Anda di halaman 1dari 15

Faktor Pendukung Keunggulan Sekolah: Memonitor Kemajuan

Belajar Siswa
Posted on December 12, 2012 by admin in PENGELOLAAN, TOPIK
UTAMA with 1 Comment

Sekolah unggul biasanya memperlihatkan kecerdasannya dalam


memfasilitasi siswa menampilkan perkembangan belajarnya dengan jelas.
Perkembangan terlihat pada sejumlah produk kreatif siswa seperti yang
terpampang pada majalah dinding. Kedisiplinan dapat dilihat dari
kerapihan berpakaian bahkan pada saat warga sekolah membentuk
barisan yang rapih dalam upacara bendera. Kepemimpinan dapat dilihat
dari aktivitas berorganisasi.
Pada sekolah unggul terdapat sinergi antar kelompok untuk mempercepat
pengembangan pembiasaan positif dalam mengembangkan kesiapan
berkompetisi. Hubungan kerja sama kepala sekolah, guru, orang tua
siswa, bahkan siswa menjadi modal dasar dalam pengembangan prestasi
siswa.
Produk professional pembelajaran juga tampak di ruang kelas. Data dalam
bentuk grafik ketecapaian target akademik terpampang di ruang kelas.
Informasinya meluber ke jejaring teknologi. Administrasi guru yang
merekam perkembangan hasil belajar siswa terhimpun di buku nilai yang
berasal dari produk belajar yang variatif. Pengukuran ketercapaian
standar, nilai proses belajar, hasil kerja kelompok, karya terbaik,
pekerjaan rumah, dan produk kinerja belajar dalam bentuk hasil tes, dan
portofolio melengkapi data kemajuanbelajar siswa.
Jadi, sekolah efektif memonitor dan menilai kemajuan belajar siswa
dengan menggunakan cara yang variatif. Membandingkan perolehan nilai
terhadap standar nasional menggambarkan posisi pencapaian belajar
siswa dalam konteks yang luas. Begitu juga penggunaan penilaian otentik
yang dipadukan dengan tesobjektif dan portofolio menggambarkan pasisi
kompeten sisiswa dalam pengusaan materi palajaran.
Guru berperan besar dalam mengembangkan alat penilaian untuk
mengetahui
pekembangan
belajar,
permasalahan
belajar,
dan
ketercapaian target pembelajaran. Oleh karena itu karakter guru pada
sekolah unggul adalah menjadi insan pembelajar.
Hal lain yang menarik adalah pengelolaan pekerjaan rumah berpengaruh
signifikan terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Seberapa banyak, jenis
pekerjaan, dan pengaturan waktu, dan pengaturan materi agar menjadi
tantang berprestasi namun tetap sesuai dengan potensi siswa menjadi
bagian penting yang perlu sekolah perhatikan. Pekerjaan rumah yang
terkelola baik memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan
kompetensi siswa.
Refleksi

Berdasarkan informasi yang terhimpun dari sekolah unggul yang efektif


memantau perkembangan belajar siswa maka dapat dinyatakan di sini
bahwa sebagian sekolah yang belum dapat mengembangkan keunggulan
belum optimal dalam hal berikut:
1. Memberikan peluang menunjukan kompetensi melalui media yang
vatiatif di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah.
2. Mengembangkan sekolah dan lingkungan sekolah sebagai ruang
belajar siswa.
3. Meningkatkan
supervisi
dalam
meningkatkan
efektivitas
pembelajaran dalam kelas.
4. Memantau perkembangan belajar siswa melalui penilaian otentik,
portofolio, pengelolaan informasi, proyek, kompetisi, organisasi
kesiswaan, kerja sama lintas sekolah yang didukung dengan
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
5. Menggunakan data perkembangan hasil belajar siswa sebagai dasar
untuk memecahkan masalah siswa belajar dan guru mengajar.
6. Mengoptimalkan fungsi pekerjaan rumah sebagai strategi
meningkatkan hasil belajar siswa.
Kesimpulan:
Faktor utama pendukung pengembangan keunggulan adalah memantau
perkembangan hasil belajar siswa secara berkala. Karena hasil
pemantauan perkembangan belajar siswa menjadi input penting untuk
perbaikan pembelajaran, peningkatan kompetensi guru, bahkan sistem
pengelolaan sekolah.

MEMBANGUN SEKOLAH BERMUTU


1. Latar belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan
pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting
artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit untuk berkembang dan bahkan
akan sangat terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan
untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, disamping
memiliki budi perkerti yang luhur dan moral baik.
Salah satu isu penting dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia saat ini
adalah peningkatan mutu pendidikan, namun yang terjadi justru kemrosotan
pendidikan dasar, menengah, maupun tingkat pendidikan tinggi. Hal ini berlangsung
akibat penyelenggaraan pendidikan yang lebih menitikberatkan pada aspek kuantitas
dan kurang dibarengi dengan aspek kualitasnya. Peningkatan kualitas pendidikan
ditentukan oleh peningkatan proses belajar mengajar. Dengan adanya peningkatan
proses belajar mengajar dapat meningkat pula kualitas lulusannya. Peningkatan
kualitas proses pembelajaran ini sangat tergantung pada pengelolaan sekolah dan
pengajaran/pendekatan yang diterapkan guru.
Hidup di zaman modern seperti sekarang ini segala sesuatu dapat kita dapatkan
denagn mudah, praktis dan cepat. Kemajuan teknologi telah memanjakan kita.
Contohnya kita ingin berbincang dengan rekan atau saudara yang bermukim di
belahan dunia lain, tinggal angkat telepon atau buka internet. Ingin transaksi
(transfer uang), bayar listrik, kartu kredit, beli pulsa tidak perlu susah-susah ke
bank atau ATM. Semua bisa dilakukan lewat handphone. Hidup yang baik dan
sukses adalah hidup yang sesuai dengan proses alam. Sampai level tertentu
teknologi bisa dipakai untuk mempercepat hal-hal yang bisa dipercepat sesuai
hukum alam. Kemajuan teknologi dan tuntutan zaman memungkinkan kita
mendapatkan sesuatu serba cepat. Tetapi tidak asal cepat. Kualitas harus tetap
terjaga. Padi 100 hari baru panen itu bagus. Tapi ingat, itu ada yang bisa
dipercepat. Mestinya hasilnya harus lebih baik. Jadi, cepat, baik dan bermutu harus
berlangsung bersama.

Sayangnya yang terjadi justru sebaliknya. Mendapatkan sesuatu dengan mudah


membuat orang enggan bersusah payah. Tidak mau melewati proses. Bermutu atau
tidak, itu urusan nanti. Parahnya virus itu sudah menyebar ke berbagai aspek
kehidupan. Ingin sukses dengan cara instant. Jadilah, banyak orang korupsi,
memiliki gelar palsu, membeli skripsi, cepat kaya lewat penggandaan uang, dan lain
sebagainya. Orang makin individualis dan cenderung melecehkan hak orang lain.
Untuk mengejar kesuksesannya, orang tak ragu-ragu mengorbankan orang lain.
2. Konsep Sekolah yang berkualitas
Sekolah unggulan yang sebenarnya dibangun secara bersama-sama oleh seluruh
warga sekolah, bukan hanya oleh pemegang otoritas pendidikan. Dalam konsep
sekolah unggulan yang saat ini diterapkan, untuk menciptakan prestasi siswa yang
tinggi maka harus dirancang kurikulum yang baik yang diajarkan oleh guru-guru
yang berkualitas tinggi. Padahal sekolah unggulan yang sebenarnya, keunggulan
akan dapat dicapai apabila seluruh sumber daya sekolah dimanfaatkan secara
optimal. Berati tenaga administrasi, pengembang kurikulum di sekolah, kepala
sekolah, dan penjaga sekolah pun harus dilibatkan secara aktif. Karena semua
sumber daya tersebut akan menciptakan iklim sekolah yang mempu membentuk
keunggulan sekolah.
Keunggulan sekolah terletak pada bagaimana cara sekolah merancang-bangun
sekolah sebagai organisasi. Maksudnya adalah bagaimana struktur organisasi pada
sekolah itu disusun, bagaimana warga sekolah berpartisipasi, bagaimana setiap
orang memiliki peran dan tanggung jawab yang sesuai dan bagaimana terjadinya
pelimpahan dan pendelegasian wewenang yang disertai tangung jawab. Semua itu
bermuara kepada kunci utama sekolah unggul adalah keunggulan dalam pelayanan
kepada siswa dengan memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensinya.
Menurut Profesor Suyanto, program kelas (baca: sekolah) unggulan di Indonesia
secara pedagogis menyesatkan, bahkan ada yang telah memasuki wilayah
malpraktik dan akan merugikan pendidikan kita dalam jangka panjang. Kelas-kelas
unggulan diciptakan dengan cara mengelompokkan siswa menurut kemampuan
akademisnya tanpa didasari filosofi yang benar. Pengelompokan siswa ke dalam
kelas-kelas menurut kemampuan akademis tidak sesuai dengan hakikat kehidupan
di masyarakat. Kehidupan di masyarakat tak ada yang memiliki karakteristik
homogen (Kompas, 29-4-2002, h.4).
3. Syarat Sekolah yang bermutu
Sekolah yang berkualitas tidak lahir dengan sendirinya. Juga tidak lahir semata-mata

karena fasilitas yang dimiliki. Sekolah yang berkualitas harus dibentuk dan
direncanakan dengan baik serta dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Komitmen
warga sekolah dan stake holder, adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
lahirnya sebuah sekolah yang berkualitas.
Glasser, dalam bukunya yang kedua, The Quality School Teacher memberi pesan
kepada kita bahwa sedikitnya ada enam syarat yang harus dipenuhi sebuah sekolah
agar menjadi sekolah berkualitas. Keenam syarat tersebut adalah sebagai berikut:
a) Harus ada lingkungan kelas yang hangat dan mendukung.
Tanpa adanya jalinan yang akrab antara semua warga sekolah (guru, siswa, staf,
dan karyawan lain) tidak bias dihasilkan tugas-tugas sekolah yang berkualitas, dan
lebih dari semua itu harus terbangun saling percaya/kepercayaan.
b) Siswa harus selalu diminta untuk melakukan hal-hal yang berguna.
Tidak boleh ada siswa yang diminta untuk melakukan hal-hal yang tidak masuk akal,
seperti mengingat atau menghafal (secara berlebihan). Apa pun yang mereka
kerjakan, harus ada manfaatnya secara praktis, estetis, intelektual, atau pun sosial.
c) Siswa selalu diminta untuk mengerjakannya sebaik mungkin sesuai dengan
kemampuannya.
Ini berarti siswa harus diberi kesempatan yang memadai untuk dapat mengerjakan
tugas-tugasnya agar pekerjaannya berkualitas. Mereka sebenarnya sudah biasa
diberi tugas, tetapi bukan belajar, dan hampir tidak pernah berusaha melakukan
pekerjaan yang berkualitas.
d) Siswa diajari dan diberi kesempatan mengevaluasi pekerjaan mereka sendiri,
kemudian diminta untuk meningkatkannya.
Mengevaluasi sendiri adalah hal yang paling sulit diterapkan, tetapi penting
dilakukan untuk mencapai perbaikan yang konstan dalam usaha siswa
menghasilkan pekerjaan berkualitas.
e) Pekerjaan yang berkualitas selalu terasa menyenangkan.
Sungguh menyedihkan melihat sangat sedikit siswa yang merasa nyaman dalam
pelajaran-pelajaran mereka sekarang. Bukan hanya siswa yang merasa senang jika
mereka berhasil mengerjakan sesuatu dengan berkualitas, guru dan orangtua pun

merasa senang memerhatikan proses itu.


f) Pekerjaan berkualitas tidak pernah bersifat merusak.
Tidak berkualitas namanya, jika meraih perasaan senang dengan cara memakai
obat adiktif atau merugikan orang lain, makhluk hidup, benda milik orang lain, atau
lingkungan.
4. Ciri-ciri sekolah yang bermutu
Pertama, visi dan misi sekolah yang jelas. Mayoritas sekolah kita belum mampu
dan memang tidak diberdayakan untuk mampumengartikulasikan visi dan misinya.
Visi adalah pernyataan singkat, mudah diingat, pemberi semangat, dan obor
penerang jalan untuk maju melejit. Misalnya, SMA berbasis komputer, SD
berbasis kelas kecil, SMP berbasis IST (information system technology), SMK
bersistem asrama, Aliyah dengan pengantar tiga bahasa, dan sebagainya.Konsep
iman dan taqwa (imtaq) dan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) selama ini
terlalu sering dipakai sehingga maknanya tidak jelas, mengawang-awang, filosofis,
dan tidak operasional.
Misi adalah dua atau tiga pernyataan sebagai operasionalisasi visi, misalnya
membangun siswa yang kreatif dan disiplin, dan sebagainya. Walau begitu, ada
prioritas yang diunggulkan dalam rentang zaman secara terencana. Prioritas ini
dinyatakan eksplisit dalam rencana kerja tahunan sekolah.Untuk
mengimplementasikan visi dan misi sekolah ada sejumlah langkah yang mesti
ditempuh: (1) pahami kultur sekolah, (2) hargai profesi guru, (3) nyatakan apa yang
Anda hargai, (4) perbanyak unsur yang Anda hargai, (5) lakukan kolaborasi dengan
pihak-pihak terkait, (6) buat menu kegiatan bukan mandat, (7) gunakan birokrasi
untuk memudahkan bukan untuk mempersulit, dan (8) buatlah jejaring (networking)
seluas mungkin.
Kedua, komitmen tinggi untuk unggul. Staf administrasi, guru, dan kepala sekolah
memiliki tekad yang mendidih untuk menjadikan sekolahnya sebagai sekolah unggul
dalam segala aspek, sehingga semua siswa dapat menguasai materi pokok dalam
kurikulum. Semuanya memiliki potensi untuk berkontribusi dalam proses pendidikan.
Komitmen ini adalah energi untuk mengubah budaya konvensional (biasa-biasa saja)
menjadi budaya unggul.
Ketiga, kepemimpinan yang mumpuni. Kepala sekolah adalah pemimpin dari
pemimpin bukan pemimpin dari pengikut. Artinya selain kepala sekolah ada

pemimpin dalam lingkup kewenangannya sehingga tercipta proses pengambilan


keputusan bersama (shared decision making). Komunikasi terus-menerus dilkukan
antara kepala sekolah dan para guru untuk memahami budaya dan etos sekolah
yang yang diimpikan lewat visi sekolah itu. Bila tidak dikomunikasikan terusmenerus, visi itu akan mati sendiri.
Guru juga adalah pemimpin dengan kualitas sebagai berikut: (1) terampil
menggunakan model mengajar berdasarkan penelitian, (2) bekerja secara tim dalam
merencanakan pelajaran, menilai siswa, dan dalam memecahkan masalah, (3)
sebagai mentor bagi koleganya, (4) mengupayakan pembelajaran yang efisien, dan
(5) berkolaborasi dengan orang tua, keluarga, dan anggota masyarakat lain demi
pembelajaran siswa.
Keempat, kesempatan untuk belajar dan pengaturan waktu yang jelas. Semua guru
mengetahui apa yang mesti diajarkan. Alokasi waktu yang memadai dan
penjadwalan yang tepat sangat berpengaruh bagi kualitas pengajaran. Guru
memanfaatkan waktu yang tersedia semaksimal mungkin demi penguasaan
keterampilan azasi. Dalam hal ini perlu dijaga keseimbangan antara tuntutan
kurikulum dengan ketersediaan waktu. Kunci keberhasilan dalam hal ini adalah
mengajar dengan niat akademik yang jelas dan siswa pun mengetahui niat itu.
Mengajar yang berkualitas memiliki ciri sebagai berikut: (1) organisasi pembelajaran
yang efisien, (2) tujuan yang jelas, (3) pelajaran yang terstruktur, dan (4) praktik
mengajar yang adaptif dan fleksibel.
Kelima, lingkungan yang aman dan teratur. Sekolah unggul bersuasana tertib,
bertujuan, serius, dan terbebas dari ancaman fisik atau psikis, tidak opresif tetapi
kondusif untuk belajar dan mengajar. Siswa diajari agar berperilaku aman dan tertib
melalui belajar bersama (cooperative learning), menghargai kebinekaan manusiawi,
serta apresiasi terhadap nilai-nilai demokratis. Banyak penelitian menunjukkan
bahwa suasana sekolah yang sehat berpengaruh positif terhadap produktivitas,
semangat kerja, dan kepuasan guru dan siswa.
Keenam, hubungan yang baik antara rumah dan sekolah. Para orang tua memahami
misi dan visi sekolah. Mereka diberi kesempatan untuk berperan dalam program
demi tercapainya visi dan misi tersebut. Dengan demikian, sekolah tidak hanya
mendidik siswa, tetapi juga orang tua sebagai anggota keluarga sekolah yang
dihargai dan dilibatkan. Dengan melibatkan mereka pada kegiatan ekstra di akhir
pekan (extra school) misalnya, siswa sadar bahwa orang tuanya menghargai
kegiatan pendidikan, sehingga mereka pun menghargai pendidikan yang

dilakoninya. Inilah contoh konkret hubungan tripatriat sekolah-siswa-orang tua.


Upacara-upacara yang dihadiri orang tua sesungguhnya merupakan kesempatan
untuk membangun citra sekolah dan untuk merayakan visi dan misi. Singkatnya,
sekolah unggul membangun kepercayaan dan silaturahmi sehingga masing-masing
memiliki nawaitu tinggi untuk melejitkan prestasi.
Ketujuh, monitoring kemajuan siswa secara berkala. Kemajuan siswa dimonitor
terus- menerus dan hasil monitoring itu dipergunakan untuk memperbaiki perilaku
dan performansi siswa dan untuk memperbaiki kurikulum secara keseluruhan.
Penggunaan teknologi, khususnya komputer memudahkan dokumentasi hasil
monitoring secara terus- menerus.
Evaluasi penguasaan materi pelajaran secara perlahan bergeser dari tes baku
(standardized norm-referenced paper-pencil test) menuju tes berdasar kurikulum dan
berdasar kriteria (curricular-based, criterion-referenced). Dengan kata lain, evaluasi
akan lebih berfokus pada performansi dan dokumentasi prestasi siswa sebagaimana
terakumulasi dalam portofolio. Dokumentasi prestasi ini bukan hanya untuk guru,
tetapi juga untuk dikomunikasikan kepada orang tua.
Sekolah sebagai sistem juga dimonitor secara berkelanjutan. Artinya sekolah tidak
hanya terampil memonitor kemajuan siswa, tetapi juga siap mengevaluasi dirinya
sendiri. Hasil evaluasi diri ini merupakan bahan bagi pihak lain (external evaluators)
untuk mengevaluasi kinerja sekolah itu. Inilah makna akuntabilitas publik. Sekolah
harus mengagendakan program rujuk mutu (benchmarking) kepada sekolah lain,
sehingga sadar akan kelebihan dan kekurangan sendiri.
Model sekolah unggul seperti digambarkan di atas akan berwujud bila sekolah tidak
eksklusif bak menara gading, tetapi tumbuh sebagai bagian dari masyarakat
sehingga memiliki kepekaan terhadap nurani masyarakat (a sense of community).
Dalam masyarakat setiap individu berhubungan dengan individu lain, dan masingmasing memiliki potensi dan kualitas yang dapat disumbangkan pada sekolah.
Dalam era reformasi tetapi juga dalam keterpurukan ekonomi sekarang ini, kita
merasakan keterbatasan dana dan menyaksikan tuntutan yang semakin tinggi akan
adanya otonomi sekolah, akuntabilitas publik dan tranparansi, serta adanya harapan
besar dari orang tua. Bila ketujuh ayat di atas dilaksanakan, pendidikan yang
diselenggarakan sekolah akan berdampak dahsyat pada pembentukan manusia
kapital di tanah air.
5. Restrukturisasi Sekolah bermutu.
Sekarang ini masih banyak sekolah yang mengaku seklah yang bermutu namun

masih menerapkan konsep sekolah yang tidak bermutu. Maka konsep sekolah
bermutu yang tidak unggul ini harus segera direstrukturisasi. Restrukrutisasi sekolah
bermutu yang ditawarkan adalah sebagai berikut:
pertama, program sekolah unggulan tidak perlu memisahkan antara anak yang
memiliki bakat keunggulan dengan anak yang tidak memiliki bakat keunggulan.
Kelas harus dibuat heterogen sehingga anak yang memiliki bakat keunggulan bisa
bergaul dan bersosialisasi dengan semua orang dari tingkatan dan latar berlakang
yang beraneka ragam. Pelaksanaan pembelajaran harus menyatu dengan kelas
biasa, hanya saja siswa yang memiliki bakat keunggulan tertentu disalurkan dan
dikembangkan bersama-sama dengan anak yang memiliki bakat keunggulan serupa.
Misalnya anak yang memiliki bakat keunggulan seni tetap masuk dalam kelas
reguler, namun diberi pengayaan pelajaran seni.
Kedua, dasar pemilihan keunggulan tidak hanya didasarkan pada kemampuan
intelegensi dalam lingkup sempit yang berupa kemampuan logika-matematika
seperti yang diwujudkan dalam test IQ. Keunggulan seseorang dapat dijaring melalui
berbagai keberbakatan seperti yanag hingga kini dikenal adanya 8 macam.
Ketiga, sekolah unggulan jangan hanya menjaring anak yang kaya saja tetapi
menjaring semua anak yang memiliki bakat keunggulan dari semua kalangan.
Berbagai sekolah unggulan yang dikembangkan di Amerika justru untuk membela
kalangan miskin. Misalnya Effectif School yang dikembangkan awal 1980-an oleh
Ronald Edmonds di Harvard University adalah untuk membela anak dari kalangan
miskin karena prestasinya tak kalah dengan anak kaya. Demikian pula dengan
School Development Program yang dikembangkan oleh James Comer ditujukan
untuk meningkatkan pendidikan bagi siswa yang berasal dari keluarga miskin.
Accellerated School yang diciptakan oleh Henry Levin dari Standford University juga
memfokuskan untuk memacu prestasi yang tinggi pada siswa kurang beruntung atau
siswa beresiko. Essential school yang diciptakan oleh Theodore Sizer dari Brown
University, ditujukan untuk memenuhi kebutuhan siswa kurang mampu.
Keempat, sekolah unggulan harus memiliki model manajemen sekolah yang unggul
yaitu yang melibatkan partisipasi semua stakeholder sekolah, memiliki
kepemimpinan yang kuat, memiliki budaya sekolah yang kuat, mengutamakan
pelayanan pada siswa, menghargasi prestasi setiap siswa berdasar kondisinya
masing-masing, terpenuhinya harapan siswa dan berbagai pihak terkait dengan
memuaskan.
Itu semua akan tercapai apabila pengelolaan sekolah telah mandiri di atas pundak

sekolah sendiri bukan ditentukan oleh birokrasi yang lebih tinggi. Saat ini amat tepat
untuk mengembangkan sekolah unggulan karena terdapat dua suprastruktur yang
mendukung. Pertama, UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dimana
pendidikan termasuk salah satu bidang yang didesentralisasikan. Dengan adanya
kedekatan birokrasi antara sekolah dengan Kabupaten/Kota diharapkan perhatian
pemerintah daerah terhadap pengembangan sekolah unggulan semakin serius.
Kelima, adanya UU No. 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
Tahun 2000-2004 yang didalamnya memuat bahwa salah satu program pendidikan
pra-sekolah, pendidikan dasar dan pendidikan menengah adalah terwujudnya
pendidikan berbasis masyarakat/sekolah. Melalui pendidikan berbasis
masyarakat/sekolah inilah warga sekolah akan memiliki kekuasaan penuh dalam
mengelola sekolah. Setiap sekolah akan menjadi sekolah unggulan apabila diberi
wewenang untuk mengelola dirinya sendiri dan diberi tanggung jawab penuh.
Selama sekolah-sekolah hanya dijadikan alat oleh birokrasi di atasnya (baca: dinas
pendidikan) maka sekolah tidak akan pernah menjadi sekolah unggulan. Bisa saja
semua sekolah menjadi sekolah unggulan yang berbeda-beda berdasarkan pontensi
dan kebutuhan warganya. Apabila semua sekolah telah menjadi sekolah unggulan
maka tidak sulit bagi negeri ini untuk bangkit dari keterpurukannya.
6. Kerangka Kerja dalam Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
Dalam manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah ini diharapkan sekolah dapat
bekerja dalam koridor - koridor tertentu antara lain sebagai berikut :
Sumber daya; sekolah harus mempunyai fleksibilitas dalam mengatur semua sumber
daya sesuai dengan kebutuhan setempat. Selain pembiayaan
operasional/administrasi, pengelolaan keuangan harus ditujukan untuk :
Memperkuat sekolah dalam menentukan dan mengalolasikan dana sesuai dengan
skala prioritas yang telah ditetapkan untuk proses peningkatan mutu, Pemisahan
antara biaya yang bersifat akademis dari proses pengadaannya, dan Pengurangan
kebutuhan birokrasi pusat.
Pertanggung-jawaban (accountability); sekolah dituntut untuk memilki akuntabilitas
baik kepada masyarakat maupun pemerintah. Hal ini merupakan perpaduan antara
komitment terhadap standar keberhasilan dan harapan/tuntutan orang
tua/masyarakat. Pertanggung-jawaban ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa dana

masyarakat dipergunakan sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan dalam


rangka meningkatkan kualitas pendidikan dan jika mungkin untuk menyajikan
informasi mengenai apa yang sudah dikerjakan. Untuk itu setiap sekolah harus
memberikan laporan pertanggung-jawaban dan mengkomunikasikannya kepada
orang tua/masyarakat dan pemerintah, dan melaksanakan kaji ulang secara
komprehensif terhadap pelaksanaan program prioritas
sekolah dalam proses peningkatan mutu.
Kurikulum; berdasarkan kurikulum standar yang telah ditentukan secara nasional,
sekolah bertanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum baik dari standar
materi (content) dan proses penyampaiannya. Melalui penjelasan bahwa materi
tersebut ada mafaat dan relevansinya terhadap siswa, sekolah harus menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan dan melibatkan semua indera dan lapisan otak
serta menciptakan tantangan agar siswa tumbuh dan berkembang secara intelektual
dengan menguasai ilmu pengetahuan, terampil, memilliki sikap arif dan bijaksana,
karakter dan memiliki
kematangan emosional. Untuk melihat progres pencapain kurikulum, siswa harus
dinilai melalui proses test yang dibuat sesuai dengan standar nasional dan
mencakup berbagai aspek kognitif, affektif dan psikomotor maupun aspek psikologi
lainnya. Proses ini akan memberikan masukan ulang secara obyektif kepada orang
tua mengenai anak mereka (siswa) dan kepada sekolah yang bersangkutan maupun
sekolah lainnya mengenai performan sekolah sehubungan dengan proses
peningkatan mutu pendidikan.
Personil sekolah; sekolah bertanggung jawab dan terlibat dalam proses rekrutmen
(dalam arti penentuan jenis guru yang diperlukan) dan pembinaan struktural staf
sekolah (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan staf lainnya). Sementara itu
pembinaan profesional dalam rangka pembangunan kapasitas/kemampuan kepala
sekolah dan pembinaan keterampilan guru dalam pengimplementasian kurikulum
termasuk staf kependidikan lainnya dilakukan secara terus menerus atas inisiatif
sekolah. Untuk itu birokrasi di luar sekolah berperan untuk menyediakan wadah dan
instrumen pendukung. Institusi pusat memiliki peran yang penting, tetapi harus mulai
dibatasi dalam hal yang berhubungan dengan membangun suatu visi dari sistem
pendidikan secara keseluruhan, harapan dan standar bagi siswa untuk belajar dan
menyediakan dukungan komponen pendidikan yang relatif baku atau standar

minimal. Konsep ini menempatkan pemerintah dan otoritas pendiidikan lainnya


memiliki tanggung jawab untuk menentukan kunci dasar tujuan dan kebijakan
pendidikan dan memberdayakan secara bersama-sama sekolah dan masyarakat
untuk bekerja di dalam kerangka acuan tujuan dan kebijakan pendidikan yang telah
dirumuskan secara nasional dalam rangka menyajikan sebuah proses pengelolaan
pendidikan yang secara spesifik sesuai untuk setiap komunitas masyarakat.

MEMBANGUN SEKOLAH UNGGULAN


MEMBANGUN SEKOLAH UNGGULAN
Dewasa ini masyarakat sudah pandai melihat bagaimana lembaga
pendidikan itu cocok atau tidak bagi pendidikan anak-anaknya, tentunya tidak hanya
cocok saja tetapi harus mempunyai keunggulan. Untuk mencari sekolah yang cocok
banyak, mungkin cocok dengan isi kantongnya, cocok dengan jarak tempuhnya,
cocok dengan guru-gurunya dan sebagainya, tetapi mencari atau mendapatkan
sekolah unggulan tidak mudah.
Sekolah adalah bagian dari masyarakat, karena terletak di tengah-tengah
masyarakat,sehingga perlu adanya dukungan dari masyarakat, dari masyarakat
untuk masyarakat, sehingga untuk menjadi sekolah unggulan kita perlu menggali
kebutuhan apa saja yang sesuai dengan lingkungan masyarakat setempat.
Sekolah unggulan tidak perlu adanya proses seleksi dalam penerimaan
anak didik baru, karena kalau sekolah itu sudah melakukan seleksi kemudian yang
diambil adalah anak-anak yang terbaik maka itu bukan sekolah unggulan tetapi
sekolah kumpulan anak pintar yang belum tentu nantinya akan menjadi orang-orang
yang sukses kalau dalam prosesnya ada yang tidak benar. Sekolah unggulan adalah
sekolah yang bisa merubah anak didik yang biasa-biasa saja menjadi anak yang luar
biasa, ibaratnya sampah dapat menjadi emas. Untuk merubah sampah menjadi
emas diperlukan mesin untuk mengolahnya, mesinnya adalah berupa lembaga
sekolah yang didalamnya terdapat orang-orang yang unggul.
Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam membuat sekolah unggulan :
1.

Fasilitas/Sarana
Pendidikan yang bermutu harus ditunjang dengan fasilitas yang mendukung.
Beberapa contoh sekolah unggulan yang ada seperti SMPN 1 Yogyakarta,
Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, SMAN 5 Semarang,
SMPN 1 Cikarang Utara ternyata mempunyai fasilitas yang mendukung, diantaranya
:

Laboratorium Bahasa

Laboratorium IPA

Laboratorium Komputer

Fasilitas Internet

Perpustakaan dengan jumlah koleksi buku yang lebih dari 9.000 judul

Mushola/Masjid

Ruang ber-AC

Audio Visual

Kantin

Sarana Olah Raga


Dengan motto kesederhanaan, optimalisasi dan berorientasi masa depan
SMP IT Al-Fawwaz tidak dapat terpaku pada fasilitas atau sarana yang modern
misalnya, tetapi diperlukan orang-orang yang mempunyai daya kreativitas tinggi,
misalnya kita dapat menjadikan alam ini sebagai laboratorium IPA, memanfaatkan
bahan-bahan disekeliling kita menjadi alat peraga, belajar di alam terbuka, belajar
mengenal masyarakat sekitar. Meskipun demikian fasilitas yang modern juga
menjadi salah satu daya tarik sendiri orang tua untuk menyebutnya sebagai sekolah
unggulan.

2.

Program Ekstrakurikuler
Beberapa sekolah diatas menawarkan program yang banyak diminati oleh
masyarakat seperti Marawis,Sepak Bola/Footsal, Musik bahkan di SMPN 1
Yogyakarta ada program aeromodeling yang tergolong mahal.
SMP IT Al-Fawwaz juga mempunyai program ekstrakurikuler yang dikembangkan
sesuai dengan perkembangan siswa, ada beladiri pencak silat, footsal, tenis meja,
bola basket, klub bahasa, kepemimpinan, robotic, KIR, seni disamping ada program
pengembangan diri antara lain muhadharah, membaca doa dan ayat-ayat suci al
quran pada awal jam pelajaran, sholat berjamaah, pramuka

3.

Peran Kepala Sekolah


Peran kepala sekolah sangat strategis dan krusial dalam rangka mengelola
sumber daya manusia secara profesional sesuai dengan bidangnya, sehingga ada
semangat besar dari team work untuk bekerja dan berprestasi, jangan sampai ada
sentralisasi.
Program-program yang dibuat harus dibahas dan dikerjakan secara team, sehingga
nantinya akan berjalan dengan baik.

4.

Menciptakan kultur sekolah


Kultur sekolah atau budaya sekolah sangat sedikit dibicarakan orang, karena
pada sekolah-sekolah umumnya lebih sibuk berbicara kurikulum, jumlah
ketersediaan guru, tunjangan guru, target kelulusan pada ujian nasional. Menurut
Komarudin Hidayat, banyak anak yang memiliki bakat hebat, tapi karena kondisi
sekolahnya tidak mendukung, anak tidak tumbuh optimal. Bakatnya terpendam

bahkan mati. Sebaliknya anak yang kepandaian dan bakatnya sedang-sedang saja,
tetapi karena lingkungan sekolahnya bagus, anak tersebut tumbuh sebagai anak
yang mandiri dan sukses.
Menurut Al Arifin, budaya sekolah yang positif akan mendorong semua warga
sekolah untuk bekerjasama yang didasarkan saling percaya, mengundang
partisipasi seluruh warga, mendorong munculnya gagasan-gagasan baru, dan
memberikan kesempatan untuk terlaksananya pembaharuan di sekolah yang
semuanya ini bermuara pada pencapaian hasil terbaik. Budaya sekolah yang baik
dapat menumbuhkan iklim yang mendorong semua warga sekolah untuk belajar,
yaitu belajar bagaimana belajar dan belajar bersama. Akan tumbuh suatu iklim
bahwa belajar adalah menyenangkan dan merupakan kebutuhan, bukan lagi
keterpaksaan.
Pendidikan karakter dan budaya sekolah sangat berkaitan, tanpa budaya
sekolah yang bagus akan sulit melakukan pendidikan karakter bagi anak-anak didik
kita. Jika budaya sekolah kita sudah mapan, maka siapapun yang masuk dan
bergabung ke sekolah itu hampir secara otomatis akan mengikuti tradisi yang telah
ada.
Ada beberapa macam kultur yang akan ditanamkan pada SMP IT Al-Fawwaz antara
lain :
5.

6.

Budaya 5R ( Ringkas, Resik, Rawat, Rajin, Rapih )


Gemar Membaca
Sholat Dhuha
Sholat Dzuhur dan Sholat Azhar Berjamaah
Bicara Bahasa Arab dan Bahasa Inggris
Membiasakan menganggap WC seperti di rumahnya sendiri
Membuang sampah sesuai jenisnya
Budaya bersih disetiap tempat

Studi Banding dengan Sekolah yang sudah maju


Kegiatan ini sangat membantu, karena kita akan menjadi tahu letak
kekurangan pada kita, sehingga kita termotivasi untuk meniru keberhasilannya, ada
semangat tinggi untuk memperbaiki dan menimbulkan ide yang baru.
Kreativitas tinggi
Kreativitas adalah kemampuan mencipta, sehingga akan lahir penemuanpenemuan baru yang tidak dibayangkan orang sebelumnya, bahkan bisa mengubah
kotoran menjadi emas. Banyak orang atau lembaga yang tidak mengapresiasikan
kreativitas, sehingga organisasi berjalan di tempat dan akhirnya gulung tikar atau
tidak mengalami kemajuan. Sebagai sekolah unggulan harus mampu merangsang
lahirnya kreativitas anak didiknya misalnya dengan lomba-lomba yang akan
mendorong anak didik mengeluarkan kemampuan terbaiknya.
Penulis dapat menyimpulkan bahwa sekolah unggulan itu adalah sekolah
yang dapat merubah sampah menjadi emas, artinya dari anak yang biasa-biasa saja
menjadi anak yang luar biasa. Untuk merubah sampah menjadi emas maka
diperlukan proses dengan mesin yang unggul.

Anda mungkin juga menyukai