselisihan dagang yang
serius di antara negara-negara maju serta di antara negara maju dan berkembang. Persoalan ini diduga
akan diselesaikan oleh Putaran Doha, tetapi gagal total pada Juli 2006 akibat perselisihan mengenai
subsidi pertanian

Bab 10

Rangkuman 1. Integrasi ekonomi mengacu pada kebijakan perniagaan yang secara diskriminatif
menurunkan atau menghapuskan hambatan perdagangan hanya di antara negara-negara yang
bergabung bersama. Pada perjanjian dagang istimewa (seperti Brilish Commonwealth Preference
Scheme), hambatan perdagangan diturunkan untuk perdagangan antarnegara yang turut serta saja.
Area perdagangan bebas (yakni EFTA dan NAFTA) menghapus seluruh hambatan perdagangan di antara
anggotanya, tetapi tiap-tiap negara mempertahankan hambatan perdagangannya sendiri dengan bukan
anggota. Customs unions (yaitu Uni Eropa) bergerak lebih jauh dengan menggunakan kebijakan
perniagaan bersama terhadap dunia luar. Pasar bersama (Uni Eropa sejak 1993 dan Mlercosur di masa
datang) masih bergerak lebih jauh dengan memperkenankan pergerakan bebas tenaga kerja dan modal
di antara negara anggotanya. Serikat ekonomi menyelaraskan (vakni Benelux) atau bahkan
mempersatukan (yakni Amerika Serikat) kebijakan fiskal dan moneter dari para anggotanya.

2. Pengaruh ekuilibrium sebagian yang statis dari customs unions diukur dalam hal penciptaan dagang
dan pengalihan dagang. Penciptaan dagang terjadi ketika beberapa produksi di negeri pada anggota
serikatnya tergantikan oleh impor berbiaya rendah dari negara anggota lainnya. Hal ini meningkatkan
spesialisasi produksi dan kesejahteraan di customs unions. Customs unions pencipta dagang juga
meningkatkan kesejahteraan bukan anggotanya karens beberapa kenaikan pendapatan riilnya menetes
kepada naiknya impor dari seluruh dunia

3. Pengalihan dagang terjadi ketika impor berbiaya rendah dari luar customs unions tergantikan oleh
impor berbiaya tinggi dari anggota serikat lainnya. Dengan adanya pengalihan dagang. hal ini
menurunkan kesejahteraan karena hal tersebut menjauhkan produksi dari keunggulan komparatif.
Customs unions pengalih dagang mendorong penciptaan dagang dan pengalihan dagang serta
menaikkan atau menurunkan kesejahteraan, tergantung pada kekuatan relatif dari kedua tenaga yang
berlawanan tersebut. 4. Teori mengenai customs unions merupakan kasus khusus dari teori terbaik
kedua. Hal ini merumuskan bahwa ketika seluruh kondisi yang diperlukan untuk mencapai kesejahteraan
sosial maksimal atau Pareto optimal tidak dapat terpenuhi, mencoba memenuhi sebanyak mungkin
kondisi tersebut tidak akan mendorong hingga posisi kesejahteraan terbaik kedua. Kondisi sewaktu
pembentukan customs unions lebih cenderung mendorong penciptaan dagang dan meningkatkan
kesejahteraan diketahui dengan baik secara teoretis. Pengaruh statis lain dari customs unions berupa
penghematan administrasi dan semakin besarnya daya tawar. Akan tetapi, pengaruh customs unions
terhadap masing-masing neraca perdagangan anggotanya belum jelas. 5. Selain tambahan
kesejahteraan statis, negara yang membentuk customs unions cenderung menerima tambahan dinamis
yang banyak dari naiknya persaingan, skala ekonomi, dorongan investasi, dan penggunaan sumber daya
ekonomi yang lebih baik. 6. Uni Eropa dibentuk pada 1958 oleh Jerman Barat, Prancis, Italia, Belgia,
Belanda, đan Luksemburg. Inggris, Denmark, dan Irlandia turut bergabung pada tahun 1973; Yunani di
19815 Spanyol dan Portugal pada 1986; dan Austria, Finlandia, dan Sweden pada 1995, serta Polandia.
Hungaria, Republik Cek, Slovakia, Slovenia, Estonia, Lituania, Latvia, Malta, dan Siprus pae 2004.
Perdagangan bebas barang industri dan harga pertanian bersama tercapai pada 1965 pasar bersama
seutuhnya pada 1993. Uni Eropa mendorong ekspansi dagang barang ihau tetapi mengalihkan
perdagangan produk pertanian. Pada 1993, Amerika Serikat, Kanadai, a Meksiko menandatangani North
American Free Trade Agreement (NAFTA). Berbagal es integrasi ekonomi oleh negara berkembang telah
mengalami sedikit kesuksesan, kecuan pn Pasar Bersama Selatan, atau Mercosur. Anggotanya adalah
Brasil, Argentina, Paraguay e Uruguay. Selarma dekade akhir, telah terdapat perkembangan perjanjian
perdagangan bebas (FTA).

Bab 11
Rangkuman 1. Meskipun tingkatan dan taraf pembangunan ekonomi sangat bergantung pada kondisit di
negara berkembang, perdagangan internasional dapat berkontribusi signifikan terhadan proses
pembangunan. Beberapa ekonom, khususnya Prebisch, Singer, dan Myrdal m bahwa perdagangan
internasional dan fungsi dari sistem ekonomi internasional saat lni menguntungkan negara maju dengan
beban dari negara berkembang. 2. Meskipun kebutuhan akan teori dinamis perdagangan masih ada,
teknik perbandingan statie dapat memperluas teori perdagangan internasional menjadi perubahan yang
tak terpisahkandi dalam sokongan faktor, teknologi, dan selera. Akibat kondisi permintaan dan
penawaran yang kurang disukai, perdagangan internasional saat ini diperkirakan tidak dapat menjadi
mesin pertumbuhan di daerah yang saat ini mapan di abad sembilan belas. Akan tetapi, perdagangan
masih memainkan peran pendukung yang sangat penting. 3. Neraca perdagangan komoditas, atau
barter bersih (N) mengukur pergerakan sepanjang waktu harga ekspor negara terhadap harga impornya.
Neraca perdagangan pendapatan () mengukur kapasitas ekspor negara terhadap impornya. Neraca
perdagangan faktor tunggal (S) menigukur jumlah impor yang diperoleh negara tiap unit faktor dalam
negeri yang melekat pada ekspornya: I dan S lebih penting daripada N di negara berkembang, tetapi
sebagian besar pembahasan dan kontroversi berada dalam bentuk N (karena paling mudah diukur). I
dan S dapat meningkat jika N menurun. Prebisch dan Singer berpendapat bahwa N memiliki
kecenderungan menurun di negara berkembang karena sebagian besar kenaikan produktivitasnya
tercermin oleh lebih rendahnya harga pada ekspor pertaniannya. Studi empiris menunjukkan bahwa di
negara berkembang, Nmenurun selama seabad lalu tetapi I meningkat besar-besaran akibat kenaikan
tajam volume ekspor. 4. Tidak terkait dengan penurunan neraca perdagangan sekuler atau jangka
panjang, negara berkembang juga menghadapi fluktuasi jangka pendek yang lebih besar pada harga
ekspar dan penerimaannya daripada negara maju akibat kekakuan harga dan ketidakstabilan
permintaan akan penawaran ekspornya. Akan tetapi, kemutlakan tingkat ketidakstabilan ekspor tidak
begitu besar, dan, di kebanyakan kasus, tidak terlihat mengganggu pembangunan. Di masa alu, negara
berkembang meminta perjanjian komoditas internasional untuk menstabilkan dan meningkatkan harga
dan penerimaan ekspornva. Hal ini melibatkan stok penyangga. Nenidali ekspor, atau perjanjian
pembeliarn. Hanya sedikit saja yang beroperasi saat ihi, dan tidak ada yang terlihat efektif. Besarnya
pengeluaran yang diperlukan untuk membentuk dan menjalankan perjanjian komoditas tidak
menunjukkan penggunaan sumber daya yang paling baik. 5. Selama 1950-an, 1960-an, dan 1970-an,
sebagian besar negara berkembang melakukan usaha keras untuk berindustrialisasi melalui kebijakan
substitusi impor. Hasil umumnya adalah industri yang tidak efisien, intensitas modal berlebih dan
kecilnya penyerapan tenaga kerja, pengabaian pertanian, dan bahkan semakin besarnya masalah neraca
pembayaran. Semenjak akhir 1980-an, banyak negara berkembang telah beralih menuju kebijakan
berorientasi ekspor dan lebih memerhatikan pertaniannya. 6. Masalah paling serius yang dihadapi
negara berkembang saat ini adalah (1) kondisi kemiskinan akut yang terjadi di banyak negara, terutama
di Afrika Sub-Sahara, (2) utang luar negeri yang tidak berkesinambungan di berbagai negara berkembang
termiskin, terutama di Afrika Sub- Sahara, dan (3) proteksionisme di negara maju terhadap ekspor
negara berkembang. Negara berkembang harus menangani masalah ini dengan meminta Tatanan
Ekonomi Internasional Baru (NIEO) kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa dan hadan khususnya UNCTAD.
Globalisasi bukanlah penyebab kemiskinan dunia, tetapi globalisasi tidak menguntungkan seluruh
negara. Bank Dunia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa sast ini telah mengajukan delapan poin Tujuan
Pembangunan Milenium untuk menyebarkan manfast globalisasi ke nonglobalizer dan menjadikannya
berfungsi bagi kaum miskin

403 Rangkuman 1 Pada bab ini, kita membahas pengaruh arus internasional dari modal, tenaga kerja,
dan teknologi. Dalam beberapa cara, hal tersebut merupakan pengganti perdagangan komoditas
internasional Investasi portofolio, seperti pembelian saham dan obligasi, merupakan aset keuangan
murni dan berlangsung melalui bank dan dana investasi, Investasi langsung merupakan investasi riil
berupa pabrik, barang-barang modal, tanah, dan persediaan ketika modal dan manajemennya dilibatkan
dan investor tetap mengendalikan penggunaan modal yang diinvestasikan. Investasi langsung
internasional biasanya dilakukan oleh perusahaan multinasional, 2. Saham swasta Amerika Serikat
berupa sekuritas asing jangka panjang (saham dan obligasi) dan saham swasta asing berupa sekuritas
Amerika Serikat jangka panjang meningkat tajam dari 1950 ke 2001. Hal yang sama berlaku bagi
penanaman modal asing. Dari 1950 ke 2001, saham investasi langsung Amerika Serikat di Eropa tumbuh
jauh lebih cepat daripada saham investasi langsung Amerika Serikat di Kanada dan Amerika Latin.
Investasi langsung Amerika Serikat di luar negeri dan investasi asing langsung di Amerika Serikat dalam
bidang manufaktur, keuangan, dan jasa tumbuh jauh lebih cepat daripada di bidang perminyakan.
Sentakan investasi asing langsung di Amerika Serikat selama pertengahan kedua 1990-an tidak
menimbulkan banyak perhatian daripada pertengahan kedua 1980-an, 3. Motif dasar investasi
portofolio internasional adalah maksimalisasi hasil dan diversifikasi risiko. Diversifikasi risiko juga
diperlukan untuk menjelaskan pergerakan modal dua arah. Investasi asing langsung memerlukan
penjelasan tambahan. Di antaranya (1) untuk memanfaatkan beberapa pengetahuan produksi yang
khusus atau keahlian manajerial di luar negeri (integrasi mendatar), (2) untuk menambah kendali akan
sumber bahan baku luar negeri yang dibutuhkan atau pangsa pasar luar negerinya (integrasi teguk), (3)
untuk menghindari tarif impor dan hambatan perdagangan lainnya dan/atau untuk mengambil
keuntungan dari subsidi produksi, (4) untuk memasuki pasar oligopolistik asing, (5) untuk menambah
perusahaan asing untuk menghindari persaingan di masa datang, atau (6) akibat kemampuan khusus
untuk mendapatkan pendanaan. 4. Transfer modal internasional meningkatkan pendapatan nasional di
negara investor dan sasaran, tetapi di negara investor sebagian di antaranya berupa kenaikan modal dan
yang Jain berupa penurunan tenaga kerja, sementara kebalikannya terjadi di negara sasaran atau
penerima. Oleh karena itu, tingkat pengerjaannya cenderung menurun di negara investor dan
meningkat di negara sasaran. Dalam jangka pendek, neraca pembayaran cenderung memburuk di
negara investor dan membaik di negara sasaran. Dalam jangka panjang, pengaruh neraca pembayaran
dari investasi asing di negara sasaran dan investor menjadi kurang jelas. Negara dengan tingkat pajak
perusahaan yang tinggi mendorong investasi ke luar dan kemudian kehilangan penerimaan pajak.
Neraca perdagangan juga dipengaruhi oleh investasi asing. 5. Perusahaan multinasional telah tumbuh
menjadi bentuk organisasi ekonomi internasional swasta yang terkemuka saat ini. Alasan dasar
kemunculannya adalah keunggulan komparatif dari produksi dan distribusi jaringan global. Beberapa
masalah yang ditimbulkan oleh perusahaan multinasional di negara asal adalah ekspor pekerjaan dalam
negeri, pengikisan keunggulan teknologi negara asal, penghindaran pajak dalam negeri melalui transter
harga, dan furunnya kendali pemerintah terhadap perekonominn dalam negeri. Disisi lain, negara
sasaran mengeluhkan hilangnya kedaulatan dan aktívitas penelitian dalam negeri, penghindaran pajak:
teknologi yang tak patut, dan banyaknya keuntungan yang lari ke negara asal. Akibatnya. kebanyakan
negara sasaran mengadopsi kebijakan untuk menurunkan pengaruh berbahaya serta meningkatkan
keuntungan. 6. Migrasi tenaga kerja internasional dapat terjadi karena alasan ekonomi dan bukan
ekonomi. Ketika keputusan bermigrasi adalah ekonomi, keputusan tersebut dapat ditakar dalam bentuk
biaya dan manfaat seperti pada investasi lain pada manusia dan modal fisik. Migrasi internasional
mengurangi total output dan meningkatkan upah riil di negara emigrasi ketika total output-nya naik dan
upah riilnya turun di negara imigrasi. Perubahan tersebut diringi oleh kenaikan bersih output dunia.
Migrasi tenaga yang sangat ahli dan terlatih memberikan manfaat khusus bagi negara imigrasi dan
menjatuhkan beban serius, dalam bentuk biaya tenggelam dan penggantian, di negara emigrasi.
Masalah ini disebut sebagai cuci otak.

Anda mungkin juga menyukai