Tugas Kelompok 6 Olin
Tugas Kelompok 6 Olin
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK: 6
MAKASSAR.A 2022/2023
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asam urat adalah suatu penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak
dan berulang dari Arthritis kristal menosidium urat yang tercampur didalam sendi
sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat didalam darah (Diah, dkk, 2008).
Beberapa tahun terakhir ini semakin banyak orang yang dinyatakan oleh
dokter menderita suatu penyakit yang diakibatkan oleh tingginya kadar asam urat
di dalam darah penyakit ini di tandai dengan linu-linu terutama didaerah
persendian tulang dan tidak jarang timbul rasa nyeri yang hebat. Rasa nyeri
tersebut diakibatkan adanya radang pada persendian. Radang sendi tersebut
ternyata disebabkan oleh penumpukan kristal didaerah persendian akibat
tingginya kadar asam urat didalam darah. Arthritis gout disebabkan kelainan
metabolisme yang ada dalam perkembangannya bermanifestasi terhadap
peningkatan konsentrasi asam urat dalam serum (Diah, dkk, 2008).
Penyakit radang sendi tersebut sudah dikenal sejk zaman yunani kuno
penyakit tersebut dikenal dengan penyakit gout atau pirai. Kata gout berasal dari
bahasa latin guttan yang berarti tetesan. Pada zaman dahulu, asal mula penyakit
ini disangka disebabkan oleh adanya racun yang jatuh demi setetes pada
persendian (Diah, dkk, 2008).
Sebenarnya asam urat merupakan bagian dari yang normal dari darah dan
urin. Asam urat dihasilkan dari pemecahan dan sisa-sisa pembuangan dari bahan
makanan tertentu yang mengandung nukleotida purin atau berasal dari nukleotida
purin yang diproduksi oleh tubuh.Tingginya kadar asam urat di dalam darah
penderita gout disebabkan banyaknya sisa-sisa pembuangan hasil metabolisme
puri sedangkan ekskresi asam urat melalui urin terlalu sedikit (Diah, dkk, 2008).
Salah satu cara mengatasi penyakit gout, selain melalui pemberian obat,
juga dengan cara pengaturan makanan yang dapat mengurangi asam urat dalam
darah . Pengaturan makanan pada penderita suatu penyakit merupakan suatu
kesatuan dengan kegiatan perawatan medis dan pengobatan. Bagi seorang
penderita penyakit, baik penyakit kronis maupun akut, diet yang diberikan
merupakan salah satu kegiatan upaya peyembuhan (Diah, dkk, 2008).
Menurut Davidson dan Anderson (1947), penderita akut maupun mronis
mempunyai syarat-syarat diet yang sama,yaitu makanan yang tinngi purin, cukup
kalori (sesuai dengan kebutuhan tubuh), tinggi karbohidart,rendah protein, rendah
lemak, tinngi cairan, dan tanpa alkohol (Diah, dkk, 2008).
Penyakit ini menyerang dewasa muda, terutam pada pria, pada wanita
insiden ini menjadi sama menoupause prevlensi cenderung makin meningkat
akibat peningkatan standar hidup/perubahan gaya hidup. Prevalensi bervariasi
diseluruh dunia, pada 1986 di USA diperkirakan mencapai 2% dengan proporsi
13,6: 1000 pria dan 6,4:1000 wanita; spanyol 7% dan prancis 17%. Sedangkan di
Indonesia belum ada angka resmi tapi pada beberapa daerah dilaporkan sinjai
(Sulawesi Selatan) pria 10% dan wanita $% Minahasa (Sulawesi Utara) pria
34,3% dan wanita 23,31% dan Bandung (Jawa Tengah) pria 24,3% dan wanita
11,7% (Jeffrey, 2009).
Serangan sendi disertai dengan rasa nyeri yang hebat, bengkak, merah, dan
tersa panas pada sendi kaki. Serangan ini akan hilang sendiri dalam beberapa hari
(sekitar 10 hari) dan bila diberi obat akan sembuh dalam waktu kurang lebih tiga
hari. Interval serangan yang cukup lama dan sendi masih dalam keadaan normal
disebut arthritis gout (Diah, dkk, 2008).
Pada penderita gout kronis mengalami gangguan pergerakan yang disebut
juga dengan gangguan mobilisasi. Gangguan mobilisasi merupakan keadaan
dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebaskarena kondisi yang
mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang
belakang, cedera otak berat diserati fraktur pada ekstremitas dan sebaginya
(Taufik, 2009).
Kemampuan sesesorang untuk bergerak penuh dan bebas sehingga dapat
melakukan ineraksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini
merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol
seluruh area tubuh seseorang disebut dengan mobilitas penuh. Kemampuan
seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara
bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area
tubuhnya disebut dengan mobilitas sebagian (Taufik, 2009).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah memberikan gambaran
nyata bagi mereka yang mengalami gangguan mobilitas fisik yang dialami oleh
klien Ny. J di kelurahan Sari rejo Kecamatan Medan Polonia agar dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya.
2. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar
gangguan mobilitas.
2. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan prioritas masalah
kebutuhan dasar gangguan mobilisasi.
3. Memberikan intervensi pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan
dasar gangguan mobilisasi.
4. Memberikan implementasi pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan
dasar gangguan mobilisasi.
5. Melakukan evaluasi pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar
gangguan mobisasi.
C. Manfaat
1. Bagi kegiatan belajar mengajar diharapkan dapat dijadikan masukan untuk
menambah dan meningkatkan pengetahuan pengetahuan dan wawasan bagi
mahasiswa keperawatan serta pembaca pada umumnya dapat memberikan
asuhan keperawatan.
2. Bagi mahasiswa penambah wawasan dalam ilmu pengetahuan khususnya
kesehatan bagi mahasiswa agar dapat mengaplikasikan ilmunya dalam
pendidikan.
3. Bagi kebutuhan klien diharapkan gangguan mobilisasi teratasi dan dapat
meningkatkan aktivitas sesuai batasan toleransi.
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
Siku
Fleksi : Angkat lengan bawah ke arah 150
depan dan ke arah atas menuju bahu.
Pergelangan Tangan
Fleksi : Tekuk jari tangan ke arah 80-90
bagian dalam lengan bawah.
Ekstensi : Luruskan pergelangan tangan 80-90
dari posisi fleksi.
Hiperekstensi :Tekuk jari-jari tangan ke arah 70-90
belakang sejauh mungkin.
Abduksi : Tekuk pergelangan tangan ke sisi 0-20
ibu jari ketika telapak tangan menghadap
ke atas.
30-50
Adduksi : Tekuk pergelangan tangan kea
rah kelingking, telapak tangan menghadap
ke atas.
h. Perubahan Psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan adanya gangguan
mobilitas, antara lain perubahan perilaku, penigkatan emosi, perubahan
dalam mekanisme koping, dan lain-lain.
2. Analisa Data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status
kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap
dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.
Data Fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien
terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup
tindakan yang dilaksanakan terhadap klien (Potter & Perry, 2005).
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang pasien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta
kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan pasien. Pengumpulan
informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi
yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang
dihadapi pasien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk menentukan
diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah pasien. Pengumpulan data
dimulai sejak pasien masuk ke rumah sakit (initial assessment), selama pasien
dirawat secara terus-menerus (ongoing assessment),serta pengkajian ulang
untuk menambah / melengkapi data (re-assessment) (Potter & Perry, 2005).
Tujuan Pengumpulan Data:
a. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan pasien.
b. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan pasien.
c. Untuk menilai keadaan kesehatan pasien. Untuk membuat keputusan
yang tepat dalam menentukan langah-langkah berikutnya.
Tipe Data:
a. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh
perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide pasien tentang status
kesehatannya. Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan,
kecemasan, frustrasi, mual, perasaan malu (Potter & Perry, 2005).
b. Data Objektif
Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan
panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik.
Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan,
tingkat kesadaran (Potter & Perry, 2005).
3. Rumusan Masalah
Diagnosa keperawatan pada gangguan mobilisasi aktivitas harus
aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data yang selama pengkajian
dimana perawat menyusun strategi keperawatan untuk mengurangi atau
mencegah bahaya berhubungan dengan kesejajaran tubuh buruk atau
gangguan mobilisasi. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
gangguan mobilisasi (Hidayat, 2004). yaitu:
a. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengankesejajaran tubuh yang
buruk dan penurunan mobilisasi.
b. Risiko cedera yang berhubungan denganketidaktepatan mekanika tubuh,
ketidaktepatan posisi dan ketidaktepatan pemindahan yang buruk
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan statis
sekresi paru dan ketidaktepatan posisi tubuh.
d. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan penurunan
pengembangan paru, penumpukan sekresi paru dan ketidaktepatan posisi
tubuh.
e. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan pola nafas tidak
simetris, penurunan pengembangan paru dan penumpukan sekresi paru.
f. Gangguan integritas kulit atau risiko gangguan integritas kulit yang
berhubungan dengan keterbatasan mobilisasi, tekanan permukaan kulit,
dan gaya gesek.
g. Gangguaneliminasi urine yang berhubungan dengan keterbatasan
mobilisasi, risiko infeksi dan retensi urin.
h. Risiko infeksi yang berhubungan dengan statisnya sekresi paru,
kerusakan integritas kulit, dan statisnya urine.
i. Inkontinensia total yang berhubungan dengan perubahan pola eliminasi
dan keterbatasan mobilisasi.
j. Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan
pengurangan tingkat aktivitas dan isolasi sosial.
k. Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan
pengurangan tingkat aktivitas dan isolasi sosial.
l. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan keterbatasan mobilisasi
dan ketidaknyamanan.
4. Perencanaan
Perencanaan meliputi identifikasi hasil yang diharapkan dan sarana
atau intervensi untuk memastikan hasil tersebut tercapai pada titik ini,
perawat juga harus mempertimbangkan bagaimana ia dapat
mengimplementasikan rencana asuhan dengan cara yang aman. Menjaga
mobilitas dengan cara aman sebagian terletak pada penggunaan gerak tubuh
yang bagus. Gerak tubuh dapat dideskripsikan sebagai cara seseorang
menggunakan tulang, otot, sendi untuk menghasilkan gerakan.
Penggunaan gerak tubuh yang tepat mencegah luka pada sistem
musculoskeletal. Untuk memeroleh gerak tubuh yang tepat, seseorang harus
memelihara pelengkungan dan keseimbangan yang tepat selama bergerak,
laporan surgeon mngenai aktivitas fisik dan kesehatan, “aktivitas fisik regular
yang dilakukan di sebagian besar hari dalam seminggu mengurangi risiko
berkembangnya atau risiko mematikan beberapa penyebab utama sakit dan
kematian di Aamerika”. Ada dua komponen utama atas kesuksesan
perogaram untuk mempromosikan aktivitas fisik:
a. Mengidentifikasi aktivitas menyenangkan yang mampu dilakukan
seseorang dan
b. Konsistensi dalam melakukan aktifitas
Dengan demikian, perawat harus bekerja dekat dengan pasien secara
individu untuk menyesuaikan suatu program yang memenuhi kriteria diatas
(Bennita W. Vaughans, 2013).
Tipe gerak mobilisasi yang tepat:
a. Rencanakan pekerjaan (misal mengangkat, memindah) lebih dulu.
b. Biarkan pasien sebanyak mungkin membantu.
c. Cari bantuan jika mungkin
d. Gunakan peralatan mekanik jika diperlukan.
e. Gunakan gerakan terkoordinasi pelan daripada gerakan serampangan.
f. Kencangkan otot gluteal dan abdominal untuk mengangkat.
g. Dorong, luncurkan atau tarik daripada mengangkat atau membaw jika
memungkinkan.
h. Putar seluruh badan, jangan memelintir badan.
i. Beri dasar tumpuan yang luas
j. Kaki bertumpu tetap pada lantai
k. Satu kaki agak di depan kaki yang lain
l. Lutut perlahan menekuk
m. Gunakan otot-otot kaki yang besar; jangan gunakan otot-otot punggung
n. Bawa barang dekat dengan badan anda.
o. Hindari meregang dan mengapai objek.
p. Sesuaikan tempat tidur setinggi pinggang jika mungkin.
q. Ajarkan anggota keluarga dan pasien untuk menggunakan prinsip-prinsip
yang sama di lingkungan rumah (Bennita W.Vaughans,2013).
Intervensi khusus yang dibutuhkan tergantung pada sebab imobilitas
pada pasien dan juga fase penyembuhan. Sebagai contoh, selama periode
pascaoperasi untuk seorang pasien yang telah melakukan penggantian
pangkal paha keseluruhan. Tujuannya untuk mencegah komplikasi akut dari
imobilitas melalui intervensi seperti penempatan pasien, latihan pernapasan,
dan sebagainya.
Pembahasan berikut menyorotkan intervensi keperawatan yang dapat
digunakan untuk pasien yang mengalami gangguan mobilisasi seperti
memposisikan dan memindah. Pasien yang tidak dapat bergerak mungkin
memerlukan bantuan perawat untuk mengubah posisi atau berpindah dari satu
lokasi ke lokasi yang lain (misalnya dari tempat tidur ke kursi, dari tempat
tidur keusungan).
Memposisikan dan memindahkan mungkin masalah kenyamanan
pribadi atau dapat sebagai bagian dari intervensi yang dapat diresepkan untuk
mencegah komplikasi dan mempromosikan fungsi yang optimal. Perencanan
ketika memposisikan atau memindahkan seorang pasien, perawat harus:
a. Merencanakan bagaimana aktivitas tersebut dilaksanakan sebelum
dimulai.
b. Menggunakan gerak tubuh yang benar
c. Membiarkan pasien membantu sebanyak mungkin
d. Menggunakan peralatan pembantu (kertas gambar, sabuk transfer, lift
mekanis, orang lain).
e. Memastikan pelengkungan tubuh yang benar (mungkin perlu bantal,
belat, penyangga kaki).
f. Menghindari tekanan, khususnya tulang-tulang yang menonjol (siku,
tumit,secrum).
g. Membuat jadwal (setidaknya setiap dua jam).
Latihan gerak mobilitas sendi dipelihara dengan melakukan latihan
gerak tertentu. Latihan gerak dapat dilakukan secara aktif atau pasif. Dalam
latihan gerak pasif memerlukan bantuan perawat ataupun peralatan
mekanis. Sebelum memulai latihan gerak, derajat gerakan yang dapat
dilakukan tanpa menyebabkan luka harus diperhatikan (Bennita W,
Vaughans, 2013).
BAB I
PENDAHULUAN
metabolisme akhir dari purin yaitu salah satu komponen asam nukleat yang
terdapat dalam inti sel tubuh. Peningkatan kadar asam urat dapat
persendian dan sering disertai timbulnya rasa nyeri yang teramat sangat bagi
penderita hingga dua kali lipat antara tahun 1990- 2010. Pada orang dewasa di
dewasa di Amerika Serikat. Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840
umur. Perlu diketahui pula di Indonesia gout arthritis diderita pada usia lebih
awal dibandingkan dengan negara barat. 32% serangan gout arthritis terjadi
pada usia dibawah 34 tahun. Sementara diluar negeri rata-rata diderita oleh
1.178.748 lansia menderita penyakit asam urat (Depkes RI, 2015). Peneliti
penderita gout arthritis tersebut dibuktikan dengan data Puskesmas mulai dari
tahun 2016 kurang lebih mencapai 119 jiwa, tahun 2017 kurang lebih
mencapai 128 jiwa, dan jumlah penderita nyeri sendi pada bulan Januari –
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia
lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Pada keadaan demikian itu
tampak pula pada semua system musculokeletal dan jaringan lain yang ada
sendi merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat dan kelompok
seperti halnya banyak lansia yang tidak bisa mengontrol gaya hidupnya
(Kurnia, 2015).
Gout arthritis ditandai dengan peningkatan kadar asam urat >7 mg/dl
pada laki-laki dan >6 mg/dl pada perempuan (Sudoyo et al, 2010). Kondisi ini
dipicu oleh meningkatnya asupan makanan kaya purin, dan kurangnya intake
(Krisnatuti, 2016). Asam urat sendiri dapat mengancam jiwa penderita atau
keadaan mudah lelah, perubahan citra tubuh, serta gangguan pada tidur
(Kisworo, 2009). Penyakit ini dikatakan dapat terjadi pada siapa saja, namun
pembawa sifat atau gen, kebiasaan pola makan berkadar purin tinggi ( seperti:
daging, jeroan, kepiting, kerang, keju, kacang tanah, bayam, buncis), penyakit
2015).
Gout arthritis sendiri adalah serangan asam urat yang sangat parah,
sehingga penderita akan merasakan kesakitan, kondisi ini terjadi akibat dari
apabila kadar asam urat dalam level rendah juga mengakibatkan efek samping
yang berbahaya bagi tubuh, karena dapat menimbulkan sakit akibat pelepasan
makanan sintesis dan tingkat ekskresi asam urat oleh tubuh. Dalam keadaan
normal, peningkatan produksi asam urat tubuh akan diikuti oleh peningkatan
cairan, kecepatan aliran urin, PH urin, keseimbangan asam basa, hormone dan
obat-obatan. Pada kondisi kadar asam urat dibawah 2,5 mg/dl atau
ependu, lambung dan usus halus, yang kemudian dirusak oleh kuman-kuman
di dalam usus besar, dalam keadaan normal, asam urat adalah 350-590 mg/24
jam. Apabila lebih dari 600 mg/24 jam, maka hal ini menunjukkan adanya
urat. Namun, pada keadaan gout arthritis jumlahnya akan meningkat hingga 3
kadar normal, apabila produksi asam urat di dalam tubuh seseorang itu
meningkat dan ekskresi asam urat melalui ginjal dalam bentuk urin menurun
perifer (jempol kaki atau tangan). Sendi - sendi tersebut akan menjadi
bengkak, kaku, kemerahan, terasa panas, dan nyeri sekali (Darmawan, 2008).
Dampak yang terjadi jika kadar asam urat dalam tubuh berlebih dapat
menimbulkan batu ginjal atau pirai di persendian. Walaupun asam urat tidak
pembengkakan, hingga cacat pada persendian tangan dan kaki. Rasa sakit
menimbulkan rasa nyeri pada daerah tersebut. Pada sebagian besar orang yang
menderita asam urat, biasanya juga mempunyai penyakit lain seperti ginjal,
gout arthritis, untuk mengurangi rasa nyeri bagi penderita gout arthritis
dengan menggunakan cara kompres hangat yang bertujuan agar otot – otot
Ponorogo”.
B.Identifikasi Masalah
C.Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
c. Manfaat Teoritis
d. Manfaat Praktis
gout pada lansia dengan masalah nyeri akut, serta sebagai referensi yang
gout, khususnya pada lansia dengan masalah nyeri akut, serta dapat
dan rehabilitative.
perkuliahan. Study Kasus ini juga dapat menjadi cara untuk menambah
Keperawatan. Selain itu, Studi Kasus ini sekaligus juga dapat menambah
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : olin sabu
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 45 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jln.PipaIV kec. Sari rejo,Medan Polonia
Tanggal Masuk RS :-
No.Registrasi :-
Ruangan/Kamar :-
Golongan Darah :-
Tanggal pengkajian : 14 Juni 2017
Diagnosa Medis : Gout
Masalah
No Data Penyebab
Keperawatan
1 DS: Tingkat usia dan Gangguan
Klien mengeluhkan sulit perkembangan mobilisasi
beraktivitas pada persendian fisik
Jika berdiri lama kaki terasa Perubahan sistem
sakit kardiovaskuler mobilitas
Keluarga mengatakan klien hipotensi ortostastik,
senang makan jeroan,sayur meningkatkan kerja
santan dirumah jantung dan terjadinya
pembentukan thrombus
DO:
Suhu:37 C
Kadar asam urat serum 10mg/dl Gangguan muscular
TD: 140/100mmhg menyebabkan turunnya
3. Masalah Keperawatan
a. Gangguan mobilisasi fisik
b. Nyeri akut
c. Kurangnya pengetahuan
Hari/ Implementasi
No Dx Evaluasi (SOAP)
Tanggal Keperawatan
Rabu/ 1. Gangguan 1. Mengkaji nadi, TD, S: Klien
14 Juni 2017 mobilisasi pernapasan saat mengatakan
fisik istirahat, Denyut nadi badanya lemas
setiap 2 menit sampai ketika melakukan
frekuensinya kembali aktifitas aktifitas
ke dalam kisaran 10 yang banyak dan
denyutan dari denyut sendi-sendi kaki
nadi istirahat. Setelah terasa sakit jika
aktifitas, kaji adanya berdiri terlalu lama.
indikator hipoksia
O: Klien tampak
menandakan
lelah,capek setelah
intensitas, frekuensi,
dilakukan tindakan
atau durasi aktifitas
ROM aktif dan
harus dikurangi atau
pasif.
dihentikan.
TD:140/100
2. Melatih klien dengan
Nadi:80x/menit
latihan ambulasi
Pernapasan:22x/me
dengan melakukan
nit
jalan-jalan yang
sering/singkat
A: Masalah
(sedikitnya 3x sehari),
sebagian teratasi
dengan dampingan
jika kondisi klien P: Intervensi
tidak stabil. dilanjutkan
3. Melatih aktifitas fisik
mobilisasi (misalnya
latihan ROM aktif
dan pasif).
Kamin/ 2. Nyeri 1. Kaji faktor yang S: Klien
15 Juni 2017 Akut dapat menurunkan mengatakan setiap
toleransi nyeri untuk melekukan aktifitas
mengetahui nyeri pada kaki dan otot,
yang dirasakan sendi terasa terasa
2. Mengkaji respon nyeri, dan saat
terhadap medikasi diinjakkan sendi
pereda nyeri, kaki terasa nyeri.
melihat klien dalam
O: Klien tampak
waktu setengah jam
lemas saat
untuk mengkaji
dilakukan ROM
keefektifan
TD: 130/100
3. Mengkaji TTV
Nadi:78x/menit
Pernapas:22x/menit
A: Masalah
sebagian teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan.
Jumat/ 3. Kurang 1. Mengkaji aktifitas S: Klien
16 Juni Pengetahuan keperawatan untuk mengatakan kurang
2017 defisiensi kurangnya mengetahui asam
pengetahuan. urat.
P: intervensi
dilanjutkan.
BAB III
KESIMPULAAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 14 Juni 2017 Ny. J
mengalami asam urat(arthritis gout) ditemukan 3 diagnosa keperawatan yaitu:
1. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan rentang gerak terbatas
ditandai dengan klien mudah lelah dan kebas-kebas pada persendian
kaki, jika berdiri lama kaki terasa sakit, Tekanan darah:140/100,
Pernapasan:22x/menit, Suhu: 37c, Nadi:80x/menit. Masalah teratasi
sebagian dan intervensi dilanjutkan..
2. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan sendi, penimbunan kristal
pada membrane sinovia,tulang rawan artikular, erosi tulang rawan
,profilerasi sinovia, dan pembentukan panus, masalah teratasi sebagian
dan intervensi dilanjutkan..
3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah penyakit, masalah teratasi dan itervensi dihentikan.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Agar meningkatan pengayaan, penerapan, dan pengajaran asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah gangguan mobilitas.
2. Bagi Keluarga
Kepada keluarga klien diharapkan dapat membantu keluarga yang sakit
dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari, terutama masalah gangguan
mobilitas.
3. Bagi Pelayanan Kesehatan
Agar dapat meningkatkan pelayanan kesehatan pada pasien dengan
masalah gangguan kebutuhan mobilitas
4. Bagi Klien
Disarankan kepada Ny.J untuk melakukan latihan rentang gerak yang
telah diajarkan sehingga mencegah ataupun menurunkan resiko
terjadinya kontraktur pada bagian tubuh yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J, dkk. (2012). Buku saku Diagnosa Keperawatan Edisi 13. Jakarta:
ECG.
Diah, dkk. (2008). Perencanaan Menu Untuk Penderita Gangguan Asam Urat.
Jakarta : Penebar Swadya.
Iqbal, W. (2005). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia, Teori dan Aplikasi
dalam Praktik. Jakarta : EGC.
Implementasi dan
No. Evaluasi Tindakan
Dx Keperawatan Keperawatan Evaluasi
Hari/
Pukul
Tanggal
1 Senin/ 10.00 1. Menilai kembali S:
19 Juni 2015 WIB kemampuan Klien mengatakan telah
pasien mengerti latihan rentang
2. Mengobservasi gerak yang diajarkan
kembali keadaan O:
pasien Klien dapat melakukan
3. Melatih kembali sebagian latihan yang
ROM pada diajarkan
pasien TD :140/100
4. Membantu RR :22x/menit
kembali tehnik HR :85x/menit
berpindah yang A:
aman Masalah sebagian teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
2 Senin/ 13.00 1. Memberikan S:
19 Juni WIB posisi nyaman Klien mengatakan nyeri
2017 (semifowler). kepala yang dialaminya
2. Memberikan belum berkurang.
tindakan Skala nyeri : 7
morfologis O:
seperti aktivitas Klien masih tampak
waktu senggang gelisah
(mengajak klien TD: 140/100
mengobrol) RR: 22x/menit
HR: 82x/menit
T:36,5oc
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
memberi posisi nyaman
(semifowler/fowler,
mengendalikan factor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi klien
terhadap ketidak nyamanan
(misalnya:
kebisingan),mengingatkan
klien tarik nafas dalam.
CATATAN PERKEMBANGAN
Implementasi dan
No Tindakan
Evaluasi Keperawatan Evaluasi
Dx Keperawatan
Hari/tanggal Pukul
1 Selasa/ 11.00 1. Menjelaskan diet S:
20 Juni 2017 WIB yang diajarkan pada Klien bertanya
penderita asam urat. mengenai
2. Menganjurkan klien perawatan penyakit
untuk mengatur asam urat selain
aktivitas dengan pengaturan
istirahat. makanan.
O:
Klien memahami
dan mengulang
kembali informasi
yang telah
diberikan oleh
perawat.
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi
dilanjutkan
2 Selasa/ 14.00 1. Memberikan posisi S:
20 Juni 2017 WIB nyaman bagi klien Klien mengatakan
2. Memantau keadaan nyeri yang
klien dirasakan
3. Mengukur vital sign berkurang
4. Menanyakan Skala nyeri: 5
kepada klien O:
apakah masih Klien masih tampak
merasa nyeri hebat lemah
atau tidak. TD: 130/100
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi
dilanjutkan.
CATATAN PERKEMBANGAN
Implementasi dan
No. Evaluasi Tindakan
Dx Keperawatan Keperawatan Evaluasi
Hari/ Puku
Tanggal l
1 Rabu/ 10.00 1. Menganjurkan S:
21 Juni 2017 WIB untuk melakukan Klien mengatakan akan
jadwal latihan yang melakukan jadwal latihan
diajarakan yang diajarkan.
2. .Mengingatkan untuk O:
selalu berhati-hari Klien tampak berjalan
dalam melakukan secara perlahan
pergerakan dan TD: 130/100
aktivitas RR:24x/menit
HR: 82x/menit
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
2. Rabu/20 Juni 13.00 1. Memberikan posisi S:
2017 WIB nyaman bagi klien Klien mengatakannyeri
2. Menanyakan yang dirasakan
kembali kepada berkurang.
klien apakah Skala nyeri:4
nyerinya sudah O:
berkurang. Klien tamapak lemah
3. Mengajarkan klien TD:130/100
cara agar melakukan A:
tarik nafas dalam Masalah teratasi sebagian
atau teknik relaksasi P:
yang telah Intervensi dilanjutkan
diajarkan.
Implementasi dan
No. Evaluasi Tindakan
Dx Keperawatan Keperawatan Evaluasi
Hari/ Puku
Tanggal l
1 Kamis /22 11.00 1. Memberikan S:
Juni 2017 WIB pendkes tentang diet Keluarga mengatakan
untuk penderita asam akan melakukan
urat informasi yang telah
2. Membagikan leaflet diberikan.
O:
Klien mendengarkan
dengan baik
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
2 Kamis 14.00 1. Menjelaskan pada S:
/22 Juni WIB keluarga tentang Keluraga dan Ny.J dapat
2017 pengertian asam menyebutkan tanda dan
urat gejala,penyebab, dan
2. Menjelaskan pada komplikasi dari asam
keluarga tentang urat.
gejala asam urat O:
3. Menjelaskan pada Keluarga dan Ny.J
kelurga penyebab memperhatikan saat
asam urat penyuluhan dan
4. Menjelaskan pada mendemonstrasikan diet
keluarga komplikasi untuk penderita asam urat
asam urat A:
5. Mendemonstrasikan Masalah teratasi sebagian
diet yang tepat P:
untuk penderita Intervensi dilanjutkan
asam urat
CATATAN PERKEMBANGAN
Implementasi dan
No. Evaluasi Tindakan
Dx Keperawatan Keperawatan Evaluasi
Hari/ Pukul
Tanggal
1. Jumat/ 10.00 1. Menanyakan S:
23Juni 2017 WIB kembali kepada Klien mengatakan
klien tentang sudah mengetahui
penyakitnya tentang penyakitnya
2. Menanyakan O:
kembali nutrisi yang Klien tampak tenang
dikonsumsi A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi dihentikan
FASE – FASE DALAM STUDY KASUS DENGAN PENYAKIT ASAM URAT (GOUT
ARTRITIS) PADA KOMUNIKASI KEPERAWATAN DALAM KOMUNITAS
FASE ORIENTASI
(Tahap ini perawat sudah dating ke ruangan dan bertatap langsung dengan pasien
dan melihat dengan secara langsung keadaan pasien ).
FASE KERJA
( fase ini merupakan inti dari komunikasi terapeutik dan pada fase ini sudah masuk rencana
apa yang akan kita lakukan sebagai seorang perawat).
Perawat: okey pak, jadi saya sebagai perawat akan melakukan pemeriksaan terhadap bapak terkait
dengan masalah Kesehatan yang di alami oleh bapak . sebelumnya kita melakukan
pemeriksaan TTV terlebih dahulu (pengukuran suhu tubuh,tekanan darah,detak jantung
dan frekuensi pernapasan)……………….
Pasien : iya sus.
Perawat : (sesudah melakukan pemeriksaan TTV ).bagaimana nyeri yang di rasakan pada kaki
Bapak sudah menurun atau semakin meningkat?
Pasien : begini sus nyeri pada kaki saya semakin meningkat sehingga dapat menyebabkan saya
Tidak bisa tidur karna sering mengalami kesakitan
Perawat : oh baiklah pak, disini saya sebagai perawat melakukan Tindakan untuk mengurangi
nyeri pada kaki bapak (sambil mengambil air hangat)
pasien : iya sus( wajah berkerut karna akibat dari nyeri pada kaki)
perawat : permisih pak, kaki bapak yang mengalami sakit tolong di luruskan karna saya akan
melakukan pengompresan pada kaki bapak untuk mengurangi nyeri yang sedang di rasa
kan oleh bapak
pasien : iya sus(sambil meluruskan kaki yang akan di kompres)
perawat : (stelah melakukan pengompresan) bagaimana perasaan bapak ketika kaki bapak di
kompres ?
pasien : iya sus nyerinya sedikit berkurang ( sambil mengelah nafas ).
Perawat : oiya pak, selain kami melakukan pengompresan kami juga memberikan anjuran kepada
bapak untuk minum air putih minimal 2 liter perhari sertah minum obat yang telah di
resepkan oleh dokter ( sambil memberikan senyuman ramah )
pasien : iya sus, akan saya lakukan
perawat : baiklah pak, besok saya akan Kembali ke sini untuk mellihat keadaan bapak
( sambil memberi salam )
Pasien ; iya sus
FASE EVALUASI
(pada fase ini perawat datang untuk melakukan evaluasi terkait Tindakan yang telah
Dilakukan ).