Anda di halaman 1dari 4

INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM WASATHIYAH DAN WAWASAN KEBANGSAAN

DI KALANGAN PELAJAR SANTRI DI LASEM


5 konsep dan deskripsinya dalam Bahan Ajar.
A. Sekilas tentang Lasem
Lasem adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah,
Indonesia. Merupakan kota terbesar kedua di Kabupaten Rembang setelah kota
Rembang. Pertengahan abad ke-18 warga Lasem, saling membantu dan bekerjasama
mengusir penjajah Belanda (VOC), yang dikenal dengan peristiwa Perang Lasem tahun
1750. Perang tersebut dipimpin tiga serangkai; Tumenggung Widyaningrat (Oey Ing
Kiat), Raden Panji Margono dan mendapatkan restu dari tokoh spiritual pesantren, Kiai
Ali Baidhowi. Hal ini membuktikan bahwa Lasem sejak dulu mampu mengelola
keragaman untuk keselarasan dan kesejahteraan semua warganya. Tatanan sosial
tersebut perlu dikedepankan dalam membangun bangsa Indonesia modern, sehingga p
Lasem, dalam konteks sosio-kultural, lebih dikenal dengan
keragaman etnis dan budaya. Benturan-benturan sosial yang mengakibatkan konflik
horisontal hingga saat ini belum pernah terjadi secara destruktif dan menelan korban,
baik jiwa maupun harta benda. Predikat Lasem sebagai daerah yang disebut
multikultural, tercermin dari perbedaan agama/keyakinan dan suku bangsa. Masyarakat
Lasem selain memiliki perbedaan keyakinan, juga berbeda dalam banyak hal terutama
dari segi latar belakang budaya, mata pencaharian, pendidikan, adat, tradisi dan status
sosial. erdamaian tidak terganggu oleh disintegrasi bangsa.

B. MA Al-Hidayat dan Komunitas Pecinan Lasem


MA Al-Hidayat dikenal dengan MALIDA, didirikan di tengah-tengah kawasan
pecinan Lasem, oleh dua dzurriyah atau cucu Kiai Maksoem Lasem, yaitu Gus Din (KH.
Zainuddin Mc, Lc) dan Gus Za’im (KH. A. Zaim Ahmad Ma’shoem). Tepatnya pada
tanggal 24 Juli 2000 di Desa Karangturi Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang Jawa
Tengah.
MA Al-Hidayat, secara geografis sejak tahun pendidikan 2014/2015 berlokasi di
kampung Kauman Desa Karangturi Kecamatan Lasem. Sebelum periode itu berlokasi
di Desa Soditan. Salah satu desa yang menjadi kawasan pecinan Lasem ini berfungsi
sebagai Ibukota Kecamatan Lasem. Luas wilayah desa yang banyak dihuni kaum
babah (Cina peranakan) sebesar 91,17 Ha atau 2,02 persen dari total wilayah
Kecamatan Lasem, dan secara administratif terbagi menjadi 5 rukun warga (RW) dan
13 rukun tetangga (RT).
Visi perjuangan MA Al-Hidayat Lasem adalah membekali peserta didik dengan
aqidah Islamiyah yang kuat, penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan,
berakhlak mulia, kuat rasa tanggung jawab terhadap masyarakat maupun kepada Allah
SWT, memiliki rasa kebersamaan dan kesatuan yang kokoh dan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Visi utama tersebut kemudian direalisasikan melalui misi madrasah,
yaitu: melaksanakan pembelajaran di luar madrasah yang menuju kepada perubahan
anak didik agar berakidah kuat, akhlaq mulia, dan rasa tanggung jawab yang tinggi,
melaksanakan pembelajaran di dalam madrasah yang menuju standar kompetensi
nasional agar anak didik memiliki pengetahuan standar dan keterampilan komputer
yang memadai, serta termotivasi untuk menimbulkan semangat kerja keras yang tinggi
dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

C. Ruang Sosial Madrasah


Interaksi sosial melalui aktivitas transfer of knowledge di ruang kelas, perpustakaan
dan praktik laboratorium, termasuk siswa yang mengembangkan relasi-relasi sosialnya
dengan aktor lain melalui organisasi intra maupun ekstra madrasah seperti OSIS,
Pramuka, IPNU-IPPNU serta group-group olah raga dan seni-budaya. Praktik-praktik
dan pemikiran yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam moderat atau wasathiyah
(Ahlussunnah wal Jama’ah) dan Pancasila tidak bisa ditolelir berkembang di lingkungan
madrasah. Seluruh siswa diupayakan terhindar dari paham-paham keislaman maupun
ideologi politik yang bersifat ekstrim dan radikal, seperti pemikiran liberal atau ideologi
keagamaan trans-nasional.
Pengurus Madrasah juga selektif terhadap buku-buku referensi di perpustakaan,
selektif dalam penerimaaan tenaga pengajar, siswa juga tidak diperbolehkan membawa
telepon genggam.
D. Ruang Sosial Pesantren
Pesantren Kauman Lasem berada di tengah-tengah komunitas pecinan. Penduduk
di sebelah selatan, barat dan utara tembok pesantren adalah rumah-rumah orang Cina
yang berpagar tembok tinggi serta berhias lampion.
Pondok Pesantren Kauman yang diasuh Gus Za’im (KH. Za’im Ahmad Maksum)
menyelenggarakan pengajian Al-Qur’an, Hadits dan kitab-kitab kuning secara rutin
setelah waktu sholat fardlu.16 Ada sekitar 30 judul kitab kuning dari berbagai fan ilmu
keislaman dipelajari di Pondok Pesantren Kauman. Aktivitas pesatren dimulai sejak
bangun tidur 04.00 s/d. 22.00 Wib (saat istirahat menjelang tidur), kecuali di hari libur
Jum’at, jam pengajian diganti denganYasinan dan Sholawatan,
Para santri mudah beradaptasi dengan berbedaan di masyarakat. Dibuktikan,
dengan tidak hanya pada tataran elite yang dapat menjalin relasi sosial antar-etnis,
tetapi di kalangan masyarakat bawah dan santri pun tidak cangung-cangung
melakukannya, dengan cacatan hal-hal tersebut tindak bertentangan dengan dasar
Islam.
E. Ruang sosial Masyarakat
Potensi Lasem dalam mengelola khazanah multikultur, menjadi keunggulan budaya
yang patut dibanggakan. Peristiwa-peristiwa kemasyarakatan telah mewarnai perilaku
para aktor dalam ruang-ruang sosial di Lasem. Struktur sosial, berupa ingatan kolektif
masyarakat Lasem telah terbangun secara mapan, dan melahirkan corak masyarakat
Lasem yang harmonis, toleran dan senantiasa mengesankan nilai-nilai perdamaian
dalam membangun relasi-relasi sosial-ekonomi-politik.
Berdasarkan data lapangan setidaknya ada tiga faktor pendukung dalam
pembangunan karakter pelajar santri MA Al-Hidayat dapat direalisasikan. Ilustrasi
gambar di bawah menunjukkan pola determinasi ketiga faktor dalam pembentukan
karakter dan jatidiri pelajar-santri Kauman.
1. Lingkungan pendidikan yang mendukung. Kondisi riil pendidikan dan
pembelajaran di lingkungan madrasah, pesantren maupun di masyarakat
perdesaan Karangturi telah mencerminkan pola kehidupan kemasyarakatan dan
keagamaan yang mengarah pada penghargaan terhadap perbedaan budaya dan
keyakinan.
2. Melalukukan filterisasi informasi dari luar. Filterisasi dimaksudkan untuk menjaga
nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin dari pengaruh budaya dan pengetahuan
sekuler-libelarlis, serta doktrin-doktrin radikalfundamentalis dari paham
keagamaan trans-nasional, yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dan
budaya bangsa Indoensia.
3. Upaya menjadikan kiai sebagai role model. Kiai di pesantren, merupakan teladan
hidup dan rujukan perilaku bagi para santri dan keluarga besar pesantren,
termasuk para siswa madrasah yang berada dalam naungan pesantren. Relasi
ini tidak hanya sebatas urusan ubudiyah, tetapi menyangkut urusan mu’amalah,
bahkan menyangkut relasi-relasi sosial-kemasyarakatan yang pantas dijadikan
contoh.
Keterangan data kuantitatif berdasar hasil penelitian menunjukkan tingkat penilaian
yang sangat baik, yaitu tidak ditemukan masalah mengenai tingkat pemahaman
keislaman dan keindonesian di kalangan pelajar santri terkait isu relasi Islam dan
negara maupun isu toleransi dan pluralisme dan membuktikan fungsi ruang-ruang
sosial dalam proses internalisasi nilai-nilai Islam wasathiyah dan wawasan kebangsaan
di kalangan pelajar tingkat menengah atas, siswa MA AlHidayat Lasem di kota Lasem.

 Evaluasi dan refleksi atas pemaparan materi pada Bahan Ajar.


Materi ini cukup bagus dalam penyajian tentang hasil dari penelitiannya tentang
Internalisasi Nilai-Nilai Islam Wasathiyah Dan Wawasan Kebangsaan Di Kalangan
Pelajar Santri Di Lasem
Hasil refleksi dari bahan ajar adalah materi ini memberikan wawasan tentang kota
Lasem serta pesantren dan lembaganya dalam mengimplementasi nilai-nilai
washathiyyah dan wawasan kebangsaan.

 Kelebihan dan kekurangan terkait dengan penjelasan materi pada Bahan Ajar.
Penyajian materi sangat ringkas dan jelas.
Penejelasan materi tidak banyak berbasa-basi serta penyajian hasil penelitian.
 Adapun kekurangannya yaitu tata letak halaman yang kurang memungkinkan untuk
fokus karena terdapat tulisan penjelasan lain disisinya.
Jika dibaca melalui media elektronik dalam membacanya, maka lebih butuh banyak
waktu karena butuh kembali keatas untuk melanjutkan bacaan selanjutnya.

 Kaitan isi Bahan Ajar dengan nilai moderasi beragama.


Pesantren mempunyai peran tersendiri dalam mendidik dan membangun bangsa,
disamping mengajarkan tentang nilai-nilai Islam juga menyisipkanunsur-unsur tentang
perilaku yang mencerminkan cinta tanah air.

Anda mungkin juga menyukai