Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Pengantar Manjemen Agribisnis

“Sistem Agribisnis Kelapa Sawit di Indonesia”

Tugas Terstruktur Pengantar Menejemen Agribisnis

Disusun Oleh :

Kelompok 7

Alvinka Warsito Putri 215040100113015


Aditya Fajar Iyasa 215040100113027
Marsella Amanda Narulita 215040100113031
Sheila Septiana A. 215040100113033
Ruth Virgin Emanuella Beauty Aiko 215040101111161
Triwahyu Okcentrico 215040107113013
Rizky Afriansyah Simatupang 215040107113033

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

KEDIRI

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapakan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas Manejemen Agribisnis
dengan judul “Sistem Agribisnis Kelapa Sawit di Indonesia”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada pembimbing dosen menejen agribinis septian Maulana Purnama, SP.,
MP.,MBA yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Terima kasih.

Kediri, 28 Agustus 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

BAB I ...................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 3
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................... 3
C. Tujuan .................................................................................................................................... 4
D. Manfaat .................................................................................................................................. 4
BAB II ..................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 4
A. Sistem Agribisnis Kelapa Sawit.............................................................................................. 4
B. Prospek dan Potensi pengembangan agribinis kelapa sawit tahun 2006-2010 ............. 7
BAB III .................................................................................................................................................. 11
PENUTUP ........................................................................................................................................... 11
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 11
B. Saran ........................................................................................................................................ 11
Daftar Pustaka....................................................................................................................................... 12

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam perekonomian Indonesia, Sektor pertanian merupakan sektor yang
paling penting karena peranya sebagai sumber pangan & pertumbuhan
ekonomi. Namun sektor pertanian di Indonesia sekarang ini semakin langka
karena menurunnya sumber daya alam, seperti minyak bumi atau petrokimia
dan air, dalam sektor pertanian juga akan memperbesar kesempatan kerja,
meningkatkan pendapatan Nasional dsb.
Dalam rencana pembangunan Nasional, pemerintah sudah menyiapkan
strategi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, mempertahankan
pertumbuhan ekonomi, pemberantasan kemiskinan & konservasi sumber
daya alam. Dan mengingat sektor pertanian merupakan sektor utama dalam
mencapai tujuan tersebut dan masih banyak sumber daya alam pertanian
yang belum dimanfaatkan dengan baik dan jumlah rakyat pengangguran di
Indonesia masih tinggi.
Pada sektor pertanian, sub sektor perkebunan diharapkan masih tetap
memainkan peran pentingnya dalam PDB.
Adapun ciri-ciri sub sektor perkebunan yaitu : (i)Ditinjau dari cakupan
komoditasnya sekitar 145 jenis tanaman tahunan & tanaman semusim yang
perkembangannya dapat menjangkau berbagai tipe sumber daya, (ii)ditinjau
dari hasil produksinya, bahan baku industri ekspor telah melekat dengan
kebutuhan keterkaitan berbagai sektor & sub sektor, (iii) ditinjau dari
pengusahanya sekitar 85% usaha perkebunan rakyat tersebar di berbagai
daerah .
Tanaman perkebunan kelapa sawit mempunyai peran penting bagi sub
sektor perkebunan. Perkembangannya yang dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat (pendapatan petani kelapa sawit pada tahun 2010 sekitar
USD.1.246 - 1.650) Produksi yang menciptakan nilai tambah dalam negeri
dan ekspor sebagai penghasil devisa (dari 2000 sebesar 7 ton lalu meningkat
menjadi 12,45 pada 2005), Ekspor CPO menghasilkan devisa (volume ekspor
tahun 2000 sebesar 4.11 senilai USD,1.09 juta meningkat 10,37 senilai
USD,3,76 pada tahun 2005).

B. Rumusan Masalah
1. Sistem apa yang digunakan pada perkembangan agribisnis kelapa sawit
di Indonesia ?

3
2. Potensi dan prospek apa saja yang dapat mendukung perkembangan
kelapa sawit di Indonesia ?

C. Tujuan
1. Menerapkan sistem tersebut dengan tepat dan benar untuk mendukung
perkembangan agribisnis kelapa sawit di Indonesia menjadi lebih baik
lagi.
2. Memanfaatkan potensi dan prospek tanaman kelapa sawit secara optimal
sehingga kapasitas sumber daya pertanian khususnya kelapa sawit
dapat dilestarikan dan ditingkatkan.

D. Manfaat
Sebagai sumber referensi atau informasi dalam mengembangkan wawasan
mengenai manjemen agribisnis khususnya produk olahan kelapa sawit di
Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Agribisnis Kelapa Sawit


Menurut asal muasalnya kata Agribisnis berangkat dari kata Agribusiness,
dimana Agri=Agriculture artinya pertanian dan Business berarti usaha atau
kegiatan yang berorientasi profit. Jadi secara sederhana Agribisnis merupakan
suatu usaha atau kegiatan pertanian serta apa pun yang terkait dengan
pertanian berorientasi profit.
Agribisnis dari cara pandang ekonomi adalah sebuah usaha penyediaan
pangan. Pendekatan analisis makro memandang agribisnis sebagai unit sistem
industri dan suatu komoditas tertentu, yang membentuk sektor ekonomi secara
regional atau nasional. Sedangkan pendekatan analisis mikro memandang
agribisnis sebagai suatu unit perusahaan yang bergerak, baik dalam salah satu

4
subsistem agribisnis, baik hanya satu atau lebih subsistem dalam satu lini
komodias atau lebih dari satu lini komoditas. Secara konsepsional sistem
agribisnis dapat diartikan sebagai semua aktifitas, mulai dari pengadaan dan
penyaluran sarana produksi (input) sampai dengan pemasaran produk-produk
yang dihasilkan oleh usaha tani serta agroindustri, yang saling terkait satu sama
lain. Dengan demikian sistem agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri
dari berbagai subsistem yaitu:

Gambar 1. Sistem Agribisnis

a. Subsistem Agribisnis/Agroindustri Hulu


Meliputi pengadaan sarana produksi pertanian antara lain terdiri dari
benih, bibit, makanan ternak, pupuk , obat pemberantas hama dan penyakit,
lembagakredit, bahan bakar, alat-alat, mesin, dan peralatan produksi pertanian.
Pelaku- pelaku kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi adalah
perorangan, perusahaan swasta, pemerintah, koperasi. Betapa pentingnya
subsistem ini mengingat perlunya keterpaduan dari berbagai unsur itu guna
mewujudkan sukses agribisnis. Industri yang meyediakan sarana produksi
pertanian disebut juga sebagai agroindustri hulu (upstream). Saat ini sumber
benih kelapa sawit tergabung dalam Forum Komunikasi Produsen Benih
Kelapa Sawit. Forum ini beranggotakan 6 produsen benih kelapa sawit,
yaitu Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), PT. Socfin, PT. Lonsum, PT.
Dami Mas, PT. Tunggal Yunus, dan PT. Bina Sawit Makmur. Kapasitas
produksi benih nasional adalah 124 juta per tahun yang berasal dari masing-
masing produsen benih di atas secara berurutan sebesar 35 juta, 25 juta, 15
juta, 12 juta, 12 juta, dan 25 juta kecambah. Ke enam produsen benih
tersebut pada dasarnya mempunyai potensi untuk memenuhi kebutuhan
benih nasional, walaupun harus meningkatkan kapasitas produksi.

b. Subsistem budidaya / usahatani

5
Pengembangan usaha agribisnis kelapa Sawit menghasilkan produk
pertanian berupa CPO (Crude Palm Oil) yang terus mengalami peningkatan
seiring dengan peningkatan luas areal dan produksi. Hingga saat ini, jumlah
unit pengolahan di seluruh Indonesia mencapai 320 unit dengan kapasitas
olah 13,520 ton TBS per jam.

c. Subsistem Agribisnis/agroindustri Hilir


Pengolahan dan Pemasaran (Tata niaga) produk pertanian (kelapa
sawit) meliputi rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan produk,
pengolahan, penyimpanan dan distribusi. Sebagian dari produk yang
dihasilkan dari usaha tani didistribusikan langsung ke konsumen didalam atau
di luar negeri. Sebagian lainnya mengalami proses pengolahan lebih dahulu
kemudian didistribusikan ke konsumen. Pelaku kegiatan dalam subsistem ini
ialah pengumpul produk, pengolah, pedagang, penyalur ke konsumen,
pengalengan dan lain-lain. Industri yang mengolah produk usahatani disebut
agroindustri hilir (downstream). Peranannya amat penting bila ditempatkan di
pedesaan karena dapat menjadi motor penggerak roda perekonomian di
pedesaan, dengan cara menyerap/mencipakan lapangan kerja sehingga dapat
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan.
Industri hilir kelapa sawit kategori produk pangan yang umum
diusahakan di Indonesia berupa minyak goreng, sedangkan produk bukan
pangan berupa oleokimia meliputi fatty acid, fatty alcohol, stearin, glycerin
dan metallic soap. Industri minyak goreng dan oleokimia berkembang di
beberapa daerah, yang umumnya di kota-kota besar yang lengkap dengan
fasilitas pelabuhan. Beberapa daerah sentra industri minyak goreng meliputi
DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan dan Irian Jaya.

d. Subsistem jasa layanan pendukung agribisnis Kelapa Sawit (kelembagaan)


Subsistem jasa layanan pendukung agribisnis (kelembagaan) atau
supporting institution adalah semua jenis kegiatan yang berfungsi untuk
mendukung dan melayani serta mengembangkan kegiatan sub-sistem hulu,
sub-sistem usaha tani, dan sub-sistem hilir. Lembaga-lembaga yang terkait
dalam kegiatan ini adalah penyuluh, konsultan, keuangan, dan penelitian.
Lembaga penyuluhan dan konsultan memberikan layanan informasi yang
dibutuhkan oleh petani dan pembinaan teknik produksi, budidaya pertanian,
dan manajemen pertanian. Untuk lembaga keuangan seperti perbankan,
model ventura, dan asuransi yang memberikan layanan keuangan berupa
pinjaman dan penanggungan risiko usaha (khusus asuransi). Sedangkan
lembaga penelitian baik yang dilakukan oleh balai-balai penelitian atau
perguruan tinggi memberikan layanan informasi teknologi produksi,
budidaya, atau teknik manajemen mutakhir hasil penelitian dan
pengembangan.

Dalam hal pengelolaan sub sistem agribisnis diatas memerlukan


penanganan/manajerial. Maka kekhususan manajemen agribisnis antara lain dapat
dinyatakan sebagaimana berikut :

6
1. Keanekaragaman jenis bisnis yang sangat besar pada sektor agribisnis yaitu
dari para produsen dasar sampai para pengirim, perantara, pedagang
borongan, pemproses, pengepak, pembuat barang, usaha pergudangan,
pengangkutan, lembaga keuangan, pengecer, kongsi bahan pangan, restoran
dan lainnya.
2. Besarnya jumlah agribisnis, secara kasar berjuta-juta bisnis yang berbeda
telah lazim menangani aliran dari produsen sampai ke pengecer.
3. Cara pembentukan agribisnis dasar di sekeliling pengusaha tani. Para
pengusaha tani ini menghasilkan beratus-ratus macam bahan pangan dan
sandang (serat).
4. Keanekaragaman yang tidak menentu dalam hal ukuran agribisnis, dari
perusahaan raksasa sampai pada organisasi yang di kelola oleh satu orang .
5. Agribisnis yang berukuran kecil dan harus bersaing di pasar yang relative bebas
dengan penjual yang berjumlah banyak dan pembeli yang lebih sedikit.
6. Falsafah hidup tradisional yang dianut oleh para pekerja agribisnis cenderung
membuat agribisnis lebih berpandangan konservatif dibanding bisnis lainnya.
7. Kenyataan bahwa agribisnis cenderung berorientasi pada masyarakat, banyak
di antaranya terdapat dikota kecil dan pedesaan, dimana hubungan antar
perorangan penting dan ikatan bersifat jangka panjang.
8. Kenyataan bahwa agribisnis yang sudah menjadi industri raksasa sekali pun
sangat bersifat musiman.
9. Agribisnis bertalian dengan gejala alam.
10. Dampak dari program dan kebijakan pemerintah mengena langsung
pada agribisnis. Misalnya harga gabah sangat dipengaruhi oleh
peraturan pemerintah.

B. Prospek dan Potensi pengembangan agribinis kelapa sawit tahun


2006-2010

1 . Prospek

a. Harga
Secara umum harga minyak sawit di pasar Eropa 2006-2010 diperkirakan
memiliki tren meningkat pada kisaran USD 424-625,7,-/ton. Tren harga yang
meningkat tidak terlepas dari berkembangnya pasar minyak sawit, termasuk
pasar baru yaitu diterimanya sejumlah produk hasil diversifikasi berbasis kelapa
sawit. Dengan kata lain, minyak sawit masih mempunyai prospek kedepan.

Gambar 2.Harga Riil dan Nasional CPO di Rotterdam (US$/kg)

7
2. Ekspor

Pada tahun 2005 pangsa ekspor minyak sawit Indonesia mencapai sekitar 39,35%
dari ekspor minyak sawit dunia dan pada periode yang sama, pangsa ekspor
minyak sawit Malaysia adalah sekitar 50,68%. Berdasarkan Lampiran 10 diketahui
terdapat kecenderungan penurunan pangsa pasar Malaysia dan di lain pihak
pangsa pasar Indonesia semakin meningkat seiiring dengan peningkatan produksi
minyak sawit Indonesia. Seperti telah dikemukakan bahwa perkembangan ekspor
minyak sawit Malaysia tertahan oleh adanya keterbatasan sumber daya lahan dan
tingginya tingkat upah pekerja.

Gambar 3.Ekspor Minyak Sawit Indonesia, Malaysia dan Dunia (ton)

3. Pengembangan produk

Pengembangan produk kelapa sawit diperoleh dari produk utama, yaitu minyak
kelapa sawit dan minyak inti sawit, dan produk sampingan yang berasal dari
limbah. Beberapa produk yang dihasilkan dari pengembangan minyak sawit
diantaranya adalah minyak goreng, produkproduk oleokimia, seperti fatty
acid, fatty alkohol, glycerine, metalic soap, stearic acid, methyl ester, dan
stearin. Perkembangan industri oleokimia dasar merangsang pertumbuhan
industri barang konsumen seperti deterjen, sabun dan kosmetika

4. Potensi
1. Kesesuaian dan ketersediaan lahan
Pengembangan tanaman kelapa sawit telah dilakukan secara luas di
Indonesia baik di kawasan barat maupun di kawasan timur Indonesia. Lahan
untuk kelapa sawit tergolong sesuai dan sesuai bersyarat. Lahan berpotensi
sedang memiliki KKL tergolong sesuai dan sesuai bersyarat, sementara lahan
berpotensi rendah memiliki KKL tergolong sesuai bersyarat dan tidak
sesuai. Pada saat ini areal berpotensi tinggi sudah terbatas
ketersediaannya, dan areal yang masih cukup tersedia dan berpeluang untuk
dikembangkan adalah yang berpotensi sedang – rendah. Faktor iklimnya
ialah jumlah bulan kering yang berkisar 2-3 bulan/tahun yang
menggambarkan penyebaran curah hujan yang tidak merata dalam setahun.

8
Lahan gambut. Drainase yang jelek pada dataran pasang surut, dataran
aluvium, dan lahan gambut.

2. Produktivitas
Proyeksi produktivitas PR, PBN dan PBS hingga 5 tahun ke depan memiliki
kecenderungan meningkat. Untuk skope nasional, produktivitas naik dari 3,28
ton CPO/ha/tahun pada tahun 2005 menjadi 3,75 ton CPO/ha/tahun di tahun
2010. Hal ini mengisyaratkan bahwa peluang untuk meningkatkan
produktivitas kebun di berbagai jenis pengusahaan masih ada, sehingga
gerakan peningkatan produktivitas nasional harus menjadi tema penting
dalam pengembangan kelapa sawit ke depan.

Gambar 4.Produktivitas Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia (ton CPO/ha/tahun)

3. Pengembangan industri
a) Industri Minyak Makan

Industri fraksinasi/rafinasi menghasilkan nilai tambah yang relative kecil


tetapi kapasitas terpasang industri ini sudah terlalu besar. Nilai tambah
yang diperoleh dari perdagangan eceran minyak makan cukup
besar. Untuk itu dibutuhkan kebijakan pemerintah yang terpadu dalam
pengembangan minyak goreng/makan.

b) Industri Oleokimia

Industri oleokimia dasar masih relatif kecil padahal nilai tambahnya cukup
besar. Penggunaan minyak/lemak dalam industri oleokimia dunia hanya
sekitar 6% dari total produksi minyak/lemak dunia. Namun, industri
oleokimia berkembang dengan sangat pesat terutama di
Malaysia. Teknologi untuk membuat berbagai produk oleokimia sudah
ditemukan tetapi belum layak dikembangkan karena belum adanya insentif
untuk produk-produk yang ramah lingkungan.

Dengan potensi dan kemungkinan pengembangannya, maka pengembangan


agribisnis kelapa sawit ke depan mengarah pada pengembangan kawasan industri
masyarakat perkebunan melalui pemberdayaan di hulu dan penguatan di hilir.
Pengembangan agribisnis kelapa sawit ke depan tidak terlepas dari:
1. Pengembangan inovasi teknologi dan kelembagaan.
2. Pengembangan keseimbangan perdagangan domestik dan internasional.

9
3. Mendorong pengembangan industri hilir kelapa sawit. Dalam kaitan dengan
pengembangan wilayah, pengembangan agribisnis kelapa sawit ke depan tetap
berorientasi di sentra-sentra produksi kelapa sawit saat ini, yaitu Sumatera,
Kalimantan dan Sulawesi.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam perekonomian Indonesia, sektor petanian merupakan salah satu
sektor yang paling besar peranannya dalam membantu pengolahan sumber
pangan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Mengingat pentinya sektor
pertanian dalam pengembangan PDB Nasional pemerintah sudah
menyiapkan strategi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat guna
mempertahankan pertumbuhan ekonomi, pemberantasan kemiskinan dan
sebagai konservasi sumber daya alam serta memanfaatkan sumber daya
alam pertanian dengan baik.
Tanaman kelapa sawit salah satu sektor yang dapat dimanfaatkan dalam
pengembangan PDB Nasional karena kelapa sawit tidak hanya memiliki
manfaat bagi masyarakatnya saja namun apabila diproduksi dengan baik
maka bisa menciptakan nilai tambah dalam negeri dan ekspor sehingga
dapat menambah devisa Negara Indonesia. Dengan melihat potensi dan
prospek pengembangannya, maka pengembangan agribisnis kelapa sawit di
Indonesia diharapakan akan semakin berkembang pesat baik dalam negeri
maupun luar negeri melalui pemberdayaan sub sistem yang telah ada.

B. Saran
Perkembangan kelapa sawit di Indonesia yang pada kenyataanya masih
memperlukan banyak sekali dukungan, baik dari pihak luar maupun semua
sektor yang terlibat didalamnya juga harus selalu berinovasi dan mempelajari
berbagai teknologi yang ada di era 4.0 ini, supaya pengembangan agribisnis
kelapa sawit di Indonesia mampu bersaing di dengan pihak asing yang
nantinya diharapkan bisa semakin memajukan perekonomian Indonesia.

11
Daftar Pustaka

https://www.litbang.pertanian.go.id/special/publikasi/doc_perkebunan/sawit/sawit-bagian-a.pdf

https://www.litbang.pertanian.go.id/special/publikasi/doc_perkebunan/sawit/sawit-bagian-b.pdf

https://www.bpdp.or.id/Sawit-Kontributor-Utama-PDB-Indonesia

https://indonesia.go.id/narasi/indonesia-dalam-angka/ekonomi/membangun-industri-sawit-
berkelanjutan

SISTEM AGRIBISNIS Prof. Dr . Ir Djoko Koestiono, SU Andrean Eka Hardana,

12

Anda mungkin juga menyukai