Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH TENTANG KERACUNAN MAKANAN

Dosen Pembimbing: Hj. Erni Setiawati, M. Pd

Oleh:

Vira Yana

P07124119097

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
PROGRAM DIPLOMA TIGA
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara
yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan
kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan
atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang
dapat menyebabkan keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada
beberapa tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah gigitan ular berbisa maupun akibat
gas beracun. Mengingat masih sering terjadi keracunan maka untuk dapat menambah
pengetahuan, kami menyampaikan materi mengenai keracunan tersebut.
Sebagian besar pajanan terhadap gas beracun terjadi dirumah. Keracunan dapat
terjadi akibat pencampuran produk pembersih rumah tangga yang tidak semestinya atau
rusaknya alat rumah tangga yang melepaskan karbon monoksida. Pembakaran kayu,
bensin, oli, batu bara, atau minyak tanah juga menghasilkan karbon monoksida. Gas
karbon monoksida tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak menimbulkan
iritasi, yang membuatnya amat berbahaya. Penncegahan dan penyuluhan pasien dibahas
di akhir bab ini.
Menelan zat racun atau racun dapat terjadi di berbagai lingkungan dan pada
kelompok usia yang berbeda-beda. Keracunan di rumah biasannya terjadi jika anak
menelan pembersih alat rumah tangga atau obat-obatan. Penyimpanan yang tidak
semestinya bahan-bahan ini dapat menjadi penyebab kecelakaan tersebut. Tanaman,
pestisida, dan produk cat juga merupakan zat beracun yang potensial di rumah tangga.
Karena gangguan mental atau penglihatan, buta huruf, atau masalah bahasa, lansia dapat
menelan obat-obatan dengan jumlah yang salah. Selain itu, keracunan dapat terjadi di
lingkungan perawatan kesehatan saat obat-obatan diberikan tidak sebagaimana mestinya.
Hal yang sama, keracunan juga dapat terjadi di lingkungan perawatan kesehatan
jika obat-obatan yang normalnya hanya diberikan melalui rute subkutan atau
intramuscular diberikan lewat, atau jika obat-obatan yang salah disuntikan. Keracunan
karena suntikan juga dapat terjadi di lingkup penyalahgunaan seperti jika [ecandu heroin
tidak sengaja menyuntiki pemutih atau heroin yang terlalu banyak.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana patofisiologi keracunan yang diakibatkan oleh zat kimia, gigitan ular
dan serangga serta karena gas?
2. Apakah tanda dan gejala dari keracunan tersebut?
3. Bagaimana cara pertolongan pertama dan perawatan lanjutan pada pasien dengan
keracunan?
C. Tujuan Penulisan
1. Mempelajari patofisiologi akibat keracunan.
2. Menjelaskan tanda dan gejala keracunan.
3. Mengetahui cara pertolongan pertama dan perawatan lanjutan pada pasien dengan
Keracunan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Keracunan
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara
yang menghambat respon pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan
kesehatan, penyakit, bahkan kematian.
Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya
bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan. Di
sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan.
Beberapa contoh keracunan antara lain keracunan obat dan zat kimia, gigitan ular dan
serangga, dan keracunan gas.
B. Anatomi Fisiologi
1. Sistem Pencernaan

a. Organ yang berperan dalam sistem pencernaan adalah :


1) Mulut
Proses pencernaan dimulai sejak makanan masuk ke dalam mulut. Di dalam
mulut terdapat alat-alat yang membantu dalam proses pencernaan, yaitu gigi,
lidah, dan kelenjar ludah (air liur).
2) Kerongkongan
Kerongkongan (esofagus) merupakan saluran penghubung antara rongga
mulut dengan lambung.Kerongkongan berfungsi sebagai jalan bagi makanan
yang telah dikunyah dari mulut menuju lambung.
3) Lambung (ventrikulus) merupakan kantung besar yang terletak di sebelah kiri
rongga perut sebagai tempat terjadinya sejumlah proses pencernaan.
Lambung terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian atas (kardiak), bagian tengah
yang membulat (fundus), dan bagian bawah (pilorus). Kardiak berdekatan
dengan hati dan berhubungan dengan kerongkongan.Pilorus berhubungan
langsung dengan usus dua belas jari.Di bagian ujung kardiak dan pilorus
terdapat klep atau sfingter yang mengatur masuk dan keluarnya makanan ke
dan dari lambung.Struktur lambung dapat dilihat pada gambar berikut ini.
4) Usus Halus
Usus halus (intestinum) merupakan tempat penyerapan sari makanan dan
tempat terjadinya proses pencernaan yang paling panjang.
Pada usus dua belas jari bermuara saluran getah pankreas dan saluran
empedu. Pankreas menghasilkan getah pankreas yang mengandung enzim-
enzim sebagai berikut :
- Amilopsin (amilase pankreas)
Yaitu enzim yang mengubah zat tepung (amilum) menjadi gula lebih
sederhana (maltosa).
- Steapsin (lipase pankreas)
Yaitu enzim yang mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
- Tripsinogen
Jika belum aktif, maka akan diaktifkan menjadi tripsin, yaitu enzim
yang mengubah protein dan pepton menjadi dipeptida dan asam amino
yang siap diserap oleh usus halus.
5) Usus Besar
Makanan yang tidak dicerna di usus halus, misalnya selulosa, bersama
dengan lendir akan menuju ke usus besar menjadi feses. Di dalam usus besar
terdapat bakteri Escherichia coli.

6) Anus
Merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh.Sebelum dibuang
lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum.
b. Fungsi Sistem Pencernaan
Pencernaan berlangsung secara mekanik dan kimia, dan meliputi proses berikut:
1) Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam mulut.
2) Pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh
gigi. Makanan kemudian bercampur dengan saliva sebelum
ditelan(menelan).
3) Peristalsis adalah gelombang kontraksi otot polos involunter yang
menggerakkan makanan tertelan melalui saluran pencernaan.
4) Digesti adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi
molekul kecil sehingga absorpsi dapat berlangsung.
5) Absorpsi adalah penggerakan produk akhir penccernaan dari lumen
saluran pencernaan ke dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat
digunakan oleh tubuh.
6) Egesti (defekasi) adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna,
juga bakteri, dalam bentuk feses dari saluran pencernaan
2. Sistem Pernafasan

Paru-paru adalah struktur elastis sperti spons. Paru-paru berada dalam


rongga torak, yang terkandung dalam susunan tulang-tulang iga dan letaknya di sisi
kiri dan kanan mediastinum (struktur blok padat yang berada di belakang tulang
dada. Paru-paru menutupi jantung, arteri dan vena besar, esophagus dan trakea).
Paru-paru juga di lapisi oleh pleura yaitu parietal pleura (dinding thorax) dan visceral
pleura (membrane serous). Di antara rongga pleura ini terdapat rongga potensial
yang disebut rongga pleura yang didalamnya terdapat cairan surfaktan sekitar 10-20
cc cairan yang berfungsi untukmenurunkan gaya gesek permukaan selama
pergerakan kedua pleura saat respirasi. Tekanan rongga pleura dalam keadaan
normal ini memiliki tekanan -2,5 mmHg.
Paru-paru divaskularisasi dari dua sumber, yaitu:
a) Arteri bronchial yang membawa zat-zat makanan pada bagian conduction
portion, bagian paru yang tidak terlibat dalam pertukaran gas. Darah kembali
melalui vena-vena bronchial.
b) Arteri dan vena pulmonal yang bertanggungjawab pada vaskularisasi bagian
paru yang terlibat dalam pertukaran gas yaitu alveolus.
Mekanisme Pernapasan
a) Inspirasi
Inspirasi terjadi karena adanya kontraksi otot dan mengeluarkan energi
maka inspirasi merupakan proses aktif. Agar udara dapat mengalir masuk ke
paru-paru, tekanan di dalam paruharus lebih rendah dari tekanan
atmosfer.Tekanan yang rendah ini ditimbulkan oleh kontraksi otot-otot
pernapasan yaitu diafragma dan m.intercosta.kontraksi ini menimbulkan
pengembangan paru, meningkatnya volume intrapulmoner. Peningkatan volume
intrapulmoner menyebabkan tekanan intrapulmoner (tekanan di dalam alveoli)
dan jalan nafas pada paru menjadi lebih kecil dari tekanan atmosfer sekitar 2
mmHg atau sekitar ¼ dari 1% tekanan atmosfer, disebabkan tekanan negative ini
udara dari luar tubuh dapat bergerak masuk ke dalam paru-paru sampai tekanan
intrapulmonal seimbang kembali dengan tekanan atmosfer.
b) Ekspirasi
Ekspirasi merupakan proses yang pasif, dimana di hasilkan akibat
relaksasinya otot-otot yang berkontraksi selama inspirasi. Ekspirasi yang kuat
dapat terjadi karena kontraksi yang kuat/aktif dari m.intercostalis interna dan m.
abdominalis.Kontraksi m. abdominalis mengkompresi abdomen dan mendorong
isi abdomen mendesak diafragma ke atas.
3. Sistem Hematologi
Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan kolid cair yang
mengandung elektrolit dan merupakan suatu medium pertukaran antar sel yang
terfikasi dalam tubuh dan lingkungan luar.
Fungsi Darah :
a. Sebagai alat pengangkut yaitu :
1) Mengambil O2 di paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan.
2) Mengangkat CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
3) Mengambil zat makanan dari usus halus untuk diedarkan keseluruh jaringan
atau alat tubuh.
4) Mengangkat dan mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh
melalui kulit dan ginjal.
b. Sebagai pertahanan tubuh.
c. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
Komponen Darah
a. Plasma
1) Sebagai medium untuk mengangkut baerbagai bahan dalam tubuh.
2) Menyerap dan mendistribusikan banyak panas yang dihasilkan oleh
metabolisme di dalanm jaringan.
3) Tempat larutnya sejumlah besar zat organic dan an organik
b. Sel Darah
1) Sel Darah Merah ( RBC)
Sel darah merah atau eritrosit adalah sel yang tidak berinti yang
berumur ± 120 hari dengan proses pematangan sel darah merah 1 minggu
dan tidak mempunyai organel. dan ribosom.Normal SDM :5.000.000.000
sel/ml darah. Hemoglobin adalah suatu pigmeb(yaitu secara alamiah
berwarna. Karena kandunagan besinya , hemoglobin tampak kemerahan
apabila berikatan dengan O2 dan kebiruan apbila mengalami deoksigenasi.
Molekul hemoglobin terdiri dari 2 bagian :
a) Bagian Globin,suatu protein yang terbentu dari empat rantai
polipeptida yang sangat berlipat-lipat
b) Gugus nitrogenosa nonprotein mengandung besi yang dikenal sebagai
gugus hem(heme) ,yang masing-masing terikat ke satu poipeptida.
2) Sel darah putih ( RBW )
Mempunyai nukeus dan tidak mempunyai hemoglobin dan
merupakn unit yang mobiler dlam sistem pertahanan tubuh (imunitas) yang
mengacu pada kemampuan tubuh untuk menghancurkan benda asing yang
masuk ke dalam tubuh.
a) Fungsi leukosit
b) Memakan invasi oleh patogen melalui prosesfagositosis
c) Mengidentifikasi dan menghancurkan selsek kanker yang muncul
dalam tubuh
d) Berperan sebagai petugas pembersih sampah tubuh dari debris yang
berasal dari sel yang cidera atau mati.
3) Trombosit ( platelet )
a. Trombosit dalah fragmen sel sel yang berasal dari megakariosit besar
di sumsum tulang.trombosit berperan penting dalam
hemostasis,penghentian peredaran dari pembuluh yang cidera.
b. Nilai normal dari tombosit adalah 150 .000-400.000.mm3
c. Fungsi dari tombosit adalah :
- Memelihara perdarahan agar tetap utuh setelah mikrotrauma yang
terjadi sehari – hari pada endotel
- Mengawali epnyumbatan pembuluh darah yang terkena trauma
- Menjaga stabilitas fibrin
C. Jenis-jenis Keracunan
1. Keracunan pada sistem pencernaan
a. Keracunan bahan kimia
1) Etiologi
a) Baygon
Baygon termasuk ke dalam Insektisida golongan karbamat, akibat
insektisida biasanya terjadi karena kecelakaan dan percobaan bunuh diri.
b) Amphetamin
Amphetamine adalah sejenis obat-obatan yang biasanya berbentuk pil,
kapsul dan serbuk yang dapat memberikan rangsangan bagi perasaaan
manusia. Salah satu jenis amphetamine, adalah methamphetamine. Tingkah
laku yang kasar dan tak terduga, merupakan hal biasa bagi pemakai kronis.
Jika kamu menggunakan amphetamine, maka amphetamine ini akan
merangsang tubuh melampaui batas maksimum dari kekuatan fisik yang ada.
c) Morpin
Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin
merupakan alkaloida utama dari opium ( C17H19NO3 ) . Morfin rasanya
pahit, berbentuk tepung halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan
berwarna. Pemakaiannya dengan cara dihisap dan disuntikkan.
2) Manifestasi Klinis
a) Sianosis
b) Takipnoe, dispnea
c) Nadi lemah
d) Takikardi
e) Aritmia jantung
f) Iritasi mulut, rasa terbakar pada selaput mukosa mulut dan esofagus,
mual dan muntah
g) Malaise
3) Patofisiologi
Insektisida ini bekerja dengan menghambat dan menginaktivasikan
enzim asetilkolinesterase. Enzim ini secara normal menghancurkan asetilkolin
yang dilepaskan oleh susunan saraf pusat, gangglion autonom, ujung-ujung
saraf parasimpatis, dan ujung-ujung saraf motorik. Hambatan
asetilkolinesterase menyebabkan tertumpuknya sejumlah besar asetilkolin
pada tempat-tempat tersebut.
Asetilkholin itu bersifat mengeksitasi dari neuron – neuron yang ada di
post sinaps, sedangkan asetilkolinesterasenya diinaktifkan, sehingga tidak
terjadi adanya katalisis dari asam asetil dan kholin. Terjadi akumulasi dari
asetilkolin di sistem saraf tepi, sistem saraf pusatm neomuscular junction dan
sel darah merah, Akibatnya akan menimbulkan hipereksitasi secara terus
menerus dari reseptor muskarinik dan nikotinik.
Didalam kasus kita ini menyangkut keracunan baygon, perlu diketahui
dulu bahwa didalam baygon itu terkandung 2 racun utama yaitu Propoxur dan
transfluthrin. Propoxur adalah senyawa karbamat yang merupakan senyawa
Seperti organofosfat tetapi efek hambatan cholin esterase bersivat reversibel
dan tidak mempunyai efek sentral karena tidak dapat menembus blood brain
barrier. Gejala klinis sama dengan keracunan organofosfat tetapi lebih ringan
dan waktunya lebih singkat. Penatalaksanaannya juga sama seperti pada
keracunan organofosfat.
Dampak terbanyak dari kasus ini adalah pada sistem saraf pusat yang
akan mengakibatkan penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan.
Fungsi kardiovaskuler mungkin juga terganggu, sebagian karena efek toksik
langsung pada miokard dan pembuluh darah perifer, dan sebagian lagi karena
depresi pusat kardiovaskular di otak. Hipotensi yang terjadi mungkin berat
dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal, hipotermia
terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas
syok mungkin tidak tampak karena adanya depresi sistem saraf pusat dan
hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan memperberat syok, asidemia, dan
hipoksia
4) Patoflow (Terlampir)
5) Penatalaksanaan
a) Antidote
Pada pasien yang sadar :
- bilas lambung
- Injeksi sulfas atropin 2 mg (8 ampul) Intra muscular
- 30 menit kemudian berikan 0,5 mg SA (2 ampul) IM, diulang tiap 30
menit sampai terjadi artropinisasi.
- Setelah atropinisasi tercapai, diberikan 0,25 mg SA (1 ampul) IM tiap
4 jam selama 24 jam .
Pada pasien yang tidak sadar
- injeksi sulfus Atropin 4 mg intra vena (16 ampul)
- 30 menit kemudian berikan SA 2 mg (8 ampul) IM, diulangi setiap 30
menit sampai klien sadar.
- Setelah klien sadar, berikan SA 0,5 mg (2 ampul) IM sampai tercapai
atropinisasi, ditandai dengan midriasis, fotofobia, mulut kering,
takikardi, palpitasi, dan tensi terukur.
- Setelah atropinisasi tercapai, berikan SA 0,25 mg (1 ampul) IM tiap 4
jam selama 24 jam.
b) Penanganan syok
Jika ada gangguan sirkulasi segera tangani kemungkinan syok yang
tepat, dengan memasang IV line, mungkin ini berhubungan dengan kerja
kardio depresan dari obat yang ditelan, pengumpulan aliran vena di
ekstremitas bawah, atau penurunan sirkulasi volume darah, sampai
dengan meningkatnya permeabilitas kapiler. Kaji TTV, kardiovaskuler
dengan mengukur nadi, tekanan darah, tekanan vena sentral dan suhu.
Stabilkan fungsi kardioaskuler dan pantau EKG.
6) Tes Diagnostik
a) Pemeriksaan khusus, misalnya pengukuran kadar AChE dalam sel darah
merah dan plasma, penting untuk memastikan diagnosis keracunan akut
maupun kronik.
b) Keracunan kronik : bila kadar AChE menurun sampai 25 – 50 %, setiap
individu yang berhubungan dengan insektisida ini harus segera
disingkirkan dan baru diizinkan bekerja kembali bila kadar AChE telah
meningkat > 75 % N.

b.Keracunan Makanan
Keracunan makanan adalah masuknya zat toxic (racun) dari bahan yang
kita makan ke dalam tubuh karena ikut tertelan bersama makanan
Ciri-ciri makanan beracun yaitu sebagai berikut:
1. Warna lebih terang disebabkan penggunaan pewarna
2. Lihat dan sentuh makanan tersebut, jika terlalu lembut dan gurih bisa
saja menggunakan penyedap rasa yang berlebihan
3. Saat membeli ikan atau daging coba cek apakah menggunakan formalin
atau tidak. Jangan terkecoh, jika ikan tidak dikerungi lalat maka
kemungkinan besar ikan menggunakan formalin

Manifestasi secara umum pada keracunan makanan, yaitu:


1. Sakit mendadak, bisa berupa kram perut, umumnya terjadi beberapa saat
setelah mengonsumsi makanan yang mengandung racun, atau dalam
waktu 12-72 jam. Keadaan ini merupakan salah satu usaha tubuh
menolak racun yang masuk ke perut.
2. Muntah dan diare, Merupakan akibat umum dari keracunan makanan,
dimana tubuh melakukan usaha untuk membersihkan diri dari racun yang
masuk.
3. Gejala berkembang cepat karena dosis besar
4. Anamnese menunjukkan ke arah keracunan, terutama kasus percobaan
bunuh diri, pembunuhan atau kecelakaan
5. Keracunan kronis dicurigai bila digunakannya obat dalam waktu lama
atau lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan zat kimia.
Jenis-jenis keracunan makanan:

1. Keracunan Jengkol

Jengkol (Pethelolobium labatum)


merupakan bahan makanan seperti
yang mengandung vitamin B1.
Menurut berbagai penelitian
menunjukkan bahwa jengkol juga
kaya akan karbohidrat, protein,
vitamin A, vitamin B, Vitamin C,
fosfor, kalsium, alkaloid, minyak
atsiri, steroid, glikosida, tanin, dan saponin. Khusus untuk vitamin C terdapat kandungan
80 mg pada 100 gram biji jengkol, sedangkan angka kecukupan gizi yang dianjurkan per
hari adalah 75 mg untuk wanita dewasa dan 90 mg untuk pria dewasa. Cara
pengolahannya bermacam-macam, bisa dibuat emping (emping jengkol), dimakan
mentahnya sebagai lalap, dan lain-lain. Jengkol mempunyai bau yang khas yang tidak
sedap, tetapi banyak orang yang menyukainya. Kejengkolan dapat terjadi setelah
memakan jengkol dalam jumlah yang banyak, baik yang dimasak maupun mentahnya.
Bahkan yang berupa emping sekalipun yang telah digoreng dapat menimbulkan
kejengkolan karena dalam biji mengandung zat yang dinamakan asam jengkol (hamud
jengkol). Asam jengkol terjadi di dalam biji jengkol disebabakan pengaruh kondensi
Formaldehyde dan Cysteine. Asam jengkol sukar larut dalam air dingin dalam 30 o C
kadar larut 1:2000 di dalam air mendidih 1:200. Perlu juga diperhatikan bagi orang yang
mempunyai indikasi penyakit ginjal atau fungsi ginjalnya kurang baik agar waspada
terhadap peristiwa kejengkolan, karena dapat berakibat fatal. Kejengkolan sebenarnya
belum dapat dipastikan. Apakah penyebabnya karena keadaan perorangan, atau karena
sifat dari asam jemgkol yang sukar larut dalam air dingin sehingga mengakibatkan
tersumbatnya (terganggunya fungsi ginjal)
1) Manifestasi Klinis kejengkolan
a) Rasa nyeri (kolik) di daerah pinggang atau daerah pusar (ari - ari) dan kadang disertai
kejang - kejang
b) Mual, muntah
c) Output urine sedikit, adakalanya urine berwarna merah bercampur putih seperti air
pencuci beras (dalam urine terdapat sel - sel darah merah dan sel darah putih)
d) Perut kembung dan susah BAB)
e) Nafas dan Urine berbau jengkol
2) Patofisiologi
Keluhan pada umumnya timbul dalam waktu 5-12 jam setelah mengosumsi
jengkol. Keluhan yang tercepat adalah 2 jam dan yang terlambat adalah 36 jam sesudah
konsumsi biji jengkol. Hal itu terjadi karena kandungan asam jengkolat didalamnya.Asam
jengkolat merupakan salah satu komponen yang terdapat pada biji jengkol, kandungannya
bervariasi tergantung pada varietas dan umur biji jengkol.Asam jengkolat dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan, penyebabnya adalah terbentuknya kristal asam
jengkolat yang akan dapat menyumbat traktus urinalis. Jika kristal yang terbentuk
semakin banyak, lama-kelamaan dapat menimbulkan gangguan pada saat BAK. Bahkan,
jika terbentuk infeksi, akan menimbulkan gangguan yang lebih parah. Dalam jumlah
tertentu, asam jengkolat dapat membentuk kristal. Kristal tersebut dapat menyumbat dan
bahkan menimbulkan luka pada saluran perkemihan, sehingga urine yang keluar sedikit
dan kadang-kadang menimbulkan pendarahan.
3) Patoflow (Terlampir)
4) Penatalaksanaan
a) Beri klien air putih yang banyak supaya kadar asam jengkolat lebih encer, sehingga
lebih mudah dibuang melalui urin.
b) Bila gejala penyakit berat (oliguria, hematuria, anuria dan tidak dapat minum)
penderita perlu dirawat dan diberi infus natrium bikarbonat dalam larutan glukosa
5%. Dosis untuk dewasa dan anak 2-5 mEq/kg berat badan natrium bikarbonat
diberikan secara infus selama 4-8 jam.
c) Antibiotika hanya diberikan apabila ada infeksi sekunder.
2. Singkong

Singkong merupakan tanaman umbi-


umbian yang tumbuh diseluruh
indonesia. Dibebrapa daerah dipulau
jawa singkong bahkan merupakan
makanan untama penduduk.
Singkong merupakan bahan
makanan yang mengandung kalori seperti beras. Perbedaannya adalah singkong
mengandung protein 1 % sedangkan beras mengandung protein 7,5 %.
a. Etiologi
Penyebab keracunan singkong ialah asam sianida yang terkandung didalamnya.
b. Patofisiologi
Asam sianida (HCN) ialah suatu racun kuat yang menyebabkan asfiksia. Asam
ini akan mengganggu oksidasi (pengankutan O2) ke jaringan dengan jalan
mengikat enzim sitokrom oksidase. Oleh karena adanya ikatan ini, O2 tidak dapat
digunakan oleh jaringan sehingga organ yang sensitif terhadap kekurangan O2 akan
sangat menderita terutama jaringan otak. Akibatnya akan terlihat pada permukaan
suatu tingkat stimulasi dari pada susunan saraf pusat yang disusul oleh tingkat
depresi dan akhirnya timbul kejang oleh hypoxia dan kematian oleh kegagalan
pernafasan. kadang-kadang dapat timbul detak jantung yang ireguler. Dosis letal
(mematikan) dari HCN adalah 60-90 mg. Waktu kerja HCN akan semakin cepat jika
HNC ditelan pada saat lambung kosong dimana kadar asam lambung sangat tinggi.
HCN ialah suatu racun yang bekerja sangat cepat, kematian dapat ditimbulkan
dalam beberapa menit apabila HCN murni ditelan dalam keadaan lambung kosong
dalam kadar asam yang tinggin, maka kerja racun ini sangat cepat sekali. HCN dalam
bentuk cair dapat diserap oleh kulit dan mukosa, tetapi garam sianida hanya
berbahaya jika dimakan. Dosis letak dari pada HCN ialah 60-90 mg. Sebenarnya
tubuh mempunyai daya proteksi terhadap HCN ini dengan cara detoksikasi HCN
menjadi oin tiosinat yang relatif kurang toksik. Detoksikasi ini berlangsung dengan
perantaraan enzim rodanase (transulfurase). Enzim ini terdapat didalam jaringan,
terutama hati. Tubuh sebenarnya mempunyai kemampuan mendetoksikasi HCN
tetapi sistem enzim rodanase ini bekerja sangat lambat sehingga keracunan masih
dapat timbul. kerja enzim ini dapat dipercepat dengan mamasukkan sulfur ke dalam
tubuh. Secara klinis hal inilah yang dipakai sebagai dasar menyuntikkan natrium
tiosulfat pada pengobatan keracunan oleh singkong.
Hidrogen sianida masuk kedalam tubuh dengan cepatdidistribusikan keseluruh
tubuh oleh darah. Tingkat sianida dalam berbagai jaringan manusia pada kasus
keracunan HCN yang telah dilaporkan, bahwa pada lambung : 0,03, pada darah :
0,5 , pada hati : 0,03 , ginjal : 0,11, otak 0,07 , urin 0,2 ( MG/100 g). Secara pisiologi
tubuh hidrogen sianida menginaktifasi enzim sitokrom oksidase dalam mitokondria
sel dengan mengikat Fe3+Fe2 yang terkandung dalam enzim. Hal ini dapat
menyebabkan penurunan dalam permanfaataan oksigendalam jaringan. Sehingga
organ yang sensitif dalam kondisi kurangnya O2 akan sangat menderita terutama
jaringan otak. Sehingga dapat menimbulkan asfiksia, hiposia dan kejang.
Selain itu sianida menyebabkan peningkatan glukosa darah dan kadar asam laktat
serta penurunan ATP yang menunjukan pergeseran dari aerob untuk metabolisme
anaerob. Hidro sianida akan mengurangi ketersedian energi kesemua sel, tetapi
efeknya akan semakin cepat muncul pada sistem pernafasan pada jantung.
c. Gejala klinis
Biasanya gejala akan timbul beberapa jam setelah makan singkong. Gejalan
keracunan singkong ini antara lain:
a. Gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah dan diare.
b. Sesak nafas , takikardi, cyanosis dan hipotensi
c. Perasaan pusing, lemah,kesadaran menurun ( apatis- koma)
d. Renjatan atau kejang
e. Syok
d. Penatalaksanaan
Sebelum dibawa kerumah sakit pasien dapat diberikan pertolongan pertama oleh
penolong atau keluarga pasien dengan memberikan arang aktif, namun dalam
pemberian arang aktif ini harus berhati-hati dan sesuai dengan dosis yang tercantum
dalam kemasannya. Rangsang muntah dapat dilakukan jika arang aktif tidak tersedia
dan perjalanan kerumah sakit membutuhkan waktu lebih dari 20 menit.
Pengobatan harus dilakukan secepatnya. Penatalaksanaannya antara lain :

a). Stabilisasi pasien melalui penatalaksanaan jalan nafas, fungsi pernafasan dan
sirkulasi.

b). Bila makanan diperkirakan masih ada dilambung (kurang dari 4 jam setelah
makan singkong), dilakukan pencucian lambung atau membuat penderita
muntah.

c). Natrium thiosulfat 30% (antidotum) sebanyak 10-30 ml secara intravena perlahan.

Sebelumnya dapat diberikan amil nitrit secara inhalasi.

d). Bila timbul cyanosis dapat diberikan oksigen.

e). Beri 10 cc Na Nitrit 5% iv dalam 3 menit.

f). Beri 50 cc Na thiosulfat 25% iv dalam 10 menit

g). Bila gejala sangat berat, bawa kerumah sakit.

e. Pencegahan keracunan
a. Kenali jenis singkong dengan cara jika pada singkong terdapat bercak biru
sebaiknya tidak dikonsumsi, kemungkinan kandungan HCNnya tinggi dan tidak
banyak berkurang walaupun sudah dicuci dan dimasak.
3. Seafood

Beberapa jenis seafood, terutama yang termasuk

dalam kelompok shellfish atau hewan laut bercangkang,


berpotensi menyebabkan keracunan seafood. Hal ini
karena shellfish, seperti udang, kerang, dan kepiting
mengandung bakteri dan racun yang cukup tinggi, yang sebagian besar berasal dari air di mana mereka
hidup.

1. Udang

Karena seringkali ditemukan dalam perairan yang penuh polutan, udang memiliki
racun dan bakteri yang tinggi, misalnya bakteri V. Cholerae. Udang yang sudah
terkontaminasi dengan bakteri, parasit, racun, atau virus bisa menyebabkan
keracunan dan peradangan pada sistem pencernaan.

2. Kerang

Ternyata oyster merupakan jenis kerang yang berpotensi menyebabkan keracunan


lho, apalagi bila dikonsumsi secara mentah. Selain itu, racun pada oyster bisa
memperburuk kondisi pengidap kanker, HIV, dan gangguan hati.

3. Kepiting

Jenis kepiting tertentu memiliki kandungan asam domoik yang tinggi. Seperti


dilansir dari CNN, asam domoik bisa menghasilkan racun yang bisa membahayakan
tubuh manusia. Racun tersebut sering disebut juga dengan domoic acid
poisoning (DAP). Racun yang ada dalam kepiting bisa menyebabkan gangguan pada
sistem pencernaan dan saraf otak.

Penyebab Keracunan Seafood

Bakteri yang paling sering menyebabkan keracunan seafood adalah vibrio


parahaemolyticus dan staphylococcus sp. Sebenarnya, bakteri dan racun tersebut bisa
mati melalui proses masak yang tepat. Jadi, bila kamu mengalami keracunan setelah
mengonsumsi seafood, mungkin ini yang menjadi penyebabnya:

1. Seafood yang dikonsumsi tidak disimpan dalam kulkas dengan suhu yang tepat sebelumnya.
2. Seafood tidak dimasak sampai benar-benar matang.
3. Seafood yang sudah dimasak sudah melewati masa kedaluwarsa karena dibiarkan berhari-hari
tanpa disimpan di dalam kulkas.

Cara Mengatasi Keracunan Seafood

Kebanyakan kasus keracunan seafood tidak memerlukan pengobatan khusus untuk


mengatasinya. Untuk meredakan gejala yang terjadi, kamu disarankan untuk banyak beristirahat
dan minum banyak air putih agar tidak mengalami dehidrasi. Pasalnya, dehidrasi bisa
memperparah gejala yang muncul akibat keracunan seafood dan juga membuat masa
penyembuhan semakin lama.

Selain itu, dokter juga bisa memberikan obat-obatan untuk mengatasi gejala-gejala yang
terjadi. Misalnya, antibiotik untuk mengatasi infeksi yang disebabkan racun dari dalam seafood,
obat pereda mual, dan obat penurun demam. Oralit juga sebaiknya diminum minimal 200 cc
setiap kali buang air besar berhenti.

Namun, pada kasus keracunan seafood yang lebih parah, pengidap mungkin harus dirawat
di rumah sakit dan mendapatkan cairan dari infus untuk mengatasi dehidrasi yang terjadi.

4. Tempe Bongkrek

Asam bongkrek adalah racun


pernafasan yang lebih ganas dari
sianida. Sebenarnya tempe bongkrek
yang sudah terkontaminasi dapat
dikenali dari warnanya yang jauh
lebih kuning dan baunya yang lebih
menyengat dan adanya rasa pahit.
Gejala keracunan tempe bongkrek timbul 12-48 jam setelah mengkonsumsi tempe
bongkrek yang terkontaminasi.

Gejala awal keracunan atau intoksikasi antara lain, badan lemah, kepala pusing,
terasa mau muntah, sesak nafas, susah menelan bahkan sulit bicara dan akhirnya nyawa
tidak dapat diselamatkan.
Pertolongan pertama yang harus dilakukan bila seseorang keracunan tentu saja
pergi ke puskesmas terdekat, kedokter bahakan ke rumah sakit.

Mengatasinya biasanya dengan memberikan obat pencahar untuk mengeluarkan


seluruh makanan yang sudah masuk ke lambung. Kemudian juga diberi obat anti toksin
dan bila sudah parah biasanya diinfus dengan pemberian glukosa dan garam fisiologis.
BAB III

PENUTUP

A.   Kesimpulan
Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran pencernaan,
saluran pernafasan, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala klinis
B.   Saran
Bagi petugas kesehatan hendaknya mengetahui jenis-jenis anti dotum dan penanganan racun
berdasarkan jenis racunnya sehingga bisa memberikan pertolongan yang cepat dan benar.
Daftar Pustaka

Gallo, Hudak. 2010. Keperawatan Kritis pendekatan Holistik Volume 2. Jakarta: EGC

Hardisman.2014.Gawat Darurat Medis Praktis. Padang : Gosyen Publishing

Krisanty, Paula.2009.Asuhan keperawatan Gawat Darurat.Jakarta.Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai