Anda di halaman 1dari 25

Makalah Fiqih Ibadah dan Muamalah

Tentang Zakat

Disusun Oleh :
Kelompok 4

1. Okta Amelia Pulungan (1911210151)


2. Dhita
3. Yovie taloka (1911210198)

Dosen Pengampu :
Pebrio Lufti, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO
(UINFAS) BENGKULU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah fiqih ibadah dan muamalah yang
berjudul tentang zakat.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari semua
kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah kami
selanjutnya, serta kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
kalangan.

Bengkulu, Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 3


A. Apa pengertian zakat?
B. Bagaimana sejarah zakat?
C. Apa hukum zakat?
D. Dalil Pensyari’atannnya?
E. Apa hukum orang yang meninggalkan zakat?
F. Apa saja syarat wajib zakat?
G. Apa saja jenis-jenis zakat?
H. Apa saja macam-macam zakat?
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 20
A. Kesimpulan ............................................................................................... 20
B. Saran ......................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT. karena atas taufik dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Zakat ini. Shalawat
serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan
Semoga kita termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga
selesainya makalah Zakat ini. Harapan kami semoga makalah Zakat yang telah
tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi
para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya
dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah Zakat ini menjadi lebih baik
lagi.
Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan,
baik dari aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang
dipaparkan. Semua ini murni didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami.
Oleh sebab itu, kami membutuhkan kritik dan saran kepada segenap pembaca
yang bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas di kemudian hari.
B. Rumusan Masalah
Meningkatnya orang-orang kaya muslim tentu saja perlu mendapat apresiasi
dari semua kalangan. Hal tersebut diharapkan mampu menjadi solusi dari
sebagian masyarakat Indonesia yang masih hidup dalam kemiskinan. Betapa
tidak, dari mereka diharapkan terjadi jembatan penghubung antara orang-
orang kaya (agniya) dan orang-orang miskin (kaum du’afa). Tentu saja
dengan posisi mereka sebagai pengusaha muslim akan diperoleh sekian
banyak kontribusi dalam upaya membantu mereka yang masih sangat
membutuhkan. Dana yang terkumpul tersebut, baik berupa zakat mal, infak,
śadaqah, atau wakaf akan sangat berarti dalam upaya membantu kaum fakir
miskin.

1
Demikian itu karena sesungguhnya Islam membenci berputarnya kekayaan
di tangan orang-orang tertentu saja, sementara sebagian besar orang tidak
memilikinya. Islam senang kalau harta itu tidak hanya berkisar pada orang-
orang kaya saja. Sistem ekonomi Islam merupakan suatu sistem yang indah,
yang membawa keseimbangan dan keharmonisan antara kepentingan
individu dan kepentingan kolektif yang membawa misi kebersamaan agar
jurang pemisah antara orang kaya tidak terlalu jauh dengan kaum orang
miskin.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian zakat?
2. Bagaimana sejarah zakat?
3. Apa hukum zakat?
4. Dalil Pensyari’atannnya?
5. Apa hukum orang yang meninggalkan zakat?
6. Apa saja syarat wajib zakat?
7. Apa saja jenis-jenis zakat?
8. Apa saja macam-macam zakat?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan masalah yang akan dibahas
di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Apa pengertian zakat?
2. Untuk mengetahui Bagaimana sejarah zakat?
3. Untuk mengetahui Apa hukum zakat?
4. Untuk mengetahui Dalil Pensyari’atannnya?
5. Untuk mengetahui Apa hukum orang yang meninggalkan zakat?
6. Untuk mengetahui Apa saja syarat wajib zakat?
7. Untuk mengetahui Apa saja jenis-jenis zakat?

2
8. Untuk mengetahui Apa saja macam-macam zakat?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat
Zakat menurut bahasa (lughat) artinya tumbuh, suci, dan berkah. Menurut
istilah, zakat adalah pemberian yang wajib diberikan dari harta tertentu,
menurut sifat-sifat dan ukuran kepada golongan tertentu. Zakat merupakan
salah satu dari lima rukun Islam dan disebutkan secara beriringan dengan kata
salat pada 82 ayat di dalam al-Qur’ān. Allah Swt. telah menetapkan hukum
wajib atas zakat sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’ān, Sunnah Rasul,
dan ijmak ulama. Zakat secara harfiah berarti “apa yang membersihkan”. Zakat
dianggap sebagai cara untuk memurnikan pendapatan dan kekayaan seseorang
dari cara mendapatkan harta duniawi yang terkadang tidak murni. Sama seperti
wudu memurnikan tubuh dan salat memurnikan jiwa, maka zakat memurnikan
harta.
Sebagai salah satu dari Rukun Islam, zakat adalah kewajiban agama bagi
semua Muslim yang memenuhi kriteria kekayaan. Ini adalah sumbangan amal
wajib, sering dianggap sebagai pajak. Pembayaran dan perselisihan tentang
zakat telah memainkan peran utama dalam sejarah Islam, khususnya selama
perang Ridda. Zakat didasarkan pada pendapatan dan nilai semua milik
seseorang. Biasanya 2,5% (atau 1/40) dari total tabungan dan kekayaan seorang
Muslim di atas jumlah minimum yang dikenal sebagai nisab, tetapi para
cendekiawan Islam berbeda pada seberapa banyak nisab dan aspek zakat
lainnya.
Menurut doktrin Islam, jumlah yang terkumpul harus dibayarkan kepada orang
yang kemiskinan dan yang membutuhkan, pengumpul ‫ئ‬akat, orang yang baru
saja masuk Islam, budak yang baru dibebaskan, orang yang memiliki hutang,
dan orang yang sedang berjuang di jalan Allah. Saat ini, di sebagian besar
negara mayoritas Muslim, kontribusi zakat bersifat sukarela, sementara di
Libya, Malaysia, Pakistan, Arab Saudi, Sudan, dan Yaman, zakat diamanatkan
dan dikumpulkan oleh negara.

4
B. Sejarah Zakat
Setiap umat muslim diwajibkan memberikan sedekah dari rezeki yang
dikaruniakan Allah. Kewajiban ini tertulis di dalam Alquran. Pada awalnya,
Alquran hanya memerintahkan untuk memberikan sedekah (pemberian yang
sifatnya bebas, tidak wajib). Namun, pada kemudian hari, umat Islam
diperintahkan untuk membayar zakat. Zakat menurut sebuah hadits ilmu dari
percakapan Anas bin Malik dengan Dhamman bin Tsa’labah ditetapkan
sebelum tahun ke-9 Hijriah/631 Masehi. Dikatakan ia wajib setelah hijrah
Rasulullah ke Madinah. Dalil yang menjelaskan ini ialah hadits tentang zakat
fitrah, riqayat Imam Ahmad dan Hakim, yang menyebut adanya zakat fitrah
sebelum zakat mal, yang konsekuensinya ia ditetapkan setelah adanya perintah
puasa. Zakat menjadi wajib hukumnya sejak tahun 662 M.
Nabi Muhammad melembagakan perintah zakat ini dengan menetapkan zakat
bertingkat bagi mereka yang kaya untuk meringankan beban kehidupan mereka
yang miskin. Sejak saat ini, zakat diterapkan dalam negara-negara Islam. Hal
ini menunjukkan bahwa pada kemudian hari ada pengaturan pemberian zakat,
khususnya mengenai jumlah zakat tersebut. Pada zaman khilafah, zakat
dikumpulkan oleh pegawai negara dan didistribusikan kepada kelompok
tertentu dari masyarakat. Kelompok itu adalah orang miskin, budak yang ingin
membeli kebebasan mereka, orang yang terlilit hutang dan tidak mampu
membayar. Syari’ah mengatur dengan lebih detail mengenai zakat dan
bagaimana zakat itu harus dibayarkan.
C. Hukum Zakat
Sebagaimana telah diketahui sebagian lapisan masyarakat Islam, bahwa
zakat merupakan satu rukun dari rukun Islam yang kelima, satu fardhu dari
fardhu-fardhu agama dan zakat wajib dilaksanakan oleh setiap orang Islam
yang sudah memenuhi syarat-syarat wajibnya.
Hukum zakat adalah wajib ‘aini dalam arti kewajiban yang ditetapkan
untuk diri pribadi dan tidak mungkin dibebankan kepada orang lain, walaupun
dalam pelaksanaannya dapat diwakilkan kepada orang lain.1 Zakat sebagai

1
Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh(Jakarta: Kencana, 2003), 38.

5
salah satu rukun Islam, mempunyai kedudukan yang sangat penting. Hal ini
dapat dilihat dari segi tujuan dan hikmah zakat dalam meningkatkan martabat
hidup manusia dalam masyarakat, perintah zakat selalu beriringan dengan
shalat.
Dasar-dasar atau landasan kewajiban mengeluarkan zakat disebutkan
dalam Al-Qur’an, As-Sunnah dan Ijma’ Ulama sebagai berikut:2
1. Dasar Hukum dari Al-Qur’an
Ayat zakat yang turun selama periode Mekah dan Madinah menurut Yusuf
Qhardawi, yakni sebagai berikut:3
a) QS. al-Muzammil ayat 20:

Artinya: "...tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah


pinjaman yang baik".4

b) QS. al-Bayyinah ayat 5:

Artinya: "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah


Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus".5
Selebihnya ayat tentang zakat diturunkan pada periode Madinah.
Ayat-ayat tentang zakat tersebut terdapat dalam berbagai surat antara
lain:
c) QS. al-Baqarah ayat 43:

2
Saleh Al Fauzan, Fiqih Sehari-hari(Jakarta: Gema Insani, 2006), 24.
3
Yusuf Qhardawi,Hukum Zakat”Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat Berdasarkan
Qur’an dan Hadits,”(Bogor:Pustaka Litera Antar Nusa, 1996), h. 39
4
Kementrian Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia,
2012), h. 848
5
Kementrian Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemah (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), h.
907

6
Artinya: “Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan ruku’lah bersama
orang-orang yang ruku”.6
d) Surat at-Taubah ayat 60:

Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang


Fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat. Para Mu’allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.7
e) Surat al-An’am ayat 141:

Artinya: “Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung


daun dan yang tidak berjunnjung, pohon kurma,tanam-tanaman yang
bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan
warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang
bermacam-macam itu) bila ia berbuah, tunaikanlah haknya di hari
memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan
janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang yang berlebih-lebihan”.8
f) Surat at-Taubah ayat 34-35:

Artinya: ”...dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka,
(bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan
emas perak itu dalam Neraka Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi
mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada

6
Kementrian Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia,
2012), h. 8
7
Kementrian Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia,
2012), h. 273 Kementrian Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka
Indonesia, 2012), h. 197
8

7
mereka: ”Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri,
maka rasakanlah sekarang akibat dari apa yang kamu simpan itu”.9
Perintah zakat yang diturunkan pada periode Mekah, sebagaimana terdapat
dalam kedua ayat tersebut diatas merupakan anjuran untuk berbuat baik kepada
Fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan bantuan. Sedangkan yang
diturunkan pada periode Madinah, perintah tersebut telah menjadi kewajiban
mutlak.

2. Dasar Hukum dari Sunnah Nabi


a) Hadits Riwayat Bukhari:
Dari Abu Hurairah ra, bahwa seorang Arab padalan telah datang kepada
Nabi SAW, ia berkata: “Tunjukkanlah kepada suatu perbuatan, apabila
kukerjakan maka aku masuk surga?”, Nabi menjawab: “Sembahlah
Allah, janganlah sekutukan Dia dengan sesuatu apapun, dirikanlah shalat
yang diwajibkan, tunaikanlah zakat yang diwajibkan, dan berpuasalah
pada bulan Ramadhan.” Kemudian ia berkata: “demi Dzat jiwaku berada
dalam genggaman-Nya saya tidak akan melebihkannya”. (H.R. Al-
Bukhari).10
b) Hadits Riwayat Muslim:
“Dari Ibnu Umar ra, dari Nabi SAW. Beliau bersabda: “Islam itu
ditegaskan atas lima dasar: hendaknya meng-Esakan Allah, mendirikan
shalat, menunaikan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan naik haji”.
(H.R. Muslim dari Ibnu Umar).11

3. Dasar Hukum dari Ijma’ Ulama


Ijma’ Ulama sepakat dari generasi ke generasi hingga sekarang tentang
wajibnya Zakat. Bahkan para sahabat Nabi sepakat untuk memerangi orang-
orang yang enggan membayar zakat. Dengan demikian, seorang Muslim
9
Kementrian Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia,
2012), h. 259
10
Muhamad Nashiruddin Al Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2012), h.
211
11
Muslim, Shahih Muslim, ( Beirut: Dar al – fikri, 2012), h. 26

8
yang mengingkari kefardhuannya berarti dia dianggap murtad, keluar dari
Agama Islam.12 Dari beberapa dasar hukum diatas, maka tidak diragukan
lagi, bahwa zakat adalah kewajiban bagi setiap muslim. Kedudukan zakat
sama dengan kedudukan dalam shalat lima waktu, dalam kekuatan
hukumnya.
D. Dalil Pensyari’atannnya
Zakat Dalam Islam, Kedudukan dan Tujuan Syar’inya
Zakat merupakan salah satu rukun Islam. Zakat diwajibkan atas setiap orang
Islam yang telah memenuhi syarat. Selain melaksanakan perintah Allâh
Subhanahu wa Ta’ala, tujuan pensyariatan zakat ialah untuk membantu umat
Islam yang membutuhkan bantuan dan pertolongan. Oleh karena itu, syariat
Islam memberikan perhatian besar dan memberikan kedudukan tinggi pada
ibadah zakat ini. Kedudukan zakat dalam Islam sudah banyak diketahui oleh
kaum Muslimin secara garis besarnya, namun untuk menegaskan pentingnya
masalah zakat ini perlu dirinci kembali permasalahan ini dalam bentuk yang
lebih jelas dan gamblang.

Kedudukan dan arti penting zakat dapat dilihat dari beberapa hal berikut:
1. Zakat adalah rukun Islam yang ketiga dan salah satu pilar bangunannya yang
agung berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu
anhuma bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:

‫وم‬
ِ ‫ص‬ َّ ‫ َشها َ َد ِة َأ ْن الَ ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوَأ ْن ُم َح َّمدًا َرسُو ُل هللاِ َوِإقا َ ِم ال‬: ‫س‬
َ ‫صالَ ِة َوِإيْتا َ ِء ال َّز َكا ِة َو‬ ٍ ‫بُنِ َي اِإل ْسالَ ُم َعلَى َخ ْم‬
‫ت لِ َم ِن ا ْستَطَا َع ِإلَ ْي ِه َسبِيْأل‬
ِ ‫ضانَ َو َح ِّج البَ ْي‬
َ ‫َر َم‬

Islam dibangun di atas lima perkara: syahadat bahwa tidak ada Rabb yang haq
selain Allâh dan bahwa Muhammad adalah utusan Allâh, menegakkan shalat,
menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan dan haji ke Baitullah bagi siapa yang
mampu [Muttafaqun ‘alaihi]

12
Masduki, fiqh Zakat, (serang: IAIN, 2014 ), h. 16.

9
2. Allâh Azza wa Jalla menyandingkan perintah menunaikan zakat dengan
perintah melaksanakan shalat di dua puluh delapan tempat dalam al-Qur`ân.[1]
Ini menunjukkan betapa urgen dan tinggi kedudukannya dalam Islam.
Kemudian penyebutan kata shalat dalam banyak ayat di al-Qur`ân terkadang
disandingkan dengan iman dan terkadang dengan zakat. Terkadang ketiga-
tiganya disandingkan dengan amal shalih adalah urutan yang logis. Iman yang
merupakan perbuatan hati adalah dasar, sedangkan amal shalih yang
merupakan amal perbuatan anggota tubuh menjadi bukti kebenaran iman. Amal
perbuatan pertama yang dituntut dari seorang mukmin adalah shalat yang
merupakan ibadah badaniyah (ibadah dengan gerakan badan) kemudian zakat
yang merupakan ibadah harta. Oleh karena itu, setelah ajakan kepada iman
didahulukan ajakan shalat dan zakat sebelum rukun-rukun Islam lainnya. Ini
berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallamsaat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’âdz
Radhiyallahu anhu ke Yaman, beliau bersabda kepadanya:

َ‫ب فا َ ْد ُعهُ ْم ِإل َى َشها َ َد ِة َأ ْن الَ ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوَأ َّن ُم َح َّمدًا َرسُو ُل هللاِ فَِإ ْن هُ ْم َأطا َ ُعوك‬
ِ ‫ِإنَّكَ تَأتِي قَوْ ًما ِم ْن َأ ْه ِل ال ِكتَا‬
َ‫ك فََأ ْعلِ ْمهُ ْم َأ َّن هللا‬
َ ِ‫ت فِي ُك ِّل يَوْ ٍم َوليَ ْل ٍة فَِإ ْن هُ ْم َأطا َ ُعوكَ لِذل‬
ٍ ‫صلوا‬ َ ‫س‬ َ ‫ض َعلَ ْي ِه ْم َخ ْم‬َ ‫ك فََأ ْعلِ ْمهُ ْم َأ َّن هللاَ اِ ْفتَ َر‬
َ ِ‫لِذل‬
‫ص َدقَةً تُْؤ خَ ُذ ِم ْن َأ ْغنِياَِئ ِه ْم فَتُ َر ُّد عَل َى فُقَ َراِئ ِه ْم‬ َ ‫اِ ْفتَ َر‬
َ ‫ض َعلَ ْي ِه ْم‬

Sesungguhnya kamu akan datang kepada suatu kaum dari ahli kitab, ajaklah
mereka kepada syahadat bahwa tidak ada Rabb yang haq selain Allâh dan
bahwa aku adalah utusan Allâh, bila mereka mematuhi ajakanmu, maka
katakanlah kepada mereka bahwa Allâh mewajibkan atas mereka shalat lima
waktu dalam sehari semalam, bila mereka mematuhi ajakanmu maka katakan
kepada mereka bahwa Allâh mewajibkan sedekah yang diambil dari orang-
orang kaya dari mereka dan diberikan kepada orang-orang miskin dari mereka
[2]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamhanya menyebutkan shalat dan zakat (dalam
hadits di atas) karena besarnya perhatian terhadap keduanya dan keduanya
didahulukan sbelumnya selainnya dalam berdakwah kepada Islam. Juga dalam

10
rangka mengikuti prinsip at-tadarruj (bertahap fase demi fase) dalam
menjelaskan kewajiban-kewajiban Islam.[3]
Dan masih banyak lagi dalil-dalil dari al-Qur’an maupun al-hadits yang
menunjukkan kedudukan zakat yang tinggi dalam Islam.

E. Hukum Orang yang Meninggalkan Zakat


Zakat merupakan salah satu rukun Islam dan menjadi salah satu unsur pokok
bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu)
atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu.
Zakat termasuk dalam kategori ibadah ma’lum minad diini bid doruroh (bagian
dari agama Islam yang sudah diketahui akan keharusannya/ kewajibannya)
seperti shalat, haji, dan puasa, yang telah diatur secara rinci berdasarkan Al
Quran dan Sunnah Nabi, sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan
kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan ummat
manusia.
Dalam al-Qur’an, kewajiban zakat dikaitkan dengan kewajiban shalat terdapat
pada delapan puluh dua ayat. Diantara dalil syar’I yang menunjukkan wajibnya
membayar zakat adalah firman Allah SWT: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah
zakat dan ruku’lah beserta orang- orang yang ruku’.” (QS. Al-Baqarah: 43).
Demikian pula kewajiban zakat telah ditetapkan oleh ijma’ (kesepakatan) para
ulama Islam sejak dulu. Para ulama membagi mereka yang tidak mau
menunaikan zakatnya ke dalam dua golongan:

Golongan pertama: Orang yang menentang dan mengingkari kewajiban


zakat.
Kita sudah paham bahwa zakat adalah bagian dari rukun Islam. Para ulama
bersepakat bahwa siapa yang menentang dan mengingkari kewajiban zakat,
maka ia telah kafir dan murtad dari Islam. Hal ini dikarenakan ia telah
mendustakan Allah dan rasul-Nya.
Dan berlaku padanya hukum orang murtad, seperti batal akad pernikahannya,
tidak berhak mendapat jatah warisan dan tidak pula mewariskan. Jika ia

11
meninggal dunia dalam keadaan belum bertaubat maka jenazahnya tidak
dimandikan, tidak dishalatkan, dan tidak boleh dikubur di pekuburan kaum
muslimin.
Imam Nawawi berkata, “Barangsiapa mengingkari kewajiban zakat di zaman
ini, ia kafir berdasarkan kesepakatan para ulama.” (Syarah Muslim, 1: 205).
Imam Ibnu Hajar berkata: “Zakat adalah suatu kepastian dalam syari’at Islam,
sehingga tidak perlu lagi kita bersusah payah mendatangkan dalil-dalil untuk
membuktikannya.
Para ulama hanya berselisih pendapat dalam hal perinciannya. Adapun hukum
asalnya telah disepakati bahwa zakat itu wajib, sehingga barang siapa yang
mengingkarinya, ia menjadi kafir.”(Fathul Bari, 3: 262).

Golongan kedua: Orang yang enggan menunaikan zakat karena malas dan
pelit.
Orang yang enggan menunaikan zakat, tapi dia tetap meyakini akan
kewajibannya, maka dia telah melakukan dosa besar dan dia termasuk orang
fasik.
Sobat Zakat yang budiman, Allah SWT memberitakan siksaan yang akan
ditimpakan pada hari kiamat kepada orang yang tidak berzakat. Allah SWT
berfirman: “Dan orang- orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka,
(bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas
perak itu di dalam neraka Jahannam, lalu dibakarnya dahi mereka, lambung
dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu
yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat
dari) apa yang kamu simpan.” (At Taubah: 34-35).
Firman Allah ini dijelaskan oleh Nabi SAW dengan sabda beliau: “Tidaklah
pemilik emas dan pemilik perak yang tidak menunaikan haknya (perak)
darinya (yaitu zakat), kecuali jika telah terjadi hari kiamat (perak) dijadikan
lempengan-lempengan di neraka, kemudian dipanaskan di dalam neraka
Jahannam, lalu dibakarlah dahinya, lambungnya dan punggungnya.

12
Tiap-tiap lempengan itu dingin, dikembalikan (dipanaskan di dalam Jahannam)
untuk (menyiksa)nya. (Itu dilakukan pada hari kiamat), yang satu hari
ukurannya 50 ribu tahun, sehingga diputuskan (hukuman) di antara seluruh
hamba.
Kemudian dia akan melihat (atau: akan diperlihatkan) jalannya, kemungkinan
menuju surga, dan kemungkinan menuju neraka” (HR. Muslim). Demikianlah
akhir perjalanan harta simpanan yang tidak ditunaikan zakatnya. Pemiliknya
menyangka, bahwa hartanya akan mengekalkannya atau bermanfaat baginya.
Namun ternyata akan menjadi sarana untuk menyiksanya. Kemudian penguasa
atau pemerintah kaum muslimin dapat mengambil secara paksa harta zakat
orang yang tidak membayarnya dan separuh hartanya sebagai hukuman
terhadap perbuatannya. Rasulullah SAW bersabda: “Pada onta yang
digembalakan dari setiap 40 ekor, (zakatnya berupa) ibnatu labun.
Tidak boleh onta dipisahkan dari hitungannya. Barangsiapa memberikannya
(zakat) untuk mencari pahala, maka dia mendapatkan pahalanya. Dan
barangsiapa menahannya, maka sesungguhnya kami akan mengambilnya dan
separuh hartanya, sebagai kewajiban dari kewajiban-kewajiban Rabb kami.
Tidak halal bagi keluarga Muhammad sesuatu darinya (zakat)”. [HR. Abu
Dawud, Nasai, dan Ahmad; hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam
Shahih Al Jami’us Shaghir, no. 4265.].
Kalau ia melawan, maka boleh diperangi hingga tunduk kepada perintah Allah
SWT dan mau menunaikan zakatnya. Rasulullah SAW bersabda: “Aku
diperintahkan supaya memerangi manusia hingga mereka bersaksi dengan La
Ilaha Illalah dan Muhammad adalah Rasulullah, melaksanakan shalat dan
menunaikan zakat. Dan jika mereka telah mengerjakannya, maka darah dan
harta mereka terjamin kecuali karena hak Islam. Dan hisab (perhitungan)nya
hanyalah kepada Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

F. Syarat Wajib Zakat


Sejalan dengan ketentuan ajaran Islam yang selalu menetapkan standar
umum pada setiap kewajiban yang dibebankan kepada umatnya, maka dalam

13
penetapan harta menjadi sumber atau objek zakat pun terdapat beberapa
ketentuan yang harus dipenuhi. Apabila harta seseorang muslim tidak
memenuhi salah satu ketentuan, misalnya belum mencapai nishab, maka harta
tersebut belum menjadi sumber atau objek yang wajib dikeluarkan zakatnya.
Meskipun demikian, ajaran Islam telah membuka pintu yang sangat longgar
yang dapat dilakukan oleh setiap muslim dalam setiap situasi dan kondisi.
Syarat wajib zakat sebagai berikut:13
a. Merdeka
b. Islam
c. Baligh-berakal
d. Kepemilikan yang sempurna terhadap harta.
e. Kodisi harta itu dapat berkembang
f. Kondisi harta sampai atau cukup nishab
g. Haul (telah dimiliki satu tahun).
h. Tidak ada utang

G. Macam-Macam Zakat
1. Zakat Fitrah
a. Pengertian Zakat Fitrah
Zakat menurut bahasa berarti membersihkan dan berkembang.
Sedangkan menurut agama Islam, zakat berarti kadar harta yang tertentu
yang diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya dengan
beberapa syarat. Adapun pengertian zakat fitrah adalah zakat yang wajib
dikeluarkan oleh setiap orang muslim pada hari raya idul fitri yang
berupa makanan pokok.
Zakat fitrah secara istilah adalah zakat yang wajib ditunaikan setelah
menyelesaikan ramadhan, sebagai pembersih bagi orang yang puasa dari
segala perbuatan sia-sia dan perkataan keji. Zakat fitrah adalah zakat
yang diwajibkan atas pribadi muslim; anak-anak atau orang dewasa,

13
Wahbah Az- Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, bahasa oleh Abdul Hayyie Al Kattani, (Jakarta:
Gema Insani, 2011), Cet. 1, h.

14
lelaki atau perempuan, kaya atau miskin, dan merdeka atau hamba
sahaya.14
Zakat fitrah adalah sebutan lain bagi zakat fitri. Zakat fitrah dilihat
dari komposisi kalimat yang membentuknya terdiri dari kata “zakat” dan
“fitrah”. Zakat secara umum sebagaimana dirumuskan oleh banyak
ulama bahwa merupakan hak tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT.
terhadap harta kaum muslim menurut ukuran-ukuran tertentu (nishab dan
haul) yang diperuntukkan bagi fakir miskin dan para mustahiq lainnya
sebagai tanda syukur atas nikmat Allah SWT. dan untuk mendekatkan
diri kepada-Nya, serta untuk membersihkan diri dan hartanya. 15 Dengan
kata lain, zakat merupakan kewajiban bagi seorang muslim yang
berlebihan rizki untuk menyisihkan sebagian dari padanya untuk
diberikan kepada saudara-saudara mereka yang sedang kekurangan.
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasannya zakat
fitrah adalah zakat untuk kesucian. Artinya, zakat ini dikeluarkan untuk
mensucikan orang yang berpuasa dari ucapan atau perilaku yang tidak
ada manfaatnya. Sebagaimana dinyatakan dalam suatu hadits. Zakat
fitrah adalah zakat karena sebab ciptaan. Artinya bahwa zakat fitrah
adalah zakat yang diwajibkan kepada setiap orang yang dilahirkan ke
dunia ini. Oleh karenanya zakat ini bisa juga disebut dengan zakat
pribadi. Semua orang dari semua lapisan masyarakat, baik yang kaya
atau yang miskin selama mereka mempunyai kelebihan persediaan
makanan pada malam hari raya idul fitri mereka tetap berkewajiban
mengeluarkan zakat fitrah.

b. Kewajiban Zakat Fitrah dan Syarat Wajib Zakat Fitrah


1) Kewajiban Zakat Fitrah
Dalil Al-Qur’an dan hadist yang menguatkan disyaratkannya zakat
fitrah, yaitu:
14
Antoni, dkk, Al-islam kemuhammadiayaa, (Palembang: Universitas Muhammadiyah Palembang,
2014), h.177.
15
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Jakarta. Litera Antar Nusa, 1997), h. 45.

15
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka”. (QS.Al-Taubah 103:
6)
Adapun hadist Nabi SAW sebagai dasar hukum zakat fitrah yaitu:
a) Diriwayatkan dari Umar bin Nafi' dari ayahnya dari Ibnu Umar ia
berkata: Rasulullah telah mewajibkan zakat fitrah satu sha' dari
kurma atau satu sha' dari sya'iir atas seorang hamba sahaya atau
merdeka, laki-laki atau wanita, anak kecil atau orang dewasa dari
kaum muslimin dan dia memerintahkan agar di tunaikan atau
dikeluarkan sebelum manusia keluar untuk shalat 'id. (H.R. Al-
Bukhary, Abu Daud dan Nasa'i).
b) Diriwayatkan dari Nafi’ berkata: “Ibnu Umar menyerahkan (zakat
fitrah) kepada mereka yang menerimanya (panitia penerima zakat
fitrah/amil) dan mereka (para sahabat) menyerahkan zakat fitrah
sehari atau dua hari sebelum idul fitri”. (H.R.Al-Bukhary).
c) Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: “Rasulullah saw telah
memfardhukan zakat fitrah untuk membersihkan orang yang
shaum dari perbuatan sia-sia dan dari perkataan keji dan untuk
memberi makan orang miskin. Barang siapa yang
mengeluarkannya sebelum salat, maka ia berarti zakat yang di
terima dan barang siapa yang mengeluarkannya sesudah salat 'id,
maka itu berarti shadaqah seperti shadaqah biasa (bukan zakat
fitrah)”. (H.R. Abu Daud, Ibnu Majah dan Daaruquthni).
d) Diriwayatkan dari Hisyam bin urwah dari ayahnya dari Abu
Hurairah ra. dari Nabi saw. bersabda: “Tangan di atas (memberi
dan menolong) lebih baik daripada tangan di bawah (meminta-
minta), mulailah orang yang menjadi tanggunganmu (keluarga) dan
sebaik-baik shadaqah adalah yang di keluarkan dari kelebihan
kekayaan (yang di perlukan oleh keluarga)”. (H.R. Al-Bukhary dan
Ahmad).

16
2) Syarat Wajib Zakat Fitrah
Syarat-syarat wajib zakat fitrah adalah sebagai berikut:
a) Beragama Islam.
b) Lahir dan hidup sebelum terbenam matahari pada hari penghabisan
bulan Ramadhan.
c) Mempunyai kelebihan harta dari keperluan makanan untuk dirinya
sendiri danuntuk yang wajib dinafkahinya, baik manusia atau
hewan, pada malam hari raya dan siang harinya. Orang yang tidak
mempunyai lebihan tidak wajib membayar fitrah.16

c. Penerima Zakat Fitrah


Terdapat delapan golongan yang berhak menerima zakat tetapi untuk
zakat fitrah haruslah diutamakan untuk fakir miskin.
1) Fakir yaitu orang yang tidak mempunyai mata pencaharian tetap dan
tidak ada yang menanggung kebutuhan hidup sehari-harinya.
2) Miskin yaitu orang yang mempunyai mata pencaharian tetapi
penghasilannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
3) Amil yaitu orang yang mengurusi zakat, mulai dari pengumpulan
sampai dengan pembagian kepada yang berhak.
4) Hamba Sahaya yaitu orang yang menjadi budak dan dapat
diperjualbelikan.
5) Fi Sabilillah yaitu orang yang memperjuangkan agama Islam.
6) Muallaf yaitu orang yang baru masuk Islam dan imannya belum
teguh. Orang Islam yang berpengaruh dalam kaumnya. Orang Islam
yang berpengaruh terhadap kafir. Orang yang menolak atau
menangani kejahatan orang yang anti zakat.
7) Orang yang berhutang yaitu orang yang berhutang karena
mendamaikan dua orang yang berselisih. Orang yang berhutang untuk

16
Tim KKG PAI Kota Surabaya, Pendidikan Agama Islam SD, (Surabaya : CV Citra Cemara, 2006), h.
58.

17
kepentingan dirinya yang dibolehkan. Orang yang berhutang karena
menjamin utang orang lain, sedangkan dia dan orang yang dijamin
tidak mampu membayar.
8) Ibnu Sabil atau musafir yaitu orang yang sedang dalam perjalanan
yang bukan maksiat.
Di kalangan ulama terdapat perbedaan pendapat tentang
pendistribusian zakat, apakah harus dibagikan kepada delapan golongan
tersebut atau pada salah satu golongan saja. Namun, lebih jauh, Ibn
Taimiyah berpendapat bahwa alokasi dana zakat tidak harus dibagikan
pada delapan golongan mustahik secara menyeluruh, tetapi
pendistribusiannya diutamakan pada golongan yang sangat
membutuhkan, sebagaimana urutan dalam al-Qur'an yang telah
menunjukkan urutan prioritas. Berdasarkan penjelasan ayat di atas, dapat
dipahami bahwa dari delapan golongan mustahik zakat yang disebutkan,
urutan mustahik yang disebutkan lebih dulu merupakan golongan yang
sangat membutuhkan bantuan zakat, dibandingkan dengan golongan
yang disebut kemudian.
d. Waktu membayar zakat fitrah
Adapun waktu pembayarannya adalah ketika masih dibulan
ramadhan karena zakat fitrah adalah ibadah yang tidak bisa dilepaskan
dengan rangkaian ibadah di bulan Ramadhan, sebab kewajiban berzakat
fitrah hanya boleh dilakukan pada bulan Ramadhan. Dengan kata lain
apabila zakat fitrah dilakukan di luar bulan Ramadhan, bisa dipastikan
bahwa status zakat fitrah yang dibayarkan menjadi tidak sah (dianggap
sedekah biasa).
Sebagaimana hadis Nabi SAW: “Dari Ibnu Abbas dia berkata telah
diwajibkan oleh Rasulullah zakat fitrah sebagai pembersih bagi orang
yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan perkataan keji serta memberi
makanan bagi orang-orang miskin. Barang siapa yang menunaikan
sebelum sholat hari raya, maka zakat itu diterima dan barang siapa yang

18
membayarnya sesudah sholat, maka zakat itu sebagai shadaqah biasa”
(HR. Abu Daud dan Ibnu Majjah).
Waktu membayar zakat fitrah yaitu sebagai berikut: Menurut Imam
Syafa’i boleh mengeluarkan zakat sejak permulaan bulan Ramadhan.
Sedangkan menurut Imam Malik dan Ahmad, boleh mengeluakan zakat
fitrah sejak sehari atau dua hari sebelum hari raya idul fitri.
Ibn Umar r.a, bahwa beliau membayar zakat fitrah kepada panitia
penerima zakat fitrah, mereka (para sahabat) menyerahkan zakat fitrah
sehari atau dua hari sebelum hari raya.(HR. Bukhari secara muallaq,
keterangan hadis no. 1511).
Waktu wajib membayar zakat fitrah adalah ketika terbenam matahari
pada malam Idul Fitri. Adapun beberapa waktu dan hukum membayar
zakat fitrah pada waktu itu adalah:
1) Waktu mubah, yaitu awal bulan Ramadhan sampai hari penghabisan
Ramadhan.
2) Waktu wajib, yaitu mulai terbenamnya matahari di akhir bulan
Ramadhan.
3) Waktu sunah, yaitu sesudah sholat subuh sebelum sholat Idul Fitri.
Apabila terlambat membayar zakat sesudah sampai tahunnya dan
harta itu sudah di tangannya, yang menerima zakat pun sudah ada. Maka
jika benda itu hilang, ia wajib mengganti zakatnya itu karena
kelalaiannya.

2. Zakat Mal
Zakat yang dikeluarkan seorang muslim yang mencakup hasil perniagaan,
pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas, dan
perak. Masing-masing jenis memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.
Macam-macam zakat mal dibedakan atas objek zakatnya antara lain:
 Hewan ternak. Meliputi semua jenis & ukuran ternak (misal: sapi,
kerbau, kambing, domba, dan ayam).

19
 Hasil pertanian. Hasil pertanian yang dimaksud adalah hasil tumbuh-
tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian, umbi-
umbian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias, rumput-rumputan,
dedaunan, dll.
 Emas dan perak. Meliputi harta yang terbuat dari emas dan perak dalam
bentuk apapun.
 Harta perniagaan. Harta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan
untuk diperjualbelikan dalam berbagai jenisnya, baik berupa barang
seperti alat-alat, pakaian, makanan, perhiasan, dll. Perniagaan di sini
termasuk yang diusahakan secara perorangan maupun
kelompok/korporasi.
 Hasil tambang (makdin). Meliputi hasil dari proses penambangan benda-
benda yang terdapat dalam perut bumi/laut dan memiliki nilai ekonomis
seperti minyak, logam, batu bara, mutiara, dan lain-lain.
 Barang temuan (rikaz). Yakni harta yang ditemukan dan tidak diketahui
pemiliknya (harta karun).
 Zakat profesi, yakni zakat yang dikeluarkan dari penghasilan profesi
(hasil profesi) bila telah mencapai nisab. Profesi dimaksud mencakup
profesi pegawai negeri atau swasta, konsultan, dokter, notaris, akuntan,
artis, dan wiraswasta.

20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Sebuah ungkapan yang
menjelaskan tentang pentingnya berbagi. Islam menghendaki orang-orang
yang memiliki kelebihan harta (kaya) untuk menyisihkan sebagian hartanya
bagi mereka yang membutuhkan (miskin). Dalam ilmu fikih,
membelanjakan atau memberikan sebagian harta yang dimiliki dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Cara-cara yang biasa dilakukan oleh kaum
muslimin di antaranya zakat, infak, śadaqah, dan wakaf. Masing-masing
cara tersebut memiliki ketentuan masing-masing.
Zakat adalah pengeluaran harta yang dimiliki seseorang ketika sudah
mencapai niśab (kadarnya) dan haul (waktunya). Besarnya harta yang
dikeluarkan disesuaikan dengan harta zakatnya. Śadaqah dan infak
merupakan cara mengeluarkan harta yang dimiliki seseorang dengan tidak
ditentukan kadar dan waktunya. Adapun wakaf ialah memberikan harta
berupa benda yang dapat dimanfaatkan oleh orang banyak, baik harta tetap
maupun bergerak.
B. Saran
Dengan demikian diharapkan mahasiswa/i khususnya dan masyarakat pada
umumnya menjadi paham tentang mahar. Demikianlah makalah ini kami buat,
semoga apa yang disajikan memberikan ilmu dan informasi yang bermanfaat.
Selanjutnya untuk kesempurnaan makalah ini, kami mohon saran dan kritik
guna memperbaiki kesalahan dikemudian hari.

21
DAFTAR PUSTAKA

Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh(Jakarta: Kencana, 2003),.


Saleh Al Fauzan, Fiqih Sehari-hari(Jakarta: Gema Insani, 2006),
Yusuf Qhardawi,Hukum Zakat”Studi Komparatif Mengenai Status dan
Filsafat Zakat Berdasarkan Qur’an dan Hadits,”(Bogor:Pustaka Litera
Antar Nusa, 1996),
Kementrian Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya (Jakarta: PT. Sinergi
Pustaka Indonesia, 2012),
Muhamad Nashiruddin Al Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, (Jakarta:
Pustaka Azzam, 2012),
Muslim, Shahih Muslim, ( Beirut: Dar al – fikri, 2012),
Masduki, fiqh Zakat, (serang: IAIN, 2014 ),
Wahbah Az- Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, bahasa oleh Abdul
Hayyie Al Kattani, (Jakarta: Gema Insani, 2011),
Antoni, dkk, Al-islam kemuhammadiayaa, (Palembang: Universitas
Muhammadiyah Palembang, 2014),
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Jakarta. Litera Antar Nusa, 1997),

22

Anda mungkin juga menyukai