Anda di halaman 1dari 12

KONSEPSI

PERAN TNI AL DALAM OPERASI MANDAGO RAYA DI POSO


PERAN TNI AL DALAM OPERASI MANDAGO RAYA DI POSO

1. Latar Belakang.

Kabupaten Poso adalah sebuah kabupaten yang berada di provinsi Sulawesi


Tengah, Indonesia. Kabupaten ini mempunyai luas wilayah 7.112,25 km² dan
berpenduduk sebanyak 256.396 jiwa (2020) dan Ibu kota kabupaten terletak di Kota
Poso.1 Kabupaten Poso merupakan salah satu dari delapan kabupaten yang ada di
Provinsi Sulawesi Tengah. Secara admisinstratif, daerah ini terbagi menjadi 13
Kecamatan.2 Berdasarkan data BPS pada tahun 2020 Kabuten Poso memiliki
penduduk yang hampir seimbang antara penganut agama Islam dan Kristen. 3 Akan
tetapi secara jumlah penduduk yang beragama Kristen lebih banyak dari yang
beragama Islam dimana mayoritas penduduk agama Islam berada di desa-desa,
sedangkan mayoritas penduduk beragama Protestan di dataran tinggi. Selain
penduduk asli Muslim, terdapat juga pendatang orang Bugis dari Sulawesi Selatan
dan Gorontalo bagian utara. Kabupaten Poso ini juga menjadi fokus program
transmigrasi pemerintah. Tujuan program transmigrasi ini adalah untuk membawa
warga dari daerah padat penduduk mayoritas Muslim, seperti Jawa dan Lombok,
serta pulau Bali yang dominan Hindu. Daerah padat penduduk ini akan dibawa ke
daerah yang jarang penduduknya. Dari keadaan tersebut, akhir tahun 1990-an,
penduduk di Kabupaten Poso mayoritas Muslim dengan persentase di atas 60
persen. Para pendatang ini kemudian membuat adanya persaingan ekonomi antara
penduduk asli Poso yang mayoritas Kristen dengan para pendatang Bugis yang
memeluk Islam.
Awal terjadinya konflik poso. Kerusuhan Poso ini bisa dibagi menjadi tiga
periode, sebagai berikut, pada Desember 1998 kemudian pada April 1999 dan pada
Mei hingga Juni 2000. Pada periode pertama kejadian terjadi malam natal 24
desember 1998 yang kebetulan bertepatan dengan Ramadan, dimana terdapat
informasi bahwa seorang pemuda asal kelurahan mayoritas Protestan di Lambogia

1
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Poso diakses pada 04 Desember 2021
2
https://sulteng.bpk.go.id/profil-kabupaten-poso/ diakses pada 04 Desember 2021
3
Kabupaten Poso Dalam Angka Poso Regency in Figures 2020, BPS Kabupaten Poso, halaman 107
https://posokab.bps.go.id/publication/download.html?
nrbvfeve=ZjM1YTU2ODk3ZDk1MTZjYzk2OWNlZTYy&xzmn=aHR0cHM6Ly9wb3Nva2FiLmJwcy5nby
5pZC9wdWJsaWNhdGlvbi8yMDIwLzA0LzI3L2YzNWE1Njg5N2Q5NTE2Y2M5NjljZWU2Mi9rYWJ1cG
F0ZW4tcG9zby1kYWxhbS1hbmdrYS0yMDIwLmh0bWw
%3D&twoadfnoarfeauf=MjAyMS0xMi0wNCAyMjoxMDo1Mw%3D%3D diunduh pada 04 Desember
2021
bernama Roy Runtu Bisalemba menikam Ahmad Ridwan, seorang Muslim.
Informasi yang tersebar di pihak Kristen menyebutkan bahwa Ridwan melarikan diri
ke masjid setelah ditikam. Sedangkan informasi yang beredar dikalangan penduduk
Muslim menggambarkan bahwa kejadian ini merupakan sebuah serangan terhadap
pemuda Muslim yang tertidur di halaman masjid. Para tokoh pemuka agama kedua
belah pihak kemudian bertemu. Keduanya sepakat bahwa sumber masalahnya
terdapat pada minuman keras. Akibatnya, Polres Poso pun mulai menyita ribuan
minuman keras yang kemudian dihancurkan.
Kemudian terdapat satu toko yang secara sengaja dijaga oleh para pemuda
Kristen yang kemudian terjadi bentrokan dengan pemuda Muslim yang berniat
menyegel toko tersebut akan tetapi kabar burung yang beredar di pihak Kristen pada
umumnya menyatakan bahwa ada sebuah gereja yang dibakar. Selanjutnya pada
27 Desember 1998, sekelompok orang Kristen besenjata yang menaiki truk dari
Tentena tiba, dipimpin oleh Herman Parimo, anggota DPRD Poso. Parimo diketahui
merupakan anggota dari Gerakan Pemuda Sulawesi Tengah (GPST). Di sisi lain,
sedikitnya terdapat sembilan truk Muslim tiba dari Palu, Parigi, dan Ampana.
Bentrokan pun terjadi, di mana polisi tidak mampu menangkal mereka. Para pejabat
pemerintah Kabupaten Poso banyak mendapat serangan melalui spanduk, surat
kaleng, dan grafiti.
Pada April 1999 terjadi persidangan mantan bupati Afgar Patanga. Dalam
persidangan tersebut, Patanga didakwa telah menyalahgunakan dana dari program
kredit pedesaan, disebabkan Ada rumor bahwa sebagian dana tersebut digunakan
menyewa massa untuk menyerang gedung peradilan. Pada 15 April, dimuat sebuah
pertanyaan dari Chaelani Umar, anggota DPRD provinsi dari Partai Persatua
Pembangunan, bahwa akan ada lebih banyak kekerasan jika Damsik Ladjalani,
calon bupati saat itu, tidak dipilh. Keesokan harinya, seorang pemuda Muslim
mengatakan bahwa dirinya diserang oleh sekelompok pemuda Kristen. Ia
menunjukkan sebuah luka di lengannya sebagai bukti. Pihak Muslim yang tidak
terima pun membalas. Pertarungan terjadi antara para pemuda Kristen dan pemuda
Muslim. Selama beberapa hari peperangan terus terjadi. Rumah-ruma milik umat
Kristen Poso dibakar. Kejadian ini mengharuskan Kapolres Poso untuk
mendatangkan pasukan Brimob dari Palu. Pada 17 April, anggota Brimob tidak
sengaja menembaki kerumuman massa yang menewaskan Mohammad Yusni dan
Yanto, serta melukai delapan pemuda Muslim lainnya. Setelah Brimob dikirim pulang
ke Palu, pembakaran rumah masih berlanjut. Pangdam Wirabuana Mayor Jenderal
TNI Slamet Kirbiantoro di Makassar, akhirnya mengirim 600 tentara. Pertempuran
pun mereda.
Kejadian bulan Mei 2000 ini merupakan konflik terbesar dan terparah.
Dimana pada periode ini didominasi oleh serangan balasan kelompok Kristen
terhadap Muslim. Selain itu, terjadi juga berbagai kejadian penculikan dan
pembunuhan. para migran dari Sulawesi Selatan dan Gorontalo yang umumnya
menjadi korban dari tindakan tersebut. Pada awal Mei, muncul rumor bahwa banyak
pemuda Kristen telah melarikan diri ke sebuah kamp pelatihan di Kerei. Pasukan
Kristen menamai operasi ini "kelelawar merah" dan "kelelawar hitam". Pasukan ini
disebut-sebut dipimpin oleh Fabianus Tibo, seorang imigran dari Flores, NTT. Pagi
hari tanggal 23 Mei, sekelompok pasukan kelelawar hitam membunuh seorang
polisi, Sersan Mayor Kamaruddin Ali dan dua warga sipil Muslim, Abdul Syukur dan
Baba. Kelompok ninja (kelelawar hitam) ini kemudian bersembunyi di sebuah gereja
katolik di Kelurahan Moengko. Mereka pun mulai bernegosiasi dengan polisi untuk
menyerah. Para warga Muslim juga telah menunggu di depan gereja. Pasukan ninja
bukannya menyerahkan diri, justru kabur ke perbukitan belakang gereja. Aksi ini
kemudian menyulut kemarahan para Muslim. Mereka membakar gereja tersebut
pukul 10.00 WIB.
Pada 28 Mei, serangan semakin meluas terhadap warga Islam. Para wanita
dan anak-anak ditangkap. Bahkan beberapa di antarnya mengalami pelecehan
seksual. Sekitar 70 orang berlari ke pesantren terdekat, Pesantren Walisongo, di
mana banyak warga Muslim dibunuh dengan senjata api dan parang. Orang-orang
yang kabur pun berhasil ditangkap yang kemudian dieksekusi dan mayatnya
dilempar ke Sungai Poso. Sekitar 39 jenazah ditemukan di tiga kuburan massal
dengan total kematian sekitar 191 orang.
Setelah kerusuhan mulai mereda, Mabes Polri di Jakarta mendirikan
Komando Lapangan Operasi. Melalui kebijakan ini, operasi militer di Poso
dilaksanakan dengan berbagai sandi operasi. Pada tahun 2000 digelar Operasi
Sadar Maleo. Pada pertengahan April 2004 terdapat Operasi Sintuwu Maroso.
Satuan TNI dan Polri yang dimasukkan ke dalam operasi ini termasuk Brimob Polda
Papua, Brimob Polda Kalimantan Timur, Brimob Kelapa Dua Bogor, dan lain-lain. ini
diakhiri dengan penandatangan Deklarasi Malino, 20 Desember 2001. Deklarasi
Malino adalah perjanjian damai antara pihak Kristen dan Islam. Sebelum
penandatanganan, dirinci bahwa terdapat 577 korban tewas, 384 terluka, 7.932
rumah hancur, dan 510 fasilitas umum terbakar. Kemudian pada Mei 2000 diklaim
bahwa terdapat 840 mayat warga muslim ditemukan.
Selepas konflik tersebut terindikasi terbentuk suatu organisasi Bernama
Mujahidin Indonesia Timur atau umumnya disingkat menjadi MIT, yang merupakan
suatu kelompok teroris asal Indonesia yang beroperasi di wilayah pegunungan
Kabupaten Poso, Parigi Moutong, dan Sigi, Sulawesi Tengah. Dimana pemimpinnya
yang dikenal dengan nama Santosoyang kemudian sepeninggal Santoso, MIT
dipimpin oleh Ali Kalora. Diketahui bahwa pada tahun 2014, MIT telah menyatakan
sumpah setia kepada Negara Islam Irak dan Syam (ISIS).
MIT secara umum melakukan operasi mereka di daerah Sulawesi Tengah,
tetapi mereka juga mengancam untuk menyerang target mereka di seluruh
Indonesia. Operasi kelompok ini biasanya menimbulkan korban jiwa, dan mereka
juga dilaporkan terlibat dalam bentrokan kelompok Muslim dan Kristen di Maluku
pada 1999 hingga 2002. Pemimpin MIT, Santoso, tewas pada kontak tembak pada
18 Juli 2016 kemudian Pemimpin MIT kedua, Ali Kalora, baru dapat ditumpas dalam
kontak senjata pada 18 September 2021.

2. Data dan Fakta

a. Faktor Ekternal

Berkembangnya isu terorisme yang berkembang di manca negara


pasca terjadinya kejadian serangan teroris yang meruntuhkan menara kembar
World Trade Center (WTC) di kota New York. peristiwa pemboman ini
Amerika kemudian ditetapkan bahwa pelakunya berasal dari kelompok
sempalan Islam yaitu al-Qaeda.
Hal ini menciptakan doktrinasi bahwa agama Islam menjadi salah satu
ancaman timbulnya terorisme, dimana hal ini dapat memicu pandangan
bahwa terorisme lekat dengan agama islam. Menurut data tahun 2012, lebih
dari 8500 aksi teror terjadi di dunia dan merenggut sedikitnya 15.500 jiwa.
Sebagian besar aksi teror ini dilakukan di wilayah Afrika, Asia dan negara-
negara Timur Tengah dan dinyatakan memiliki koneksi dengan al Qaeda. 4
4
Majid, Abdul, Terorisme Di Lingkungan Kelompok Muslim, Substantia, Volume 16, Nomor 1, April
2014, https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/substantia/article/download/4923/3246 diakses pada 05
al-Qaeda menjadi sangat populer dan Osama bin Laden termasuk ke
dalam daftar 10 orang yang paling dicari di dunia oleh Amerika Serikat. Al-
Qaeda merupakan organisasi yang berbasis di satu negara yaitu Afghanistan,
selain berperan sebagai penyandang dana untuk membangun jaringan global
yang terdiri atas kelompok-kelompok pejuang Islam lainnya.
Pada tahun 1998, Osama membentuk organisasi induk yang bernama
Front Dunia Islam untuk memerangi orang-orang Yahudi dan Kristen. Yang
termasuk ke dalam FDI adalah kelompok Jama‟ah al-Islamiyah di Mesir, al
Jihad di Mesir, dan masyarakat cendikiawan Pakistan. 5
Adapun teknik terorisme yang dipergunakan oleh organisasi al-Qaeda
terdapat berbagai macam mulai dari pembunuhan, pemboman, perampokan,
penculikan, serangan bunuh diri, dan lain-lain. Dimana serangan daro
organisasi ini cenderung ditujukan kepada bangunan simbol di suatu negara
seperti gedung-gedung publik, kedutaan dan personil militer, para sekutu, dan
pemerintah muslim moderat.
b. Faktor Internal

Beberapa faktor internal yang berkontribusi terhadap terjadinya


kekerasan, salah satunya adalah persaingan ekonomi antara penduduk asli
Poso yang mayoritas beragama Kristen dengan para pendatang seperti
pedagang-pedagang Bugis dan transmigran dari Jawa yang memeluk Islam,
kemudian didukung oleh terjadinya ketidakstabilan politik dan ekonomi
menyusul jatuhnya Orde Baru, serta adanya persaingan antarpejabat
pemerintah daerah mengenai posisi birokrasi, dan pembagian kekuasaan
tingkat kabupaten antara pihak Kristen dan Islam yang tidak seimbang.
Dimana dalam keadaan situasi dan kondisi yang tidak stabil, kemudian
dikombinasikan dengan penegakan hukum yang lemah, maka hal tersebut
tentunya dapat menciptakan lingkungan yang menjanjikan untuk terjadinya
kekerasan.
Faktor-faktor pendorong terjadinya terorisme bukanlah semata-mata
untuk kepentingan individu. Untuk itu terdapat beberapa faktor yang

Desember 2021
5
Hudson dan Majeska, The Sociology ,121.
melatarbelakangi terjadinya terorisme. Faktor-faktor tersebut adalah faktor
psikologis, ekonomis, politis, agama, dan sosiologis:6
1. Faktor psikologis, di antara hal yang termasuk ke dalam faktor
psikologis adalah orientasi ketenaran, frustasi, mudah terpengaruh
dengan suasana lingkungan sekitar, jenuh dengan suasana kehidupan,
dan kegagalan dalam hidup.
2. Faktor ekonomis, yaitu di antaranya disebabkan oleh kegagalan
sistem ekonomi yang dianut, sulitnya lapangan kerja dan
menumpuknya
pengangguran, pengangguran yang tidak terkendali.
3. Faktor politis, termasuk di dalamnya sistem yang lemah, situasi
politik yang labil dan tidak menentu, pelaksana pemerintahan yang
tidak mementingkan rakyatnya, lahirnya kelompok-kelompok radikal
yang merasa benar sendiri, dan juga adanya penjajahan terhadap hak-
hak rakyat.
4. Faktor agama, setiap agama memiliki ajaran tentang nilai-nilai
prinsip yang harus ditegakkan dan dijalankan. Hal ini memungkinkan
munculnya gerakan terorisme dari kelompok religius-fundamentalis
manakala mereka menemukan bahwa pemerintah sah menjalankan
roda pemerintahan tidak sesuai dengan mainstream pemikiran mereka.
5. Faktor Sosiologis, di antaranya adalah adanya kontradiksi
dalam kehidupan masyarakat antara apa yang seharusnya dengan
realita yang ada, kezaliman yang meraja lela ditengah-tengah
masyarakat, dan hilangnya rasa persaudaraan.

c. Permasalahan dan Implikasi


Dari pembahasan faktor eksternal maupun internal di atas tentang
kondisi Poso yang belum tuntas sampai saat ini dan dapat membahayakan
kedaulatan NKRI, maka selanjutnya perlu diidentifikasi beberapa
permasalahan utama dan dampaknya kepada Indonesia sebagai berikut :
1) Operasi Tinombala dapat dianggap sudah tidak efektif lagi.
dimana pola operasi tersebut cenderung represif sehingga dapat

6
Sukawarsini Djelantik. Terorisme: Tinjauan Psiko-Politis, Peran Media, Kemiskinan, dan Keamanan
Nasional (Jakarta: Pustaka Obor, 2010), 25.
menimbulkan semangat persaudaraan dari kelompok yang terafiliasi
untuk memberikan dukungan sehingga dirubah menjadi Operasi
Mandago Raya.
2) Seharusnya eksistensi perlawanan kelompok teroris MIT akan
menurun drastis dikarenakan otak dari pergerakan MIT yaitu Santoso
yang merupakan simbol sekaligus simpul perlawanan di belantara
hutan Poso selama ini telah berhasil ditumpas akan tetapi sampai saat
ini masih terjadi perlawanan dikarenakan masih adanya dukungan dari
masyarakat.
3) Kurangnya pengawasan pada jalur laut dimana dapat
memungkinkan adanya dukungan logistic maupun personel dari luar
daerah untuk mendukung kelompok MIT untuk dapat bertahan bahkan
dapat berkembang kembali.

3. Analisa dan Pembahasan.

a. Optimalisasi Operasi Mandago Raya.


Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 1 ayat 1, Indonesia
adalah Kesatuan yang berbentuk Republik dengan nama Negara Kesatuan
Republik Indonesia/NKRI. Karena merupakan negara kesatuan maka seluruh
wilayah Indonesia merupakan satu kesatuan yang utuh dari Sabang sampai
dengan Marauke. Oleh karena itu, ancaman terhadap suatu wilayah
merupakan ancaman bagi kedaulatan NKRI. Selain itu, Pancasila sebagai
ideologi dan pandangan hidup Bangsa Indoneisa juga merupakan
pedomanan dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indoensia. Musyawarah untuk mufakat merupakan salah satu bentuk nilai2
luhur dari sila ke-4 yang harus kita kedepankan dalam menyelesaikan setiap
permasalahan termasuk permasalahan di Poso. Operasi Mandago Raya,
sebelumnya bernama Operasi Tinombala hingga tahun 2021, adalah operasi
militer selain perang yang dilancarkan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI)
dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) sejak tahun 2016 di wilayah
Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Tujuannya, yaitu untuk menangkap dan
menumpas terorisme khususnya jaringan Mujahidin Indonesia Timur.
Operasi yang dilakukan selama ini hanya fokus kepada penumpasan
terhadap kelompok MIT yang bersembunyi di dalam Hutan akan tetapi masih
sangat lemah terhadap Tindakan pencegahan. Oleh karena itu untuk dapat
mengoptimalkan penumpasan adalah perlunya dilaksanakan penambahan
kegiatan dalam operasi itu sehingga dapat mencegah secara efektif dan
efisien untuk dapat memastikan bahwa kelompok tersebut tidak dapat
berkembang kembali.
b. Menggalang Masyarakat sekitar untuk tidak mendukung Kelompok
tersebut.
Salah satu fungsi TNI merupakan melaksanakan pembinaan daerah
dimana terdapat satuan satuan yang melakukan pembinaan tersebut seperti
Pusat territorial di Angkatan darat, Dinas Pembinaan Potensi maritim di
Angkatan Laut dan dinas potensi Dirgantara di Angkatan Udara. Dimana
ketiga intansi ini memiliki peranan penting dalam pembinaan masyarakat
sekitar sehingga dapat dilakukan usaha penggalangan untuk dapat
mencegah masyarakat dalam mendukung kelompok MIT.
Dalam Lingkup TNI AL seharusnya perlu dilaksanakan pembinaan
Potensi Maritim dengan menggalang masyarakat pesisir di daerah Poso
untuk dapat memperoleh informasi yang berkaitan dengan kelompok MIT,
dengan berhasilnya pembinaan tersebut maka tindak pencegahan terhadap
kemungkinan datangnya bantuan baik logistik maupun personel terhadap
kelompok MIT dapat dilakukan pencegahan secara cepat dan tepat.
.
c. Meningkatkan Pengamanan di Jalur Laut untuk memastikan dapat
memutus rantai Logistik maupun personel terafiliasi yang akan mendukung
MIT.
Menurut UU 34 tahun 2004 TNI disamping tugas operasi perang juga
memiliki tugas operasi militer selain perang (OMSP) dalam membantu Polri
menumpas Terorisme yang berada di Indonesia, namun dalam operasi ini
kekuatan yang digunakan lebih fokus pada pengerahan kekuatan di darat dan
cenderung lemah dalam penggunaan unsur Luat untuk dapat mencegah
bantuan baik secara logistik maupun personil yang dating dari luar daerah
untuk memberikan dukungan kepada kelompok MIT.
Jalur laut merupakan jalur yang paling lemah pengawasannya
dikarenakan kurangnya pelibatan unsur KRI dalam menjaga wilayah laut
tersebut dimana peluang dukungan logistik terhadap kelompok MIT sangat
memungkinkan datang dari sektor laut.

4. Kesimpulan dan Saran.

a. Kesimpulan.
1) Operasi Mandago Raya, merupakan operasi militer selain
perang yang dilakukan oleh TNI dan Polri dalam menumpas kelompok
MIT dimana Kata “Madago Raya" berasal dari bahasa Pamona yang
berarti "baik hati dan dekat dengan masyarakat", sehingga diharapkan
operasi ini dapat berhasil menumpas bersih Kelompok MIT.
2) Dalam menggalang masyarakat untuk tidak mendukung
kelompok tersebut TNI Polri perlu memaksimalkan satuan yang berada
di daerah tersebut untuk dapat melakukan penggalangan yang efektif
dan efisien sehingga dapat mempengaruhi masyarakat di daerah
tersebut untuk tidak mendukung kelompok tersebut. Dimana
masyarakat pesisir menjadi domain TNI AL dalam membina
masyarakat pesisir untuk dapat memperoleh informasi apabila ada
dukungan yang datang melalui jalur Laut untuk kelompok MIT.
3) Perlu adanya penjagaan di wilayah laut yang dilakukan oleh
unsur KRI untuk dapat mencegah datangnya bantuan melalui jalur Laut
terhadap kelompok MIT.

b. Saran.
1) Operasi Mandago Raya sesuai dengan namanya baik hati dan
dekat dengan masyarakat seharusnya tidak fokus dalam usaha
pengejaran saja akan tetapi juga harus fokus dalam usaha
penggalangan agar dapat mencegah kelompok MIT mendapat
dukungan dan bantuan baik dari dalam maupun dari luar daerah.
2) TNI dan Polri perlu memanfaatkan satuan didaerah tersebut
agar dapat melakukan penggalangan terhadap masyarakat, dimana
TNI AL sangat perlu dalam melakukan pembinaan terhadap masyarkat
pesisir dlam hal ini nelayan, untuk dapat memperoleh informasi
secepatnya apabila terdapat usaha dukungan dari luar daerah yang
melalui jalur laut.
3) Perlibatan TNI AL khususnya unsur di laut dan pesisir sangat
penting dalam mendukung keberhasilan operasi Mandago Raya dalam
menumpas kelompok MIT sampai dengan tuntas. Dimana Unsur KRI
dapat mencegah secara cepat apabila diperoleh informasi datangnya
dukungan bagi kelompok MIT melalui jalur laut.

Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Poso

https://sulteng.bpk.go.id/profil-kabupaten-poso/

Hudson, Rex A. dan Marilyn Majeska. The Sociology and Psychology of Terrorism.
Who Becomes a Terrotist and Why. Washington D. C: The Library of Congress,
1999.

Kabupaten Poso Dalam Angka Poso Regency in Figures 2020, BPS Kabupaten
Poso, halaman 107 https://posokab.bps.go.id/publication/download.html?
nrbvfeve=ZjM1YTU2ODk3ZDk1MTZjYzk2OWNlZTYy&xzmn=aHR0cHM6Ly9w
b3Nva2FiLmJwcy5nby5pZC9wdWJsaWNhdGlvbi8yMDIwLzA0LzI3L2YzNWE1
Njg5N2Q5NTE2Y2M5NjljZWU2Mi9rYWJ1cGF0ZW4tcG9zby1kYWxhbS1hbmdr
YS0yMDIwLmh0bWw
%3D&twoadfnoarfeauf=MjAyMS0xMi0wNCAyMjoxMDo1Mw%3D%3D

Majid, Abdul, Terorisme Di Lingkungan Kelompok Muslim, Substantia, Volume 16,


Nomor 1, April 2014,
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/substantia/article/download/4923/3246

Sukawarsini Djelantik. Terorisme: Tinjauan Psiko-Politis, Peran Media, Kemiskinan,


dan Keamanan Nasional (Jakarta: Pustaka Obor, 2010), 25.

Anda mungkin juga menyukai