: ADRIANI
NIM : BT2001001
KELAS : 1A
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Praktik keperawatan yang profesioal dan berkualitas harus didasarkan pada kode etik,
standar pelayanan, standar profesi dan standar prosedur operasional, sebagaimana
diamanatkan dalam Undang – Undang No. 38 Tahun 2014 tentang keperawatan. Dalam
mejudkan tujuan tersebut, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai
organisai profesi salah satunya berkewajiban menyusun Standar Asuhan Keperawatan.
Standar Asuhan Keperawatan memiliki tiga komponen utama, yaitu diagnosis
keperawatan, intervensi keperawatan dan luaran ( outcome ) keperawatan. PPNI telah
menerbitkan standar diagnosis keperawatan dan standar intervensi keperawatan. Untuk
menyempurnakan Standar Asuhan Keperawatan, perlu standar luaran keperawatan.
Standar luaran keperawatan akan menjadi acuan bagi perawat dalam menetapkan kondisi
atau status kesehatan seoptimal mungkin yang diharapkan dapat dicapai oleh klien setelah
pemberian intervensi keperawatan. Dengan adanya luaran keperawatan, maka tingkat
keberhasilan intervensi keperawatan daapat diamati dan diukur secara spesifik.
Penggunaan standar luaran keperawatan juga akan menjamin penggunaan terminologi
luaran keperawatan yang seragam dan terstandarisasi, sehingga luaran keperawatan dapat
dikomunikasikan secara rinci kepada sesama perawat dan atau tenaga kesehatan lainnya.
Jika terminologi keperawatan terstandarisasi, maka memungkinkan dilakukan pengukuran
secara akurat untuk menilai efektifitas dan kualitas asuhan keperawatan.
Selain itu, penggunaan kosakata terstandar memungkinkan peneapan sistem dokumentasi
secara elektronik dan berbasis komputer.sistem ini dapat menjadi basis data ( database)
luaran keperawatan untuk pengembangan penelitian dan praktik keperawatan berbasis
bukti, sehingga visibilitas kontribusi perawat terhadap luaran (outcome) pasien menjadi
semakin nyata ( Lunbergetal, 2008, pearson, 2003;Rutherford, 2008; Thede&Sewali,
2010).
Perawat telah menetapkan dan mendokumentasikan luaran keperawatan, namun karena
belum adanyan acuan yang distandarisasi dan diberlakukan di Indonesia, maka penetapan
luaran keperawatan menjadi tidak seragam, padahal penetapan luaran keperawatan akan
membantu perawat memfokuskan perhatian pada kualitas dan keamanan asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien. Mengingat pentingnya luaran keperawatan,
maka dibutuhkan standar luaran keperawatan yang dapat diterapkan secaranasional di
Indonesia dengan mangacu pada standar – standar dan referensi-refensi luaran
internasinal yang telah ada sebelumnya.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai organisasi profesi perawat yang
bertanggung jawab secara nasional atas peningkatan profesionalisme perawat dan kualitas
penyelenggaraann asuhan keperawatan, maka dianggap perlu untuk menerbitkan panduan
berupa Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SKLI) agar tercipta keseragaman
terminologi untuk menggambarkan ruang lingkup luaran yang di capai oleh perawat.
B. Tujuan
1. Menjadi panduan atau acuan bagi perawat dalam menetapkan luaran keperawatan
2. Meningkatkan otonomi perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan
3. Memudahkan komunikasi intraprofesional dan interprofesional dengan penggunaan
Istilah yang seragam dan terstandarisasi
4. Meningkatkan mutu asuhan keperawatan
C. Landasan Hukum
1. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
2. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Tenaga Kesehatan
4. Undang-Undang No. 38 Tahun 2009 tentang Keperawatan
5. Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.HK.02.02/MENKESI/148/1/2010 tentang izin dan Penyelanggaraan Praktik
Perawat, yang direvisi dengan Peratutan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
17 Tahun 2013.
Bab II
Ketentuan Umum
Standar Luaran Keperawatan Indonesia ( SLKI) adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai
pedoman penentuan luaran keperawatan dalam rangka memberikan asuhan keperawatan yang
aman, efektif dan etis. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) ini dalam
penyusunannya telah disesuaikan dan dikembangkan dari Standar Praktik Keperawatan
Indonesia yang dikeluarkan oleh PPNI tahun 2009. Adapun standar praktik keperawatan
terkait luaran keperawatan termuat Standar III dan standar V sebagai berikut.
Rasional
Perencanaan dikembangkan berdasarkan diagnosis keperawatan.
Kriteria Struktur
Tatanan praktek menyediakan
1. Sarana yang dibutuhkan untuk mengembangkan perencanaa.
2. Adanya mekanisme pencatatan, sehingga dapat dikomunikasikan.
Kriteria Proses
1. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah. Tujuan dan rencana tindakan
Keperawatan.
2. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.
3. Perencanaan bersifat individual ( sebagai individu kelompok dan masyarakat sesuai
dengan kondisi atau kebutuhan klien.
4. Mendokumentasikan rencana keperawatan.
Kriteria Hasil
1. Tersusunnya suatu rencana asuhan keperawatan klien.
2. Perencanaan mencerminkan penyelesaian terhadap diagnosis keperawatan.
3. Perencanaan tertulis dalam format yang singkat dan mudah didapatkan.
4. Perencanaan menunjukkan bukti adanya revisi pencapaian tujuan.
Standar V : Evaluasi
Perawat mengevaluasi perkembangan kesehatan klien terhadap dalam pencapaian tujuan
sesuai rencana yang telah ditetapkan dan merevisi data dasar dan perencanaan. Praktek
keperawatan merupakan suatu dinamis yang mencakup berbagai perubahan data, diagnosis
atau perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Efektivitas asuhan keperawatan tergantung
pada pengkajian yang berulang-ulang.
Kriteria Struktur
1. Tatanan Praktek menyediakan sarana dan lingkungan mendukung terlaksananya proses
evaliuasi.
2. Adanya akses informasi yang dapat digunakan perawat dalam menyempurnakan
perencanaan.
3. Adanya supervisi dan konsultasi untuk membatu perawat melakukan evaluasi secara
Kriteria Proses
1. Menyusun rencanaan evaluasi hasil tindakan secara komprehensif, tepat waktundan terus-
menerus
2. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan ke arah
pencapaian tujuan.
3. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan klien.
4. Bekerjasama dengan klien, keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
5. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.
6. Melakukan supervisi dan konsultasi klinik.
Kriteria Hasil
1. Diperolehnya hasil revis: data diagnosis. Rencana tindakan berdasarkan evaluasi.
2. Klien Berpartisipasi dalam proses evaluasi dan revisi rencana tindakan.
3. Hasil evaluasi digunakan untuk mengambil keputusan
4. Evaluasi tindakan terdokumentasikan sedemikian rupa yang menunjukkan kontribusi
terhadap efektifitas tindakan keperawatan dan penelitian.
Bab III
Ketentuan Khusus
LuaranKepera
watan
Sirkulasi
Integritas Penyuluhan
&
Pembelajara
Nutrisi dan
Pertumbuhan
Cairan &
Perkembanga
Eliminasi
Aktivitas dan
Istirahat
Neurosensor
Reproduksi
dan
Seksualitas
Luaran keperawatan dibagi menjadi dua jenis, yaituLuaran Negatif dan Luaran
positif.Luaran Negatif menunjukkan kondisi, perilaku atau persepsi yang tidak sehat,
sehingga penetapan luaran keperawatan ini akan mengarahkan pemberian intervensi
keperawatan yang bertujuan untuk menurunkan. Sedangkan Luaran positif menunjukkan
kondisi,perilaku atau persepsi yang sehat sehingga penetapan luaran keperawatan ini akan
mengarahkan pemberian intervensi keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan atau
memperbaiki ( ICNP, 2015; Standar Prakti Keperawatan Indonesia – PPNI, 2009). Jenis
luaran keperawatan dapat dilihat pada tabel berikut.
No Jenis Luaran Contoh Luaran
1. Positif Bersihan jalan Napas
Keseimbangan Cairan
Integritas Kulit dan Jaringan
Citra Tubuh
2. Negatif Tingkat Nyeri
Tingkat Keletihan
Tingkat Ansietas
Tingkat Berduka
Respons Alergi Lokal
Luaran keperawatan memiliki tiga komponen utama yaitu Label dan Ekspektasi dan
Kriteria Hasil. Maing-masing komponen diuraikan sebagai berikut.
1. Label
Komponen ini merupakan nama sari luaran keperawatan yang terdiri atas kata kunci
untuk memperoleh informasi terkait luaran keperawatan Label luaran keperawatan
merupakan kondisi perilaku atau persepsi pasien yang dapat diubah atau diatasi
dengan intervensi keperawatan.
2. Ekspektasi
Ekspektasi merupakan penilaian terhadap hasil yang diharapkan tercapai. Ekspektasi
menggamabarkan seperti apa kondisi. Perilaku, atau persepsi pasien akan berubah
setelah diberikan intervensi keperawatan. Terdapat tiga kemungkinan ekspektasi yang
diharapkan perawat yaitu:
Ekspektasi Definisi
No
1 Meningkat Bertambah dalam ukuran, jumlah,
derajat atau tingkatan.
2 Menurun Berkurang dalam ukuran, jumlah,
derajat atau tingkatan.
3 Membaik Menimbulkan efek yang lebih baik,
adekuat, atau efektif.
3. Kriteria Hasil
Kriteria hasil merupakan karakteristik pasien yang dapat diamati atau diukur oleh
perawat dan dijadikan sebagai dasar untuk menilai pencapaian hasil intervensi
keperawatan.
Berdasarkan metode pendokumentasinya, maka penulisan kriteria hasil dapat
dilakukan dengan dua metode. Jika menggunakan metode pendokumentasian
manual/tulisan, maka setiap kriteria hasil perlu dituliskan angka atau nilai yang
diharapkan untuk dicapai, sedangkan jika menggunakan metode pendokumentasian
berbasis komputer, maka setiap kriteria hasil ditetapkan dalam bentuk skor skala 1
s.d. 5. Terdapat tiga variasi skala pada pemberian skor kriteria hasil, yaitu:
1 2 3 4 5
Meningkat Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Menurun
1 2 3 4 5
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburuk Membaik
Contoh :
Setelah melakukan intervensi selama 3 jam. Maka Bersihan Jalan Napas Meningkat,
dengan kriteria hasil:
- Batuk efektif
- Produksi sputum menurun
- Mengi menurun
- Frekuensi napas 12 – 20 kali/menit
Contoh :
Setelah dilakukan intervensi selama 3 jam, maka Bersihan Jalan Napas Meningkat,
dengan kriteria hasil:
- Batuk efektif 5
- Produksi spotum 5
- Mengi 5
- Frekuensi Napas 5
Bab IV
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Bab V
Tautan SDKI – SLKI
A. Karakteristik Tautan
a) Luaran Utama
Luaran ini merupakan luaran prioritas yang bersifat resolutif karena luaran ini
memiliki kesesuaian terbaik dengan diagnosis atau etiologi diagnosis keperawatan.
b) Luaran Tambahan
Luaran ini bukan merupakan luaran prioritas, karena tidak bersifat resolusif namun
dapat menunjang resolusi diagnosis keperawatan.