KATA KUNCI Keselamatan pasien, pendidikan tahap klinik, kedokteran gigi, supervisi,
chairside teaching
prinsip keselamatan pasien dalam didik, pasien, dan staf pengajar sehingga
pelayanan. dapat mendukung dan meningkatkan
Prinsip keselamatan pasien juga kemampuan peserta didik dalam
dapat diupayakan oleh dosen dengan pembelajaran dan pencapaian kompetensi
memberikan supervisi secara tepat pada peserta didik. Penelitian ini dilakukan
tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa untuk menggali informasi mengenai
(Kilminster, 2000; Wilson, 2015). praktik pelaksanaan pembelajaran dengan
Supervisi pada praktik klinik didefinisikan keterlibatan langsung pasien di
sebagai bentuk pengawasan, pengarahan, pendidikan tahap profesi kedokteran gigi.
dan ketersediaan umpan balik tentang
aspek personal, profesional,
perkembangan pencapaian tujuan METODOLOGI
pembelajaran dalam konteks pelayanan
pada pasien (Kilminster, 2000). Ten Cate Penelitian ini dilakukan di klinik
dan Scheele mencetuskan metode integrasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Entrustable Professional Activities (RSGM) Universitas Yarsi pada bulan
(EPAs) sebagai pendekatan yang Januari-Maret 2019. Desain penelitian ini
menyeluruh dalam penilaian dan merupakan studi kualitatif dengan
pengembangan kurikulum berbasis tempat pendekatan studi kasus.7 Pengumpulan
kerja (workplace-based curriculum). EPA data dilakukan dengan melakukan
merupakan penilaian bahwa seorang wawancara mendalam terhadap
peserta didik telah mencapai suatu level pemangku kebijakan serta Focus Group
kepercayaan untuk melakukan suatu Discussion (FGD) dengan staf pengajar
tindakan dengan atau tanpa supervisi dari dan mahasiswa tahap profesi untuk
pengajar (Ten Cate dkk, 2007). Semakin mengeksplorasi persepsi terkait praktik
tinggi level kepercayaan dari pengajar, pelaksanaan pembelajaran dengan
maka lever supervisi akan menurun. EPA keterlibatan pasien di kedokteran gigi.
memiliki 5 level penilaian, yaitu level 1 Responden dipilih dengan metode
(tidak diizinkan). Level 2 (bekerja di maximum variety sampling. Selain itu,
bawah supervisi penuh), level 3 (bekerja dilakukan observasi terhadap pelaksanaan
di bawah supervisi jika dibutuhkan), level chairside teaching dan studi dokumen
4 (bekerja tanpa supervisi), dan level 5 buku panduan profesi dan buku kerja
(melakukan supervisi pada sejawat). klinik mahasiswa sebagai triangulasi.
Level supervisi berhubungan dengan level Analisis data dilakukan bersamaan
EPA dan capaian milestone peserta didik dengan pengumpulan data. Peneliti
(Touchie dkk, 2016). Pelaksanaan bertindak sebagai moderator dan
supervisi tidak bisa diseragamkan pada interviewer pada seluruh FGD dan
semua jenis tindakan, namun sangat wawancara mendalam yang dilakukan.
bergantung pada kemampuan dan tahapan Seluruh wawancara mendalam dan FGD
milestone yang telah dicapai oleh peserta yang dilakukan direkam dengan
didik menggunakan perekam suara dan
Hal ini menjadikan aplikasi dilakukan transkripsi verbatim. Data yang
chairside teaching menjadi hal yang dikumpulkan kemudian dianalisis dengan
menarik untuk dikaji. Chairside teaching menggunakan analisis tematik untuk
memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi subtema dan tema yang
berinteraksi secara intensif antara peserta didapatkan. Seluruh partisipan dalam
12 NUR HN PRASTIYANI, ESTIVANA FELAZA, ARDI FINDYARTINI
dengan membuat time table. Responden pekerjaan yang telah dilakukan harus
lain menambahkan, pada prosedur menunggu beberapa saat atau bahkan
tindakan tertentu, mahasiswa melakukan hingga pergantian shift dosen jaga.
latihan antar teman sebelum melakukan Semua sesi chairside teaching yang
prosedur tindakan langsung pada pasien. diobservasi dimulai dengan briefing
“…sebenarnya si saya izinkan kalau untuk memastikan pemahaman
dia mau kerja banyak pasien dalam mahasiswa terkait kasus yang akan
satu waktu asalkan keburu tapi kalau ditangani, dilanjutkan dengan melakukan
tidak sebaiknya satu saja karena perawatan pada pasien yang tidak
mereka masih pendidikan ya” (P2). sepenuhnya disupervisi secara langsung,
dan pemberian umpan balik atas
Saat FGD, peserta didik juga pekerjaan yang telah dilakukan oleh
menyampaikan harapannya terkait mahasiswa. Dosen pembimbing juga
pembelajaran klinik dengan pasien. melatih kedisiplinan mahasiswa dalam
Peserta didik berharap dosen tidak menjalankan Standard Operating
mempersulit mahasiswa selama Procedure (SOP) pelayanan agar
pendidikan dan memperkenalkan mahasiswa mampu bekerja secara
teknologi terbaru dalam bidang professional.
kedokteran gigi.
“...harapannya jangan ada Hasil studi dokumen
intimidasi ataupun mempersulit. Pada penelitian ini, dokumen
Kita pasti banyak salahnya, tapi yang dipelajari adalah buku panduan
bagaimana biar kita lebih bisa di profesi dan buku penilaian kerja klinik
bidang itu tu harus gimana gitu loh mahasiswa tahap profesi FKG
dok” (F1M7). Universitas Yarsi. Buku panduan profesi
mencantumkan bahwa kurikulum profesi
Hasil observasi terhadap praktik dilakukan secara integrasi berdasarkan
chairside teaching jumah kasus minimal (requirement) dari
Observasi dilakukan pada sepuluh setiap departemen. Pembelajaran pada
proses pembelajaran chairside teaching fase profesi di Kedokteran Gigi
dengan kasus, dosen, dan mahasiswa Universitas Yarsi menekankan pada
yang berbeda-beda di putaran dalam pencapaian kompetensi mahasiswa
program profesi RSGM Fakultas melalui tindakan perawatan secara
Kedokteran Gigi Universitas Yarsi. langsung kepada pasien dengan supervisi
Delapan dari sepuluh pasien yang dosen pengawas klinik.
dilakukan perawatan oleh mahasiswa saat Buku panduan profesi
observasi merupakan pasien yang dibawa menyatakan bahwa mahasiswa
oleh mahasiswa, sedangkan sisanya melakukan kerja klinik di putaran dalam
adalah pasien yang datang berkunjung ke RSGM Universitas Yarsi selama 73
RSGM Universitas Yarsi atas kesadaran minggu untuk klinik integrasi yang
sendiri. tersebar pada semester satu sampai
Pada saat observasi berlangsung, empat, 6 minggu untuk klinik pedodonti
didapatkan beberapa dosen yang tidak yang tersebar di semester satu sampai
stand by di klinik integrasi karena harus tiga, serta klinik radiologi yang ber-
menyelesaikan tugas lain, sehingga saat langsung selama 4 minggu. Mahasiswa
mahasiswa hendak melaporkan langkah
EKSPLORASI PEMBELAJARAN DENGAN KETERLIBATAN LANGSUNG PASIEN PADA 15
PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI
perlu memastikan bahwa peserta didik kontinuitas perawatan dapat terjaga, perlu
telah memahami setiap langkah tindakan upaya penyesuaian model supervisi,
yang akan dilakukan. Briefing dapat kemampuan mahasiswa membina
dilakukan secara individual maupun rapport dengan pasien, dan adanya
berkelompok. Briefing yang dilakukan dokumentasi berkelanjutan terhadap hasil
secara berkelompok memberikan pelayanan dan performa mahasiswa.
kesempatan kepada mahasiswa untuk
ikut mempelajari kasus temannya. Selain b. Peran mahasiswa
itu, sesi briefing dapat memberikan Kualitas peserta didik merupakan
masukan pada pengajar tentang kesiapan komponen yang juga dibutuhkan untuk
setiap peserta didik, sehingga peserta menciptakan chairside teaching yang
didik yang belum siap dapat diberikan baik. Mahasiswa diharapkan mampu
kesempatan lebih untuk mempersiapkan terlibat aktif dalam pembelajaran ini
diri sebelum melakukan tindakan pada (Wilson dkk, 2015). Seluruh sumber data
pasien (Wilson dkk, 2015). pada penelitian ini mengonfirmasi
Pada pembelajaran dewasa, adanya keterlibatan aktif mahasiswa
mahasiswa perlu melihat relevansi antara dalam chairside teaching, namun
teori dan praktik serta terlibat aktif dalam mahaiswa menyatakan bahwa
diskusi kasus yang menjadi topik kesempatan terlibat dalam pelayanan
pembelajaran. Metode pembelajaran kepada pasien di putaran luar (Rumah
yang menggunakan kasus klinis sebagai Sakit) terbatas dan tergantung dari rumah
acuan dinamakan case-based learning sakit jejaring yang terlibat. Menurut
(CBL) (Mc. Lean, 2016). CBL bertujuan pemangku kebijakan, kondisi ini
untuk mempersiapkan mahasiswa dikarenakan tujuan pembelajaran pada
menangani kasus klinis dengan putaran luar adalah untuk mendapatkan
menggunakan kasus yang sebenarnya pengalaman terkait kasus dan tindakan
terjadi. CBL menghubungkan teori perawatan yang tidak dapat ditemui pada
dengan praktik melalui aplikasi putaran dalam melalui observasi, bukan
pengetahuan ke dalam kasus yang akan memberikan perawatan langsung pada
ditangani (Thistlewaite, 2012; Mc. Lean, pasien.
2016). Berdasarkan hasil penelitian ini, Pada penelitian ini didapatkan
CBL digunakan dalam sesi briefing pada mahasiswa terlibat dalam memberikan
chairside teaching untuk membantu pelayanan secara langsung kepada
mahasiswa memahami kasus yang pasien, mulai dari melakukan anamnesis,
dikerjakan secara mendetail dan pemeriksaan kesehatan umum,
komprehensif. melakukan pemeriksaan kondisi rongga
Responden menyatakan bahwa mulut dan gigi-geligi pasien, memberikan
pembelajaran klinik dengan pasien di edukasi, menegakkan diagnosis dan
kedokteran gigi disusun berdasarkan rencana perawatan hingga melakukan
kriteria syarat kasus minimal perawatan pada pasiennya. Menurut
(requirement) yang harus dipenuhi oleh Wilson dkk (2015), peserta didik dalam
peserta didik. Setiap kasus membutuhkan chairside teaching memiliki tanggung
perawatan yang bersifat kontinyu kontinu jawab untuk memenuhi standar yang
dan berkelanjutan menyediakan interaksi diberikan dalam sikap dan keilmuan sejak
yang intensif antara mahasiswa, pasien, pertama kali masuk ke dalam fase profesi.
dan dosennya. Oleh karena itu, agar Peserta didik diharapkan dapat secara
18 NUR HN PRASTIYANI, ESTIVANA FELAZA, ARDI FINDYARTINI
aktif belajar dari segala sumber daya yang melakukan tindakan langsung pada
ada selama berada di tahap klinik, melalui pasien dalam kondisi klinis. Beberapa
pemahaman terhadap kasus yang model pengajaran procedural skills
dihadapi, maupun melalui interaksi menyatakan bahwa paparan klinis yang
dengan pasien, perawat gigi, teknisi, sistematis harus dicapai melalui beberapa
maupun rekan sebaya (Tolsgaard dkk, langkah sebelum mahasiswa langsung
2007; Wilson dkk, 2015; Tai dkk, 2015). melakukan prosedur tindakan pada
Perawatan kesehatan gigi yang pasien (Reznick dkk, 2006; Grantcharov
bersifat kontinyu menjadi tantangan bagi dkk, 2008). Pengajaran procedural sklills
mahasiswa untuk dapat membina menyarankan untuk melakukan observasi
hubungan baik dengan pasien agar pasien yang memadai (visualisasi dan
berkenan untuk kembali datang hingga verbalisasi) setelah mahasiswa
perawatan selesai. Mahasiswa juga perlu memahami secara utuh prosedur yang
melakukan manajemen kunjungan dan akan dilakukan, diikuti dengan praktik
perawatan pasien dengan pada pasien yang memang memiliki
mempertimbangkan durasi pelayanan indikasi untuk dilakukan tindakan
dalam pendidikan profesi. Untuk dapat tersebut (Reznick dkk, 2006). Tindakan
meningkatkan kualitas interaksi ini, ini juga dilakukan dengan persetujuan
mahasiswa dapat memberikan edukasi pasien melalui informed consent. Selain
yang baik pada pasien terkait kondisi itu, hal tersebut juga bertentangan dengan
kesehatan rongga mulutnya serta kode etik kedokteran yang memiliki
membuat time table yang berisi jadwal prinsip non maleficience (MKEK, 2004).
kunjungan pasien. Prinsip ini menekankan pada tindakan
Responden lain menambahkan, penyelamatan dan tidak membahayakan
pada prosedur tindakan tertentu, pasien, dalam hal ini teman sejawat yang
mahasiswa melakukan latihan antar dijadikan sebagai tempat latihan uji coba
teman sebelum melakukan prosedur tindakan.
tindakan langsung pada pasien. Hal ini
dilakukan untuk menjamin keamanan c. Peran staf pengajar
pasien yang ditangani dengan Pada pembelajaran chairside
memastikan pemahaman mahasiswa teaching, staf pengajar harus dapat
tentang anatomi rongga mulut dan menjadi role model bagi peserta didik
jaringan pendukung di sekitarnya. (Harden, 2000; Sweet dkk, 2008; Wilson
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa dkk, 2015) dalam perannya sebagai
rekan sebaya dapat membantu seorang dosen dan sebagai tenaga
mengajarkan kemampuan prosedural kesehatan (Harden, 2000). Seorang dosen
sebaik ahli dan sesuai dengan silabus klinik dapat menjadi role model dalam
yang ada (Tolsgaard dkk, 2007). mengajarkan tentang pelayanan pasien
Mahasiswa dapat berlatih dengan maupun melalui diskusi dalam
bantuan dan bimbingan dari rekan sebaya menyelesaikan masalah klinis yang
agar dapat menguasai prosedur tindakan ditemui (Harden, 2000). Role model
yang dibutuhkan (Tolsgaard dkk, 2007; sebagai seorang tenaga kesehatan dapat
Tai dkk, 2015). ditunjukkan melalui antusiasme dalam
Setelah mahasiswa dinyatakan menjalankan perannya sebagai seorang
lulus dari tahap pre-klinik, mahasiswa dokter serta membina hubungan yang
harus mendapatkan pembelajaran
EKSPLORASI PEMBELAJARAN DENGAN KETERLIBATAN LANGSUNG PASIEN PADA 19
PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI
baik dengan pasien dan tenaga kesehatan namun keberadaannya memengaruhi atau
lain (Ambrozy, 1997; Harden, 2000). dipengaruhi oleh berbagai kejadian yang
Selain itu, staf pengajar melibatkan mahasiswa (Ajjawi dkk,
diharapkan mampu menjalankan 2016). Exosystem di bidang akademik
berbagai peran yang dibutuhkan sebagai antara lain penyusun kurikulum,
seorang pengajar. Penelitian ini penyusun asesmen, komite penyusun
menunjukkan bahwa staf pengajar kebijakan, hingga organisasi penyusun
menyadari berbagai perannya dalam kompetensi. Exosystem di klinik terdiri
pendidikan profesi di kedokteran gigi. atas staf rumah sakit, dekan, komite
Beberapa staf pengajar menyadari bahwa pendidikan, bahkan kementerian
dirinya berperan sebagai pengelola kesehatan.
pendidikan profesi. Peran ini berkaitan Interaksi mahasiswa dengan
dengan tugas di bidang pendidikan, exosystem yang ada selama
penelitian, pengabdian masyarakat, serta pembelajarannya akan menentukan
kerja sama dengan wahana pendidikan penerimaan mahasiswa terhadap
lain dalam pendidikan profesi di masukan dalam pembelajaran (Ajjawi
kedokteran gigi. Selain itu, staf pengajar dkk, 2016). Kurikulum yang masih
juga menyadari bahwa mereka memiliki berorientasi pada nilai sumatif akan
peran khusus dalam chairside teaching. membentuk mahasiswa yang juga
Peran tersebut antara lain mendidik berorientasi pada nilai sumatif berupa
profesionalisme, membimbing, angka, sehingga perlu dilakukan evaluasi
melakukan supervisi dan evaluasi pada terhadap metode penilaian yang
pekerjaan mahasiswa. digunakan agar penilaian tidak hanya
Penelitian ini memberikan terfokus pada angka namun juga pada
masukan bahwa staf pengajar chairside penilaian formatif berupa pemberian
teaching bukan hanya berperan sebagai umpan balik yang konstruktif.
role model bagi peserta didik, namun juga Pemberian umpan balik pada
menjalankan berbagai peran lain yang pembelajaran di kedokteran gigi yang
dibutuhkan oleh seorang staf pengajar di melibatkan pasien secara langsung harus
bidang kedokteran. Harden dan Crosby mempertimbangkan keberlanjutan
menyebutkan bahwa seorang pengajar di perawatan. proses pemberian umpan
bidang kedokteran memiliki peran balik seharusnya tidak hanya terfokus
sebagai pemberi informasi, role model, pada kesalahan, namun memicu self-
fasilitator, penguji, perencana/ pengelola, assessment mahasiswa. Upaya ini
dan penyedia sumber pembelajaran diharapkan dapat memotivasi mahasiswa
(Harden, 2000). untuk menindaklanjuti umpan balik yang
Menurut teori sistem ekologi diberikan bukan hanya untuk memenuhi
yang dikemukakan oleh Bronfenbrenner target requirement, namun untuk
pada tahun 1979, kurikulum pendidikan mencapai kompetensi yang diharapkan.
profesi merupakan salah satu exosystem Pembahasan mengenai praktik pemberian
yang berinteraksi dengan peserta didik umpan balik pada pembelajaran klinik
selama proses pendidikannya. Exosystem dengan pasien di pendidikan kedokteran
merupakan berbagai sistem yang tidak gigi kami bahas pada paper lain.
melibatkan mahasiswa secara langsung,
20 NUR HN PRASTIYANI, ESTIVANA FELAZA, ARDI FINDYARTINI
R.M. Harden, Joy Crosby. 2000. AMEE review. BEME guide number 23.
Guide No 20: The good teacher is Med Teach. 34:E421–E444.
more than a lecturer - the twelve Tolsgaard, M. G., Gustafsson, A.,
roles of the teacher. Med Teach. Rasmussen, M. B., HØiby, P.,
22(4): 334-4. Müller, C. G., & Ringsted, C. 2007.
Sweet J., Wilson J., and Pugsley L. 2008. Student teachers can be as good as
Chairside Teaching and The associate professors in teaching
Perceptions of Dental Teachers in clinical skills. Med Teach. 29(6):
The UK. British Dental Journal. 553–7.
205(10): 565-9. TouchieC, Ten Cate O. 2016. The
Tai, J. H.-M., Canny, B. J., Haines, T. P., promise, perils, problems and
& Molloy, E.K. 2015. The role of progress of competency-based
peer-assisted learning in building medical education. Med Educ. 50:93-
evaluative judgement: opportunities 100.
in clinical medical education. Watling, C., LaDonna, K. A., Lingard, L.,
Advances in Health Sciences Voyer, S., & Hatala, R. 2016.
Education. 21(3): 659–76. “Sometimes the work just needs to be
Ten Cate O, Scheele F 2007. done”: socio-cultural influences on
Competency-based postgraduate direct observation in
training: can we bridge the gap medical training. Med Educ.
between theory and clinical practice? 50(10):1054–64.
Acad Med. 82:542–7. Wilson J., Sweet J., and Pugsley L. 2015.
Thistlewaite JE, Davies D, Ekeocha S, et Developmental Guidelines for Good
al. 2012. The effectiveness of case Chairside Teaching – A Consensus
based learning in health professional Report from Two Conferences. Eur J
education. A BEME systematic Dent Educ. 19: 185-191.