Anda di halaman 1dari 4

Ce site utilise des cookies provenant de Google

KUMPULAN MAKALAH
pour fournir ses services et analyser le trafic.
Votre adresse IP et votre user-agent, ainsi que
des statistiques relatives aux performances et à
la sécurité,
Selasa, sont
transmis à Google afin d'assurer
06 Juni 2017

MAKALAH ISU-ISU PENDIDIKAN


un service de qualité, de générer des statistiques
d'utilisation, et de détecter et de résoudre les
problèmes d'abus.
EN SAVOIR PLUS OK
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Pendidikan dihadapkan kepada tantangan
peningkatan layanan dan mutu pendidikan,
tantangan ini memunculkan masalah isu-isu aktual
dalam masyarakat, antara lain pro dan kontra
masalah penyelenggaraan sekolah unggul,
rendahnya mutu dilihat dari perolehan nilai hasil
ujian nasional yang dulu kerap dikenal dengan istilah
NEM, angka partisipasi pendidikan, tingginya angka
putus sekolah, terbatasnya dana pendidikan di
daerah terpencil dan masalah lainnya.
Tuntutan akan peningkatan layanan dan mutu
pendidikan adalah merupakan salah satu dampak
keberhasilan pembangunan dalam perubahan
sosial, antara lain meningkatkan apresiasi
masyarakat terhadap pendidikan. Cepatnya tuntutan
ini tidak seimbang dengan daya dukung berbagai
fasilitas dan upaya kerap melahirkan isu-isu aktual
seperti tersebut di atas. Diantisipasi bahwa tuntutan
ini cenderung semakin menguat selaras dengan
pencapaian dari keberhasilan pembangunan itu
sendiri. Isu-isu aktual pendidikan memerlukan
perhatian dari berbagai pihak, sesuai dengan lingkup
tanggung jawab pendidikan.

B. Rumusan Masalah
Jelaskan mengenai:
Masalah Keutuhan Pencapaian Sasaran
Masalah Peranan Guru
Ujian Nasional
Kekerasan di Sekola
Dana Pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN
Masalah Keutuhan Pencapaian Sasaran
Di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II
Pasal 4 telah dinyatakan bahwa tujuan pendidikan
nasional ialah mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya. Kemudian dipertegas lagi secara rinci di
dalam GBHN butir 2a dan b, tentang arah dan tujuan
pendidikan bahwa yang dimaksud dengan manusia
utuh itu adalah manusia yang sehat jasmani dan
rohani, manusia yang memiliki hubungan secara
vertical (dengan Tuhan) dan Horizontal (dengan
lingkungan dan masyarakat), dan konsentris
(dengan diri sendiri), yang berimbang antara duniawi
dan ukhrawi.
Konsepnya sudah cukup baik. Tetapi di dalam
pelaksanaannya pendidikan afektif belum ditangani
semestinya. Kecenderungan mengarah kepada
pengutamaan pengembangan aspek kognitif.
Pendidikan agama dan Pendidikan Moral Pancasila
misalnya yang semestinya mengutamakan
penanaman nilai-nilai bergeser kepada pengetahuan
agama dan Pancasila. Keberhasilan pendidikan
dinilai dari kemampuan kognitif atau penguasaan
pengetahuan. Pengembangan daya pikir
dinomorsatukan, sedangkan pengembangan
perasaan dan pengamalan terabaikan. Padahal
untuk pengembangan perasaan dan hati agar
memahami nilai-nilai tidak cukup hanya berkenalan
dengan nilai-nilai melainkan harus mengalaminya.
Dengan mengalami peserta didik dibuka
kemungkinannya untuk menghayati hal-hal seperti
kepercayaan diri, kemandirian, keyakinan dan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
penghargaan terhadap waktu dan kerja, kegairahan
belajar, kedisiplinan, kesetiakawanan sosial, dan
semangat kebangsaan.
. Masalah Peranan Guru
Dahulu pada sekolah sudah dapat beroperasi
jika ada murid, guru, dan ruangan tempat belajar
dengan beberapa sarana seperlunya, guru
merupakan satu-satunya sumber belajar, ia menjadi
pusat tempat bertanya. Tugas guru memberikan ilmu
pengetahuan kepadamurid. Cara demikian
dipandang sudah memadai karena ilmu
pengetahuan guru belum berkembang, cakupannya
masih terbatas.
Dengan singkat dikatakan tugas guru adalah
“membelajarkan pelajar”. Guru mendudukkan dirinya
hanya sebagai bagian dari sumber belajar. Beraneka
ragam sumber belajar yang hanya justru dapat
ditemukan di luar diri guru seperti perpustakaan,
taman bacaan, museum, orang-orang pintar, kebun
binatang, toko buku dll. Sebagaimana Comenius
pernah mengingatkan bahwa alam ini adalah buku
besar yang sangat lengkap isinya.
Dari sisi kebutuhan murid, guru tidak mungkin
seorang diri melayaninya. Untuk memandu proses
pembelajaran murid ia dibantu oleh sejumlah
petugas lainnya seperti konselor (guru BP),
pustakawan, laboran, dan teknik sumber belajar.
Dengan hadirnya petugas lain tersebut guru kini
memiliki cukup waktu untuk mengajarkan hal-hal
yang semestinya ia lakukan, tetapi selama itu
tertelantarkan lantaran ketiadaan waktu karena
terpaksa menanggulangi kegiatan-kegiatan yang
semestinya dilakukan oleh tenaga-tenaga lainnya.
Melakukan kontak dan pendekatan
manusiawi yang lebih intensif dengan murid-
muridnya. Pelayanan kelompok dan individual dalam
bentuk memperhatikan kebutuhan, mendorong
semangat untuk maju berkreativitas, dan bekerja
Ce site
sama, utilise des cookies
menumbuhkan rasa provenant de Google
percaya diri, harga diri,
pour fournir ses services et analyser le trafic.
dan tanggung jawab, menghargai waktu, dan
Votre adresse IP et votre user-agent, ainsi que
kedisiplinan, menghargai orang lain, dan
des statistiques relatives aux performances et à
menemukan jati diri.
la sécurité, sont Inilah à
transmis sisi pendidikan
Google dari tugas
afin d'assurer
seorang guru yang telah lama terabaikan.
un service de qualité, de générer des statistiques Dari sini
d'utilisation, etiade détecter
pembelajaran diharapkan et demampu
résoudremengelola
les
problèmespembelajaran
proses d'abus. (sebagai manajer),
menunjukkan EN tujuan
SAVOIRpembelajaran
PLUS OK (director),
mengorganisasikan kegiatan pembelajaran
(coordinator), mengkomunikasikan murid dengan
berbagai sumber belajar (komunikator),
menyediakan dan memberikan kemudahan belajar
(fasilitator), dan memberikan dorongan belajar
(stimulator).
. Ujian Nasional
Ujian Nasional merupakan salah satu jenis
penilaian yang diselenggarakan pemerintah guna
mengukur keberhasilan belajar siswa. Dalam
beberapa tahun ini, kehadirannya menjadi
perdebatan dan kontroversi di masyarakat. Di satu
pihak ada yang setuju, karena dianggap dapat
meningkatkan mutu pendidikan. Dengan adanya
ujian nasional, sekolah dan guru akan dipacu untuk
dapat memberikan pelayanan sebaik-baiknya agar
para siswa dapat mengikuti ujian dan memperoleh
hasil ujian yang sebaik-baiknya. Demikian juga
siswa didorong untuk belajar secara sungguh-
sungguh agar dia bisa lulus dengan hasil yang
sebaik-baiknya.Sementara, di pihak lain juga tidak
sedikit yang merasa tidak setuju karena
menganggap bahwa Ujian Nasional sebagai sesuatu
yang sangat kontradiktif dan kontraproduktif dengan
semangat reformasi pembelajaran yang sedang kita
kembangkan. Sebagaimana dimaklumi, bahwa saat
ini ada kecenderungan untuk menggeser paradigma
model pembelajaran kita dari pembelajaran yang
lebih berorientasi pada pencapaian kemampuan
kognitif ke arah pembelajaran yang lebih berorientasi
pada pencapaian kemampuan afektif dan
psikomotor, melalui strategi dan pendekatan
pembelajaran yang jauh lebih menyenangkan dan
kontekstual, dengan berangkat dari teori belajar
konstruktivisme.
Kita maklumi pula bahwa Ujian Nasional yang
dikembangkan saat ini dilaksanakan melalui tes
tertulis. Soal-soal yang dikembangkan cenderung
mengukur kemampuan aspek kognitif. Hal ini akan
berdampak terhadap proses pembelajaran yang
dikembangkan di sekolah. Sangat mungkin, para
guru akan terjebak lagi pada model-model
pembelajaran gaya lama yang lebih menekankan
usaha untuk pencapaian kemampuan kognitif siswa,
melalui gaya pembelajaran tekstual dan
behavioristik.
Selain itu, Ujian Nasional sering dimanfaatkan
untuk kepentingan diluar pendidikan, seperti
kepentingan politik dari para pemegang kebijakan
pendidikan atau kepentingan ekonomi bagi segelintir
orang. Oleh karena itu, tidak heran dalam
pelaksanaannya banyak ditemukan kejanggalan-
kejanggalan, seperti kasus kebocoran soal, nyontek
yang sistemik dan disengaja, merekayasa hasil
pekerjaan siswa dan bentuk-bentuk kecurangan
lainnya.
Terlepas dari kontroversi yang ada bahwa
sampai saat ini belum ada pola baku sistem ujian
akhir untuk siswa. Perubahan sering terjadi seiring
dengan pergantian pejabat. Hampir setiap pejabat
ganti, kebijakan sistem juga ikut berganti rupa.
Pelaksanaan UN mendapat berbagai
kecaman dari berbagai pihak, terutama dari
komunitas pendidikan di Tanah Air. Apa UN relevan
menjadi senjata peningkat mutu dan membentuk
standarisasi pendidikan nasional? Kalangan
pendidikan pun malah menganggap bahwa UN
justru tidak sesuai dengan UU No 20/2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan
berbagai program pemerintah lainnya. Kalangan
aktivis pendidikan dari Koalisi Pendidikan pun
berpendapat serupa. "Penambahan mata pelajaran
yang di-UN-kan semakin mencerminkan betapa
pemerintah semakin besar kuasanya dalam
menentukan kelulusan," ujarnya. Dia berpandangan,
terjadi kekeliruan berpikir. Pemerintah berkeinginan
keras untuk menerapkan UN dengan harapan dapat
mengangkat kualitas pendidikan di Tanah Air.
Peningkatan kualitas dianggap cukup lewat tes.
Padahal, kualitas hanya dapat diperoleh lewat
proses. Pemerintah justru harus melihat faktor-faktor
penentu berjalannya proses dan sejauh mana itu
sudah terpenuhi di sekolah.
Penerapan standard tunggal evaluasi hasil
belajar dalam bentuk ujian nasional saat ini
tampaknya masih sulit diterapkan di Indonesia.
Sulitnya penerapan standar tunggal hasil belajar itu
berkaitan erat dengan masih tingginya tingkat
disparitas kualitas antarsekolah di Indonesia.
”Mengacu pada PP No 28/1990 tentang Pendidikan
Dasar, penilaian pendidikan tidak hanya dilakukan
dengan mengevaluasi hasil belajar, tetapi juga
mencakup proses belajar-mengajar dan upaya
pencapaian tujuan yang dilakukan. Kalau sekarang
proses belajar-mengajarnya saja masih sangat
berbeda satu sama lain kualitasnya, hasilnya tentu
juga akan sangat berbeda. Arena pendidikan dari
wilayah yang berbeda (desa-kota, misalnya) pun
menyebabkan perbedaan kualitas pendidikan.

. Kekerasan di Sekolah
Kekerasan di dunia pendidikan kembali
terjadi. Beberapa kali kasus selalu terjadi, baik
sekolah kota maupun disekolah yang ada di desa.
Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas
PA) Arist Merdeka Sirait mengatakan kekerasan
terhadap anak di lingkungan sekolah kembali terjadi
karena belum ada tindakan tegas dari pemerintah
terhadap pelaku kekerasan di sekolah. "Guru yang
melakukan kekerasan, setahu saya belum ada yang
sampai dipecat karena Menteri menganggap ini hal
biasa untuk mendisiplinkan anak. Padahal itu salah,"
katanya saat berbincang dengan okezone, Rabu
Ce site utiliseDampaknya,
(28/9/2011). des cookies provenant
psikologis deanak
Google
akan
pour fournir ses services et analyser le trafic.
menjadi tertekan. "Itu salah satu proses radikalisme
Votre adresse IP et votre user-agent, ainsi que
terjadi. Kalau sekolah sudah mengajarkan
des statistiques relatives aux performances et à
kekerasan
la sécurité,itu
sontbagian dari
transmis menumbuhkan
à Google sikap
afin d'assurer
radikal," ujarnya.
un service de qualité, de générer des statistiques
d'utilisation,
Padahal et de détecter et deperlindungan
Undang-Udang résoudre les anak
problèmes
tahun 2002 d'abus.
pasal 59 jelas menyebutkan sekolah
wajib menjadi EN zona anti PLUS
SAVOIR kekerasan.
OK Guru yang
melakukan kekerasan terhadap anak tidak
memenuhi syarat psikologis untuk menjadi tenaga
pengajar.

E. Dana Pendidikan
Muhammad Nuh sebagai menteri pendidikan
nasional mengajukan tambahan dana untuk
anggaran pendidikan sebesar Rp 11,762 triliun
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Perubahan (APBN-P) 2011. Rencananya tambahan
dana ini diajukan untuk menambah anggaran
beasiswa dan juga pendidikan di daerah timur
Indonesia. Di satu sisi, hal ini patut diapresiasi
mengingat dana pendidikan di Indonesia akan
ditambah. Tentu saja, jika penyamapaiannya tepat,
dana ini akan sangat membantu mereka yang tidak
memiliki akses terhadap pendidikan. Namun di sisi
lain, hal ini akan menimbulkan pertanyaan lebih
jauh: akankah dana pendidikan ini tepat sasaran
seperti yang diharapkan?. Bahwa dengan anggaran
pendidikan sekarang yang dipatok sebesar 20% dari
APBN, masih saja terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan. Padahal, pemerintah mematok adanya
program wajib belajar sembilan tahun. Dan kejadian-
kejadian di atas terjadi pada daerah pendidikan
dasar tersebut. Oleh karena itu, wajar jika
masyarakat akan menilai tambahan dana yang
sekalipun akan dikucurkan tersebut tidak akan
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat kecil
terkait akses pendidikan. Realitas yang ada
sekarang ini menyatakan hal sebaliknya. Malahan,
yang akan timbul adalah ketakutan akan
penyelewengan dana tersebut.
Menambahkan dana pendidikan itu memang
perlu namun, untuk apa penambahan tersebut
dilakukan jika harus mengalami kebocoran dimana-
mana? Analoginya seperti menambahkan debit air
bersih. Jika debit ditambahkan namun kebocoran
pada pipa tetap terjadi, akhirnya penambahan itu
akan sia-sia juga sebab yang membuat debit itu
berkurang sampai di pelanggan bukan hanya
masalah besar atau kecilnya debit awal melainkan
kebocorannya. Oleh karena itu, yang seharusnya
dilakukan sebelum penambahan dana adalah
dengan menanggulangi kebocoran itu terlebih
dahulu. Dana bantuan operasional sekolah (BOS)
yang dialirkan ke daerah-daerah sudah sepatutnya
diawasi pemakaiannya oleh pemerintah daerah.
Jangan sampai dana tersebut sampai pada tangan-
tangan yang tidak berhak mendapatkannya. Jika
dana BOS ini sudah terealisasi dengan baik, maka
seharusnya masalah uang kursi dan seragam
sekolah tidak lagi harus dipermasalahkan.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II
Pasal 4 telah dinyatakan bahwa tujuan pendidikan
nasional ialah mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya. Kemudian dipertegas lagi secara rinci di
dalam GBHN butir 2a dan b. Konsepnya sudah
cukup baik. Tetapi di dalam pelaksanaannya
pendidikan afektif belum ditangani semestinya.
Kecenderungan mengarah kepada pengutamaan
pengembangan aspek kognitif.
Berdasarkan data yang diperoleh dari
Kemendiknas tahun 2009 mengenai kondisi sekolah
di Indonesia, masih banyak keprihatinan yang harus
diperhatikan oleh segenap bangsa dan tanah air.
Masalah kekerasan yang melanda dunia
pendidikan juga menjadi isu hangat yang sering
diperbincangkan. Padahal Undang-Udang
perlindungan anak tahun 2002 pasal 59 jelas
menyebutkan sekolah wajib menjadi zona anti
kekerasan.
Saran
Demikianlah yang dapat kami uraikan tentang
isu-isu aktual yang terjadi di dunia pendidikan, kami
menyarankan kepada teman-teman yang ingin
mengetahui lebih dalam lagi tentang hal tersebut di
atas untuk mencari referensi melalui berbagai media
yang tersedia.

Daftar Pustaka

Anonim. 2011. Problem Aktual Pendidikan.


dari http://sancanation.blogspot.com pada tanggal
25 September 2014 pukul 12:16 Wib.
Deswantoro. 2010. Masalah Layanan Dan
Ce site utilise des cookies
Mutu provenant de Googledari
Pendidikan.
pour fournir ses services et analyser le trafic.
http://deslih101010.blogspot.com pada tanggal 25
Votre adresse IP et votre user-agent, ainsi que
September 2014 pukul 12:18 Wib.
des statistiques relatives aux performances et à
Lutfi, Ahmad.
la sécurité, 2012.àIsu-Isu
sont transmis GooglePendidikan, dari
afin d'assurer
http://lutfiyolutfi.blogspot.com
un service de qualité, de générer pada tanggal 25
des statistiques
d'utilisation,
September et de
2014 détecter
pukul 12:21etWib.
de résoudre les
problèmes d'abus.

di Juni 06, 2017EN SAVOIR PLUS OK

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

‹ Beranda ›
Lihat versi web

About Me

Muhammad Faiz
Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai