Anda di halaman 1dari 13

MAJALAH SAINSTEKES 7 (1): 009-021 (2020)

Eksplorasi Pembelajaran dengan Keterlibatan Langsung Pasien pada


Pendidikan Profesi Dokter Gigi

Exploration of Learning with Direct Patient Engagement in Dentistry


Professional Education

Nur HN Prastiyani1, Estivana Felaza2, Ardi Findyartini2


1
Faculty of Dentistry, YARSI University, Jakarta
2
Faculty of Medicine, Universitas Indonesia, Jakarta
Jalan Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Email: nur.hidayati@yarsi.ac.id

KATA KUNCI Keselamatan pasien, pendidikan tahap klinik, kedokteran gigi, supervisi,
chairside teaching

ABSTRAK Background: Pembelajaran tahap profesi di kedokteran gigi memberikan


kesempatan yang luas pada peserta didik untuk memberikan pelayanan
secara langsung pada pasien (chairside teaching). Hal ini tentu
memerlukan perhatian yang besar terhadap keselamatan pasien, sehingga
dibutuhkan adanya supervisi dan pemberian umpan balik dalam
pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi
pembelajaran dengan keterlibatan langsung pasien pada pendidikan pada
pendidikan profesi dokter gigi. Metode: Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan desain studi kasus yang dilakukan sejak
Januari sampai April 2019. Pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara mendalam dan focus group discussion (FGD) bersama dosen
pembimbing klinis dan mahasiswa tahap profesi di Kedokteran Gigi
Universitas Yarsi. Triangulasi data dilakukan dengan observasi terhadap
pelaksanaan chairside teaching. Data yang didapat dianalisis secara
kualitatif. Hasil: Wawancara mendalam dengan 5 pemangku kebijakan
dan FGD dengan 2 kelompok dosen pembimbing klinis (n=8 dan n=6),
serta 2 kelompok mahasiswa tahap profesi (n= masing-masing 8)
menghasilkan 3 tema. Ketiga tema tersebut yaitu peran staf pengajar,
lingkungan pembelajaran dengan pasien, dan peran mahasiswa.
Simpulan: Supervisi telah dilakukan dalam chairside teaching namun
belum optimal, sehingga dibutuhkan penyesuaian level supervisi yang
didukung dengan pemberian umpan balik konstruktif untuk menjamin
keselamatan pasien dan membantu mahasiswa mencapai kompetensi yang
diharapkan.
10 NUR HN PRASTIYANI, ESTIVANA FELAZA, ARDI FINDYARTINI

KEYWORDS Patient safety, clinical stage education, dentistry, supervision, chairside


teaching

ABSTRACT Background: Clinical stage learning in dentistry provides broad


opportunities for students to give services directly to patients (chairside
teaching). This certainly requires a great deal of attention to patient
safety, so there is a need for supervision and giving feedback in learning.
This study aimed to explore learning with the direct involvement of
patients in clinical dental stage in dentistry. Methods: This was a
qualitative study with a case study design, conducted from January to
April 2019. Data collection was carried out through in-depth interviews
and focus group discussions (FGD) with clinical supervisors and clincal
students at the Dentistry, Universitas Yarsi. Data triangulation was
carried out by observation of the implementation of chairside teaching.
The data obtained were analyzed qualitatively. Results: In-depth
interviews with 5 policy makers and FGDs with 2 groups of clinical
supervisors (n = 8 and n = 6), and 2 groups of clincal students (n = 8
each) produced 3 themes. These three themes are the role of clinical
teachers, the learning environment with patients, and the role of students.
Conclusion: Supervision had been carried out in chairside teaching but it
was not optimal yet. Therefore, it is necessary to adjust the level of
supervision which is supported by providing constructive feedback to
ensure patient safety and help students achieve the expected competencies.

PENDAHULUAN komunikasi dokter-pasien, pemeriksaan


fisik, penalaran klinis dan juga
Pendidikan dokter gigi merupakan penanganan pasien (Bassir dkk, 2014).
pendidikan yang terdiri atas tahap Chairside teaching merupakan
akademik dan profesi. Berdasarkan metode pembelajaran yang melibatkan
keterlibatan pasien, metode pembelajaran pasien dan paling banyak digunakan pada
pada tahap profesi terbagi menjadi 2 yaitu pembelajaran tahap profesi di kedokteran
metode pembelajaran yang langsung gigi (Wilson dkk, 2015). Metode ini
melibatkan pasien, dan metode yang memberikan kesempatan pada peserta
terfokus pada peningkatan pengetahuan didik untuk berlatih memberikan
tanpa keterlibatan pasien (KKI, 2015). pelayanan dan penanganan pasien agar
Tahap profesi di kedokteran gigi mencapai kompetensi yang diharapkan.
memberikan lebih banyak kesempatan Sebelum memberikan pelayanan kepada
pada peserta didik untuk memberikan pasien, peserta didik berdiskusi dengan
perawatan secara langsung kepada pasien dosen penanggung jawab klinik untuk
di bawah supervisi pembimbing klinik. memastikan peserta didik telah menguasai
Hal ini membutuhkan metode konsep dan prosedur tindakan yang akan
pembelajaran yang dapat mengakomodasi dilakukan pada pasiennya (Sweet dkk,
peserta didik dalam mengaplikasikan 2008; Wilson dkk, 2015). Hal ini
secara langsung keterampilan terkait diharapkan dapat menjamin terlaksananya
EKSPLORASI PEMBELAJARAN DENGAN KETERLIBATAN LANGSUNG PASIEN PADA 11
PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI

prinsip keselamatan pasien dalam didik, pasien, dan staf pengajar sehingga
pelayanan. dapat mendukung dan meningkatkan
Prinsip keselamatan pasien juga kemampuan peserta didik dalam
dapat diupayakan oleh dosen dengan pembelajaran dan pencapaian kompetensi
memberikan supervisi secara tepat pada peserta didik. Penelitian ini dilakukan
tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa untuk menggali informasi mengenai
(Kilminster, 2000; Wilson, 2015). praktik pelaksanaan pembelajaran dengan
Supervisi pada praktik klinik didefinisikan keterlibatan langsung pasien di
sebagai bentuk pengawasan, pengarahan, pendidikan tahap profesi kedokteran gigi.
dan ketersediaan umpan balik tentang
aspek personal, profesional,
perkembangan pencapaian tujuan METODOLOGI
pembelajaran dalam konteks pelayanan
pada pasien (Kilminster, 2000). Ten Cate Penelitian ini dilakukan di klinik
dan Scheele mencetuskan metode integrasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Entrustable Professional Activities (RSGM) Universitas Yarsi pada bulan
(EPAs) sebagai pendekatan yang Januari-Maret 2019. Desain penelitian ini
menyeluruh dalam penilaian dan merupakan studi kualitatif dengan
pengembangan kurikulum berbasis tempat pendekatan studi kasus.7 Pengumpulan
kerja (workplace-based curriculum). EPA data dilakukan dengan melakukan
merupakan penilaian bahwa seorang wawancara mendalam terhadap
peserta didik telah mencapai suatu level pemangku kebijakan serta Focus Group
kepercayaan untuk melakukan suatu Discussion (FGD) dengan staf pengajar
tindakan dengan atau tanpa supervisi dari dan mahasiswa tahap profesi untuk
pengajar (Ten Cate dkk, 2007). Semakin mengeksplorasi persepsi terkait praktik
tinggi level kepercayaan dari pengajar, pelaksanaan pembelajaran dengan
maka lever supervisi akan menurun. EPA keterlibatan pasien di kedokteran gigi.
memiliki 5 level penilaian, yaitu level 1 Responden dipilih dengan metode
(tidak diizinkan). Level 2 (bekerja di maximum variety sampling. Selain itu,
bawah supervisi penuh), level 3 (bekerja dilakukan observasi terhadap pelaksanaan
di bawah supervisi jika dibutuhkan), level chairside teaching dan studi dokumen
4 (bekerja tanpa supervisi), dan level 5 buku panduan profesi dan buku kerja
(melakukan supervisi pada sejawat). klinik mahasiswa sebagai triangulasi.
Level supervisi berhubungan dengan level Analisis data dilakukan bersamaan
EPA dan capaian milestone peserta didik dengan pengumpulan data. Peneliti
(Touchie dkk, 2016). Pelaksanaan bertindak sebagai moderator dan
supervisi tidak bisa diseragamkan pada interviewer pada seluruh FGD dan
semua jenis tindakan, namun sangat wawancara mendalam yang dilakukan.
bergantung pada kemampuan dan tahapan Seluruh wawancara mendalam dan FGD
milestone yang telah dicapai oleh peserta yang dilakukan direkam dengan
didik menggunakan perekam suara dan
Hal ini menjadikan aplikasi dilakukan transkripsi verbatim. Data yang
chairside teaching menjadi hal yang dikumpulkan kemudian dianalisis dengan
menarik untuk dikaji. Chairside teaching menggunakan analisis tematik untuk
memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi subtema dan tema yang
berinteraksi secara intensif antara peserta didapatkan. Seluruh partisipan dalam
12 NUR HN PRASTIYANI, ESTIVANA FELAZA, ARDI FINDYARTINI

penelitian ini menyetujui partisipasinya kompetensi yang diharapkan serta


secara tertulis. Kelaikan etik untuk melakukan evaluasi terhadap hasil
penelitian ini diberikan oleh Komite Etik pekerjaan mahasiswa. Selain itu,
Penelitian FKUI-RSCM pada bulan responden merasa memiliki peran sebagai
Desember 2018 manajer atau pengelola dalam
(0005/UN2.F1/ETIK/2019). menjalankan pendidikan profesi di
kedokteran gigi. Pengelolaan tersebut
berkaitan dengan tugas di bidang
ISI pendidikan, penelitian, pengabdian
masyarakat, serta kerja sama dengan
Beragam metode pengambilan data wahana pendidikan lain dalam pendidikan
yang telah dilakukan menghasilkan tiga profesi di kedokteran gigi.
tema yaituperan staf pengajar, lingkungan Salah satu responden
pembelajaran dengan pasien, serta peran menambahkan bahwa dalam pendidikan
mahasiswa. Hasil analisis tematik profesi di kedokteran gigi juga berperan
dijelaskan pada tabel 1. dalam mendidik profesionalisme peserta
didik dengan melayani pasien secara
1. Peran staf pengajar benar serta melatih kedisiplinan
Responden staf pengajar merasa mahasiswa sehingga kelak dapat menjadi
memiliki peran dalam membimbing dan dokter gigi yang professional.
melakukan supervisi pada kegiatan “…untuk pendidikan dan
pembelajaran di pendidikan profesi kedisiplinan mereka, kemudian juga
kedokteran gigi, memantau membimbing untuk mempersiapkan
perkembangan skill mahasiswa untuk kalo mereka udah jadi dokter gigi kan
membantu mahasiswa mencapai mereka kerja sendiri ya.”(P4)

Tabel 1. Hasil analisis tematik

Tema Subtema Jumlah Kutipan

Peran staf pengajar Membimbing dan melakukan supervisi 15


Fungsi manajemen/ pengelola 13
Mendidik profesionalisme 6
Mengevaluasi pekerjaan mahasiswa 2

Lingkungan pembelajaran Terdapat supervisi 23


dengan pasien
Karakteristik kasus menjadi acuan pembelajaran 14
Berdasarkan requirement 4

Peran mahasiswa Mahasiswa terlibat aktif dalam pembelajaran 16


Harapan mahasiswa terhadap pembelajaran 3
EKSPLORASI PEMBELAJARAN DENGAN KETERLIBATAN LANGSUNG PASIEN PADA 13
PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI

2. Lingkungan pembelajaran dengan bersamaan merupakan hal yang


pasien seringkali menjadi penyebab supervisi
yang tidak optimal.
Responden menyampaikan Responden menyatakan bahwa
bahwa supervisi dilakukan dalam pembelajaran klinik dengan pasien di
pembelajaran klinik dengan pasien. kedokteran gigi disusun berdasarkan
Supervisi terhadap pekerjaan mahasiswa kriteria syarat kasus minimal yang harus
dapat dilakukan dengan melihat langsung dipenuhi oleh peserta didik. Karakteristik
setiap langkah tindakan yang dilakukan setiap kasus yang ditemui dijadikan
oleh mahasiswa, serta melalui diskusi sebagai acuan pembelajaran melalui
untuk memastikan pemahaman diskusi dengan supervisornya.
mahasiswa terkait pekerjaan yang akan Mahasiswa menyampaikan jumlah kasus
dilakukan. Supervisi dilakukan secara minimal yang selalu berubah menjadi
lebih intensif jika mahasiswa melakukan tantangan dalam pembelajaran klinik
tindakan pada kasus yang berat/berisiko dengan pasien di kedokteran gigi.
dan pada mahasiswa yang baru pertama “... jadi sesuai dengan keluhan
kali melakukan suatu tindakan. pasien mahasiswa akan mengisi
Selanjutnya level supervisi akan menurun semacam laporan yang memang
seiring dengan banyaknya paparan kasus isinya salah satunya adalah status
serupa pada mahasiswa yang rongga mulut pasien yang akan jadi
bersangkutan. bahan pembelajaran bagi
“… kalau dia pertama kali mahasiswa” (P5).
mengerjakan nanti setiap tahap saya
ikuti, tapi kalau dia sudah 3. Peran mahasiswa
mengerjakan dua atau lebih pasien Pada pembelajaran klinik dengan
biasanya tidak seketat yang pertama pasien, mahasiswa terlibat dalam
karena saya beranggapan bahwa dia memberikan pelayanan secara langsung
sudah lebih mampu dibandingkan kepada pasien, mulai dari melakukan
dengan kondisi yang pertama” anamnesis, pemeriksaan kesehatan
(F2S6). umum, melakukan pemeriksaan kondisi
rongga mulut dan gigi-geligi pasien,
Seorang responden
memberikan edukasi, menegakkan
menambahkan mengenai pentingnya
diagnosis dan rencana perawatan hingga
pembagian supervisor agar mahasiswa
melakukan perawatan pada pasiennya.
mendapat paparan dengan semua dosen
Kondisi ini terjadi baik di putaran dalam
selama menjalani pendidikan profesi di
maupun putaran luar, namun kesempatan
kedokteran gigi. Metode ini dilakukan
terlibat dalam pelayanan kepada pasien di
agar mahasiswa mendapatkan
putaran luar (Rumah Sakit) terbatas dan
pengalaman dan ilmu dari berbagai
tergantung dari rumah sakit jejaring yang
sumber. Selain itu, seorang responden
terlibat. Keterlibatan aktif mahasiswa
menyatakan bahwa dalam melakukan
dalam memberikan pelayanan secara
supervisi terhadap pekerjaan mahasiswa
langsung kepada pasien membutuhkan
juga menemui tantangan dalam membagi
upaya dari mahasiswa untuk melakukan
waktu dengan tanggung jawab dan
manajemen kunjungan dan perawatan
pekerjaan lainnya. Berbagai peran yang
pasien dengan mempertimbangkan durasi
harus dijalani dalam waktu yang
pelayanan dalam pendidikan profesi
14 NUR HN PRASTIYANI, ESTIVANA FELAZA, ARDI FINDYARTINI

dengan membuat time table. Responden pekerjaan yang telah dilakukan harus
lain menambahkan, pada prosedur menunggu beberapa saat atau bahkan
tindakan tertentu, mahasiswa melakukan hingga pergantian shift dosen jaga.
latihan antar teman sebelum melakukan Semua sesi chairside teaching yang
prosedur tindakan langsung pada pasien. diobservasi dimulai dengan briefing
“…sebenarnya si saya izinkan kalau untuk memastikan pemahaman
dia mau kerja banyak pasien dalam mahasiswa terkait kasus yang akan
satu waktu asalkan keburu tapi kalau ditangani, dilanjutkan dengan melakukan
tidak sebaiknya satu saja karena perawatan pada pasien yang tidak
mereka masih pendidikan ya” (P2). sepenuhnya disupervisi secara langsung,
dan pemberian umpan balik atas
Saat FGD, peserta didik juga pekerjaan yang telah dilakukan oleh
menyampaikan harapannya terkait mahasiswa. Dosen pembimbing juga
pembelajaran klinik dengan pasien. melatih kedisiplinan mahasiswa dalam
Peserta didik berharap dosen tidak menjalankan Standard Operating
mempersulit mahasiswa selama Procedure (SOP) pelayanan agar
pendidikan dan memperkenalkan mahasiswa mampu bekerja secara
teknologi terbaru dalam bidang professional.
kedokteran gigi.
“...harapannya jangan ada Hasil studi dokumen
intimidasi ataupun mempersulit. Pada penelitian ini, dokumen
Kita pasti banyak salahnya, tapi yang dipelajari adalah buku panduan
bagaimana biar kita lebih bisa di profesi dan buku penilaian kerja klinik
bidang itu tu harus gimana gitu loh mahasiswa tahap profesi FKG
dok” (F1M7). Universitas Yarsi. Buku panduan profesi
mencantumkan bahwa kurikulum profesi
Hasil observasi terhadap praktik dilakukan secara integrasi berdasarkan
chairside teaching jumah kasus minimal (requirement) dari
Observasi dilakukan pada sepuluh setiap departemen. Pembelajaran pada
proses pembelajaran chairside teaching fase profesi di Kedokteran Gigi
dengan kasus, dosen, dan mahasiswa Universitas Yarsi menekankan pada
yang berbeda-beda di putaran dalam pencapaian kompetensi mahasiswa
program profesi RSGM Fakultas melalui tindakan perawatan secara
Kedokteran Gigi Universitas Yarsi. langsung kepada pasien dengan supervisi
Delapan dari sepuluh pasien yang dosen pengawas klinik.
dilakukan perawatan oleh mahasiswa saat Buku panduan profesi
observasi merupakan pasien yang dibawa menyatakan bahwa mahasiswa
oleh mahasiswa, sedangkan sisanya melakukan kerja klinik di putaran dalam
adalah pasien yang datang berkunjung ke RSGM Universitas Yarsi selama 73
RSGM Universitas Yarsi atas kesadaran minggu untuk klinik integrasi yang
sendiri. tersebar pada semester satu sampai
Pada saat observasi berlangsung, empat, 6 minggu untuk klinik pedodonti
didapatkan beberapa dosen yang tidak yang tersebar di semester satu sampai
stand by di klinik integrasi karena harus tiga, serta klinik radiologi yang ber-
menyelesaikan tugas lain, sehingga saat langsung selama 4 minggu. Mahasiswa
mahasiswa hendak melaporkan langkah
EKSPLORASI PEMBELAJARAN DENGAN KETERLIBATAN LANGSUNG PASIEN PADA 15
PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI

dapat melakukan perawatan secara Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi


langsung pada pasien di bidang penyakit Indonesia (AFDOKGI) yang
mulut, bedah mulut, konservasi gigi, menyatakan bahwa untuk mencapai
periodonsia, prosthodonsia, dan kompetensi yang diharapkan, peserta
orthodonsia saat menjalani putaran di didik harus mengerjakan kasus tertentu
klinik integrasi. Penilaian terhadap kerja dengan jumlah tertentu pula
klinik setiap mahasiswa dilakukan untuk (AFDOKGI, 2017), namun jumlah
menilai kompetensi klinik setiap requirement diserahkan pada kebijakan
individu. Mahasiswa dinyatakan tiap institusi pendidikan kedokteran gigi.
kompeten jika telah menyelesaikan Responden mahasiswa pada
seluruh pekerjaan klinik dan mendapat penelitian ini menyampaikan bahwa
nilai ≥ 80. jumlah requirement yang selalu berubah
Chairside teaching didefinisikan menjadi tantangan dalam pembelajaran
sebagai metode pembelajaran yang klinik dengan pasien di Kedokteran Gigi
dilakukan ketika peserta didik melakukan Universitas Yarsi. Menurut hasil
pelayanan pasien pada tahap profesi di observasi, sebagian besar pasien yang
pendidikan kedokteran gigi (Wilson dkk, ditangani mahasiswa dalam chairside
2015). teaching merupakan pasien yang mereka
cari dan bawa sendiri, bahkan mereka
a. Lingkungan pembelajaran dengan juga yang membiayai perawatan yang
pasien dilakukan. Perubahan jumlah
Lingkungan pembelajaran dengan requirement akan berdampak pada usaha
pasien merupakan lingkungan praktik yang dibutuhkan mahasiswa untuk
bagi mahasiswa dalam memberikan mencari dan membawa kembali pasien
pelayanan secara langsung pada pasien. yang akan dilakukan perawatan.
Lingkungan praktik didefinisikan Penelitian ini memberi masukan bahwa
sebagai lingkungan pembelajaran baik kurikulum pendidikan dokter gigi yang
bersifat fisik maupun nonfisik berbasis requirement memberikan
(Hutchinson, 2003) yang mendukung tantangan yang cukup besar bagi
peserta didik memberikan pelayanan mahasiswa dalam melaksanakan
yang optimal (Wilson, 2015). chairside teaching terutama dalam hal
Kurikulum pendidikan profesi ketersediaan pasien dan biaya perawatan.
kedokteran gigi merupakan salah satu Mahasiswa berharap dalam menghadapi
lingkungan pembelajaran yang bersifat tantangan dalam pembelajaran ini, staf
nonfisik (Fontana dkk, 2017). pengajar tidak mempersulit mahasiswa
Responden pemangku kebijakan dan selama pendidikan dan memperkenalkan
hasil analisis terhadap dokumen teknologi terbaru dalam bidang
kurikulum pada penelitian ini kedokteran gigi.
menjelaskan bahwa kurikulum Lingkungan pembelajaran lain
pendidikan profesi di kedokteran gigi yang bersifat nonfisik adalah supervisi
dilakukan secara terintegrasi (Wilson, 2015). Supervisi dilakukan
berdasarkan jumah kasus minimal melalui observasi langsung setiap
(requirement) dari setiap departemen. langkah tindakan yang dilakukan oleh
Hal ini sesuai dengan pernyataan mahasiswa maupun melalui diskusi untuk
16 NUR HN PRASTIYANI, ESTIVANA FELAZA, ARDI FINDYARTINI

memastikan pemahaman mahasiswa lingkungan praktik dalam chairside


terkait pekerjaan yang akan dilakukan. teaching (Wilson dkk, 2015). Pasien
Supervisi dilakukan secara lebih intensif berperan penting dalam pembelajaran
jika mahasiswa melakukan tindakan pada tahap klinik melalui pemberian informasi
kasus yang berat/ berisiko dan pada yang komprehensif terkait tanda dan
mahasiswa yang baru pertama kali gejala yang dirasakannya, sekaligus
melakukan suatu tindakan. Selanjutnya kebutuhan dan harapannya atas
level supervisi akan menurun seiring pelayanan yang diberikan. Perawatan
dengan banyaknya paparan kasus serupa yang dilakukan harus melalui persetujuan
pada mahasiswa yang bersangkutan pasien dengan mempertimbangkan latar
(Eriksen dkk, 2008; Wilson dkk, 2015). belakang emosional, dan sosioekonomi
Penelitian ini memberikan pasien (Watling dkk, 2016). Syarat
masukan bahwa pelaksanaan supervisi di penting dari segala jenis perawatan yang
pendidikan profesi kedokteran gigi belum dilakukan peserta didik dalam chairside
sepenuhnya mengikuti tahapan milestone teaching adalah tidak melakukan
yang ada. Kondisi supervisi yang belum tindakan yang membahayakan
optimal merupakan hal yang disadari oleh keselamatan maupun merugikan
staf pengajar. Hal ini dikarenakan beban kepentingan pasien. Pada pembelajaran
tugas staf pengajar yang cukup banyak ini, staf pengajar merupakan pihak yang
membuat staf pengajar merasa kesulitan secara hukum bertanggung jawab atas
mengalokasikan cukup waktu dalam keselamatan pasien sehingga perlu
melakukan supervisi pada pekerjaan melakukan supervisi terhadap tindakan
mahasiswa. Kondisi ini mendukung yang dilakukan oleh mahasiswa (Fugill,
literatur yang menyatakan bahwa 2005). Mahasiswa perlu menyadari
supervisi berupa observasi secara keterbatasannya dan berkolaborasi
langsung yang dilanjutkan dengan dengan pembimbing (Wilson dkk, 2015),
pemberian umpan balik merupakan rekan sebaya (Tolsgaard dkk, 2007),
bentuk supervisi yang efektif namun maupun perawat gigi melalui diskusi
penerapannya masih kurang optimal untuk menjamin keselamatan pasien yang
(Kilminster, 2000). Kondisi ini dapat ditangani (Tolsgaard dkk, 2007; Wilson
diatasi dengan mengaplikasikan dkk, 2015). Mahasiswa menyajikan
pendekatan EPA secara tepat sesuai setiap kasus yang ditemui dalam bentuk
dengan kemampuan dan tahapan laporan kasus yang akan didiskusikan
milestone yang telah dicapai peserta bersama teman mahasiswa dan dosen
didik. Supervisor juga dapat memberikan pembimbingnya. Selain itu, karakteristik
kesempatan kepada mahasiswa untuk khas dari masing-masing kasus menjadi
melakukan refleksi diri serta diskusi bahan pembelajaran dan penilaian.
bersama supervisor setelah tindakan Menurut Wilson, dkk (2015),
selesai dilakukan. Refleksi diri yang langkah praktik pelaksanaan chairside
dilakukan secara benar dapat membantu teaching dimulai dengan briefing. Fase
mahasiswa mengidentifikasi upaya ini merupakan fase paling awal sebelum
perbaikan yang harus dilakukan untuk mahasiswa melakukan perawatan kepada
performa pelayanan yang lebih baik (Hill, pasien. Saat briefing, peserta didik dan
2017). pengajar klinis berkumpul untuk berbagi
Selain kurikulum dan supervisi, informasi tentang keadaan pasien dan
pasien juga menjadi bagian dari karakteristik penyakitnya. Staf pengajar
EKSPLORASI PEMBELAJARAN DENGAN KETERLIBATAN LANGSUNG PASIEN PADA 17
PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI

perlu memastikan bahwa peserta didik kontinuitas perawatan dapat terjaga, perlu
telah memahami setiap langkah tindakan upaya penyesuaian model supervisi,
yang akan dilakukan. Briefing dapat kemampuan mahasiswa membina
dilakukan secara individual maupun rapport dengan pasien, dan adanya
berkelompok. Briefing yang dilakukan dokumentasi berkelanjutan terhadap hasil
secara berkelompok memberikan pelayanan dan performa mahasiswa.
kesempatan kepada mahasiswa untuk
ikut mempelajari kasus temannya. Selain b. Peran mahasiswa
itu, sesi briefing dapat memberikan Kualitas peserta didik merupakan
masukan pada pengajar tentang kesiapan komponen yang juga dibutuhkan untuk
setiap peserta didik, sehingga peserta menciptakan chairside teaching yang
didik yang belum siap dapat diberikan baik. Mahasiswa diharapkan mampu
kesempatan lebih untuk mempersiapkan terlibat aktif dalam pembelajaran ini
diri sebelum melakukan tindakan pada (Wilson dkk, 2015). Seluruh sumber data
pasien (Wilson dkk, 2015). pada penelitian ini mengonfirmasi
Pada pembelajaran dewasa, adanya keterlibatan aktif mahasiswa
mahasiswa perlu melihat relevansi antara dalam chairside teaching, namun
teori dan praktik serta terlibat aktif dalam mahaiswa menyatakan bahwa
diskusi kasus yang menjadi topik kesempatan terlibat dalam pelayanan
pembelajaran. Metode pembelajaran kepada pasien di putaran luar (Rumah
yang menggunakan kasus klinis sebagai Sakit) terbatas dan tergantung dari rumah
acuan dinamakan case-based learning sakit jejaring yang terlibat. Menurut
(CBL) (Mc. Lean, 2016). CBL bertujuan pemangku kebijakan, kondisi ini
untuk mempersiapkan mahasiswa dikarenakan tujuan pembelajaran pada
menangani kasus klinis dengan putaran luar adalah untuk mendapatkan
menggunakan kasus yang sebenarnya pengalaman terkait kasus dan tindakan
terjadi. CBL menghubungkan teori perawatan yang tidak dapat ditemui pada
dengan praktik melalui aplikasi putaran dalam melalui observasi, bukan
pengetahuan ke dalam kasus yang akan memberikan perawatan langsung pada
ditangani (Thistlewaite, 2012; Mc. Lean, pasien.
2016). Berdasarkan hasil penelitian ini, Pada penelitian ini didapatkan
CBL digunakan dalam sesi briefing pada mahasiswa terlibat dalam memberikan
chairside teaching untuk membantu pelayanan secara langsung kepada
mahasiswa memahami kasus yang pasien, mulai dari melakukan anamnesis,
dikerjakan secara mendetail dan pemeriksaan kesehatan umum,
komprehensif. melakukan pemeriksaan kondisi rongga
Responden menyatakan bahwa mulut dan gigi-geligi pasien, memberikan
pembelajaran klinik dengan pasien di edukasi, menegakkan diagnosis dan
kedokteran gigi disusun berdasarkan rencana perawatan hingga melakukan
kriteria syarat kasus minimal perawatan pada pasiennya. Menurut
(requirement) yang harus dipenuhi oleh Wilson dkk (2015), peserta didik dalam
peserta didik. Setiap kasus membutuhkan chairside teaching memiliki tanggung
perawatan yang bersifat kontinyu kontinu jawab untuk memenuhi standar yang
dan berkelanjutan menyediakan interaksi diberikan dalam sikap dan keilmuan sejak
yang intensif antara mahasiswa, pasien, pertama kali masuk ke dalam fase profesi.
dan dosennya. Oleh karena itu, agar Peserta didik diharapkan dapat secara
18 NUR HN PRASTIYANI, ESTIVANA FELAZA, ARDI FINDYARTINI

aktif belajar dari segala sumber daya yang melakukan tindakan langsung pada
ada selama berada di tahap klinik, melalui pasien dalam kondisi klinis. Beberapa
pemahaman terhadap kasus yang model pengajaran procedural skills
dihadapi, maupun melalui interaksi menyatakan bahwa paparan klinis yang
dengan pasien, perawat gigi, teknisi, sistematis harus dicapai melalui beberapa
maupun rekan sebaya (Tolsgaard dkk, langkah sebelum mahasiswa langsung
2007; Wilson dkk, 2015; Tai dkk, 2015). melakukan prosedur tindakan pada
Perawatan kesehatan gigi yang pasien (Reznick dkk, 2006; Grantcharov
bersifat kontinyu menjadi tantangan bagi dkk, 2008). Pengajaran procedural sklills
mahasiswa untuk dapat membina menyarankan untuk melakukan observasi
hubungan baik dengan pasien agar pasien yang memadai (visualisasi dan
berkenan untuk kembali datang hingga verbalisasi) setelah mahasiswa
perawatan selesai. Mahasiswa juga perlu memahami secara utuh prosedur yang
melakukan manajemen kunjungan dan akan dilakukan, diikuti dengan praktik
perawatan pasien dengan pada pasien yang memang memiliki
mempertimbangkan durasi pelayanan indikasi untuk dilakukan tindakan
dalam pendidikan profesi. Untuk dapat tersebut (Reznick dkk, 2006). Tindakan
meningkatkan kualitas interaksi ini, ini juga dilakukan dengan persetujuan
mahasiswa dapat memberikan edukasi pasien melalui informed consent. Selain
yang baik pada pasien terkait kondisi itu, hal tersebut juga bertentangan dengan
kesehatan rongga mulutnya serta kode etik kedokteran yang memiliki
membuat time table yang berisi jadwal prinsip non maleficience (MKEK, 2004).
kunjungan pasien. Prinsip ini menekankan pada tindakan
Responden lain menambahkan, penyelamatan dan tidak membahayakan
pada prosedur tindakan tertentu, pasien, dalam hal ini teman sejawat yang
mahasiswa melakukan latihan antar dijadikan sebagai tempat latihan uji coba
teman sebelum melakukan prosedur tindakan.
tindakan langsung pada pasien. Hal ini
dilakukan untuk menjamin keamanan c. Peran staf pengajar
pasien yang ditangani dengan Pada pembelajaran chairside
memastikan pemahaman mahasiswa teaching, staf pengajar harus dapat
tentang anatomi rongga mulut dan menjadi role model bagi peserta didik
jaringan pendukung di sekitarnya. (Harden, 2000; Sweet dkk, 2008; Wilson
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa dkk, 2015) dalam perannya sebagai
rekan sebaya dapat membantu seorang dosen dan sebagai tenaga
mengajarkan kemampuan prosedural kesehatan (Harden, 2000). Seorang dosen
sebaik ahli dan sesuai dengan silabus klinik dapat menjadi role model dalam
yang ada (Tolsgaard dkk, 2007). mengajarkan tentang pelayanan pasien
Mahasiswa dapat berlatih dengan maupun melalui diskusi dalam
bantuan dan bimbingan dari rekan sebaya menyelesaikan masalah klinis yang
agar dapat menguasai prosedur tindakan ditemui (Harden, 2000). Role model
yang dibutuhkan (Tolsgaard dkk, 2007; sebagai seorang tenaga kesehatan dapat
Tai dkk, 2015). ditunjukkan melalui antusiasme dalam
Setelah mahasiswa dinyatakan menjalankan perannya sebagai seorang
lulus dari tahap pre-klinik, mahasiswa dokter serta membina hubungan yang
harus mendapatkan pembelajaran
EKSPLORASI PEMBELAJARAN DENGAN KETERLIBATAN LANGSUNG PASIEN PADA 19
PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI

baik dengan pasien dan tenaga kesehatan namun keberadaannya memengaruhi atau
lain (Ambrozy, 1997; Harden, 2000). dipengaruhi oleh berbagai kejadian yang
Selain itu, staf pengajar melibatkan mahasiswa (Ajjawi dkk,
diharapkan mampu menjalankan 2016). Exosystem di bidang akademik
berbagai peran yang dibutuhkan sebagai antara lain penyusun kurikulum,
seorang pengajar. Penelitian ini penyusun asesmen, komite penyusun
menunjukkan bahwa staf pengajar kebijakan, hingga organisasi penyusun
menyadari berbagai perannya dalam kompetensi. Exosystem di klinik terdiri
pendidikan profesi di kedokteran gigi. atas staf rumah sakit, dekan, komite
Beberapa staf pengajar menyadari bahwa pendidikan, bahkan kementerian
dirinya berperan sebagai pengelola kesehatan.
pendidikan profesi. Peran ini berkaitan Interaksi mahasiswa dengan
dengan tugas di bidang pendidikan, exosystem yang ada selama
penelitian, pengabdian masyarakat, serta pembelajarannya akan menentukan
kerja sama dengan wahana pendidikan penerimaan mahasiswa terhadap
lain dalam pendidikan profesi di masukan dalam pembelajaran (Ajjawi
kedokteran gigi. Selain itu, staf pengajar dkk, 2016). Kurikulum yang masih
juga menyadari bahwa mereka memiliki berorientasi pada nilai sumatif akan
peran khusus dalam chairside teaching. membentuk mahasiswa yang juga
Peran tersebut antara lain mendidik berorientasi pada nilai sumatif berupa
profesionalisme, membimbing, angka, sehingga perlu dilakukan evaluasi
melakukan supervisi dan evaluasi pada terhadap metode penilaian yang
pekerjaan mahasiswa. digunakan agar penilaian tidak hanya
Penelitian ini memberikan terfokus pada angka namun juga pada
masukan bahwa staf pengajar chairside penilaian formatif berupa pemberian
teaching bukan hanya berperan sebagai umpan balik yang konstruktif.
role model bagi peserta didik, namun juga Pemberian umpan balik pada
menjalankan berbagai peran lain yang pembelajaran di kedokteran gigi yang
dibutuhkan oleh seorang staf pengajar di melibatkan pasien secara langsung harus
bidang kedokteran. Harden dan Crosby mempertimbangkan keberlanjutan
menyebutkan bahwa seorang pengajar di perawatan. proses pemberian umpan
bidang kedokteran memiliki peran balik seharusnya tidak hanya terfokus
sebagai pemberi informasi, role model, pada kesalahan, namun memicu self-
fasilitator, penguji, perencana/ pengelola, assessment mahasiswa. Upaya ini
dan penyedia sumber pembelajaran diharapkan dapat memotivasi mahasiswa
(Harden, 2000). untuk menindaklanjuti umpan balik yang
Menurut teori sistem ekologi diberikan bukan hanya untuk memenuhi
yang dikemukakan oleh Bronfenbrenner target requirement, namun untuk
pada tahun 1979, kurikulum pendidikan mencapai kompetensi yang diharapkan.
profesi merupakan salah satu exosystem Pembahasan mengenai praktik pemberian
yang berinteraksi dengan peserta didik umpan balik pada pembelajaran klinik
selama proses pendidikannya. Exosystem dengan pasien di pendidikan kedokteran
merupakan berbagai sistem yang tidak gigi kami bahas pada paper lain.
melibatkan mahasiswa secara langsung,
20 NUR HN PRASTIYANI, ESTIVANA FELAZA, ARDI FINDYARTINI

PENUTUP Eriksen, H. M., Bergdahl, J., & Bergdahl,


M. 2008. A patient-centred approach
Kurikulum chairside teaching to teaching and learning in dental
yang berbasis requirement serta tindakan student clinical practice. Eur J Dent
perawatan gigi yang bersifat kontinu dan Educ, 12(3): 170–5.
berkelanjutan menyediakan interaksi Fontana M, Carlos G, Tracey P, David
yang intensif antara mahasiswa, pasien, CJ. 2017. Dental education required
dan dosennya. Oleh karena itu, for the changing health care
dibutuhkan adanya supervisi yang environtment. Journal of Dental
memadai dari staf pengajar agar Education. eS153-61. DOI:
menjamin keselamatan pasien serta 10.21815/JDE.017.022.
penilaian yang tidak hanya terfokus pada Fugill M. 2005. Teaching and learning in
angka namun juga berupa pemberian dental student clinical practice. Eur J
umpan balik yang konstruktif atas Dent Educ. 9: 131– 6.
performa peserta didik. Grantcharov TP, Reznick RK 2008.
Teaching Rounds: Teaching
Procedural Skills. BMJ. 336: 1129-
DAFTAR PUSTAKA 31.
Hill N., Brierly J. 2017. How to measure
Ajjawi R., Molloy E., Bearman M., Rees customer satisfaction.2nd edition.
CE. 2016. Contextual influences on Routledge: London.
feedback practices: An ecological Hutchinson L. 2003. ABC of learning
perspective. In Charles D., Bridges and teaching educational
SM., Chan CK., Glofcheski R. environment. BMJ. 326: 810-2.
editors. The enabling power of Kilminster SM, Jolly BC. 2000.
assessment 5: Scaling up assessment Effective supervision in clinical
for learning in higher education. practice settings: a literature review.
Singapore: Springer Nature. Med Educ. 27: 827–40.
Ambrozy, D.M., Irby, D.M., Bowen, J.L., Konsil Kedokteran Indonesia. 2015.
Burack, J.H., Carline, J.D. & Stritter, Standar Kompetensi Dokter Gigi
F.T. 1997. Role models ’perceptions Indonesia. Jakarta: KKI.
of themselves and their influence on McLean. 2016. Case-Based Learning and
students’ speciality choices, Acad its Application in Medical and
Med.,72(12): 1119-21. Health-Care Fields: AReview of
Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Worldwide Literature. Journal of
Indonesia. 2017. KPT Profesi Dokter Medical Education and Curricular
Gigi. Disampaikan pada workshop Development. 3: 39–49.
kurikulum profesi Kedokteran Gigi MKEK. 2004. Ikatan Dokter Indonesia,
Universitas Yarsi. Pedoman Pelaksanaan Kode Etik
Bassir SH, Sadr-Eshkevari P, Kedokteran Indonesia.
Amirikhorheh S, Karimbux NY. Reznick RK, MacRae H. 2006. Teaching
2014. Problem-based learning in technical skills—changes in the
dental education: A Systematic wind. N Engl JMed. 355:2664-9.
Review of Literature. J Dent Edu.
78(1): 98-109.
EKSPLORASI PEMBELAJARAN DENGAN KETERLIBATAN LANGSUNG PASIEN PADA 21
PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI

R.M. Harden, Joy Crosby. 2000. AMEE review. BEME guide number 23.
Guide No 20: The good teacher is Med Teach. 34:E421–E444.
more than a lecturer - the twelve Tolsgaard, M. G., Gustafsson, A.,
roles of the teacher. Med Teach. Rasmussen, M. B., HØiby, P.,
22(4): 334-4. Müller, C. G., & Ringsted, C. 2007.
Sweet J., Wilson J., and Pugsley L. 2008. Student teachers can be as good as
Chairside Teaching and The associate professors in teaching
Perceptions of Dental Teachers in clinical skills. Med Teach. 29(6):
The UK. British Dental Journal. 553–7.
205(10): 565-9. TouchieC, Ten Cate O. 2016. The
Tai, J. H.-M., Canny, B. J., Haines, T. P., promise, perils, problems and
& Molloy, E.K. 2015. The role of progress of competency-based
peer-assisted learning in building medical education. Med Educ. 50:93-
evaluative judgement: opportunities 100.
in clinical medical education. Watling, C., LaDonna, K. A., Lingard, L.,
Advances in Health Sciences Voyer, S., & Hatala, R. 2016.
Education. 21(3): 659–76. “Sometimes the work just needs to be
Ten Cate O, Scheele F 2007. done”: socio-cultural influences on
Competency-based postgraduate direct observation in
training: can we bridge the gap medical training. Med Educ.
between theory and clinical practice? 50(10):1054–64.
Acad Med. 82:542–7. Wilson J., Sweet J., and Pugsley L. 2015.
Thistlewaite JE, Davies D, Ekeocha S, et Developmental Guidelines for Good
al. 2012. The effectiveness of case Chairside Teaching – A Consensus
based learning in health professional Report from Two Conferences. Eur J
education. A BEME systematic Dent Educ. 19: 185-191.

Anda mungkin juga menyukai