Anda di halaman 1dari 62

STUDI KASUS ASAM URAT (GOUT ARTRITIS ) DALAM ASUAN

KEPERAWATAN PADA KOMUNIKASI KEPERAWATAN DALAM KOMUNITAS

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK: 6

Clara sara AP ;21212020

Yuliana Sabu Brinu ;21212022

Elisa Awaliya Ramadani ;21212017

Rivaldo Elia Sanu ;21212016

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNUNG SARI

MAKASSAR.A 2022/2023
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asam urat adalah suatu penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak
dan berulang dari Arthritis kristal menosidium urat yang tercampur didalam sendi
sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat didalam darah (Diah, dkk, 2008).
Beberapa tahun terakhir ini semakin banyak orang yang dinyatakan oleh
dokter menderita suatu penyakit yang diakibatkan oleh tingginya kadar asam urat
di dalam darah penyakit ini di tandai dengan linu-linu terutama didaerah
persendian tulang dan tidak jarang timbul rasa nyeri yang hebat. Rasa nyeri
tersebut diakibatkan adanya radang pada persendian. Radang sendi tersebut
ternyata disebabkan oleh penumpukan kristal didaerah persendian akibat
tingginya kadar asam urat didalam darah. Arthritis gout disebabkan kelainan
metabolisme yang ada dalam perkembangannya bermanifestasi terhadap
peningkatan konsentrasi asam urat dalam serum (Diah, dkk, 2008).
Penyakit radang sendi tersebut sudah dikenal sejk zaman yunani kuno
penyakit tersebut dikenal dengan penyakit gout atau pirai. Kata gout berasal dari
bahasa latin guttan yang berarti tetesan. Pada zaman dahulu, asal mula penyakit
ini disangka disebabkan oleh adanya racun yang jatuh demi setetes pada
persendian (Diah, dkk, 2008).
Sebenarnya asam urat merupakan bagian dari yang normal dari darah dan
urin. Asam urat dihasilkan dari pemecahan dan sisa-sisa pembuangan dari bahan
makanan tertentu yang mengandung nukleotida purin atau berasal dari nukleotida
purin yang diproduksi oleh tubuh.Tingginya kadar asam urat di dalam darah
penderita gout disebabkan banyaknya sisa-sisa pembuangan hasil metabolisme
puri sedangkan ekskresi asam urat melalui urin terlalu sedikit (Diah, dkk, 2008).
Salah satu cara mengatasi penyakit gout, selain melalui pemberian obat,
juga dengan cara pengaturan makanan yang dapat mengurangi asam urat dalam
darah . Pengaturan makanan pada penderita suatu penyakit merupakan suatu
kesatuan dengan kegiatan perawatan medis dan pengobatan. Bagi seorang
penderita penyakit, baik penyakit kronis maupun akut, diet yang diberikan
merupakan salah satu kegiatan upaya peyembuhan (Diah, dkk, 2008).
Menurut Davidson dan Anderson (1947), penderita akut maupun mronis
mempunyai syarat-syarat diet yang sama,yaitu makanan yang tinngi purin, cukup
kalori (sesuai dengan kebutuhan tubuh), tinggi karbohidart,rendah protein, rendah
lemak, tinngi cairan, dan tanpa alkohol (Diah, dkk, 2008).
Penyakit ini menyerang dewasa muda, terutam pada pria, pada wanita
insiden ini menjadi sama menoupause prevlensi cenderung makin meningkat
akibat peningkatan standar hidup/perubahan gaya hidup. Prevalensi bervariasi
diseluruh dunia, pada 1986 di USA diperkirakan mencapai 2% dengan proporsi
13,6: 1000 pria dan 6,4:1000 wanita; spanyol 7% dan prancis 17%. Sedangkan di
Indonesia belum ada angka resmi tapi pada beberapa daerah dilaporkan sinjai
(Sulawesi Selatan) pria 10% dan wanita $% Minahasa (Sulawesi Utara) pria
34,3% dan wanita 23,31% dan Bandung (Jawa Tengah) pria 24,3% dan wanita
11,7% (Jeffrey, 2009).
Serangan sendi disertai dengan rasa nyeri yang hebat, bengkak, merah, dan
tersa panas pada sendi kaki. Serangan ini akan hilang sendiri dalam beberapa hari
(sekitar 10 hari) dan bila diberi obat akan sembuh dalam waktu kurang lebih tiga
hari. Interval serangan yang cukup lama dan sendi masih dalam keadaan normal
disebut arthritis gout (Diah, dkk, 2008).
Pada penderita gout kronis mengalami gangguan pergerakan yang disebut
juga dengan gangguan mobilisasi. Gangguan mobilisasi merupakan keadaan
dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebaskarena kondisi yang
mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang
belakang, cedera otak berat diserati fraktur pada ekstremitas dan sebaginya
(Taufik, 2009).
Kemampuan sesesorang untuk bergerak penuh dan bebas sehingga dapat
melakukan ineraksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini
merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol
seluruh area tubuh seseorang disebut dengan mobilitas penuh. Kemampuan
seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara
bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area
tubuhnya disebut dengan mobilitas sebagian (Taufik, 2009).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah memberikan gambaran
nyata bagi mereka yang mengalami gangguan mobilitas fisik yang dialami oleh
klien Ny. J di kelurahan Sari rejo Kecamatan Medan Polonia agar dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya.

2. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar
gangguan mobilitas.
2. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan prioritas masalah
kebutuhan dasar gangguan mobilisasi.
3. Memberikan intervensi pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan
dasar gangguan mobilisasi.
4. Memberikan implementasi pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan
dasar gangguan mobilisasi.
5. Melakukan evaluasi pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar
gangguan mobisasi.

C. Manfaat
1. Bagi kegiatan belajar mengajar diharapkan dapat dijadikan masukan untuk
menambah dan meningkatkan pengetahuan pengetahuan dan wawasan bagi
mahasiswa keperawatan serta pembaca pada umumnya dapat memberikan
asuhan keperawatan.
2. Bagi mahasiswa penambah wawasan dalam ilmu pengetahuan khususnya
kesehatan bagi mahasiswa agar dapat mengaplikasikan ilmunya dalam
pendidikan.
3. Bagi kebutuhan klien diharapkan gangguan mobilisasi teratasi dan dapat
meningkatkan aktivitas sesuai batasan toleransi.
BAB II
PENGELOLAAN KASUS

2.1 Konsep Dasar Penyakit Asam Urat


2.1.1 Pengertian Asam Urat
Asam urat merupakan penyakit yang disebabkan karena adanya
penumpukan asam urat didalam tubuh secara berlebihan. Asam urat
merupakan produk akhir dari metabolisma senyawa purin.
Pembentukannya tergantung pada jumlah purin dari makanan yang
dikonsumsi dan dari pembentukan purin dalam tubuh. Metabolisma adalah
proses kimia atau reaksi kimia yang secara alami selalu terjadi dalam
tubuh.
Asam urat sebenarnya merupakan bagian yang normal dari darah
dan urin. Asam urat dihasilkan dari pemecahan dan sisa pembuangan dari
bahan makanan yang mengandung nukleotida purin atau berasal dari
nukleotida purin yang diproduksi oleh tubuh. Artinya secara alami tubuh
manusia akan selalu memiliki asam urat dalam jumlah yang terbatas.
Asam urat berasal dari kata uric acid. Kata uric artinya urin sedangkan
acid artinya asam. Jad iuric acid atau asam merupakan kondisi seseorang
dengan air seni (urin) yang memiliki sifat asam. Air seni berwarna putih
dengan kepekatan tinggi yang dapat mengedap. Endapan berwarna putih
bersifat asam yang kemudian diketahui sebagai asam urat, uric acid
diberikan oleh peneliti Aulus CorneliusCelsus pada tahun 30 M.
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai
gambaran khusus,yaitu artritis akut. Arthritis gout lebih banyakterdapat
pada pria dari pada wanita. Gout adalah peradangan akibat adanya
endapan kristal asam urat pada sendi dan jari (depkes,1992). Gout adalah
kerusakan metabolic yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi serum
asam urat dan deposit kristal asam urat dalam cairansinovial dan disekitar
jaringan sendi.
2.1.2 Penyebab
1. Pola makan tidak sehat
2. Pemakaian alkohol
3. Obat diuretic dan analgesik
4. Kelainan sejak lahir
2.1.3 Tanda dan Gejala
1. Bengkak pada sendi
2. Nyeri pada sendi
3. Kaki dan lengan kaku
4. Kemerahan
5. Pusing
6. Demam
2.1.4 Pencegahan
1. Menghindari makanan yang tinggi purin seperti melinjo dan
olahannya, kacang-kacangan dan olahannya.
2. Menghindari makan yang diawetkan seperti sarden dan kaldu buatan.
3. Menghindari makanan beralkohol seperti bir, tape, ragi dan minuman
fermentasi lainnya,bayam, kangkung, singkong, nanas, durian dan air
kelapa.
2.1.5 Perawatan
1. Memiliki pola hidup sehat
2. Istirahat yang cukup
3. Bila kaki bengkak rendam dengan air es
4. Minum 8-9 gelas perhari
5. Olahraga yang benar/teratur
6. Dengan rebusan air daun salam (10-19 lembar), minum 2 kali sehari.
2.1.6 Patofisiologi
Asam urat adalah produk sisa metabolisme purin. pada keadaan
normal erjadi keseimbangan antara produksi dan ekskresi.sekitar dua
pertiga (2/3) jumlah yang diproduksi setiap hari diekskresikan melalui
ginjal dan sisanya melalui feses dan urin. Serum asam urat normal
dipertahankan antara 3,4-7,0 mg/dl pada pria dan 2,4-6,0 pada wanita,
pada level lebih dari 7,0 mg/dl akan terbentuk kristal monosodium urat.
Hal lain yang dapat meningkatkan kadar asam urat adalah kita terlalu
banyak mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung banyak purin
(seperti: kacang-kacangan).
Asam urat yang berlebih selanjutnya akan terkumpul pada
persensian sehingga menyebabkan rasa nyeri atau bengkak. Biasanya
menyerang satu persendian, terjadi secara tak terduga, terjadi pada malam
hari yang dapat dipicu trauma, konsumsi alkohol dan pembelahan. Pada
level ini asam urat di dalam persendian menimbulkan respon
inflamasi,selanjutnya leukosit Poli Morfio Nuklear (PMN) menginfiltrasi
persendian dan memfagosit kristal-kristal urat yang menyebabkan
kematian leukosit PMN, pengeluaran enzim-enzim lisosom serta mediator-
mediator inflamasi lainnya kedalam jaringan. Hal ini menyebabkan sendi
yang terserang terlihat kemerahan, panas, bengkak, dan terasa nyeri.
Sekitar 50% serangan gout arthritis akut terjadi pada sendi
metatarsophalangeal tumit, sedangkan bagian tubuh lain yang juga
mengalami serangan; ankle, tumit, lutut, jari-jari tangan dan siku. Nyeri
bertambah dalam beberapa jam yang disertai keluhan keluhan demam serta
peningkatan angka leukosit (white blood cell) dan sedimen rate. Serangan
akut gout ini dapat terjadi dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.
Hampir 60% penderita mengalami serangan ulang setelah satu tahun.
2.1.7 Konsep Dasar Mobilisasi
2.1.7.1 Definisi
Mobilisasi adalah kemampuan indivu untuk bergerak secara bebas,
mudah, dan teratur, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktifitas
guna mempertahankan kesehatannya. Gangguan mobilisasi mengacu pada
kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas, dan imobilisasi
mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas.
Mobilisasi dan imobilisasi berada pada suatu rentang dengan banyak
tingkatan imobilitas parsial diantaranya, beberapa klien mengalami
kemunduran dan selanjutnya berada di antara rentang mobilisasi-
imbobilisasi, tetapi pada klien lain, berada pada kondisi imobilisasi mutlak
dan berlanjut sampai jangka waktu tidak terbatas (Potter dan Perry, 1994).
2.1.7.2 Tujuan Mobilisasi
1. Memenuhi kebutuhan dasar manusia
2. Mencegah terjadinya trauma
3. Mempertahankan tingkat kesehatan
4. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari-hari
5. Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh
2.1.7.3 Jenis Mobilisasi
1. Mobilisasi Penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk
bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan
interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.
2. Mobilisasi Sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk
bergerak dengan batasan jelas dan tidak mammpu bergerak
secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik
dan sensorik pada area tubuhnya. Mobilisasi sebagian ini
dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan
individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya
sementara.
b. Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan
individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya
menetap.
2.1.8 Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas
Mobilitas seseorang dapa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya;
1. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi kemampuan mobilitas
seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan
sehari-hari.
2. Proses Penyakit/Cedera
Proses penyakit dapat memengaruhi kemampuan mobilitas karena
dapat memengaruhi fungsi sistem tubuh. Sebagian contoh, orang
yang menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan
pergerakan dalam ekstremitas bagian bawah.
3. Kebudayaan
Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi
kebudayaan. Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering
berjalan jauh memiliki kemampuan mobilitas yang kuat,sebaliknya
ada orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan
budaya tertentu dilarang untuk beraktivitas.
4. Tingkat Energi
Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar seseorang
dapat melakukan mobilitas dengan baik, dibutuhkan energi yang
cukup
5. Usia Status Perkembangan
Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang
berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat
gerak sejalan dengan perkembangan.

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar


Mobilisasi
1. Pengkajian
Pengkajian adalah cara perawat mengumpalkan data baik secara
objektif ataupun secara subjektif yang bisa digali oleh seorang perawat
terhadap klien, keluarga, dan orang yang dekat dengan klien (Wilkinson,
2007). Dan yang harus diperoleh haruslah menggambarkan status kesehatan
klien ataupun masalah utama yang dialami klien. Dalam melakukan
pengkajian, diperoleh teknik khusus dari seorang perawat, terutama dalam
menggali data, yaitu dengan menggunakan komunikasi yang efektif dan
terapeutik. Selain itu, pemeriksaan fisik dan pengamatan secara sistematis
juga diperlukan oleh seorang perawat ahli.
Pengkajian adalah tindakan mengumpulkan informasi mengenai klien,
mengorganisasikan informasi, dan menentukan signifikasinya. Ini merupakan
fase pertama dalam proses keperawatan, walaupun sebenarnya penilaian terus
berlangsung disemua fase dalam proses keperawatan. Eksekusi pengkajian
yang efektif menitikberatkan pada hadirnya dasar pengetahuan yang luas dan
keterampilan kritis yang baik.
Kemampuan untuk bergerak dengan bebas merupakan suatu berkah
bagi sebagian orang hingga mengalami situasi dimdnd mobilitas mereka
menjadi terbatas, atau sama sekali hilang. Konsekuensi imobilitas dimulai
dari kurangnya kebebasan hingga dapa t bergerak sendiri. Hal ini juga
meminimalkan atau secara keseluruhan menghilangkan kemampuan untuk
melakukan aktifitas perawatan diri dalam kehidupan sehari- hari atau
menghambat kapasitas fungsional dari semua sistem tubuh.
Gerakan terjadi melalui kombinasi kerja sistem musculoskeletal dan
sistem saraf. Gerakan tidak hanya terbatas pada gerakan fisik yang dapat kita
lihat. Ini juga meliputi aktivitas bertahan hidup yang tidak dapat dilihat secara
kasat mata (misal pernapasan, pencernaan, sirkulasi). Komponen kunci dari
gerakan meliputi tulang,otot,sendi,dan saraf (Bennita W. Vaughans, 2013).
a. Tulang (skeleton) memberikan kerangka kerja untuk gerak. Tulang yang
rapuh memiliki kerangka kerja yang buruk yang dapat memburuk kapan
saja dan selanjutnya menghalangi gerak. Tulang yang rapuh dapat
dibandingkan dengan struktur yang dibuat oleh babi kecil pertama dan
kedua, keduanya dengan mudah ditiup oleh serigala besar yang jahat.
Sebaliknya, rumah yang dibangun dengan batu-batu tahan terhadap
tiupan itu (Bennita W. Vaugushans, 2013).
b. Sendi adalah titik bertemu nya tulang. Ada tiga jenis sendi berbeda:
sinartrosis atau sendi seabut yang tidak mengizinkan gerakan (batas
tulang tengkorak); anfiartrosis atau sendi kartilago yang mengizinkan
gerakan ringan (tulang belakang); dan diartrosis atau sendi synovial
mendukung mobilitas. Ligamen merupakan kumpulan jaringan serabut
fleksibel yang menghubungkan tulang satu dengan yang lain. Ligamen
yang robek menghambat stabilitas sendi dan akan merusak gerak
(Bennita W. Vaugushans, 2013).
c. Kontraksi otot dan relaksasi otot berhubungan dengan tendon
(strukturberbentuk gelendong kuat yang melekatkan otot pada tulang)
untuk menghasilkan gerak. Kerja yang dihasilkan menunjukan kerja yang
terjadi selama permainan “tarik tambang”. Tali menunjukan tendon yang
melekat satu dengan yang lain. Tindakan menarik tali anggota tim
menunjukan relaksasi dan kontraksi otot,dan gerakan aktual dari anggota
tim menunjukan gerakan tualang (Bennita W.Vaugushans,2013).
Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan mobilitas adalah
sebagai berikut:
a. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang
menyebabkan terjadikeluhan/ gangguan dalam mobilitas, sepertinya
adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tigkat mobilitas, daerah
terganggunya mobilitas,dan lama terjadinya gangguan mobilitas.
b. Riwayat Keperawatan Penyakit yang Pernah Diderita
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit sistem
neurologis (kecelakaan cerebrovaskuler, trauma kepala, peningkatan
tekanan intracranial, miastenia gravis, guillain barre, cedera medulla
spinalis, dan lain-lain), riwayat penyakit system kardiovaskuler (infark
miokard,gagal jantung kongesif), riwayat penyakit sistem muskuloskletal
(osteoporosis, fraktur,arthritis), riwayat penyakit sistem pernapasan
(penyakit paru obstruksi menahun, pneumonia, dan lain-lain), riwayat
pemakaian obat, seperti sedative, hipnotik, depresan sistem saraf pusat,
laksansia, dan lain-lain.
c. Kemampuan Fungsi Motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki
kanan dan kiri, untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan,
atau spastis.
d. Kemampuan Mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai
kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan
berpindah tanpa bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah
sebagai berikut:
Tingkat Aktivitas/Mobilisasi Kategori
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan
orang lain.
Tingkat 3 Memerlukan bantuan,pengawasan orang
lain,dan peralatan.
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan.

e. Kemampuan Rentang Gerak


Pengkajian rentang gerak (Range of Motion-ROM) dilakukan pada
daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.
Gerak Sendi Derajat Rentang Normal
Bahu 180
Adduksi : Gerakan lengan ke lateral
dari posisi samping ke atas kepala,
telapak tangan menghadap keposisi
yang paling jauh.

Siku
Fleksi : Angkat lengan bawah ke arah 150
depan dan ke arah atas menuju bahu.

Pergelangan Tangan
Fleksi : Tekuk jari tangan ke arah 80-90
bagian dalam lengan bawah.
Ekstensi : Luruskan pergelangan tangan 80-90
dari posisi fleksi.
Hiperekstensi :Tekuk jari-jari tangan ke arah 70-90
belakang sejauh mungkin.
Abduksi : Tekuk pergelangan tangan ke sisi 0-20
ibu jari ketika telapak tangan menghadap
ke atas.
30-50
Adduksi : Tekuk pergelangan tangan kea
rah kelingking, telapak tangan menghadap
ke atas.

Tangan dan Jari


90
Fleksi: Buat kepalan tangan.
90
Ekstensi : luruskan jari.
30
Hiperekstensi : Tekuk jari-jari tangan ke
belakang sejauh mungkin.
20
Abduksi : Kembangkan jari tangan.
20
Adduksi : Rapatkan jari-jari tangan dari
posisi abduksi.

f. Perubahan Intoleransi Aktivitas


Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan
pada sistem pernapasan, antara lai: suara napas, analisis, gas darah,
gerakan diding thorak, adanya mucus, batuk yang produktif diikuti panas,
dan nyeri saat respirasi. Pengkajian intoleransi aktivitas terhadap
perubahan sistem kardiovaskular, seperti nadi dan tekanan darah,
gangguan sirkulasiperifer, adanya thrombus,serta perubahan tanda vital
setelah melakukan aktivitas atau perubahan posisi.
g. Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi
Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral
atau tidak. Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan:
Persentase Kekuatan
Skala Karakteristik
Normal
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot
dapat di palpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan
gravitasi dengan topaangan
3 50 Gerakan yang normal melawan
gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal melawan
gravitasi dan melawan tahanan
minimal
5 100
Kekuatan normal, gerakan penuh
yang normal melawan gravitasi dan
tahanan penuh

h. Perubahan Psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan adanya gangguan
mobilitas, antara lain perubahan perilaku, penigkatan emosi, perubahan
dalam mekanisme koping, dan lain-lain.

2. Analisa Data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status
kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap
dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.
Data Fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien
terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup
tindakan yang dilaksanakan terhadap klien (Potter & Perry, 2005).
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang pasien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta
kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan pasien. Pengumpulan
informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi
yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang
dihadapi pasien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk menentukan
diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah pasien. Pengumpulan data
dimulai sejak pasien masuk ke rumah sakit (initial assessment), selama pasien
dirawat secara terus-menerus (ongoing assessment),serta pengkajian ulang
untuk menambah / melengkapi data (re-assessment) (Potter & Perry, 2005).
Tujuan Pengumpulan Data:
a. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan pasien.
b. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan pasien.
c. Untuk menilai keadaan kesehatan pasien. Untuk membuat keputusan
yang tepat dalam menentukan langah-langkah berikutnya.
Tipe Data:
a. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh
perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide pasien tentang status
kesehatannya. Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan,
kecemasan, frustrasi, mual, perasaan malu (Potter & Perry, 2005).
b. Data Objektif
Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan
panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik.
Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan,
tingkat kesadaran (Potter & Perry, 2005).
3. Rumusan Masalah
Diagnosa keperawatan pada gangguan mobilisasi aktivitas harus
aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data yang selama pengkajian
dimana perawat menyusun strategi keperawatan untuk mengurangi atau
mencegah bahaya berhubungan dengan kesejajaran tubuh buruk atau
gangguan mobilisasi. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
gangguan mobilisasi (Hidayat, 2004). yaitu:
a. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengankesejajaran tubuh yang
buruk dan penurunan mobilisasi.
b. Risiko cedera yang berhubungan denganketidaktepatan mekanika tubuh,
ketidaktepatan posisi dan ketidaktepatan pemindahan yang buruk
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan statis
sekresi paru dan ketidaktepatan posisi tubuh.
d. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan penurunan
pengembangan paru, penumpukan sekresi paru dan ketidaktepatan posisi
tubuh.
e. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan pola nafas tidak
simetris, penurunan pengembangan paru dan penumpukan sekresi paru.
f. Gangguan integritas kulit atau risiko gangguan integritas kulit yang
berhubungan dengan keterbatasan mobilisasi, tekanan permukaan kulit,
dan gaya gesek.
g. Gangguaneliminasi urine yang berhubungan dengan keterbatasan
mobilisasi, risiko infeksi dan retensi urin.
h. Risiko infeksi yang berhubungan dengan statisnya sekresi paru,
kerusakan integritas kulit, dan statisnya urine.
i. Inkontinensia total yang berhubungan dengan perubahan pola eliminasi
dan keterbatasan mobilisasi.
j. Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan
pengurangan tingkat aktivitas dan isolasi sosial.
k. Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan
pengurangan tingkat aktivitas dan isolasi sosial.
l. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan keterbatasan mobilisasi
dan ketidaknyamanan.
4. Perencanaan
Perencanaan meliputi identifikasi hasil yang diharapkan dan sarana
atau intervensi untuk memastikan hasil tersebut tercapai pada titik ini,
perawat juga harus mempertimbangkan bagaimana ia dapat
mengimplementasikan rencana asuhan dengan cara yang aman. Menjaga
mobilitas dengan cara aman sebagian terletak pada penggunaan gerak tubuh
yang bagus. Gerak tubuh dapat dideskripsikan sebagai cara seseorang
menggunakan tulang, otot, sendi untuk menghasilkan gerakan.
Penggunaan gerak tubuh yang tepat mencegah luka pada sistem
musculoskeletal. Untuk memeroleh gerak tubuh yang tepat, seseorang harus
memelihara pelengkungan dan keseimbangan yang tepat selama bergerak,
laporan surgeon mngenai aktivitas fisik dan kesehatan, “aktivitas fisik regular
yang dilakukan di sebagian besar hari dalam seminggu mengurangi risiko
berkembangnya atau risiko mematikan beberapa penyebab utama sakit dan
kematian di Aamerika”. Ada dua komponen utama atas kesuksesan
perogaram untuk mempromosikan aktivitas fisik:
a. Mengidentifikasi aktivitas menyenangkan yang mampu dilakukan
seseorang dan
b. Konsistensi dalam melakukan aktifitas
Dengan demikian, perawat harus bekerja dekat dengan pasien secara
individu untuk menyesuaikan suatu program yang memenuhi kriteria diatas
(Bennita W. Vaughans, 2013).
Tipe gerak mobilisasi yang tepat:
a. Rencanakan pekerjaan (misal mengangkat, memindah) lebih dulu.
b. Biarkan pasien sebanyak mungkin membantu.
c. Cari bantuan jika mungkin
d. Gunakan peralatan mekanik jika diperlukan.
e. Gunakan gerakan terkoordinasi pelan daripada gerakan serampangan.
f. Kencangkan otot gluteal dan abdominal untuk mengangkat.
g. Dorong, luncurkan atau tarik daripada mengangkat atau membaw jika
memungkinkan.
h. Putar seluruh badan, jangan memelintir badan.
i. Beri dasar tumpuan yang luas
j. Kaki bertumpu tetap pada lantai
k. Satu kaki agak di depan kaki yang lain
l. Lutut perlahan menekuk
m. Gunakan otot-otot kaki yang besar; jangan gunakan otot-otot punggung
n. Bawa barang dekat dengan badan anda.
o. Hindari meregang dan mengapai objek.
p. Sesuaikan tempat tidur setinggi pinggang jika mungkin.
q. Ajarkan anggota keluarga dan pasien untuk menggunakan prinsip-prinsip
yang sama di lingkungan rumah (Bennita W.Vaughans,2013).
Intervensi khusus yang dibutuhkan tergantung pada sebab imobilitas
pada pasien dan juga fase penyembuhan. Sebagai contoh, selama periode
pascaoperasi untuk seorang pasien yang telah melakukan penggantian
pangkal paha keseluruhan. Tujuannya untuk mencegah komplikasi akut dari
imobilitas melalui intervensi seperti penempatan pasien, latihan pernapasan,
dan sebagainya.
Pembahasan berikut menyorotkan intervensi keperawatan yang dapat
digunakan untuk pasien yang mengalami gangguan mobilisasi seperti
memposisikan dan memindah. Pasien yang tidak dapat bergerak mungkin
memerlukan bantuan perawat untuk mengubah posisi atau berpindah dari satu
lokasi ke lokasi yang lain (misalnya dari tempat tidur ke kursi, dari tempat
tidur keusungan).
Memposisikan dan memindahkan mungkin masalah kenyamanan
pribadi atau dapat sebagai bagian dari intervensi yang dapat diresepkan untuk
mencegah komplikasi dan mempromosikan fungsi yang optimal. Perencanan
ketika memposisikan atau memindahkan seorang pasien, perawat harus:
a. Merencanakan bagaimana aktivitas tersebut dilaksanakan sebelum
dimulai.
b. Menggunakan gerak tubuh yang benar
c. Membiarkan pasien membantu sebanyak mungkin
d. Menggunakan peralatan pembantu (kertas gambar, sabuk transfer, lift
mekanis, orang lain).
e. Memastikan pelengkungan tubuh yang benar (mungkin perlu bantal,
belat, penyangga kaki).
f. Menghindari tekanan, khususnya tulang-tulang yang menonjol (siku,
tumit,secrum).
g. Membuat jadwal (setidaknya setiap dua jam).
Latihan gerak mobilitas sendi dipelihara dengan melakukan latihan
gerak tertentu. Latihan gerak dapat dilakukan secara aktif atau pasif. Dalam
latihan gerak pasif memerlukan bantuan perawat ataupun peralatan
mekanis. Sebelum memulai latihan gerak, derajat gerakan yang dapat
dilakukan tanpa menyebabkan luka harus diperhatikan (Bennita W,
Vaughans, 2013).
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Gout Arthritis atau Asam Urat merupakan penyakit komplikasi dari

hiperurisemia yang dipicu oleh kristal monosodium urat pada persendian

maupun jaringan lunak didalam tubuh. Asam urat merupakan hasil

metabolisme akhir dari purin yaitu salah satu komponen asam nukleat yang

terdapat dalam inti sel tubuh. Peningkatan kadar asam urat dapat

mengakibatkan gangguan pada tubuh manusia seperti perasaan nyeri di

persendian dan sering disertai timbulnya rasa nyeri yang teramat sangat bagi

penderitanya yang bersifat akut (Susanto, 2013).

Di dunia prevalensi penyakit gout arthritis mengalami kenaikan jumlah

penderita hingga dua kali lipat antara tahun 1990- 2010. Pada orang dewasa di

Amerika Serikat tahun 2015 penyakit gout mengalami peningkatan dan

mempengaruhi 8.3 juta (4%) orang Amerika. Sedangkan prevalensi

hiperurisemia juga meningkat dan mempengaruhi 43.300.000 (21%) orang

dewasa di Amerika Serikat. Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840

orang dari setiap 100.000 orang. Indonesia sendiri diperkirakan 1,6-

13,6/100.000 orang, prevalensi ini meningkat seiring dengan meningkatnya

umur. Perlu diketahui pula di Indonesia gout arthritis diderita pada usia lebih

awal dibandingkan dengan negara barat. 32% serangan gout arthritis terjadi

pada usia dibawah 34 tahun. Sementara diluar negeri rata-rata diderita oleh

kaum pria diatas usia tersebut (Sukarmin, 2015). Sedangkan prevalensi di


1
Jawa Timur pada tahun 2007 sebanyak 28% dari 4.209.817 atau sekitar

1.178.748 lansia menderita penyakit asam urat (Depkes RI, 2015). Peneliti

mengambil penelitian di Puskesmas Siman Ponorogo karena setiap tahunnya

penderita nyeri sendi khususnya gout arthritis meningkat. Peningkatan jumlah

penderita gout arthritis tersebut dibuktikan dengan data Puskesmas mulai dari

tahun 2016 kurang lebih mencapai 119 jiwa, tahun 2017 kurang lebih

mencapai 128 jiwa, dan jumlah penderita nyeri sendi pada bulan Januari –

September 2018 mencapai 427 jiwa. Sedangkan untuk penderita gout

arthtritis sekitar 32% atau kurang lebih 136 penderita.

Salah satu perubahan-perubaha akan terjadi pada tubuh seiring dengan

meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia

lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Pada keadaan demikian itu

tampak pula pada semua system musculokeletal dan jaringan lain yang ada

kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan nyeri. Nyeri

sendi merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat dan kelompok

lansia. Selain faktor usia, banyak factor yang mempengaruhi percepatannya,

seperti halnya banyak lansia yang tidak bisa mengontrol gaya hidupnya

(Kurnia, 2015).

Gout arthritis ditandai dengan peningkatan kadar asam urat >7 mg/dl

pada laki-laki dan >6 mg/dl pada perempuan (Sudoyo et al, 2010). Kondisi ini

dipicu oleh meningkatnya asupan makanan kaya purin, dan kurangnya intake

cairan (air putih), sehingga proses pembuangannya melalui ginjal menurun

(Krisnatuti, 2016). Asam urat sendiri dapat mengancam jiwa penderita atau

hanya menimbulkan gangguan kenyamanan, dan masalah yang disebabkan


oleh nyeri sendi tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak pada aktivitas

sehari-hari dan kualitas hidupnya menurun tetapi juga dapat menimbulkan

kegagalan organ dan kematian bahkan mengakibatkan masalah seperti

keadaan mudah lelah, perubahan citra tubuh, serta gangguan pada tidur

(Kisworo, 2009). Penyakit ini dikatakan dapat terjadi pada siapa saja, namun

kemunculan dan keparahannya masih bisa dicegah dengan beberapa

perubahan pada gaya hidup (Kurnia, 2015). Seperti masih banyaknya

masyarakat yang mengkonsumsi makanan tanpa memperhatikan kandungan

dari makanan tersebut. Faktor aktivitas yang berlebihan juga dapat

memperburuk dan mendukung adanya komplikasi penyakit asam urat tersebut.

Penyebab tingginya asam urat dalam darah hingga terjadi hiperunsernia

ada beberapa yaitu: adanya gangguan metabolisme purin bawaan, kelainan

pembawa sifat atau gen, kebiasaan pola makan berkadar purin tinggi ( seperti:

daging, jeroan, kepiting, kerang, keju, kacang tanah, bayam, buncis), penyakit

seperti: leukemia (kanker sel darah putih), kemoterapi, radioterapi.

Peningkatan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia) disebabkan oleh

peningkatan produksi (overproduction), penurunan pengeluaran

(underexcretion) asam urat melalui ginjal, atau kombinasi keduanya (Kurnia,

2015).

Gout arthritis sendiri adalah serangan asam urat yang sangat parah,

sehingga penderita akan merasakan kesakitan, kondisi ini terjadi akibat dari

gangguan metabolisme purin yang tidak berfungsi dengan baik, sehingga

kelebihan kristal akan menumpuk pada jaringan sendi. Dan sebaliknya,

apabila kadar asam urat dalam level rendah juga mengakibatkan efek samping
yang berbahaya bagi tubuh, karena dapat menimbulkan sakit akibat pelepasan

kristal dari tempat yang sebelumnya menempel di persendian. Kadar asam

urat di dalam tubuh juga sangat tergantung pada keseimbangan asupan

makanan sintesis dan tingkat ekskresi asam urat oleh tubuh. Dalam keadaan

normal, peningkatan produksi asam urat tubuh akan diikuti oleh peningkatan

ekskresi asam urat pada urin.

Keadaan yang mempengaruhi ekskresi urin antara lain adalah asupan

cairan, kecepatan aliran urin, PH urin, keseimbangan asam basa, hormone dan

obat-obatan. Pada kondisi kadar asam urat dibawah 2,5 mg/dl atau

hiperurisemia, peningkatan ekskresi hipoxantin dan xantin dihubungkan

dengan kelainan defisiensi xatin oksidase akan mengakibatkan kelainan

genetik dan kerusakan hati berat. Umumnya, seseorang mengeluarkan asam

urat 200-600 mg/hari melalui ginjal, sedangkan sisanya dikeluarkan melalui

ependu, lambung dan usus halus, yang kemudian dirusak oleh kuman-kuman

di dalam usus besar, dalam keadaan normal, asam urat adalah 350-590 mg/24

jam. Apabila lebih dari 600 mg/24 jam, maka hal ini menunjukkan adanya

penurunan ekskresi. Dalam tubuh menyimpan paling sedikit 1000 mg asam

urat. Namun, pada keadaan gout arthritis jumlahnya akan meningkat hingga 3

sampai 5 kali (Rahmatul Fitriana,S.KM., 2015).

Pada tubuh seseorang sebenarnya sudah mempunyai asam urat dalam

kadar normal, apabila produksi asam urat di dalam tubuh seseorang itu

meningkat dan ekskresi asam urat melalui ginjal dalam bentuk urin menurun

dapat berakibat terjadinya hiperurisemia. Asam urat yang terakumulasi dalam

jumlah besar di dalam darah akan memicu pembentukan kristal berbentuk


jarum. Kristal-kristal biasanya terkonsentrasi pada sendi, terutama sendi

perifer (jempol kaki atau tangan). Sendi - sendi tersebut akan menjadi

bengkak, kaku, kemerahan, terasa panas, dan nyeri sekali (Darmawan, 2008).

Dampak yang terjadi jika kadar asam urat dalam tubuh berlebih dapat

menimbulkan batu ginjal atau pirai di persendian. Walaupun asam urat tidak

mengancam jiwa, namun apabila penyakit ini sudah mulai menyerang,

penderitanya akan mengalami siksaan nyeri yang sangat menyakitkan, terjadi

pembengkakan, hingga cacat pada persendian tangan dan kaki. Rasa sakit

pada pembengkakan tersebut oleh endapan kristal monosodium urat yang

menimbulkan rasa nyeri pada daerah tersebut. Pada sebagian besar orang yang

menderita asam urat, biasanya juga mempunyai penyakit lain seperti ginjal,

diabetes ataupun hipertensi (Fitriana, 2015).

Selain memberikan edukasi mengenai diet rendah purin kepada penderita

gout arthritis, untuk mengurangi rasa nyeri bagi penderita gout arthritis

dengan menggunakan cara kompres hangat yang bertujuan agar otot – otot

lebih rileks sehingga perasaan nyeri berkurang.

Melihat fenomena tersebut peneliti tertarik untuk membuat Studi Kasus

tentang “Asuhan Keperawatan Keluarga pada Pasien Lanjut Usia Gout

Arthritis dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Puskesmas Siman

Ponorogo”.
B.Identifikasi Masalah

Bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga pada Pasien Lansia Penderita

Penyakit Gout Arthritis dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di

Puskesmas Siman Ponorogo?

C.Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk melakukan Asuhan Keperawatan Keluarga pada Pasien

Lanjut Usia Gout Arthritis dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di

Puskesmas Siman Ponorogo.

2. Tujuan Khusus

a. Mengkaji masalah kesehatan pada lansia.

b. Mengalisis dan mensintesis masalah keperawatan pada penderita gout

arthritis, terutama pada nyeri akut.

c. Merencanakan tindakan keperawatan pada penderita gout atrithis,

terutama pada nyeri akut.

d. Melakukan tindakan keperawatan pada penderita gout atrithis,

terutama pada nyeri akut.

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pendeita gout atrithis, terutama

pada nyeri akut.


a. Manfaat Penelitian

c. Manfaat Teoritis

Sebagai sumbangan pengetahuan dan informasi mengenai Asuhan

Keperawatan Keluarga pada Lanjut Usia Gout Arthritis dengan Masalah

Keperawatan Nyeri Akut di Puskesmas Siman Ponorogo.

d. Manfaat Praktis

• Manfaat bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Penulisan Studi Kasus ini sebagai masukan bagi perkembangan

ilmu pengetetahuan dibidang keperawatan khususnya tentang arthritis

gout pada lansia dengan masalah nyeri akut, serta sebagai referensi yang

dapat digunakan pada penelitian lain dibidang kesehatan.

• Manfaat bagi Profesi Keperawatan

Penulisan Studi Kasus ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan wawasan bagi Profesi Keperawatan mengenai arthritis

gout, khususnya pada lansia dengan masalah nyeri akut, serta dapat

memberikan tindakan yang tepat, baik secara promotif, preventif, kuratif,

dan rehabilitative.

• Bagi Pasien dan Keluarga Pasien

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam merawat pasien

Gout Arthritis dengan Nyeri Akut di Puskesmas Siman Ponorogo.


• Manfaat bagi Penul
Penulisan Study Kasus ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara

penulis dalam mengaplikasikan Ilmu Keperawatan yang diperoleh selama

perkuliahan. Study Kasus ini juga dapat menjadi cara untuk menambah

pengalaman, dan keterampilan penulis dalam menyusun Asuhan

Keperawatan. Selain itu, Studi Kasus ini sekaligus juga dapat menambah

pengetahuan dan informasi bagi penulis tentang Asuhan Keperawatan

Keluarga dengan masalah Gout Athriti


B. Asuhan Keperawatan Kasus
1. Pengkajian

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN USU

FORMAT PENGKAJIAN DI RUMAH SAKIT

I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : olin sabu
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 45 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jln.PipaIV kec. Sari rejo,Medan Polonia
Tanggal Masuk RS :-
No.Registrasi :-
Ruangan/Kamar :-
Golongan Darah :-
Tanggal pengkajian : 14 Juni 2017
Diagnosa Medis : Gout

II. KELUHAN UTAMA


Ny. J sudah mengalami keluhan dengan kaki kebas-kebas pada
persendian kaki jika berdiri terlalu lama bagian sendi-sendi kaki terasa sakit.
Ny. J ketika banyak bergerak mudah lelah dan kedua kaki klien jika
melakukan aktifitas klien selalu mudah capek. Keadaan Ny.J setelah
dilakukan pengkajian ulang tubuhnya terasa lemah dan mudah lelah saat
melakukan aktifitas kaki klien kebas-kebas dan Ny.
Jika kedua kakinya diluruskan atau dilakukan gerak mobilisasi kedua
kaki klien menjadi nyaman.
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocation/palliative
1. Apa penyebabnya
Klien keadaan terasa lemah dan mudah lelah setiap melakukan
aktifitas yang banyak kemungkinan disebabkan oleh gangguan
mobilisasi fisik pada bagian kaki dan tidak dapat digerakkan
dialibatkan oleh kehilangan kekuatan/ tonus otot.
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :
Klien hanya gangguan mobilisasi fisik dan klien jika merasa
kakinnya kebas-kebas dan jika tidak terasa menginjakkan kakinya ke
lantai klien meluruskan kakinya diatas tempat tidur dan tonus otot,
sendi yang terasa kebas dan keram menjadi nyaman dan rileks.
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan
Saat ingin melakukan aktifitas, saat kaki di injakkan terasa seperti
menebal dibagian kaki terasa melemah dan dan rasanya tidak bisa
menopang berat tubuh hingga tubuh terasa lemah.
2. Bagaimana dilihat
Saat dilakukan pengkajian, klien bersedia untuk berdiri tetapi tidak
bertahan lama karena terasa sakit.
C. Region
1. Dimana lokasinya
Kebas-kebas dan nyeri dibagian jari dan kaki bagian kiri dan kanan
itulah yang membuat klien lemah untuk melakukan aktifitas.
2. Apakah Menyebar
Klien mengatakan nyeri dan kebas-kebas jika kakinya ditekuk dan
jika kelaman duduk nyeri dan kebasnya menyebar ke pinggang, dan
jari-jari kaki, lutut tidak terasa jika menginjak kaki terasa lemah.
D. Severity
Klien mengatakan dengan keadaannya yang seperti ini (lelah, mudah
lelah, saat melakukan aktifitas yang berlebihan serta kakinya yang
terlihat terganggu mobilitas fisiknya, otot dan sendi tulang terlihat
lemah. Dan kemampuan klien yang terlihat yang membuat klien
nyaman ketika melakukan tehnik ROM dilakukannya dengan
meluruskan kaki dan menyendarkan pinggang ke kursi .
E. Time
Klien merasakan kebas, sakit pada bagian otot kakinya itu jika klien
terlalu banyak melakukan aktifitas dan ketika kaki ditekuk.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


A. Penyakit yang pernah dialami
Klien tidak memiliki riwayat penyakit dimasa lalu
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Klien rutin melakukan pemeriksaan Kadar Gula Darah ke poliklinik
C. Pernah dirawat/dioperasi
Klien pernah dirawat di Rumah Sakit/tidak pernah dioperasi
D. Lama dirawat
Klien pernah dirawat di Rumah Sakit (selama satu minggu)
E. Alergi
Klien tidak memiliki riwayat alergi, baik makanan ataupun obat-obatan.
F. Imunisasi
Klien tidak bias mengingat apakah status imunisasi dahulu lengkap, dan
klien mengatakan zaman dahulu imunisasi sulit untuk diperoleh.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


A. Orang tua
Klien mengatakan kedua orang tuanya sudah meninggal pada usia 70
tahun, dan ibu 75 tahun. Diketahui orang tua klien meninggal karna suatu
penyakit yang dialami tetapi memang karena factor usia.
B. Saudara kandung
Klien memiliki 9 bersaudara, dan anak dari klien sudah menikah dan
sudah mempunyai anak.
C. Penyakit keturunan yang ada
Klien mengatakan selama ini yang ia ketahui tidak ada penyakit
keturunan dari kedua orang tua.
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Jika ada,hubungan keluarga: tidak ada
Gejala: -
Riwayat pengobatan/perawatan: -
E. Anggota keluarga yang meninggal
Klien mengatakan kedua orang tuanya sudah meninggal pada usia 60
tahun, dan ibu 64 tahun.
F. Penyebab meninggal
Orangtua klien meninggal karena suatu penyakit yang dialami tetapi
karena faktor usia.

VI. RIWAYAT PSIKOSOSIAL


A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Klien tetap semangat walaupun pergerakan fisiknya terganggu
setiap melakukan aktifitas.
B. Konsep Diri:
 Gambaran diri : klien mengatakan kalau dulu klien adalah orang
yang sangat pekerja keras
 Ideal diri : klien mengatakan sudah terbiasa dengan
penyakitnya dan kondisinya.
 Harga diri : klien mengatakan kalau dirinya masih sehat dan
berguna buat keluarganya.
 Peran diri : setelah kondisi kesehatannya semakin melemah
 Identitas diri : klien adalah Ibu Rumah Tangga
C. Keadan emosi:
Klien memiliki sifat yang penuh kesabaran . Klien juga selalu
bersemangat dengan keadaanya.
D. Hubungan sosial:
 Orang yang berarti:
Bagi klien orang yang berarti dalam hidupnya adalah suaminya yang
kini sudah tua dan tinggal dirumah. Klien memiliki 5 anak kandung.
 Hubungan dengan keluarga:
Klien mengatakan hubungan dengan semua keluarga selama ini
baik-baik saja dan harmonis.
 Hubungan dengan orang lain:
Klien mengatakan selalu berusaha menjaga hubungan baik dengan
tetangga maupun orang lain diluar lingkungan rumah sekalipun.
 Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Klien tidak memiliki hambatan saat brhubungan atau berkomunikasi
dengan orang lain.
E. Spiritual
 Nilai dan keyakinan :
Klien memiliki nilai spiritual yang tinggi, klien meyakini sekali
kalau penyakitnya berasal dari ALLAH dan atas dasar karena kasih
sayang dari Tuhan allah penyakit akan sembuh.
 Kegiatan ibadah :
Klien memiliki jadwal ibadah yang sama sekali tidak boleh ia tinggal
walu dalam kondisi apapun yaitu sholat 5 waktu, walaupun
terkadang klien mengatakan kalau ia sering lupa bacaan sholat.

VII. STATUS MENTAL


 Tingkat kesadaran:
 Bingung/orientasi
o Sedasi
o Supor
 Penampilan
 Rapi
o Tidak Rapi
o Penggunaan pakaian tidak sesuai
 Alam perasaan
o Lesu
 Kekuatan
o Putus asa
o Gembira berlebihan
 Pembicaraan
o Cepat
o Keras
o Gagap
o Inkoheren
o Apatis
 Lambat
o Membisu
o Tidak mampu memulai pembicaraan
 Afek
 Datar
o Tumpul
o Labil
o Tidak sesuai
 Interaksi selama wawancara
o Bermusuhan
o Tidak kooperatif
o Mudah tersinggung
 Kontak mata kurang
o Defensif
o Curiga
 Persepsi
 Pendengaran
o Penglihatan
o Perabaan
o Pengecapan
o Penghirupan
 Proses pikir
o Sirkumstansial
o Tangensial
o Kehilangan asosiasi
o Flight of ideas
o Blocking
o Pengulangan pembicaraan/persepsi
 Isi Pikir
o Obsesi
o Fobia
o Hipokondria
o Deporsonalisasi
 Ide yang terkait
o Pikiran magis
 Waham
o Agama
o Somatic
o Kebesaran
o Curiga
o Nihilistic
o Sisip pikir
o Siap pikir
o Kontrol pikir
 Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang
o Ganggua daya ingat jangka pendek
o Gangguan daya saat ini
o Konfabulasi

VIII. PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan Umum
Klien tampak lemah, terlihat kelelahan jika banyak bicara, merasa
kebas-kebas jika banyak bergerak.Kaki tidak udem.
B. Tanda-tanda vital
 Suhu tubuh 37
 Tekanan darah : 140/100
 Nadi : 80x/menit
 Pernafasan : 22x/menit
 Skala nyeri 7
 TB : 160 cm
 BB : 55 kg
C. Pemeriksaan Head to toe
Kepala dan rambut
 Bentuk : bulat dan simetris
 Ubun-ubun : fontanel anterior(-)
 Kulit kepala : kulit kepela bersih
Rambut
 Penyebaran dan keadaan rambut:
Rambut klien warnanya hitam dan penyebaran rambut merata
diseluruh kepala.
 Bau:
Rambut klien mudah berkeringat
 Warna kulit:
Warna kulit kepala kecoklatan.
Wajah
 warna kulit:
Warna kulit kuning langsat
 Struktur wajah :
Simetris, wajah berbentuk simetris.
Mata
 Kelengkapan dan kesimetrisan:
Klien memiliki sepasang mata (kanan kiri yang masih berfungsi
secara baik dan memiliki ukuran yang simetris, dan memiliki
ukuran yang simetris kanan dan kiri).
 Palpebra:
Kelopak mata berfungsi dengan baik (refleks berkedap baik), posisi
kelopak mata simetris,warna anemis,serta pertumbuhan bulu mata
merata pada bagian kanan dan kiri.
 Konjungtiva dan sklera:
Infeksi (-), pus (-), dan warna anemis (-)
 Pupil:
Simetris antara kiri dan kanan, reflex pupil bagus (mengedip saat
diberi cahaya)
 cornea dan iris:
Tanda-tanda radang(-),fotobia(-), bila terlihat cahaya terang.
 visus:
Normal
 tekanan bola mata:
Bola mata dapat melihat ke segala arah.
Hidung
 Tulang hidungdan posisi septum nasi :
Terdapat tulang hidung depan posisi septum nasi tepat ditengah
(medialis)
 Lubang hidung:
Posisi lubang hidung simetris, tidak ditemukan adanya
pembengkakan, pernaapasan cuping hidung(-), tidak terdapat
pengeluaran secret atau darah serta tidak ditemukan massa.
 Cuping hidung:
Cuping hidung tidak ada
Telinga
 Bentuk telingga : bentuk telinga normal
 Ukuran telinga : normal
 Lubang telinga : lengkap
 Ketajaman pendengaran : baik
Mulut dan faring
 Keadaan bibir : mukosa bibir kering
 Keadaan gusi dan gigi : keadaan gusi kering, tidak ada lesi
 Keadaan lidah : keadaan lidah Ny.J simetris
 Orofaring : normal
Leher
 Posisi trachea : posisi trachea medial,
pembengkakan(-), kekakuan pada
leher(-).
 Thyroid : tidak ada tanda massa, bentuknya
normal
 Suara : saat berbicara klien mengatajkan
kata-kata yang jelas
 Kelenjar limfe : tidak dikaji
 Vena jugularis : teraba, kuat,dan teratur
 Denyut nadi karotis : teraba, kuat, dan teratur
Pemeriksaan integument
 Kebersihan : bersih
 Kehangatan : hangat
 Warna : kecoklatan
 Turgor : kembali <3 detik
 Kelembapan : lembab, tidak ada tanda kulit
berkeringat
 kelainan pada kulit : tidak ada
Pemeriksaan payudara dan ketiak
 Ukuran dan bentuk : normal
 Warna payudara dan areola : tidak dikaji
 Kondisi payudara dan putting : tidak dikaji
 Produksi ASI : tidak dikaji
 Aksila dan clavicula : tidak dikaji
Pemeriksaan thoraks/ dada
 inspeksi thoraks( normal,burel chest, funnel chest, pigeon chest,
flail chest, kifos kolasis): bentuk dada normal
 penafasan (frekuensi,irama): normal, RR: 22x/menit
 tanda kesulitan bernafas: tidak ada gangguan
Pemeriksaan paru
 palpasi getaran suara : fremitus taktil normal
 perkusi: perkusi dada arterior terdengar resonan
 auskultasi (suara nafas, suara ucapan, suara tambahan): tidak
terdengar adanya suara tambahan
Pemeriksaan jantung
 inspeksi: tidak ada pembengkakan jantung, tidak ada pulsasi
 palpasi: bunyi jantung normal lup-dup
 perkusi: dullnes
 auskultasi: tidak ada pulsasi
Pemeriksaan abdomen
 inspeksi (bentuk,benjolan): simetris antara kiri dan kanan, tidak ada
terlihat trauma dan pembengkakan
 auskultasi: bunyi peristaltic usus 7x/menit, tidak ada bunyi bruot
pada aorta abdominalis
 palpasi(tannda nyeri tekan,benjolan,ascites,hepar,lien): tidak ada
nyeri tekan pada suprapubik, tidak ada benjolan atau teraba massa
abnormal, tidak asites,permukaan hepar regular,dengan ukuran
normal.
 perkusi(suara abdomen): normal
 pada ibu nifas (invulosio uteri,TFU,lokasi uterus,kontraksi):
Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
 genetalia (rambut pubis,lubang uretra): ada
 anus dan perineum(lubang anus,kelainan pada anus,perineum): ada,
tidak ada kelainan pada anus
 pada ibu nifas (kondisi lochea, jumlah, konsistensi warna, bau,
kondisi perineum, episiotomii ada/tidak,REEDA):
Pemeriksaan muskulo skeletal/ekstermitas( kesimetrisan,kekuatan
otot,edema): simetris kiri dan kanan
Pemeriksaan neurologi(nervus cranialis): tingkat kesadaran:compos
mentis,normal
Fungsi motorik: inspeksi umumdidapat kelemahan pada ekstremitas
bawah,tonus didapat menurun,kekuatan otot didapatkan dengan skala 1
(tidak ada gerekan hanya teraba kontraksi otot) keseimbangan dan
koordinasi mengalami gangguan
Fungsi sensorik (identifikasi sentuhan,tes taajam tumpul,panas
dingin, getaran): gangguan sensibilitas pada klien cedera medulla
spinalis seauai dengan segmen yang mengalami gangguan.
Reflekks (bisep, trisep, brachioradialis, patellar, tendon achiles,
plantar): refleks achilles menghilang(refleks ini mempunyai pusat
dimedulla spinalissetinggi S1) dan refleks patella melemah(refleks ini
terletak dimedulla spinalis setinggi L2,L3, dan L4) karena kelemahan
otot hamstring(otot yang terletak di belakang paha).

IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


I. Pola makan dan minum
 Frekuensi makan/hari: 3x/hari
 Nafsu/selera makan: baik
 Nyeri ulu hati: tidak ada
 Alergi: tidak ada riwayat alergi
 Mual dan muntah: tidak ada
 Tampak makan memisahkan diri (pasien gangguan jiwa): tidak
 Waktu pemberian makan: pagi 08.00, siang 13.00, malam 19.00
 Jumlah dan jenis makan: satu porei nasi, lauk pauk,sauran dan buah-
buahan
 Waktu pemberian cairan/minum: paien minum sehabis makan, dan
setiap kali haus.
 Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah): pasien
tidak ada masalah menelan maupun mengunyah
II. Perawatan diri/personal hygiene
 Kebersihan tubuh: tubuh pasien bersih, pasien mandi 2xsehari
 Kebersihan gigi dan mulut: klien selalu menyikat gigi setiap kali
mandi
 Kebersihan kuku kaki dan tangan: kuku kaki dan tangan pasien
bersih karena dipotong seminggu sekali. Telapak kaki klien tampak
kotor dan kering.
III. Pola kegiatan/aktivitas
 Uraian aktivitas pasien untuk mandi makann,eliminasi,ganti pakaian
dilakukan secara mandiri,sebagian atau total: untuk kegiatan makan
mandi, mengganti pakaian klien selalu melakukan mandiri.
 Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit: klien rajin
beribadah walaupun terkadang kaki sering kebas- kebas.
IV. Pola eliminasi
1. BAB
 Pola BAB : pola BAB klien 1x sehari biasanya pada
pagi hari
 Karakter feses : konsitensi tidak cair, kecoklatan
 Riwayat perdarahan : klien tidak mempunyai riwayat
perdarahan saat BAB.
 BAB terakhir : tadi pagi
 Diare : klien tidak diare
 Penggunaan laksatif : tidak
2. BAK
 Pola BAK: pola BAK 3-4x sehari
 Karekter urine: kuning dengan karakter urine sedang
 Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK: klien mengatakan tidak ada
nyeri saat BAK.
 Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih: klien tidak ada riwayat
penyakit ginjal
 Pengunaan diuretik : tidak
 Upaya mengatasi masalah: tidak
V. Mekanisme koping
 Adaptif
o Bicara dengan orang lain
o Mampu menyelesaikan masalah
o Teknik relaksasi
o Aktivitas kontruksi
o Olahraga
 Maladaptif
o Minum alkohol
o Reaksi lambat/berlebihan
o Bekerja berlebihan
o Menghindar
o Mencederai diri
2. Analisa Data

Masalah
No Data Penyebab
Keperawatan
1 DS: Tingkat usia dan Gangguan
Klien mengeluhkan sulit perkembangan mobilisasi
beraktivitas pada persendian fisik
Jika berdiri lama kaki terasa Perubahan sistem
sakit kardiovaskuler mobilitas
Keluarga mengatakan klien hipotensi ortostastik,
senang makan jeroan,sayur meningkatkan kerja
santan dirumah jantung dan terjadinya
pembentukan thrombus
DO:
Suhu:37 C
Kadar asam urat serum 10mg/dl Gangguan muscular
TD: 140/100mmhg menyebabkan turunnya

KGD: kekuatan otot secara

67mm/dl langsung sehingga


mengakibatkan arus
balik vena.
2 DS: Gangguan mobilisasi Nyeri akut
Klien mengeluhkan nyeri pada fisik
persendian kaki
Klien mengatakan menderita Kelebihan atau
asam urat sudah 2 tahun dan deprivasi sensori
sering kambuh Ligament pada lutut jika
terputus mengakibatkan
DO:
semua sistem tubuh
TTV:130/90mmhg
terganggu
Kadar asam urat serum 9mg/dl
Klien tampak meringis
kesakitan Agen cedera
Klien tampak memengangi biologi:gout

lututnya yang sakit


Skala nyerinya: 7 Nyeri akut
3 DS: Kurang pengetahuan Kurangnya
Klien mengatakan tidak mengenal penyakit pengetahuan
mengetahui tentang
penyakitnya Kurangnya mengenal
Klien tidak mengetahui masalah penyakit
makanan yang sesuai dengan
penyakitnya
DO:
Klien tampak sering bertanya
tentang penyakitnya

3. Masalah Keperawatan
a. Gangguan mobilisasi fisik
b. Nyeri akut
c. Kurangnya pengetahuan

4. Diagnosa Keperawatan (Prioritas)


a. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan rentang gerak terbatas
ditandai dengan klien mudah lelah dan kebas-kebas pada persendian
kaki,jika berdiri lama kaki terasa sakit,Tekanan darah:140/100,
Pernapasan:22x/menit, suhu:37 ,Nadi:80x/menit.
b. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan sendi, penimbunan kristal
pada membrane sinovia,tulang rawan artikular,erosi tulang rawan,
proliferasi sinovia, dan pembentukan panus.
c. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah penyakit.
5. Perencanaan Keperawatan dan Rasional

No. Dx. Perencanaan Keperawatan


1. Gangguan Tujuan:
mobilisasi 1. Tujuan jangka panjang: Dapat tergaganggunya kemampuan
fisik bergerak secara sengaja di dalam lingkungan
2. Tujuan jangka pendek: Klien mampu menyadari
keterbatasan gerak, serta mengatur keengganan untuk
begerak.
Kriteria Hasil:
1. Individu akan mengungkapkan akan bertambahnya kekuatan
dan daya tahan ekstremitas
2. Menunjukkan status yang adekuat dengan indikator:
3. Mendemonstrasikan cara menggunakan alat adaptif untuk
meningkatkan mobilitas
4. Melakukan langkah-langkah untuk pengamanan untuk
meminimalkan kemungkinan cedera.
Rencana Tindakan Rasional
Mandiri
1. Meningkatkan perasaan
1. Kaji adanya gangguan
kontrol dan determinasi diri
cara berjalan atau tehnik
klien dapat membantu
berjalan yang baik atau
kepatuhan klien terhadap
mendemonstrasikan
program latihan fisik.
cara berjalan yang baik.
2. Menggunakan alat bantu
2. Bantu klien untuk
ambulasi harus digunakan
bangkit ke posisi duduk
dengan benar dan aman untuk
secara perlahan
menjamin keefektifan latihan
Anjurkan latihan
dan mencegah cedera
ambulasi dengan jalan-
jalan yang sering dan
singkat (sedikitnya tiga
kali sehari), dengan
dampingan jika kondisi
klien tidak stabil. 3. Meningkatkan kemandirian
3. Terapi latihan aktifitas klien.
mobilitas fisik Dengan memasukkan ROM ke
ekstremitas misalnya dalam rutinitas sehari-hari,
latihan ROM pasif atau dapat mendukung performa
ROM aktif(frekuensi normal klien.ROM aktif
disesuaikan dengan meningkatkan massa otot,
kondisi klien): tonus otot, dan kekuatan otot
serta memperbaiki fungsi
jantung dan pernapasan. ROM
pasif meningkatkan mobilitas
sendi dan sirkulasi.
4. Lakukan ROM aktif 4. Mengurangi kelemahan dan
pada ekstremitas yang menigkatkan pertahanan tubuh
sakit. Lakukan latihan
secara perlahan guna
memberi kesempatan
5. Untuk mencegah 5. Mempertahankan integritas
ketegangan pada sendi.
persendian dan jaringan
klien.
2. Nyeri Akut Tujuan:
Menunjukkan toleransi nyeri berbeda pada setiap individu dan
mugkin bervariasi pada satu individu dalam suatu yang
berbeda.
Kriteria Hasil:
1. Individu akan mengungkapkan kepuasan setelah pemberian
tindakan pereda nyeri
2. Menyebutkan faktor yang dapat meningkatkan nyeri
3. Menyebutkan intervensi yang efektif
4. Menyampaikan bahwa orang lain memvalidasi nyeri yang
sedang dialami.
Rencana Keperawatan Rasional
Mandiri:
1. Memberikan penjelasan untuk
1. Kaji intensitas lokasi
menghilangkan nyeri yang
nyeri, dengan skala
tidak perlu, yakni dengan
nyeri 7.
pemberian obat sesuai jadwal
2. Ajarkan metode
yang teratur.
distraksi selama nyeri
2. Menggunakan tindakan pereda
akut yang bukan
nyeri noninpasif dapat
merupakan mengenai
meningkatkan efek terapeutik
tindakan pereda nyeri
medikasi penghilang nyeri.
noninpasif dan
keefektifan kepada
individu.
3. Menghilangkan nyeri secara
3. Perawatan mengenai
adekuat dapat menyebabkan
kompres panas, efek
adikasi.
terapeutiknya, dan
kapan diindikasikannya.
3. Kurangnya Tujuan:
Pengetahuan Memberikan penyuluhan kepada klien tentang penyakitnya
guna untuk kesehatan kelurga dank lien.
Kriteria Hasil:
1. Klien mengerti proses penyakitnya dan program perawatan
serta terapi yang diberikan sesuai dengan indikator:
2. Klien mampu menjelaskan kembali tentang penyakit.
3. Mengenal kebutuhan perawatan dan pengobatan tanpa
cemas.
Rencana Tindakan Rasional
Mandiri
1. Mempermudah dalam
1. Kaji klien tentang
memberikan penjelasan pada
penyakitnya.
klien
2. Jelaskan tentang proses
2. Meningkatkan pengetahuan
penyakit (tanda dan
dan mengurangi cemas
gejala). Identifikasi
kemungkinan
penyebab,jelaskan
kondisi tentang klien
3. Mempermudah intervensi
3. Jelaskan tentang
program pengobatan
4. Mencegah keparahan penyakit
4. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin digunakan
untk mencegah
komplikasi. 5. Memberi gambaran tentang
5. Diskusikan tentang pilihan terapi yang bisa
terapi dan pilihannya digunakan.
6. Pelaksanaan Keperawatan

Hari/ Implementasi
No Dx Evaluasi (SOAP)
Tanggal Keperawatan
Rabu/ 1. Gangguan 1. Mengkaji nadi, TD, S: Klien
14 Juni 2017 mobilisasi pernapasan saat mengatakan
fisik istirahat, Denyut nadi badanya lemas
setiap 2 menit sampai ketika melakukan
frekuensinya kembali aktifitas aktifitas
ke dalam kisaran 10 yang banyak dan
denyutan dari denyut sendi-sendi kaki
nadi istirahat. Setelah terasa sakit jika
aktifitas, kaji adanya berdiri terlalu lama.
indikator hipoksia
O: Klien tampak
menandakan
lelah,capek setelah
intensitas, frekuensi,
dilakukan tindakan
atau durasi aktifitas
ROM aktif dan
harus dikurangi atau
pasif.
dihentikan.
TD:140/100
2. Melatih klien dengan
Nadi:80x/menit
latihan ambulasi
Pernapasan:22x/me
dengan melakukan
nit
jalan-jalan yang
sering/singkat
A: Masalah
(sedikitnya 3x sehari),
sebagian teratasi
dengan dampingan
jika kondisi klien P: Intervensi
tidak stabil. dilanjutkan
3. Melatih aktifitas fisik
mobilisasi (misalnya
latihan ROM aktif
dan pasif).
Kamin/ 2. Nyeri 1. Kaji faktor yang S: Klien
15 Juni 2017 Akut dapat menurunkan mengatakan setiap
toleransi nyeri untuk melekukan aktifitas
mengetahui nyeri pada kaki dan otot,
yang dirasakan sendi terasa terasa
2. Mengkaji respon nyeri, dan saat
terhadap medikasi diinjakkan sendi
pereda nyeri, kaki terasa nyeri.
melihat klien dalam
O: Klien tampak
waktu setengah jam
lemas saat
untuk mengkaji
dilakukan ROM
keefektifan
TD: 130/100
3. Mengkaji TTV
Nadi:78x/menit
Pernapas:22x/menit

A: Masalah
sebagian teratasi

P: Intervensi
dilanjutkan.
Jumat/ 3. Kurang 1. Mengkaji aktifitas S: Klien
16 Juni Pengetahuan keperawatan untuk mengatakan kurang
2017 defisiensi kurangnya mengetahui asam
pengetahuan. urat.

2. Bantu klien untuk


O: Klien bingung
menetapkan tujuan
karena kurangnya
pembelajaran yang pengetahuan
realistis.
3. Gunakan strategi A: masalah teratasi
penyuluhan sebagian

P: intervensi
dilanjutkan.
BAB III
KESIMPULAAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 14 Juni 2017 Ny. J
mengalami asam urat(arthritis gout) ditemukan 3 diagnosa keperawatan yaitu:
1. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan rentang gerak terbatas
ditandai dengan klien mudah lelah dan kebas-kebas pada persendian
kaki, jika berdiri lama kaki terasa sakit, Tekanan darah:140/100,
Pernapasan:22x/menit, Suhu: 37c, Nadi:80x/menit. Masalah teratasi
sebagian dan intervensi dilanjutkan..
2. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan sendi, penimbunan kristal
pada membrane sinovia,tulang rawan artikular, erosi tulang rawan
,profilerasi sinovia, dan pembentukan panus, masalah teratasi sebagian
dan intervensi dilanjutkan..
3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah penyakit, masalah teratasi dan itervensi dihentikan.

B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Agar meningkatan pengayaan, penerapan, dan pengajaran asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah gangguan mobilitas.
2. Bagi Keluarga
Kepada keluarga klien diharapkan dapat membantu keluarga yang sakit
dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari, terutama masalah gangguan
mobilitas.
3. Bagi Pelayanan Kesehatan
Agar dapat meningkatkan pelayanan kesehatan pada pasien dengan
masalah gangguan kebutuhan mobilitas
4. Bagi Klien
Disarankan kepada Ny.J untuk melakukan latihan rentang gerak yang
telah diajarkan sehingga mencegah ataupun menurunkan resiko
terjadinya kontraktur pada bagian tubuh yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, H, A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan Jilid 1. Jakrta : Salemba Medika.

Carpenito, L. J, dkk. (2012). Buku saku Diagnosa Keperawatan Edisi 13. Jakarta:
ECG.

Depkes RI. (1992). Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992. Tentang


Kesehatan. Jakarta.

Diah, dkk. (2008). Perencanaan Menu Untuk Penderita Gangguan Asam Urat.
Jakarta : Penebar Swadya.

Iqbal, W. (2005). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia, Teori dan Aplikasi
dalam Praktik. Jakarta : EGC.

Jeffrey, A. (2009). Stronger Relationship Between Central Adiposity And Creative


Protein In Older Women Tahn Men’, Source Menopause: 16,84-89.

Potter, P & Perry, A. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,


Proses, dan Praktik Edisi 4 Vol 2. Jakarta ECG

Taufik, A. (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Based Learning. Jakarta: Kencana


Prenada Media Grup.

Vaughans, W. B. (2013). Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Rapha Publishing.

Wilkison, J. M, dkk. (2009). Buku Saku Diagnosa keperawatan Edisi 9. Jakarta:


ECG.
Lampiran
CATATAN PERKEMBANGAN

Implementasi dan
No. Evaluasi Tindakan
Dx Keperawatan Keperawatan Evaluasi
Hari/
Pukul
Tanggal
1 Senin/ 10.00 1. Menilai kembali S:
19 Juni 2015 WIB kemampuan Klien mengatakan telah
pasien mengerti latihan rentang
2. Mengobservasi gerak yang diajarkan
kembali keadaan O:
pasien Klien dapat melakukan
3. Melatih kembali sebagian latihan yang
ROM pada diajarkan
pasien TD :140/100
4. Membantu RR :22x/menit
kembali tehnik HR :85x/menit
berpindah yang A:
aman Masalah sebagian teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
2 Senin/ 13.00 1. Memberikan S:
19 Juni WIB posisi nyaman Klien mengatakan nyeri
2017 (semifowler). kepala yang dialaminya
2. Memberikan belum berkurang.
tindakan Skala nyeri : 7
morfologis O:
seperti aktivitas Klien masih tampak
waktu senggang gelisah
(mengajak klien TD: 140/100
mengobrol) RR: 22x/menit
HR: 82x/menit
T:36,5oc
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
memberi posisi nyaman
(semifowler/fowler,
mengendalikan factor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi klien
terhadap ketidak nyamanan
(misalnya:
kebisingan),mengingatkan
klien tarik nafas dalam.
CATATAN PERKEMBANGAN

Implementasi dan
No Tindakan
Evaluasi Keperawatan Evaluasi
Dx Keperawatan
Hari/tanggal Pukul
1 Selasa/ 11.00 1. Menjelaskan diet S:
20 Juni 2017 WIB yang diajarkan pada Klien bertanya
penderita asam urat. mengenai
2. Menganjurkan klien perawatan penyakit
untuk mengatur asam urat selain
aktivitas dengan pengaturan
istirahat. makanan.
O:
Klien memahami
dan mengulang
kembali informasi
yang telah
diberikan oleh
perawat.
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi
dilanjutkan
2 Selasa/ 14.00 1. Memberikan posisi S:
20 Juni 2017 WIB nyaman bagi klien Klien mengatakan
2. Memantau keadaan nyeri yang
klien dirasakan
3. Mengukur vital sign berkurang
4. Menanyakan Skala nyeri: 5
kepada klien O:
apakah masih Klien masih tampak
merasa nyeri hebat lemah
atau tidak. TD: 130/100
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi
dilanjutkan.
CATATAN PERKEMBANGAN

Implementasi dan
No. Evaluasi Tindakan
Dx Keperawatan Keperawatan Evaluasi
Hari/ Puku
Tanggal l
1 Rabu/ 10.00 1. Menganjurkan S:
21 Juni 2017 WIB untuk melakukan Klien mengatakan akan
jadwal latihan yang melakukan jadwal latihan
diajarakan yang diajarkan.
2. .Mengingatkan untuk O:
selalu berhati-hari Klien tampak berjalan
dalam melakukan secara perlahan
pergerakan dan TD: 130/100
aktivitas RR:24x/menit
HR: 82x/menit
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
2. Rabu/20 Juni 13.00 1. Memberikan posisi S:
2017 WIB nyaman bagi klien Klien mengatakannyeri
2. Menanyakan yang dirasakan
kembali kepada berkurang.
klien apakah Skala nyeri:4
nyerinya sudah O:
berkurang. Klien tamapak lemah
3. Mengajarkan klien TD:130/100
cara agar melakukan A:
tarik nafas dalam Masalah teratasi sebagian
atau teknik relaksasi P:
yang telah Intervensi dilanjutkan
diajarkan.
Implementasi dan
No. Evaluasi Tindakan
Dx Keperawatan Keperawatan Evaluasi
Hari/ Puku
Tanggal l
1 Kamis /22 11.00 1. Memberikan S:
Juni 2017 WIB pendkes tentang diet Keluarga mengatakan
untuk penderita asam akan melakukan
urat informasi yang telah
2. Membagikan leaflet diberikan.
O:
Klien mendengarkan
dengan baik
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
2 Kamis 14.00 1. Menjelaskan pada S:
/22 Juni WIB keluarga tentang Keluraga dan Ny.J dapat
2017 pengertian asam menyebutkan tanda dan
urat gejala,penyebab, dan
2. Menjelaskan pada komplikasi dari asam
keluarga tentang urat.
gejala asam urat O:
3. Menjelaskan pada Keluarga dan Ny.J
kelurga penyebab memperhatikan saat
asam urat penyuluhan dan
4. Menjelaskan pada mendemonstrasikan diet
keluarga komplikasi untuk penderita asam urat
asam urat A:
5. Mendemonstrasikan Masalah teratasi sebagian
diet yang tepat P:
untuk penderita Intervensi dilanjutkan
asam urat
CATATAN PERKEMBANGAN

Implementasi dan
No. Evaluasi Tindakan
Dx Keperawatan Keperawatan Evaluasi
Hari/ Pukul
Tanggal
1. Jumat/ 10.00 1. Menanyakan S:
23Juni 2017 WIB kembali kepada Klien mengatakan
klien tentang sudah mengetahui
penyakitnya tentang penyakitnya
2. Menanyakan O:
kembali nutrisi yang Klien tampak tenang
dikonsumsi A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi dihentikan
FASE – FASE DALAM STUDY KASUS DENGAN PENYAKIT ASAM URAT (GOUT
ARTRITIS) PADA KOMUNIKASI KEPERAWATAN DALAM KOMUNITAS

 FASE PRA INTERAKSI


Sebelum berjumpa dengan pasien sebaiknya perawat mengatahui terlebih dahulu
berbagai hal terkait dengan pasien di antaranya :identitas , alamat , pekerjan ,dan penyakit
yang saat ini sedang di derita pasien (pada fase ini prawat melakukan persiapan diri untuk
bertemu dengan pasien)

 FASE ORIENTASI
(Tahap ini perawat sudah dating ke ruangan dan bertatap langsung dengan pasien
dan melihat dengan secara langsung keadaan pasien ).

Perawat :Assalamullaikum,selamat pagi pak…


Pasien :Pagi juga suster…
Perawat : Perkenalkan saya perawat olin ,saya yang akan memeriksa bpk pada pagi hari ini…
(Sambil senyum)
Pasien : oh..iya suster…
Perawat : Sebelumnya siapa nama bpk ,dan bagaimana keadaan bapak hari ini ?
Pasien : Nama saya Rivaldo ,keadaan saya hari ini kurang baik sus karna kaki saya sedang
Merasakan nyeri
Perawat : ooo iya pak ( sambil mengangguk-ngangguk kepala )
(pada fase ini walaupun kita telah mengetahui nama pasien, akan tetapi agar lebih dekat kita
sebagai perawat menyakan nama pasien, inilah titik awal kerja sama antara perawat dengan
pasien).

 FASE KERJA
( fase ini merupakan inti dari komunikasi terapeutik dan pada fase ini sudah masuk rencana
apa yang akan kita lakukan sebagai seorang perawat).

Perawat: okey pak, jadi saya sebagai perawat akan melakukan pemeriksaan terhadap bapak terkait
dengan masalah Kesehatan yang di alami oleh bapak . sebelumnya kita melakukan
pemeriksaan TTV terlebih dahulu (pengukuran suhu tubuh,tekanan darah,detak jantung
dan frekuensi pernapasan)……………….
Pasien : iya sus.
Perawat : (sesudah melakukan pemeriksaan TTV ).bagaimana nyeri yang di rasakan pada kaki
Bapak sudah menurun atau semakin meningkat?
Pasien : begini sus nyeri pada kaki saya semakin meningkat sehingga dapat menyebabkan saya
Tidak bisa tidur karna sering mengalami kesakitan
Perawat : oh baiklah pak, disini saya sebagai perawat melakukan Tindakan untuk mengurangi
nyeri pada kaki bapak (sambil mengambil air hangat)
pasien : iya sus( wajah berkerut karna akibat dari nyeri pada kaki)
perawat : permisih pak, kaki bapak yang mengalami sakit tolong di luruskan karna saya akan
melakukan pengompresan pada kaki bapak untuk mengurangi nyeri yang sedang di rasa
kan oleh bapak
pasien : iya sus(sambil meluruskan kaki yang akan di kompres)
perawat : (stelah melakukan pengompresan) bagaimana perasaan bapak ketika kaki bapak di
kompres ?
pasien : iya sus nyerinya sedikit berkurang ( sambil mengelah nafas ).
Perawat : oiya pak, selain kami melakukan pengompresan kami juga memberikan anjuran kepada
bapak untuk minum air putih minimal 2 liter perhari sertah minum obat yang telah di
resepkan oleh dokter ( sambil memberikan senyuman ramah )
pasien : iya sus, akan saya lakukan
perawat : baiklah pak, besok saya akan Kembali ke sini untuk mellihat keadaan bapak
( sambil memberi salam )
Pasien ; iya sus

 FASE EVALUASI
(pada fase ini perawat datang untuk melakukan evaluasi terkait Tindakan yang telah
Dilakukan ).

Perawat : assalamualailum, selamat sore pak


Pasien : sore juga sus
Perawat : bagimana kedaaan bapak kan di hari ini?
Pasien : syukurlah sus, kaki saya tidak merasakan nyeri lagi ( sambil memberikan senyuman)
Perawat : oh iya pak jangan lupa obatnya di minum rutin
Pasien : iya suster
Perawat ; kalau begitu saya permisi pak ( sambil berjalan keluar meninggalkan ruangan)
Pasien ; iya suster sampai jumpa

Anda mungkin juga menyukai