Anda di halaman 1dari 83

Vol.02No.

02MyCampaignJournal|1

TUGAS

PRATIKUM PSIKOLOGI

DISUSUN OLEH

Mutiara Rahmah

191012114201020

INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESMAS

PRODI S1 KEPERAWATAN

TAHUN PELAJARAN 2020/2022


Vol.02No.02MyCampaignJournal|2

A. Kasus Gangguan psikososial


Seorang perempuan berusia 54 tahun di diagnosa stroke, ny R mengeluh
badannya masih terasa lemah dan merasa belum mampu melakukan aktivitas
seperti biasanya, sulit untuk menggerakkan kaki bagian kiri karena stroke.
Tn.H hanya bisa berjalan pelan dan beresiko jatuh. Tn.H merasa cemas dan
takut penyakitnya makin parah dan tidak dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya.

ANALISA DATA
 Data objektif
Tampak cemas dan tidak tenang Kadang Tn. H tampak murung Tn.
R tampak gelisah, tampak pasif dalam menerima perawatan, ny R
menunduk saat bercerita.
 Data subjektif
Pasien mengatakan ia merasa takut dan cemas

Masalah Gangguan psikososial : Ansietas ( kecemasan )

KESIMPULAN
Dari jurnal yg di dapatkan kesimpulanya Gambaran perubahan psikososial
pasien stroke didapatkan adanya perubahan yang dirasakan pasien selama
menjalani pengobatan yang terdiri dari:
1. perubahan fisik meliputi kelemahan fisik, gangguan sirkulasi dan
gangguan kulit,perubahan psikologis meliputi respon psikologis awal
terkena penyakit stroke dan gangguan emosional,perubahan pola
interaksi sosial meliputi perubahan aktivitas sosial.
2. Persepsi pasien stroke tentang cara mengatasi perubahan
psikososialnya dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pandangan
hidup yang positif, meningkatkan kualitas spiritual, prilaku
mengurangi keluhan akibat penyakit stroke dan mancari sumber
informasi dalam mengatasi masalah.
Vol.02No.02MyCampaignJournal|3

3. Dari hasil penelitian ditemukan adanya hal yang mendukung dan


menghambat cara mengatasi perubahan psikososial pasien stroke . hal
yang mendukung meliputi dukungan sosial, dukungan pelayanan
keperawatan dan dukungan dari pemerintah. Sedangkan hal yang
menghambat dalam penelitian ini adala rumah sakit yang jauh dari
tempat pasien sehingga pasien merasa lelah saat harus berobat.
Vol.02No.02MyCampaignJournal|4

STUDI FENOMENOLOGI PENGALAMAN PASIEN


STROKE DALAM MENGATASI PERUBAHAN
PSIKOSOSIAL DI RSU KUNINGAN
MEDICAL CENTER

Diana Nurdianti

Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu


Kesehatan Cirebon

diananurdianti22@gmail.com

Abstrak
Pasien Stroke akan mengalami perubahan psikososial yang dapat menimbulkan
dampak pada semua aspek kehidupan seseorang. Dampak yang sering muncul,
kekacauan emosional,kesakitan dan masalah psikososial seperti penurunan kualitas
hidup, cemas dan stress mengahadapi situasi lamanya rawat inap, isolasi sosial
karena tidak berdaya, putus asa menjalani pengobatan dan rehabilitasi sering putus
asa Tujuan penelitian ini untuk menggali pengalaman pasien stroke tentang
perubahan psikososial dan bagaimana caranya pasien mengatasi perubahan tersebut
di RSU Kuningan Medical Centre . Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Sampel dipilih dengan tekhnik purposive
sampling. Data wawancara dianalisa dengan metode Collaizi. Hasil didapatkan dengan
wawancara mendalam terhadap 6 partisipan yang terdiri dari 4 perempuan dan 2
laki-laki, usia 52 – 72 tahu dengan lama menjalani pengobatan stroke 1 – 2 tahun.
Hasil penelitian didapatkan 4 tema yaitu: 1) perubahan yang dirasakan pasien stroke ;
2) cara mengatasi perubahan psikososial pasien stroke ; 3) faktor pendukung dan
penghambat dalam mengatasi perubahan psikososial pasien stroke; 4) faktor
pendukung dan penghambat dalam psikososial. Saran sebaiknya dalam pemberian
asuhan keperawatan, yang diberikan bukan hanya dari aspek fisik, namun secara
holistik dengan mempertimbangkan aspek psikososial dan spiritual.

Kata kunci : Pengalaman pasien Stroke , Perubahan Psikososial , Stroke.

Abstract
Stroke patients will experience psychosocial changes that can have an impact on all
aspects of a person's life. The impact that often appears, emotional turmoil, pain and
psychosocial problems such as decreased quality of life, anxiety and stress in dealing
Vol.02No.02MyCampaignJournal|5

with situations of lengthy hospitalization, social isolation due to helplessness,


hopelessness undergoing treatment and rehabilitation, often giving up psychosocial
changes and how patients cope with these changes at RSU Kuningan Medical Center.
This research uses qualitative research methods with a phenomenological approach.
The sample was selected by purposive sampling technique. Interview data were
analyzed using the Collaizi method. The results were obtained by in-depth interviews
with 6 participants consisting of 4 women and 2 men, aged 52-72 years with a
duration of treatment for stroke of 1-2 years. The findings yield four themes: First,
changes felt by stroke patients; Second, how to deal with the psychosocial changes of
stroke patients; Third, supporting and inhibiting factors in overcoming psychosocial
changes in stroke patients and; Fourth, supporting and inhibiting factors in

psychosocial. Suggestions in providing nursing care, which are given not only from
the physical aspect, but holistically by considering the psychosocial and spiritual
aspects.

Keywords: Stroke patient experience, Psychosocial Change, Stroke

PENDAHULUAN
Stroke merupakan salah satu sebanyak 5 juta orang dan 5 juta
penyakit yang paling menakutkan orang lainnya mengalami
karena dapat berakibat fatal baik kecacatan permanen.
kematian atau disabilitas jangka Data2 menyatakan, bahwa
panjang. Berdasarkan data World di Amerika serikat sekitar 795.000
Health Association 1
Stroke orang mengalami stroke setiap
menduduki urutan kedua penyebab tahunnya, dimana
kematian setelah penyakit jantung 610.000 orang mendapat serangan
iskemik. Terdapat sekitar 15 juta stroke untuk pertama kalinya dan
orang menderita stroke setiap 185.000 orang dengan serangan
tahun. Diantaranya stroke berulang. Diantaranya lebih
diketemukannya jumlah kematian dari 140.000 orang meninggal
pertahun. Data tersebut
menunujukan bahwa setiap 4
menit
Vol.02No.02MyCampaignJournal|2

didapati satu orang meninggal akibat untuk menggali lebih dalam tentang
stoke. pengalaman pasien stroke dalam mengatasi
Di Indonesia stroke merupakan perubahan psikososial. Hal ini sesuai
pembunuh nomor tiga dengan angka dengan teori Calista Roy, yaitu mengkaji
mortalitas sebesar 138.268 (9,7 % ) 3 kemampuan adaptasi pasien dan perawat
Yayasan Stroke Indonesia menyatakan sehingga membantu pasien untuk
masalah stroke semakin penting dan beradaptasi terhadap perubahan termasuk
mendesak karena jumlah penderita stoke di perubahan psikososial yang terjadi pada
Indonesia terbanyak dan menduduki urutan diri pasien pada pasien. Penelitian tentang
pertama di Asia . Berdasarkan diagnosis psikososial pada pasien stroke di Indonesia
tenaga kesehatan atau gejala prevelensi pada umumnya dilakukan dengan metode
stroke di Indonesia sebesar 12,1 % per mil. kuantitatif, berdasarkan alasan tersebut
Angka kejadian akan bertambah seiring peneliti justru tertarik untuk melakukan
dengan bertambahnya umur dimana kasus penelitian kualitatif dengan menggunakan
tertinggi berada pada umur lebih atau sama tekhnik fenomenologi. Pendekatan
dari 75 tahun 4 fenomenologi diperoleh agar dapat
Penyakit telah menjadi masalah memperoleh informasi yang mendalam,
kesehatan yang merupakan penyebab terperinci, dan alamiah dari partisipan
utama kecacatan pada usia dewasa yang tentang persepsi, pendapat dan perasaan
disertai dengan konseksuensi yang terdapat yang tersirat ( insight ) dari realitas,
bagi individu dan keluarga. Perawatan pengalaman mengatasi perubahan
stroke sangat sering membutuhkan waktu psikososial pada pasien stroke.
yang lama dan sangat membebankan
secara ekonomi, kehidupan sosial, dan
emosional 5 Sekitar 50% pasien pasca METODOLOGI PENELITIAN
stroke mengalami kehilangan fungsi alat Penelitian ini menggunakan metode
gerak apartial maupun komplit, 30 % tidak kualitatif dengan pendekatan
mampu berjalan tanpa bantuan, 46% fenomenologi yang bertujuan untuk
mengalami gangguan kognitif, 26% mendapatkan gambaran tentang
mengalami ketergantungan dalam pengalaman hidup yang dilihat dari sudut
melakukan aktifitas sehari-hari, 35% pandang orang yang diteliti serta untuk
mengalami depresi, dan 19% afasia 6 menggali dan memahami pengalaman
Perubahan-perubahan psikososial hidup yang dijalani 7 Menurut8 peneliti
pada pasien pasca stroke yang tidak kualitatif berupaya untuk mengeksplorasi
teratasi dengan baik akan berpengaruh atau menggali, menggambar atau
terhadap kualitas hidup, lama rehabilitasi mengembangkan pengetahuan sesuai
stroke, biaya perawatan yang semakin kenyataan yang dialami seseorang. Dalam
tinggi dan kematian. Selain itu perubahan penelitian ini pendekatan kualitatif
psikososial juga dapat berhubungan digunakan untuk mengeksplorasi
dengan morbiditas, mortalitas, umur yang pengalaman mengatasi perubahan
pendek bahkan upaya bunuh diri. psikososial pasien stroke dalam mengatasi
Melihat adanya faktor resiko dari perubahan psikososial di RSU Kuningan
dampak akibat perubahan psikososial Medical Center. Pendekatan ini memberi
berdasarkan hasil lietratur secara kuantitafi peluang bagi pasien untuk berbagi
pada pasien stroke, perlu mendapat pengalamannya selama menjalani
perhatian perawat karena berpengaruh pengobatan dan rehabilitasi pasca stroke
pada kualitas hidup pasien. Sehingga perlu berdasarkan perspektif individual. Oleh
dilakukan wawancara mendalam terkait karena itu pendekatan fenomenologis
pengalaman masing –masing pasien untuk deskriptif merupakan pendekatan yang
meningkatkan kualitas hidup. Tujuannya paling sesuai untuk penelitian ini.
Vol.02No.02MyCampaignJournal|3

Pengumpulan data dilakukan data Pertimbangan etika dalam penelitian yang


dilakukan di kota Cirebon pada tanggal 20 dilakukan merujuk kepada Komisi
Oktober S.D 5 Nopember 2020 di RSU Nasional Etik Penelitian Kesehatan9 yang
Kuningan Medical Centre menerapkan tiga prinsip yaitu
Tekhnik pengumpulan data yang menghormati harkat dan derajat manusia
digunakan dalam penelitian ini adalah dan bebas paksaan (autonomy),
wawancara terhadap partisipan yaitu 6 kemanfaatan ( beneficience ), dan keadilan
pasien stroke yang mengalami perubahan ( justice )
psikososial di RSU Kuningan Medical Analisi data dilakukan selama atau
Center . Tujuan wawancara mendalam bersamaan dengan proses pengumpulan
terhadap pasien stoke untuk meningkatkan data berlangsung ( ongoing analysis ).
realibilitas dan validitas data yang Selain itu analisi juga dilakukan secara
dikemukakan pasien stoke.Sedangkan interaktif, yaitu sejak turun ke lapangan
tekhnik pemilihan dengan purposive hingga pengolahan data akhir yang
sampling atau judgment sampling. dilakukan secara berulang. Analisis yang
Purposive sampling merupakan tekhnik dilakukan adalah conten analysis. Analisis
pemilihan sampel dengan berorientasi pada terdiri dari 3 kegiatan, yaitu: reduksi data,
kriteria dan tujuan penelitian. Partisipan penyajian data, dab menarik kesimpulan
diseleksi atau dipilh secara sengaja karena (verifikasi )
memiliki pengalaman yang sesuai dengan
fenomena yang diteliti dan bersedia HASIL
menceritakan pengalaman yang sesuai Penelitian ini menghasilkan 4 tema
dengan fenomena yang diteliti dan utama yang memberikan suatu gambaran
bersedia menceritakan pengalaman atau fenomena pengalaman pasien stroke
tersebut pada orang lain. 8
dalam mengatasi perubahan psikososial
Instrumen penelitian yang yaitu perubahan yang dirasakan pasien
digunakan pedoman wawancar mendalam stroke, cara mengatasi perubahan
yang berisi daftar pertanyaan-pertanyaan psikososial pasien stroke, faktor
terbuka. Hal ini untuk memastikan penghambat dan pendukung dalam
informasi yang diperoleh dari sejumlah mengatasi perubahan psikososial pasien
partisipan dengan materi yang sama, stroke, dan harapan pasien stroke dalam
sehingga dapat memanfaatkan mengatasi perubahan psikososial.
keterbatasan waktu, dan dapat menentukan
informasi yang akan digali lebih Tema 1 : Perubahan yang dirasakan
mendalam. Sebagai alat bantu digunakan pasien stroke
tape recorder dan catatan lapangan. Terbagi menjadi 3 sub tema yaitu
Upaya meningkatkan kesahihan data perubahan fisik, perubahan psikologis
dalam penelitian ini dilakukan dengan: 1) perubahan pola interaksi
type partisipan yang berbeda yakni jenis Sub tema dari perubahan fisik : kelemahan
kelamin laki-laki dan perempuan,; 2) fisik,diperoleh dari ungkapan masing-
melakukan member- check terhadap masing partisipan pasien stroke yaitu
partisipan untuk maturasi dan kedalaman gangguan motorik sekujur tubuh terasa
informasi yang diberikan. Proses member- seperti lemas dan susah digerakkan, ,tidak
chek dilakukan dengan memberi umpan seimbang ketika berjalan , berbicara
balik hasil wawancara di waktu yang menjadi cadel, sering kesemutan, tangan
berbeda dengan tujuan untuk maturasi dan kaki terasa kaku sebelah dan nyeri ”
informasi. Perubahan fisik tergambar dalam
Penelitian ini menggunakan prinsip- pernyatan 5 partisipan, bahwa sejak stroke
prinsip etika penelitian, sehingga tidak terjadi perubahan fisik yang paling
menimbulkan dampak negatif. dirasakan adalah menurunkan fungsi-
Vol.02No.02MyCampaignJournal|4

fungsi anggota tubuh yang biasanya berdaya10


mudah digerakan untuk melakukan Perubahan psikologis selanjutnya yang
aktivitas sehari-hari seperti pernyataan terjadi pada partisipan adalah adanya
berikut: perasaan nelangsa, menyesal, takut , dan
“Sebelum terkena stroke saya saya bebas depresi ( down ) merasa tidak menyangka
dan berfikir tidak ada harapan hidup
menggerakan tangan dan kaki untuk lagi.Perubahan psikologis selanjutnya adalah
mengerjakan pekerjaan rumah memasak, respon gangguan psikologis yang ditunjukan
oleh pasien adalah adanya perubahan
mencuci, bebersih rumah ( P1 ) emosional berupa respon mudah sedih,
mudah marah, mudah tersinggung dan lebih
“ Saya sudahtidak mampu lagi berbicara sensitif , mudah

dengan jelas lancar lagi..bicara jadi cadel


dan ini sangat menyulitkan saya dalam
berkomunikasi (P2) dengan orang lain

“Saya mngalami kesulitan berjalan semua


terasa kaku dan ini yang sangat
merepotkan orang-orang dirumah (P3)

“ Saya juga jadi segan malu untuk keluar


rumah ada rasa enggan dan malu dengan
kondisi badan yang seperti ini mulut
mengo (P3 )

“ Sekarang say sering pusing dikepala dan


sangat pening ( P4 )

“ Dengan kondisi yang serba tidak dapat


bergerak seperti dahulu membuat say
merasa terbelenggu dan sulit berinteraksi
(P5 )

Dari hasil wawancara dengan partisipan


didapatkan bahwa terdpat perubahan fisik
dan perubahan mental akibat perubahan
fisik yang dialami oleh penderita stroke
diantaranya kelumpuhan, gangguan indra
rasa, gangguan dalam beraktivitas
sedangkan perubahan mental seperti
gangguan daya pikir, kesadaran,
konsentrasi, gangguan dalam
berkomunikasi, dan gangguan emosional
berupa marah, sedih dan merasa tidak
Vol.02No.02MyCampaignJournal|5
sekali menjadi nelangsa. Hal ini “ Saya sudah tidak bisa lagi berkumpul
dijelaskan oleh Black dan Hawk10 yang
menyatakan bahwa gangguan psikologis dengan teman-teman pengajian karena
ini terjadi akibat karena stress akibat kaki ini sulit diajak berjalan jauh, sekaang
kondisi penyakit kronik yang dialami
serta penatalaksanaan seperti pengobatan saya meminta anak saya mewakili saja
stroke dan reahabilitasi pasca stroke dan kadang beberapa teman pengajian
yang harus dilakukan secara
berkepanjangan bertahun-tahun dengan
perubahan fisik yang menyertainya.
Beberapa perilaku yang umumnya
mejadi stressor adalah perasaan tidak
berdaya, tidak berguna, pengobatan yang
seumur hidup, perubahan body image.
Sub tema selanjutnya adalah
subtema ketiga yaitu adanya perubahan
interaksi sosial pola interaksi sosial yang
dialami oleh partisipan sejak terdiagnoda
penyakit stroke dan harus menjalani
pengobata rutin yang cukup lama.
Perubahan tersebut adalah perubahan
aktifitas sosial yang terdiri dari
penurunan frekuensi bersoialisasi, tidak
bekerja lagi, tidak berkumpul dengan
jamaah pengajian, tidak bebas
bersosialisasi , membatasi berpergian
takut jatuh dan merepotkan banyak
orang, berkurang peran dalam keluarga
sebagai pencari nafkah.
Katagori penurunan frekuensi
bersosialisasi tergambar dalam
pernyataan
5 orang partisipan, bahwa semenjak
pengobatan penyakit stroke telah terjadi
perubahan aktivitas sosial yang paling
dirasakan adalah penurunan frekuensi
bersosialisi partisipan
Seperti pada pernyataan berikut ini
“ Sekarang saya tidak berani jalan-jalan
jauh lagi paling sekiar halaman dan
sampai beberapa rumah tetangga
terdekat saja. (P1, P3, P4 )

“ Untuk interaksi dengan keluarga besar


saya hanya bisa menunggu mereka
datang saja, paling sering ya berkumpul
dengan keluarga sendiri ada anak dan
cucu yang di rumah ( P1, P5 )
Vol.02No.02MyCampaignJournal|6

mengadakan pengajian kecil dirumah “Saya jalani semua pengobatan ini


untuk mendoakan saya. (P2,P5 ) dengan semangat dan berpikir positif saya

Untuk melakukan interaksi yang lebih jauh pasti akan sembuh ( P2,P3)
menjadi terbatas , namun menurut
beberapa pengakuan partisipan mereka “ Saya yakin dibalik ujian penyakit ini
dapat bersosialisasi dengan lingkungan
akan akan hikmah besar yang Allah
baru, seperti melakukan interaksi sosial
dengan tetangganya lebih intensif dari kasih...saya tidak mau menyerah apalagi
sebelumnya karena selama sehat selalu
sibuk bekerja jarang berinteraksi dengan down (P1,P2, P5 )
tetangga sekitar. Partisipan juga
menceritakan dengan rutin berobat Subtema selanjutnya yang dilakukan
penyakit stroke ke rumah sakit memiliki oleh partisipan adalah meningkatkan
interaksi sosial yang baru yaitu dengan kualitas spiritual. Perilaku tersebut terbagi
sesama penderita stroke, keluarga pasien menjadi 4 kategori yaitu berdoa, bedzikir,
stroke, para medis dan karyawa rumah sholat dan ibadah lainnya, mengikuti
sakit non medis lainnya. kajian islami
Gangguan mobilitas /berpergian Subtema selanjutnya yang dilakukan
didapatkan pada penelitian ini . Semua oleh partisipan dalam mengatasi perubahan
partisipan dalam penelitian ini menjalani psikososial adalah mencari sumber
pengobatan stroke seminggu sekali apalagi informasi. Terdapat 5 kategori yang
yang harus menjalani rehabilitasi pasca diperoleh dari pernyataan partisispan ,
stroke bisa seminggu 2 kali , sehingga diantaranya adalah: sumber informasi dari
partisipan tidak dapat berpergian lebih dari perawat, keluarga, teman, dokter dan
3-4 hari. media sosial. Kategori pertama adalah dari
dokter. Seperti yang diungkapkan oleh
Tema 2 : Cara mengatasi perubahan partisipan berikut ini:
psikososial pasien Stroke “ Setiap saya berobat pasti saya
Cara mengatasi perubahan
psikososial yang dilakukan partisipan manfaatkan untuk bertanya pada dokte
selama menjalani pengobatan dan tentang kpenyakit saya denga keluhan-
rehabilitasi pasca stroke didapatkan 4
subtema yang terdiri dari pandangan hidup keluhannya..biasanya dokter akan
yang positif, meningkatkan perilaku menjelaskan juga cara menjalani pola
beribadah, mengurangi keluhan akibat
stroke dan selalu mencari informasi dalam hiup sehat yang mendukung
mengatasi masalah. Pandangan hidup yang
positif diperoleh dari 5 katagori yaitu penyembuhan penyakit stroke “ (P1,P2,
semangat, berpikir positif, sabar, ikhlas P3, P6 )
dan pasrah.
Terdapat 3 partisipan yang
“ Kebetulan cucu saya seorang dokter
menyatakan cara mengatasi perubahan
dalam dirinya dengan selalu memilki juga jadi pada saat main ke rumah saya
pandanag yang positif dengan memotivasi
diri sendiri melalui pikiran yang positif banyak mendapat informasi tentang
dan tetap optimis pasti akan sembuh penyakit stroke dan meyarankan
dengan tetap selalu berdoa. Seperti yang
diungkapkan oleh partisipan beberapa gerakan ringan untuk
mengaktifkan otot dan syaraf yang
melatih gerak kita ( P4, )
Vol.02No.02MyCampaignJournal|7
Pada saat wawancara partisipan
mengatakan selalu menjalan ibadah
karena dengan rajin menjalan ibadah
seperti sholat,berdzikir batinnya menjadi
sangat tenang, keimanannya meningkat
seiring dengan perasaan yang sangat
tentram dan pasrah menjalani kehidupan.
Partisipan lainnya mengatakan denga
lebih tekun beribadah dan mendekatkan
diri Allah dia merasa Allah sangat
menyayanginya dan selalu melindungi
dari segala kegelisahan dari sakitnya.
Vol.02No.02MyCampaignJournal|8

Cara mengatasi perubahan psikososial didapat pasien stroke dalam menghadapi


pasien stroke lainnya dengan cara perubahan psikososial.
mengurangi keluhan akibat stroke. . Dari ungkapan partisipan
Seperti yang diungkapkan oleh partisipan
bahwa dengan melatih menggerakan diperoleh sub-sub tema yaitu dukungan
tangan dan kakinya agar terangsang syaraf
sosial , dukungan pelayan keperawatan
motoriknya, berjalan perlahan-lahan dipagi
hari sambil ditemani anak dan cucu yang dan dukungan pemerintah. Pada
selalu menghibur. Untuk megurangi
kebosanan karena tidak bisa kemana-mana dukungan sosial sosial didapatkan 2
saya juga sering melihat acara televisi kategori yaitu dukungan keluarga dan
seperti komedi hati jadi terhibur dan
merasa sehat lagi. Partisipan lain dukungan lingkungan tempat tinggal.
mengungkap untuk mengurangi keluhan
Seperti yang diungkapkan partisipan
rasa sakit akibat stroke saya selalu
mengikuti anjuran dari dokter dan minum sebagai berikut ini: “ Suami sangat
obat secara teratur.
Dalam upaya untuk memenuhi membantu saya dan memberikan
kebutuhan akan informasi, dalam hal ini dukungan moril untuk tetap semangat
untuk meningkatkan kesehatan , partisipan
berusaha mencari sumber informasi untuk berobat. Demikian juga dengan anak dan
mengatasi masalah baik itu dari dokter,
menantu saya tidak pernah memenuhi
perawat, keluarga, tetangga, internet .
Seorang partisipan yang tinggal di desa semua kebutuhan saya “ ( P1,P2,P3, P5 )
bertanya juga pada bidan dan mantri desa.
Dari perilaku partisipan dalam mencari “ Alhamdulillah keluarga dan lingkungan
infomasi untuk mengatasi perubahan –
perubahan yang terjadi pada diri sekitar selalu memberikan semangat dan
menunjukan bahwa partisipam secara
motivasi ( P4 )
mandiri mencari informasi dengan
berinisiatif bertanya pada dokter, perawat,
keluarga, teman bahkan teman maupun “ Lingkungan tempat tinggal saya mereka
mencari informasi melalui buku, internet
sering menayakan keadaan saya dan
penyakitnya. Selain partisipan mencari
sendiri keluarganya yaitu anak, sering berkunjung memberi motivasi
pasangannya dan cucu ikut mencarikan
informasi terkait dengan masalah untuk sembuh agar bisa ikut kegiatan-
penyakitnya. kegiatan di kampung (P2,P4, P6 )

Tema 3 ; Faktor pendukung dan


“ Suami saya paling rajin dan setia
penghambat dalam mengatasi
menerima saya berobat untuk
perubahan psikososial pasien Stroke
membesarkan hati saya agar yakin bisa
Tema faktor pendukung dan penghambat
sembuh ( P1, P6 )
dalam mengatasi perubahan psikososial
pasien stroke diperoleh 2 subtema yaitu Sub-sub tema selanjutnya
adalahdukungan pelayanan keperawatan.
faktor pendukung dan faktor penghambat. Kategori yang didapatkan adalah
pelayanan yang baik dan ramah, sangat
Sub tema pertama yaitu faktor pendukung
perhatian, selalu memotivasi, selalu
diperoleh dari ungkapan partisipan yang menjelaskan pertanyaan seputar masalah
pasien stroke,
menggambarkan bentuk dukungan yang Sub – sub tema selanjutnya adalah
Vol.02No.02MyCampaignJournal|9
dukungan dri pemerintah. Kategori yang
didapatkan adalah Pengobatan gratis dari
bantuan pemerintah melalui desa dan
jaminan kesehatan ( BPJS ). Seperti
yang diungkapkan partisipan berikut ini :
“ Saya menjalani pengobatan dengan
menggunakan jaminan kesehatan dari
pemerintah ( P2, P4 )” “Saya merasa
terbantu sekali dengan adanya bantuan
fasilitas BPJS dari pemerintah yang
disalurkan oleh desa ( P5, P6 )”

Sub tema kedua adalah faktor


penghambat diperoleh dari ungkapan
masing-masing partisipan
yang
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 10

menggambarkan hambatan pasien dalam sehingga dapat membangkitkan semangat.


mengatasi perubahan psikososial yang Selain perlunya support dari semua orang
dirasaannya. Dari ungkapan partisipan terdekat, partisipan juga membutuhkan
diperoleh sub-sub tema yaitu waktu adanya dukungan informasi, secara
pelayanan yang lama, kendaraan lengkap , jelas dan mudah dipahami
transportasi, pendaftaran untuk berobat dibutuhkan oleh partisipan dalam
yang antri lama, jarak rumah sakit yang
jauh. Seperti yang diungkapkan beberapa
partisipan berikut :
“ Kalau mau berobat saya kesulitan
mendapatkan kendaraan umum karena
susah sampai harus menyewa mobil untuk
mengantar saya ke rumah sakit “ (P2, P6)
“Waktu pelayan yang lama membuat saya
jadi malas sendiri “ (P3)

“ Jarak rumah saya ke rumah sakit


lumayan jauh sehingga saya dan suami
mengalami kesulitan, apalagi dengan
kondisi saya yang seperti ini...jadi semakin
lelah ( P1,P4 )

“ Antrian pendaftaran dan dipanggil


dokter cukup panjang membuat saya
sedang sakit semakin lelah”

Dukungan atau support untuk mengatasi


perubahan psikososial pasien stroke
teridentifikasi 1 sub tema faktor
pendukung dan 1 sub tema faktor
penghambat.

Tema 4 : Harapan pasien stroke dalam


mengatasi perubahan psikososial
Berdasarkan tujuan khusus penelitian
keempat yaitu : harapan pasien stroke
dalam mengatasi perubahan psikososial,
terungkap bahwa partisipan membutuhkan
dukungan emosional, dukungan informasi
dan dukungan fasilitas kesehatan.
Dukungan emosional yang dibutuhkan
oleh partisipan adalah perhatian dan
support dari angggota keluarga, orang-
orang dilingkungan tempat tinggalnya
seperti tetangga, jamaah majlis taklim
yang diikui pasien sebelumnya yang dapat
memberikan pencerahan dengan tausiah
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 11
penelitian ini. Adapun informasi yang bahwa respon psikologis dialami oleh
dibutuhkan oleh partisipan berupa materi semua partisipan, terutama diawal pasien
peningkatan kesehatan, seperti kasus dinyatakan mengalami serangan stroke dan
penyakit, dan bagaimana mengatasi harus menjalani pengobatn secara rutin
masalah yang dihadapi oleh pasien dan menjalani rehabilitasi pasca stroke,
stroke, berikut ungkapan partisipan: melihat dari lamanya pasien menjalani
“ Saya membutuhkan sekali penjelasan pengobatan stroke, respon pikologis awal
dari pasien stroke dari masing-masing
mengapa saya sulit melatih tangan dan partisipan sangat bervariasi , tergantung
kaki untuk bergerak” ( P2, P5, P6 ) dari mekanisme koping yang dilakukan. :
1.
“ Beberapa orang memberitahu
makanan apa saja yang harus saya
hindari..tetapi saya jadi bingung ketika
dokter tidak menjelaskan mengapa
harus dihindari” saya butuh informasi
yang akurat dan mudah dipahami “ (P1,
P3 )

“ Saat saya pertama kali mendapat


serangan stroke sulit mendapat
informasi harus kemana meminta
pertolongan pertama “ Sebagian
perawat dan petugas hanya
memberikan obat-obat ringan.( P4)

PEMBAHASAN
Tema 1 : Perubahan yang dirasakan
pasien stroke

Respon psikososial pada penderita stroke


akibat perubahan fisik adalah merasa
terasing dari orang-orang dan mereka
memiliki persepsi bahwa dirinya tidak
berguna lagi, karena hidup mereka lebih
banyak bergantung pada orang lain.13
Penderita mengalami keterbatasan dalam
melakukan kontak sosial, tidak mau
bersosialisasi dan perubahan peran di
masyarakat. Penderita tidak bisa
bersosialisasi dengan orang lain seperti
dulu karena merasa malu dengan
kondisinya yang tidak mampu
melakukan berbagai aktivitas.
Pada sub tema perubahan
psikologis, penelitian ini menunjukan
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 12

respon awal psikologis, gangguan akibat penderitaan fisiknya yang sudah


emosional spt kaget, shock, kasihan ,tidak sulit mengerakan anggota-anggota tubuh
percaya, bingung kesal, sedih, menyesal, yang sangat menompang aktifitas
takut dan depresi, 2. Respon gangguan bergeraknya seperti tangan, kaki dan mulut
psikologis yang dituntukan pasien adanya yang sulit berbicara dengan jelas ( cadel ).
perubahan emosional berupa respon Ditambah lagi masa pengobatan dan
mudah marah, sensitif rehabilitasi pasca stroke yang lama
Sub tema perubahan pola interaksi sosial menambah ketakutan partisipan menjadi
yang dialami oleh pasien sejak terdiagnosa lama tidak berkarya untuk melanjutkan
penyakit stroke. Perubahnnya meliputi hidup yang bermanfaat untuk keluarga.
penurunan freukensi aktivitas sosial, takut Perubahan dalam interaksi sosial
berpergian, berkurangnya peran dalam dirasakan partisipan sangat berpengaruh
keluarga dan masyarakat. Namun pada perannya sebagai anggota
berdasarkan hasil wawancara, peneliti masyarakat sosial dalam kehidupan sehari-
menyimpulkan bahwa respon psikologis hari. Peran adalah serangkaian
sangat dirasakan pada ahun pertama pola,sikap,perilaku, nilai dan tujuan yang
menjalani pengobatan stroke walau diharapkan masyarakat14, dihubungkan
partiispan lain mengalami hingga tahun dengan fungsi individu didalam kelompok
kedua. Hal ini sesuai dengan pendapat sosialnya. Peran memberikan sarana untuk
KAGAN13dimana dikatakan fase “honey berperan dalam kehidupan sosial dan
moon “ terjadi pada tahun pertama klien menguji identitas dengan memvalidasi
menjalani pengobatan sroke. Respon pada orang yang berarti.
psikologis terjadi akibat rasa kehilangan Pasien stroke mengalami
akan kesehatanna yang optimal, perubahan interaksi sosial yang
kehilangan kemampuan dan kelincahannya sebelumnya aktif beraktifitas diluar rumah
dalam bergerak dan menjadi tergantung seperti bekerja ke kantor, ke pasar, majlis
pada orang lain dan alat-alat bantu untuk taklim namun setelah mengalami stroke
bergerak seperti tongkat, kursi roda aktivitas pasien menjadi terbatas , pasien
sepanjang sisa hidupnya. lebih banyak didalam rumah.Sehingga
Hasil penelitian ini menunjukan pola interaksi sosial juga berubah, . Pasien
bahwa terdapat berbagai variai respon lebih banyak bersosialisasi dengan
psikologis pada saat pertama kali tahu lingkungan sekitar rumah.
dirinya terkena stroke dan harus menjalani
serangkaian pengobatan hingga rehabilitasi Tema 2 : Cara mengatasi perubahan
pasca stroke. Respon psikologis partisipan psikososial pasien Stroke
dalam penelitian ini sesuai dengan konsep Pada peneliitian ini menemukan makna
berduka13 yaitu shock, kaget, sedih, baru cara mengatasi perubahan-perubahan
bingung, merasa tidak berguna, bingung oleh partisipan setelah didiagnosa stroke
hingga stress. Ketidakpercayaan atau dan harus berobat secara rutin , rehabilitas
penolakan merupakan dampak terhadap pasca stroke yaitu memiliki pandangan
suatu kehilangan. hidup yang positif, meningkatkan kualitas
Perubahan psikologis yang dirasakan spiritual , perilaku mengurangi keluhan
pasien marah, ketakutan, kesal, kecewa akibat stroke dan mencari informasi dalam
dan depresi, ada persamaan yang muncul mengatasi masalah.
dari perubahan psikologis ini yaitu Memiliki pandangan yang positif dimiliki
ketakutan dan stress14. Ketakutan yang oleh semua partisipan. Pada saat
dikemukakan pasien dalah takut tidak wawancara partisipan mengatakan selalu
dapat mengurus anak, suami dan cucunya memotivasi dirinya sendiri sehingga
lagi dan tidak mampu mencari nafkah semangat berobat , partisipan lain juga
untuk keluarga lagi. Ketakutan ini muncul mengatakan selalu berusaha dan ikhlas
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 13

menjalani semua pengobatan karena yakin sosial berupa dukungan keluarga dan
ada Allah yang selalu memberi dukungan lingkungan tempat tinggal.
kesembuhan. Partisipan lain mengatakan Menyatakan 15 bahwa keluarga adalah
dengan keikhlasan dan ketawakalan pada sekumpulan orang dengan ikatan
sang pencipta membuat dirinya lebih perkawinan, kelahiran dan adopsi yang
tenang dan sabar menhadapi penyakitnya. bertujuan untuk menciptakan,
Partisipan lainnya mengatakan dengan mempertahankan, budaya, dan
selalu berpikir positif diri mearasa meningkatkan perkembangan fisik, mental
mendapat energi yang luar biasa sehingga emosional, serta sosial dari tiap anggota
sangat semangat untuk sembuh. keluarga.
Cara mengatasi perubahan psikososial Dukungan dalam keluarga dapat diartikan
pada pasien stroke selanjutnya yaitu sebagai yang diberikan oleh anggota lain
dengan meningkatkan kualitas spiritual . kepada yang lain sehingga menimbulkan
Hasil penelitian ini menemukan makna kenyamanan fisik dan psikologis pada
baru yang diarasakan partisipan saat orang yang diharapkan pada saat stress 16
terkena penyakit stroke sampai saat ini. Dukungan yang dapat diberikan berupa
mengatakan spiritual adalah segala sesuatu empati dan perhatian terhadap seseorang
yang menyinggung tentang hubungan sehingga merasa membuatnya lebih baik,
manusia dengan sumber kekuatan hidup memperoleh kembali keyakinan, merasa
atau yang maha memiliki kekuatan; dimiliki dan dicintai di saat stress. Pada
Spiritual adalah suatu proses yang pada pasien stroke yang harus terapi yang
melewati batas tubuh atau fisik dan terus menerus dilakukan seumur hidup,
pengalaman energi universal, dimana kondisi ini dapat mempengaruhi seseorang
agama bisa menjadi bagian dari dalam mengendalikan emosi.
spiritualitas.14 Studi lain yang dilakukan oleh17
Partisipan lain mengatakan hikmah lain berdasarkan persepsi partisipan, klien yang
dari sakit stroke ini saya jadi makin sering mendapatkan dukungan akan dapat
berdzikir dan mengaji untuk mengingat meningkatkan kemampuan dalam
dosa-dosa saya bermuhasabah dan selalu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi
ingin bertobat sebelum ajal menjemput. sehingga pasien stroke tersebut dapat
Seseorang akan memperoleh manfaat yang optimal. Hal ini sejalan dengan pentingnya
besar ketika seseorang menggunakan peran anggota keluarga seperti pasangan
kepercayaannya sebagai kekuatan yang akan meningkatkan harga diri klien
dapat memberikan dukungan pada dibandingkan dengan klien yang tidak
kesehatannya15. Hal ini sesuai dengan apa memiliki dukungan primer dari orang
yang diungkapkan oleh salah satu terdekat yang akan menimbulkan perasaan
partisipan, dimana partisipan mengatakan tidak berharga dan putus asa17.
bahwa dengan lebih mendekatkan diri Hasil penelitian ini juga menunjukkan
pada Allah, yaitu dengan rajin sholat,selalu adanya dukungan yang didapatkan oleh
berdzikir dan menjalankan ibadah sunah pasien stroke adalah dukungan dari
lannya. pelayanan keperawatan. Sikap yang
ditunjukkan oleh perawat dalam penelitian
Tema 3 ; Faktor pendukung dan ini merujuk pada sikap dalam memberikan
penghambat dalam mengatasi pelayanan keperawatan yang berkualitas.
perubahan psikososial pasien Stroke Dimana partisipan mengatakan bahwa
Penelitian ini menunjukan dukungan pelayanan sudah baik, perawat bekerja
yang didapat pasien stroke adalah sudah maksimal, perawat tanggap,
dukungan dari anggota keluarga, dukungan membantu partisipan, perawat ramah, dan
dan supoort terhadap program perawat memberikan informasi dan
pengobatann yang dilakukan. Dukungan memberikan motivasi yang diperlukan.
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 14

Dukungan dari pemerintah yang berupa penelitian ini berupa tersedianya sarana-
dukungan financial dalam bentuk gratis saran pengobatan kesehatan bagi penderita
pengobatan dan jaminan kesehatan yang stroke di pelosok-pelosok desa karena
merupakan hal yang sangat penting bagi selama ini pasien yang berasal dari desa
pasien stroke yang dilakukan seumur mengalami kesulita dengan jarak tempuh
hidup tentu saja membutuhkan biaya yang yang cukup jauh dan itu membuat mereka
tidak sedikit. Dukungan ini bersifat nyata, yang dalam kondisi sedang sakit semakin
dimana dukungan berupa bantuan melelahkan. Perlu juga menyediakan
langsung. Dengan gratis pengobatan sarana alat transportasi untuk menjemput
diharapkan pasien stroke dapat terus pasien yang berada di tempat yang jauh
melakukan terapi ini. Dari hasil penelitian dan belum banyak kendaraan mobil umum
ini partisipan semuanya menggunakan untuk mengangkut sampai ke rumah sakit
BPJS untuk biaya pengobatan di kota.
Waktu pendaftaran dan pelayanan yang
lama sampai harus antri berjam-jam, SIMPULAN
kendaraan transportasi untuk menuju Berdasarkan hasil penelitian yang telah
rumah sakit yang sulit di cari , Waktu yang dilakukan pada 6 partisipan di Wilayah
lama untuk mengambil obat, jarak rumah Kerja RSU Kuningan Medical Center ,
sakit yang jauh. Semua kesulitan – maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
kesulitan diatas menajdikan pasien stroke berikut:
yang semakinlelah damn melemahkan 1. Gambaran perubahan psikososial
jasmani mereka. Secara psikologis mereka pasien stroke didapatkan adanya
menjadi malas dan tidak antuas untuk
perubahan yang dirasakan pasien
melanjutkan pengobatan. Hal ini akan
selama menjalani pengobatan yang
membuat pasien stroke mengalami stres
karena kondisi tersebut. terdiri dari: 1) perubahan fisik meliputi
kelemahan fisik, gangguan sirkulasi dan
Tema 4 : Harapan pasien stroke dalam gangguan kulit; 2) perubahan psikologis
mengatasi perubahan psikososial meliputi respon psikologis awal terkena
Menurut17 bahwa dukungan emosional penyakit stroke dan gangguan
adalah bentuk dukungan yang dapat emosional; 3) perubahan pola interaksi
membuat individu memiliki rasa nyaman , sosial meliputi perubahan aktivitas
yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sosial.
keluarga/orang lain sehingga individu 2. Persepsi pasien stroke tentang cara
dapat menghadapi masalah dengan baik . mengatasi perubahan psikososialnya
Dukungan ini sangat penting dalam dalam penelitian ini dilakukan dengan
menghadapi keadaan yang dianggap tidak cara pandangan hidup yang positif,
dapat dikontrol. meningkatkan kualitas spiritual, prilaku
Dukungan informasi juga mengurangi keluhan akibat penyakit
merupakan kebutuhan dari partisipan yang
stroke dan mancari sumber informasi
diharapkan dalam penelitian ini untuk
dalam mengatasi masalah.
mendapatkan informasi terkait
kesehatannya. Partisipan merasakan 3. Dari hasil penelitian ditemukan adanya
mendapatka informasi dari perawat hal yang mendukung dan menghambat
maupun petugas kesehatan lainnya namun cara mengatasi perubahan psikososial
belum secara jelas, akurat dan mudah pasien stroke . hal yang mendukung
dipahami. meliputi dukungan sosial, dukungan
Dukungan fasilitas kesehatan yang pelayanan keperawatan dan dukungan
optimal juga merupakan kebutuhan dari pemerintah. Sedangkan hal yang
partisipan yang di harapkan dalam menghambat dalam penelitian ini adala
rumah sakit yang jauh dari tempat
pasien sehingga pasien merasa lelah
saat harus berobat.
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 15

4. Harapan pasien stroke dalam mengatasi DAFTAR PUSTAKA


perubahan psikososial dalam penelitian Mendis, S. (2013). Stroke disability and
ini adalah adanya dukungan emosional,
dukungan informasi dan dukungan rehabilitation of stroke: World Health
fasilitas kesehatan yang optimal Organization perspective. International

SARAN Journal of Stroke, 8(1), 3–4.


1. Bagi Institusi Pedidikan STIKes Cirebon
Hasil penelitian ini diharapkan dapat American Stroke Association. 2013.
dijadikan bahan referensi untuk Physical challenges. Diakses tanggal 5
perpustakaan dan sebagai dasar bagi Mei 2015, dalam
penelitian selanjutnya tentang cara http://www.strokeassociation.org.
pasien stroke mengatasi perubahan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia. Jakarta: Departemen
Psikososial akibat pengobatan rutin Kesehatan Republik Indonesia.
yang lama dari penyakitnya stroke Badan Penelitian dan Pengembangan
2. Bagi Peneliti Lain Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan
Penelitian ini masih perlu menggali Dasar (RISKESDAS) 2013. Laporan
lebih banyak tema-tema perubahan Nasional 2013, 1–384. doi:1 Desember
psikososial dari pasien stroke agar lebih 2013
mendapat gambaran yang .Sherlock, P. L. (2009). Stroke in
komprehensip dan mendalam. DevelopingCountries: Epidemiology,
Impact and Policy Implications. School
Diharapkan peneliti lain dapat menggali of International Development
tema-tema perubahan psikososial University
tersebut Kernan, et al. 2014. American Heart

3. Bagi Praktik Keperawatan Association /American Stroke


Diperlukan pelayanan yang lebih baik,
terutama dalam hal pemberian asuhan Moleong, L. J. (2013). Metodologi
keperawatan, sehingga yang diberikan
Penelitian Kualitatif. (Edisi Revisi).
bukan hanya dari aspek fisik, namun
secara holistik dengan Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
mempertimbangkan aspek psikososial
dan spiritual.
Creswell, W. John. (2013). Research
4. Bagi Responden Design Pendekatan Kualitatif,
Bagi pasien stroke yang sudah dapat
mengatasi perubahan psikososial akibat Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta :
masa pengobatannya yang memakan Pustaka Pelajar.
waktu lama agar terus mengembangkan
kemampuan-kemampuan seperti
Komisi Nasional Etik Penelitian
memiliki pandangan hidup yang
Kesehatan, Dep. Kes.RI, Jakarta 2007
positif, meningkatkan kualitas spiritual
Pedoman Nasional Etik Penelitian
melalui ibadah dan pencerahan hati.
Kesehatan Suplemen III Jaringan
Semua kemampuan mental tersebut
Komunikasi Nasional Etik Penelitian.
sangat mempengaruhi percepatan
Afiyanti, Y.,& Rachmawati, I.N. (2014).
kesembuhan dan penyesuain pasien
dengan penyakitnya. Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam
Riset Keperawatan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 16
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) 2013. Laporan
Nasional 2013, 1–384. doi:1
Desember
2013
Kemenkes. (2012). Gambaran Penyakit
Tidak Menular di RS di Indonesia
2009 dan 2010.
Misbach, J., Tobing, L., Ranakusuma,
T.A.S., Suryamiharja, A., Harris, S.
&
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 17
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 18

Bustami, M. (2004). Guideline Stroke 2004, Kelompok Studi


Serebrovaskuler
Young. C Koopsen (2007 ) . Spiritualitas, Kesehatan, dan Penyembuhan
Potter. P.A &Perry . A. G (2010 ). Fundamental of nurshing: Fundamental
Keperawatan( edisi 7 ) (Andriana Frederica Nggi& Marina Albar), Jakarta:
SalembaMedika
Pinzonzon, R. (2010). Awas Stroke. Yogyakarta: Andi Offset., R. (2010).
Awas Stroke. Yogyakarta: Andi Offset
Sobirin, C., Husna, E. & Sulistyawan, A. (2014). Hubungan Peran Keluarga
Dalam Memotivasi Pasien Pasca Stroke Dengan Kepatuhan Penderita
Mengikuti Rehabilitasi Di Unit
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 19

STUDI FENOMENOLOGI PENGALAMAN PASIEN


STROKE DALAM MENGATASI PERUBAHAN
PSIKOSOSIAL DI RSU KUNINGAN MEDICAL CENTER

Diana Nurdianti

Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu


Kesehatan Cirebon

diananurdianti22@gmail.com

Abstrak
Pasien Stroke akan mengalami perubahan psikososial yang dapat menimbulkan
dampak pada semua aspek kehidupan seseorang. Dampak yang sering muncul,
kekacauan emosional,kesakitan dan masalah psikososial seperti penurunan kualitas
hidup, cemas dan stress mengahadapi situasi lamanya rawat inap, isolasi sosial
karena tidak berdaya, putus asa menjalani pengobatan dan rehabilitasi sering putus
asa Tujuan penelitian ini untuk menggali pengalaman pasien stroke tentang
perubahan psikososial dan bagaimana caranya pasien mengatasi perubahan tersebut
di RSU Kuningan Medical Centre . Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Sampel dipilih dengan tekhnik purposive
sampling. Data wawancara dianalisa dengan metode Collaizi. Hasil didapatkan dengan
wawancara mendalam terhadap 6 partisipan yang terdiri dari 4 perempuan dan 2
laki-laki, usia 52 – 72 tahu dengan lama menjalani pengobatan stroke 1 – 2 tahun.
Hasil penelitian didapatkan 4 tema yaitu: 1) perubahan yang dirasakan pasien stroke ;
2) cara mengatasi perubahan psikososial pasien stroke ; 3) faktor pendukung dan
penghambat dalam mengatasi perubahan psikososial pasien stroke; 4) faktor
pendukung dan penghambat dalam psikososial. Saran sebaiknya dalam pemberian
asuhan keperawatan, yang diberikan bukan hanya dari aspek fisik, namun secara
holistik dengan mempertimbangkan aspek psikososial dan spiritual.

Kata kunci : Pengalaman pasien Stroke , Perubahan Psikososial , Stroke.

Abstract
Stroke patients will experience psychosocial changes that can have an impact on all
aspects of a person's life. The impact that often appears, emotional turmoil, pain and
psychosocial problems such as decreased quality of life, anxiety and stress in dealing
with situations of lengthy hospitalization, social isolation due to helplessness,
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 20

hopelessness undergoing treatment and rehabilitation, often giving up psychosocial


changes and how patients cope with these changes at RSU Kuningan Medical Center.
This research uses qualitative research methods with a phenomenological approach.
The sample was selected by purposive sampling technique. Interview data were
analyzed using the Collaizi method. The results were obtained by in-depth interviews
with 6 participants consisting of 4 women and 2 men, aged 52-72 years with a
duration of treatment for stroke of 1-2 years. The findings yield four themes: First,
changes felt by stroke patients; Second, how to deal with the psychosocial changes of
stroke patients; Third, supporting and inhibiting factors in overcoming psychosocial
changes in stroke patients and; Fourth, supporting and inhibiting factors in

psychosocial. Suggestions in providing nursing care, which are given not only from
the physical aspect, but holistically by considering the psychosocial and spiritual
aspects.

Keywords: Stroke patient experience, Psychosocial Change, Stroke

PENDAHULUAN
Stroke merupakan salah satu sebanyak 5 juta orang dan 5 juta
penyakit yang paling menakutkan orang lainnya mengalami
karena dapat berakibat fatal baik kecacatan permanen.
kematian atau disabilitas jangka Data2 menyatakan, bahwa
panjang. Berdasarkan data World di Amerika serikat sekitar 795.000
Health Association 1
Stroke orang mengalami stroke setiap
menduduki urutan kedua penyebab tahunnya, dimana
kematian setelah penyakit jantung 610.000 orang mendapat serangan
iskemik. Terdapat sekitar 15 juta stroke untuk pertama kalinya dan
orang menderita stroke setiap 185.000 orang dengan serangan
tahun. Diantaranya stroke berulang. Diantaranya lebih
diketemukannya jumlah kematian dari 140.000 orang meninggal
pertahun. Data tersebut
menunujukan bahwa setiap 4
menit
Vol.02No.02MyCampaignJournal|2

didapati satu orang meninggal akibat untuk menggali lebih dalam tentang
stoke. pengalaman pasien stroke dalam mengatasi
Di Indonesia stroke merupakan perubahan psikososial. Hal ini sesuai
pembunuh nomor tiga dengan angka dengan teori Calista Roy, yaitu mengkaji
mortalitas sebesar 138.268 (9,7 % ) 3 kemampuan adaptasi pasien dan perawat
Yayasan Stroke Indonesia menyatakan sehingga membantu pasien untuk
masalah stroke semakin penting dan beradaptasi terhadap perubahan termasuk
mendesak karena jumlah penderita stoke di perubahan psikososial yang terjadi pada
Indonesia terbanyak dan menduduki urutan diri pasien pada pasien. Penelitian tentang
pertama di Asia . Berdasarkan diagnosis psikososial pada pasien stroke di Indonesia
tenaga kesehatan atau gejala prevelensi pada umumnya dilakukan dengan metode
stroke di Indonesia sebesar 12,1 % per mil. kuantitatif, berdasarkan alasan tersebut
Angka kejadian akan bertambah seiring peneliti justru tertarik untuk melakukan
dengan bertambahnya umur dimana kasus penelitian kualitatif dengan menggunakan
tertinggi berada pada umur lebih atau sama tekhnik fenomenologi. Pendekatan
dari 75 tahun 4 fenomenologi diperoleh agar dapat
Penyakit telah menjadi masalah memperoleh informasi yang mendalam,
kesehatan yang merupakan penyebab terperinci, dan alamiah dari partisipan
utama kecacatan pada usia dewasa yang tentang persepsi, pendapat dan perasaan
disertai dengan konseksuensi yang terdapat yang tersirat ( insight ) dari realitas,
bagi individu dan keluarga. Perawatan pengalaman mengatasi perubahan
stroke sangat sering membutuhkan waktu psikososial pada pasien stroke.
yang lama dan sangat membebankan
secara ekonomi, kehidupan sosial, dan
emosional 5 Sekitar 50% pasien pasca METODOLOGI PENELITIAN
stroke mengalami kehilangan fungsi alat Penelitian ini menggunakan metode
gerak apartial maupun komplit, 30 % tidak kualitatif dengan pendekatan
mampu berjalan tanpa bantuan, 46% fenomenologi yang bertujuan untuk
mengalami gangguan kognitif, 26% mendapatkan gambaran tentang
mengalami ketergantungan dalam pengalaman hidup yang dilihat dari sudut
melakukan aktifitas sehari-hari, 35% pandang orang yang diteliti serta untuk
mengalami depresi, dan 19% afasia 6 menggali dan memahami pengalaman
Perubahan-perubahan psikososial hidup yang dijalani 7 Menurut8 peneliti
pada pasien pasca stroke yang tidak kualitatif berupaya untuk mengeksplorasi
teratasi dengan baik akan berpengaruh atau menggali, menggambar atau
terhadap kualitas hidup, lama rehabilitasi mengembangkan pengetahuan sesuai
stroke, biaya perawatan yang semakin kenyataan yang dialami seseorang. Dalam
tinggi dan kematian. Selain itu perubahan penelitian ini pendekatan kualitatif
psikososial juga dapat berhubungan digunakan untuk mengeksplorasi
dengan morbiditas, mortalitas, umur yang pengalaman mengatasi perubahan
pendek bahkan upaya bunuh diri. psikososial pasien stroke dalam mengatasi
Melihat adanya faktor resiko dari perubahan psikososial di RSU Kuningan
dampak akibat perubahan psikososial Medical Center. Pendekatan ini memberi
berdasarkan hasil lietratur secara kuantitafi peluang bagi pasien untuk berbagi
pada pasien stroke, perlu mendapat pengalamannya selama menjalani
perhatian perawat karena berpengaruh pengobatan dan rehabilitasi pasca stroke
pada kualitas hidup pasien. Sehingga perlu berdasarkan perspektif individual. Oleh
dilakukan wawancara mendalam terkait karena itu pendekatan fenomenologis
pengalaman masing –masing pasien untuk deskriptif merupakan pendekatan yang
meningkatkan kualitas hidup. Tujuannya paling sesuai untuk penelitian ini.
Vol.02No.02MyCampaignJournal|3

Pengumpulan data dilakukan data Pertimbangan etika dalam penelitian yang


dilakukan di kota Cirebon pada tanggal 20 dilakukan merujuk kepada Komisi
Oktober S.D 5 Nopember 2020 di RSU Nasional Etik Penelitian Kesehatan9 yang
Kuningan Medical Centre menerapkan tiga prinsip yaitu
Tekhnik pengumpulan data yang menghormati harkat dan derajat manusia
digunakan dalam penelitian ini adalah dan bebas paksaan (autonomy),
wawancara terhadap partisipan yaitu 6 kemanfaatan ( beneficience ), dan keadilan
pasien stroke yang mengalami perubahan ( justice )
psikososial di RSU Kuningan Medical Analisi data dilakukan selama atau
Center . Tujuan wawancara mendalam bersamaan dengan proses pengumpulan
terhadap pasien stoke untuk meningkatkan data berlangsung ( ongoing analysis ).
realibilitas dan validitas data yang Selain itu analisi juga dilakukan secara
dikemukakan pasien stoke.Sedangkan interaktif, yaitu sejak turun ke lapangan
tekhnik pemilihan dengan purposive hingga pengolahan data akhir yang
sampling atau judgment sampling. dilakukan secara berulang. Analisis yang
Purposive sampling merupakan tekhnik dilakukan adalah conten analysis. Analisis
pemilihan sampel dengan berorientasi pada terdiri dari 3 kegiatan, yaitu: reduksi data,
kriteria dan tujuan penelitian. Partisipan penyajian data, dab menarik kesimpulan
diseleksi atau dipilh secara sengaja karena (verifikasi )
memiliki pengalaman yang sesuai dengan
fenomena yang diteliti dan bersedia HASIL
menceritakan pengalaman yang sesuai Penelitian ini menghasilkan 4 tema
dengan fenomena yang diteliti dan utama yang memberikan suatu gambaran
bersedia menceritakan pengalaman atau fenomena pengalaman pasien stroke
tersebut pada orang lain. 8
dalam mengatasi perubahan psikososial
Instrumen penelitian yang yaitu perubahan yang dirasakan pasien
digunakan pedoman wawancar mendalam stroke, cara mengatasi perubahan
yang berisi daftar pertanyaan-pertanyaan psikososial pasien stroke, faktor
terbuka. Hal ini untuk memastikan penghambat dan pendukung dalam
informasi yang diperoleh dari sejumlah mengatasi perubahan psikososial pasien
partisipan dengan materi yang sama, stroke, dan harapan pasien stroke dalam
sehingga dapat memanfaatkan mengatasi perubahan psikososial.
keterbatasan waktu, dan dapat menentukan
informasi yang akan digali lebih Tema 1 : Perubahan yang dirasakan
mendalam. Sebagai alat bantu digunakan pasien stroke
tape recorder dan catatan lapangan. Terbagi menjadi 3 sub tema yaitu
Upaya meningkatkan kesahihan data perubahan fisik, perubahan psikologis
dalam penelitian ini dilakukan dengan: 1) perubahan pola interaksi
type partisipan yang berbeda yakni jenis Sub tema dari perubahan fisik : kelemahan
kelamin laki-laki dan perempuan,; 2) fisik,diperoleh dari ungkapan masing-
melakukan member- check terhadap masing partisipan pasien stroke yaitu
partisipan untuk maturasi dan kedalaman gangguan motorik sekujur tubuh terasa
informasi yang diberikan. Proses member- seperti lemas dan susah digerakkan, ,tidak
chek dilakukan dengan memberi umpan seimbang ketika berjalan , berbicara
balik hasil wawancara di waktu yang menjadi cadel, sering kesemutan, tangan
berbeda dengan tujuan untuk maturasi dan kaki terasa kaku sebelah dan nyeri ”
informasi. Perubahan fisik tergambar dalam
Penelitian ini menggunakan prinsip- pernyatan 5 partisipan, bahwa sejak stroke
prinsip etika penelitian, sehingga tidak terjadi perubahan fisik yang paling
menimbulkan dampak negatif. dirasakan adalah menurunkan fungsi-
Vol.02No.02MyCampaignJournal|4

fungsi anggota tubuh yang biasanya berdaya10


mudah digerakan untuk melakukan Perubahan psikologis selanjutnya yang
aktivitas sehari-hari seperti pernyataan terjadi pada partisipan adalah adanya
berikut: perasaan nelangsa, menyesal, takut , dan
“Sebelum terkena stroke saya saya bebas depresi ( down ) merasa tidak menyangka
dan berfikir tidak ada harapan hidup
menggerakan tangan dan kaki untuk lagi.Perubahan psikologis selanjutnya adalah
mengerjakan pekerjaan rumah memasak, respon gangguan psikologis yang ditunjukan
oleh pasien adalah adanya perubahan
mencuci, bebersih rumah ( P1 ) emosional berupa respon mudah sedih,
mudah marah, mudah tersinggung dan lebih
“ Saya sudahtidak mampu lagi berbicara sensitif , mudah

dengan jelas lancar lagi..bicara jadi cadel


dan ini sangat menyulitkan saya dalam
berkomunikasi (P2) dengan orang lain

“Saya mngalami kesulitan berjalan semua


terasa kaku dan ini yang sangat
merepotkan orang-orang dirumah (P3)

“ Saya juga jadi segan malu untuk keluar


rumah ada rasa enggan dan malu dengan
kondisi badan yang seperti ini mulut
mengo (P3 )

“ Sekarang say sering pusing dikepala dan


sangat pening ( P4 )

“ Dengan kondisi yang serba tidak dapat


bergerak seperti dahulu membuat say
merasa terbelenggu dan sulit berinteraksi
(P5 )

Dari hasil wawancara dengan partisipan


didapatkan bahwa terdpat perubahan fisik
dan perubahan mental akibat perubahan
fisik yang dialami oleh penderita stroke
diantaranya kelumpuhan, gangguan indra
rasa, gangguan dalam beraktivitas
sedangkan perubahan mental seperti
gangguan daya pikir, kesadaran,
konsentrasi, gangguan dalam
berkomunikasi, dan gangguan emosional
berupa marah, sedih dan merasa tidak
Vol.02No.02MyCampaignJournal|5
sekali menjadi nelangsa. Hal ini “ Saya sudah tidak bisa lagi berkumpul
dijelaskan oleh Black dan Hawk10 yang
menyatakan bahwa gangguan psikologis dengan teman-teman pengajian karena
ini terjadi akibat karena stress akibat kaki ini sulit diajak berjalan jauh, sekaang
kondisi penyakit kronik yang dialami
serta penatalaksanaan seperti pengobatan saya meminta anak saya mewakili saja
stroke dan reahabilitasi pasca stroke dan kadang beberapa teman pengajian
yang harus dilakukan secara
berkepanjangan bertahun-tahun dengan
perubahan fisik yang menyertainya.
Beberapa perilaku yang umumnya
mejadi stressor adalah perasaan tidak
berdaya, tidak berguna, pengobatan yang
seumur hidup, perubahan body image.
Sub tema selanjutnya adalah
subtema ketiga yaitu adanya perubahan
interaksi sosial pola interaksi sosial yang
dialami oleh partisipan sejak terdiagnoda
penyakit stroke dan harus menjalani
pengobata rutin yang cukup lama.
Perubahan tersebut adalah perubahan
aktifitas sosial yang terdiri dari
penurunan frekuensi bersoialisasi, tidak
bekerja lagi, tidak berkumpul dengan
jamaah pengajian, tidak bebas
bersosialisasi , membatasi berpergian
takut jatuh dan merepotkan banyak
orang, berkurang peran dalam keluarga
sebagai pencari nafkah.
Katagori penurunan frekuensi
bersosialisasi tergambar dalam
pernyataan
5 orang partisipan, bahwa semenjak
pengobatan penyakit stroke telah terjadi
perubahan aktivitas sosial yang paling
dirasakan adalah penurunan frekuensi
bersosialisi partisipan
Seperti pada pernyataan berikut ini
“ Sekarang saya tidak berani jalan-jalan
jauh lagi paling sekiar halaman dan
sampai beberapa rumah tetangga
terdekat saja. (P1, P3, P4 )

“ Untuk interaksi dengan keluarga besar


saya hanya bisa menunggu mereka
datang saja, paling sering ya berkumpul
dengan keluarga sendiri ada anak dan
cucu yang di rumah ( P1, P5 )
Vol.02No.02MyCampaignJournal|6

mengadakan pengajian kecil dirumah “Saya jalani semua pengobatan ini


untuk mendoakan saya. (P2,P5 ) dengan semangat dan berpikir positif saya

Untuk melakukan interaksi yang lebih jauh pasti akan sembuh ( P2,P3)
menjadi terbatas , namun menurut
beberapa pengakuan partisipan mereka “ Saya yakin dibalik ujian penyakit ini
dapat bersosialisasi dengan lingkungan
akan akan hikmah besar yang Allah
baru, seperti melakukan interaksi sosial
dengan tetangganya lebih intensif dari kasih...saya tidak mau menyerah apalagi
sebelumnya karena selama sehat selalu
sibuk bekerja jarang berinteraksi dengan down (P1,P2, P5 )
tetangga sekitar. Partisipan juga
menceritakan dengan rutin berobat Subtema selanjutnya yang dilakukan
penyakit stroke ke rumah sakit memiliki oleh partisipan adalah meningkatkan
interaksi sosial yang baru yaitu dengan kualitas spiritual. Perilaku tersebut terbagi
sesama penderita stroke, keluarga pasien menjadi 4 kategori yaitu berdoa, bedzikir,
stroke, para medis dan karyawa rumah sholat dan ibadah lainnya, mengikuti
sakit non medis lainnya. kajian islami
Gangguan mobilitas /berpergian Subtema selanjutnya yang dilakukan
didapatkan pada penelitian ini . Semua oleh partisipan dalam mengatasi perubahan
partisipan dalam penelitian ini menjalani psikososial adalah mencari sumber
pengobatan stroke seminggu sekali apalagi informasi. Terdapat 5 kategori yang
yang harus menjalani rehabilitasi pasca diperoleh dari pernyataan partisispan ,
stroke bisa seminggu 2 kali , sehingga diantaranya adalah: sumber informasi dari
partisipan tidak dapat berpergian lebih dari perawat, keluarga, teman, dokter dan
3-4 hari. media sosial. Kategori pertama adalah dari
dokter. Seperti yang diungkapkan oleh
Tema 2 : Cara mengatasi perubahan partisipan berikut ini:
psikososial pasien Stroke “ Setiap saya berobat pasti saya
Cara mengatasi perubahan
psikososial yang dilakukan partisipan manfaatkan untuk bertanya pada dokte
selama menjalani pengobatan dan tentang kpenyakit saya denga keluhan-
rehabilitasi pasca stroke didapatkan 4
subtema yang terdiri dari pandangan hidup keluhannya..biasanya dokter akan
yang positif, meningkatkan perilaku menjelaskan juga cara menjalani pola
beribadah, mengurangi keluhan akibat
stroke dan selalu mencari informasi dalam hiup sehat yang mendukung
mengatasi masalah. Pandangan hidup yang
positif diperoleh dari 5 katagori yaitu penyembuhan penyakit stroke “ (P1,P2,
semangat, berpikir positif, sabar, ikhlas P3, P6 )
dan pasrah.
Terdapat 3 partisipan yang
“ Kebetulan cucu saya seorang dokter
menyatakan cara mengatasi perubahan
dalam dirinya dengan selalu memilki juga jadi pada saat main ke rumah saya
pandanag yang positif dengan memotivasi
diri sendiri melalui pikiran yang positif banyak mendapat informasi tentang
dan tetap optimis pasti akan sembuh penyakit stroke dan meyarankan
dengan tetap selalu berdoa. Seperti yang
diungkapkan oleh partisipan beberapa gerakan ringan untuk
mengaktifkan otot dan syaraf yang
melatih gerak kita ( P4, )
Vol.02No.02MyCampaignJournal|7
Pada saat wawancara partisipan
mengatakan selalu menjalan ibadah
karena dengan rajin menjalan ibadah
seperti sholat,berdzikir batinnya menjadi
sangat tenang, keimanannya meningkat
seiring dengan perasaan yang sangat
tentram dan pasrah menjalani kehidupan.
Partisipan lainnya mengatakan denga
lebih tekun beribadah dan mendekatkan
diri Allah dia merasa Allah sangat
menyayanginya dan selalu melindungi
dari segala kegelisahan dari sakitnya.
Vol.02No.02MyCampaignJournal|8

Cara mengatasi perubahan psikososial didapat pasien stroke dalam menghadapi


pasien stroke lainnya dengan cara perubahan psikososial.
mengurangi keluhan akibat stroke. . Dari ungkapan partisipan
Seperti yang diungkapkan oleh partisipan
bahwa dengan melatih menggerakan diperoleh sub-sub tema yaitu dukungan
tangan dan kakinya agar terangsang syaraf
sosial , dukungan pelayan keperawatan
motoriknya, berjalan perlahan-lahan dipagi
hari sambil ditemani anak dan cucu yang dan dukungan pemerintah. Pada
selalu menghibur. Untuk megurangi
kebosanan karena tidak bisa kemana-mana dukungan sosial sosial didapatkan 2
saya juga sering melihat acara televisi kategori yaitu dukungan keluarga dan
seperti komedi hati jadi terhibur dan
merasa sehat lagi. Partisipan lain dukungan lingkungan tempat tinggal.
mengungkap untuk mengurangi keluhan
Seperti yang diungkapkan partisipan
rasa sakit akibat stroke saya selalu
mengikuti anjuran dari dokter dan minum sebagai berikut ini: “ Suami sangat
obat secara teratur.
Dalam upaya untuk memenuhi membantu saya dan memberikan
kebutuhan akan informasi, dalam hal ini dukungan moril untuk tetap semangat
untuk meningkatkan kesehatan , partisipan
berusaha mencari sumber informasi untuk berobat. Demikian juga dengan anak dan
mengatasi masalah baik itu dari dokter,
menantu saya tidak pernah memenuhi
perawat, keluarga, tetangga, internet .
Seorang partisipan yang tinggal di desa semua kebutuhan saya “ ( P1,P2,P3, P5 )
bertanya juga pada bidan dan mantri desa.
Dari perilaku partisipan dalam mencari “ Alhamdulillah keluarga dan lingkungan
infomasi untuk mengatasi perubahan –
perubahan yang terjadi pada diri sekitar selalu memberikan semangat dan
menunjukan bahwa partisipam secara
motivasi ( P4 )
mandiri mencari informasi dengan
berinisiatif bertanya pada dokter, perawat,
keluarga, teman bahkan teman maupun “ Lingkungan tempat tinggal saya mereka
mencari informasi melalui buku, internet
sering menayakan keadaan saya dan
penyakitnya. Selain partisipan mencari
sendiri keluarganya yaitu anak, sering berkunjung memberi motivasi
pasangannya dan cucu ikut mencarikan
informasi terkait dengan masalah untuk sembuh agar bisa ikut kegiatan-
penyakitnya. kegiatan di kampung (P2,P4, P6 )

Tema 3 ; Faktor pendukung dan


“ Suami saya paling rajin dan setia
penghambat dalam mengatasi
menerima saya berobat untuk
perubahan psikososial pasien Stroke
membesarkan hati saya agar yakin bisa
Tema faktor pendukung dan penghambat
sembuh ( P1, P6 )
dalam mengatasi perubahan psikososial
pasien stroke diperoleh 2 subtema yaitu Sub-sub tema selanjutnya
adalahdukungan pelayanan keperawatan.
faktor pendukung dan faktor penghambat. Kategori yang didapatkan adalah
pelayanan yang baik dan ramah, sangat
Sub tema pertama yaitu faktor pendukung
perhatian, selalu memotivasi, selalu
diperoleh dari ungkapan partisipan yang menjelaskan pertanyaan seputar masalah
pasien stroke,
menggambarkan bentuk dukungan yang Sub – sub tema selanjutnya adalah
Vol.02No.02MyCampaignJournal|9
dukungan dri pemerintah. Kategori yang
didapatkan adalah Pengobatan gratis dari
bantuan pemerintah melalui desa dan
jaminan kesehatan ( BPJS ). Seperti
yang diungkapkan partisipan berikut ini :
“ Saya menjalani pengobatan dengan
menggunakan jaminan kesehatan dari
pemerintah ( P2, P4 )” “Saya merasa
terbantu sekali dengan adanya bantuan
fasilitas BPJS dari pemerintah yang
disalurkan oleh desa ( P5, P6 )”

Sub tema kedua adalah faktor


penghambat diperoleh dari ungkapan
masing-masing partisipan
yang
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 10

menggambarkan hambatan pasien dalam sehingga dapat membangkitkan semangat.


mengatasi perubahan psikososial yang Selain perlunya support dari semua orang
dirasaannya. Dari ungkapan partisipan terdekat, partisipan juga membutuhkan
diperoleh sub-sub tema yaitu waktu adanya dukungan informasi, secara
pelayanan yang lama, kendaraan lengkap , jelas dan mudah dipahami
transportasi, pendaftaran untuk berobat dibutuhkan oleh partisipan dalam
yang antri lama, jarak rumah sakit yang
jauh. Seperti yang diungkapkan beberapa
partisipan berikut :
“ Kalau mau berobat saya kesulitan
mendapatkan kendaraan umum karena
susah sampai harus menyewa mobil untuk
mengantar saya ke rumah sakit “ (P2, P6)
“Waktu pelayan yang lama membuat saya
jadi malas sendiri “ (P3)

“ Jarak rumah saya ke rumah sakit


lumayan jauh sehingga saya dan suami
mengalami kesulitan, apalagi dengan
kondisi saya yang seperti ini...jadi semakin
lelah ( P1,P4 )

“ Antrian pendaftaran dan dipanggil


dokter cukup panjang membuat saya
sedang sakit semakin lelah”

Dukungan atau support untuk mengatasi


perubahan psikososial pasien stroke
teridentifikasi 1 sub tema faktor
pendukung dan 1 sub tema faktor
penghambat.

Tema 4 : Harapan pasien stroke dalam


mengatasi perubahan psikososial
Berdasarkan tujuan khusus penelitian
keempat yaitu : harapan pasien stroke
dalam mengatasi perubahan psikososial,
terungkap bahwa partisipan membutuhkan
dukungan emosional, dukungan informasi
dan dukungan fasilitas kesehatan.
Dukungan emosional yang dibutuhkan
oleh partisipan adalah perhatian dan
support dari angggota keluarga, orang-
orang dilingkungan tempat tinggalnya
seperti tetangga, jamaah majlis taklim
yang diikui pasien sebelumnya yang dapat
memberikan pencerahan dengan tausiah
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 11
penelitian ini. Adapun informasi yang bahwa respon psikologis dialami oleh
dibutuhkan oleh partisipan berupa materi semua partisipan, terutama diawal pasien
peningkatan kesehatan, seperti kasus dinyatakan mengalami serangan stroke dan
penyakit, dan bagaimana mengatasi harus menjalani pengobatn secara rutin
masalah yang dihadapi oleh pasien dan menjalani rehabilitasi pasca stroke,
stroke, berikut ungkapan partisipan: melihat dari lamanya pasien menjalani
“ Saya membutuhkan sekali penjelasan pengobatan stroke, respon pikologis awal
dari pasien stroke dari masing-masing
mengapa saya sulit melatih tangan dan partisipan sangat bervariasi , tergantung
kaki untuk bergerak” ( P2, P5, P6 ) dari mekanisme koping yang dilakukan. :
1.
“ Beberapa orang memberitahu
makanan apa saja yang harus saya
hindari..tetapi saya jadi bingung ketika
dokter tidak menjelaskan mengapa
harus dihindari” saya butuh informasi
yang akurat dan mudah dipahami “ (P1,
P3 )

“ Saat saya pertama kali mendapat


serangan stroke sulit mendapat
informasi harus kemana meminta
pertolongan pertama “ Sebagian
perawat dan petugas hanya
memberikan obat-obat ringan.( P4)

PEMBAHASAN
Tema 1 : Perubahan yang dirasakan
pasien stroke

Respon psikososial pada penderita stroke


akibat perubahan fisik adalah merasa
terasing dari orang-orang dan mereka
memiliki persepsi bahwa dirinya tidak
berguna lagi, karena hidup mereka lebih
banyak bergantung pada orang lain.13
Penderita mengalami keterbatasan dalam
melakukan kontak sosial, tidak mau
bersosialisasi dan perubahan peran di
masyarakat. Penderita tidak bisa
bersosialisasi dengan orang lain seperti
dulu karena merasa malu dengan
kondisinya yang tidak mampu
melakukan berbagai aktivitas.
Pada sub tema perubahan
psikologis, penelitian ini menunjukan
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 12

respon awal psikologis, gangguan akibat penderitaan fisiknya yang sudah


emosional spt kaget, shock, kasihan ,tidak sulit mengerakan anggota-anggota tubuh
percaya, bingung kesal, sedih, menyesal, yang sangat menompang aktifitas
takut dan depresi, 2. Respon gangguan bergeraknya seperti tangan, kaki dan mulut
psikologis yang dituntukan pasien adanya yang sulit berbicara dengan jelas ( cadel ).
perubahan emosional berupa respon Ditambah lagi masa pengobatan dan
mudah marah, sensitif rehabilitasi pasca stroke yang lama
Sub tema perubahan pola interaksi sosial menambah ketakutan partisipan menjadi
yang dialami oleh pasien sejak terdiagnosa lama tidak berkarya untuk melanjutkan
penyakit stroke. Perubahnnya meliputi hidup yang bermanfaat untuk keluarga.
penurunan freukensi aktivitas sosial, takut Perubahan dalam interaksi sosial
berpergian, berkurangnya peran dalam dirasakan partisipan sangat berpengaruh
keluarga dan masyarakat. Namun pada perannya sebagai anggota
berdasarkan hasil wawancara, peneliti masyarakat sosial dalam kehidupan sehari-
menyimpulkan bahwa respon psikologis hari. Peran adalah serangkaian
sangat dirasakan pada ahun pertama pola,sikap,perilaku, nilai dan tujuan yang
menjalani pengobatan stroke walau diharapkan masyarakat14, dihubungkan
partiispan lain mengalami hingga tahun dengan fungsi individu didalam kelompok
kedua. Hal ini sesuai dengan pendapat sosialnya. Peran memberikan sarana untuk
KAGAN13dimana dikatakan fase “honey berperan dalam kehidupan sosial dan
moon “ terjadi pada tahun pertama klien menguji identitas dengan memvalidasi
menjalani pengobatan sroke. Respon pada orang yang berarti.
psikologis terjadi akibat rasa kehilangan Pasien stroke mengalami
akan kesehatanna yang optimal, perubahan interaksi sosial yang
kehilangan kemampuan dan kelincahannya sebelumnya aktif beraktifitas diluar rumah
dalam bergerak dan menjadi tergantung seperti bekerja ke kantor, ke pasar, majlis
pada orang lain dan alat-alat bantu untuk taklim namun setelah mengalami stroke
bergerak seperti tongkat, kursi roda aktivitas pasien menjadi terbatas , pasien
sepanjang sisa hidupnya. lebih banyak didalam rumah.Sehingga
Hasil penelitian ini menunjukan pola interaksi sosial juga berubah, . Pasien
bahwa terdapat berbagai variai respon lebih banyak bersosialisasi dengan
psikologis pada saat pertama kali tahu lingkungan sekitar rumah.
dirinya terkena stroke dan harus menjalani
serangkaian pengobatan hingga rehabilitasi Tema 2 : Cara mengatasi perubahan
pasca stroke. Respon psikologis partisipan psikososial pasien Stroke
dalam penelitian ini sesuai dengan konsep Pada peneliitian ini menemukan makna
berduka13 yaitu shock, kaget, sedih, baru cara mengatasi perubahan-perubahan
bingung, merasa tidak berguna, bingung oleh partisipan setelah didiagnosa stroke
hingga stress. Ketidakpercayaan atau dan harus berobat secara rutin , rehabilitas
penolakan merupakan dampak terhadap pasca stroke yaitu memiliki pandangan
suatu kehilangan. hidup yang positif, meningkatkan kualitas
Perubahan psikologis yang dirasakan spiritual , perilaku mengurangi keluhan
pasien marah, ketakutan, kesal, kecewa akibat stroke dan mencari informasi dalam
dan depresi, ada persamaan yang muncul mengatasi masalah.
dari perubahan psikologis ini yaitu Memiliki pandangan yang positif dimiliki
ketakutan dan stress14. Ketakutan yang oleh semua partisipan. Pada saat
dikemukakan pasien dalah takut tidak wawancara partisipan mengatakan selalu
dapat mengurus anak, suami dan cucunya memotivasi dirinya sendiri sehingga
lagi dan tidak mampu mencari nafkah semangat berobat , partisipan lain juga
untuk keluarga lagi. Ketakutan ini muncul mengatakan selalu berusaha dan ikhlas
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 13

menjalani semua pengobatan karena yakin sosial berupa dukungan keluarga dan
ada Allah yang selalu memberi dukungan lingkungan tempat tinggal.
kesembuhan. Partisipan lain mengatakan Menyatakan 15 bahwa keluarga adalah
dengan keikhlasan dan ketawakalan pada sekumpulan orang dengan ikatan
sang pencipta membuat dirinya lebih perkawinan, kelahiran dan adopsi yang
tenang dan sabar menhadapi penyakitnya. bertujuan untuk menciptakan,
Partisipan lainnya mengatakan dengan mempertahankan, budaya, dan
selalu berpikir positif diri mearasa meningkatkan perkembangan fisik, mental
mendapat energi yang luar biasa sehingga emosional, serta sosial dari tiap anggota
sangat semangat untuk sembuh. keluarga.
Cara mengatasi perubahan psikososial Dukungan dalam keluarga dapat diartikan
pada pasien stroke selanjutnya yaitu sebagai yang diberikan oleh anggota lain
dengan meningkatkan kualitas spiritual . kepada yang lain sehingga menimbulkan
Hasil penelitian ini menemukan makna kenyamanan fisik dan psikologis pada
baru yang diarasakan partisipan saat orang yang diharapkan pada saat stress 16
terkena penyakit stroke sampai saat ini. Dukungan yang dapat diberikan berupa
mengatakan spiritual adalah segala sesuatu empati dan perhatian terhadap seseorang
yang menyinggung tentang hubungan sehingga merasa membuatnya lebih baik,
manusia dengan sumber kekuatan hidup memperoleh kembali keyakinan, merasa
atau yang maha memiliki kekuatan; dimiliki dan dicintai di saat stress. Pada
Spiritual adalah suatu proses yang pada pasien stroke yang harus terapi yang
melewati batas tubuh atau fisik dan terus menerus dilakukan seumur hidup,
pengalaman energi universal, dimana kondisi ini dapat mempengaruhi seseorang
agama bisa menjadi bagian dari dalam mengendalikan emosi.
spiritualitas.14 Studi lain yang dilakukan oleh17
Partisipan lain mengatakan hikmah lain berdasarkan persepsi partisipan, klien yang
dari sakit stroke ini saya jadi makin sering mendapatkan dukungan akan dapat
berdzikir dan mengaji untuk mengingat meningkatkan kemampuan dalam
dosa-dosa saya bermuhasabah dan selalu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi
ingin bertobat sebelum ajal menjemput. sehingga pasien stroke tersebut dapat
Seseorang akan memperoleh manfaat yang optimal. Hal ini sejalan dengan pentingnya
besar ketika seseorang menggunakan peran anggota keluarga seperti pasangan
kepercayaannya sebagai kekuatan yang akan meningkatkan harga diri klien
dapat memberikan dukungan pada dibandingkan dengan klien yang tidak
kesehatannya15. Hal ini sesuai dengan apa memiliki dukungan primer dari orang
yang diungkapkan oleh salah satu terdekat yang akan menimbulkan perasaan
partisipan, dimana partisipan mengatakan tidak berharga dan putus asa17.
bahwa dengan lebih mendekatkan diri Hasil penelitian ini juga menunjukkan
pada Allah, yaitu dengan rajin sholat,selalu adanya dukungan yang didapatkan oleh
berdzikir dan menjalankan ibadah sunah pasien stroke adalah dukungan dari
lannya. pelayanan keperawatan. Sikap yang
ditunjukkan oleh perawat dalam penelitian
Tema 3 ; Faktor pendukung dan ini merujuk pada sikap dalam memberikan
penghambat dalam mengatasi pelayanan keperawatan yang berkualitas.
perubahan psikososial pasien Stroke Dimana partisipan mengatakan bahwa
Penelitian ini menunjukan dukungan pelayanan sudah baik, perawat bekerja
yang didapat pasien stroke adalah sudah maksimal, perawat tanggap,
dukungan dari anggota keluarga, dukungan membantu partisipan, perawat ramah, dan
dan supoort terhadap program perawat memberikan informasi dan
pengobatann yang dilakukan. Dukungan memberikan motivasi yang diperlukan.
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 14

Dukungan dari pemerintah yang berupa penelitian ini berupa tersedianya sarana-
dukungan financial dalam bentuk gratis saran pengobatan kesehatan bagi penderita
pengobatan dan jaminan kesehatan yang stroke di pelosok-pelosok desa karena
merupakan hal yang sangat penting bagi selama ini pasien yang berasal dari desa
pasien stroke yang dilakukan seumur mengalami kesulita dengan jarak tempuh
hidup tentu saja membutuhkan biaya yang yang cukup jauh dan itu membuat mereka
tidak sedikit. Dukungan ini bersifat nyata, yang dalam kondisi sedang sakit semakin
dimana dukungan berupa bantuan melelahkan. Perlu juga menyediakan
langsung. Dengan gratis pengobatan sarana alat transportasi untuk menjemput
diharapkan pasien stroke dapat terus pasien yang berada di tempat yang jauh
melakukan terapi ini. Dari hasil penelitian dan belum banyak kendaraan mobil umum
ini partisipan semuanya menggunakan untuk mengangkut sampai ke rumah sakit
BPJS untuk biaya pengobatan di kota.
Waktu pendaftaran dan pelayanan yang
lama sampai harus antri berjam-jam, SIMPULAN
kendaraan transportasi untuk menuju Berdasarkan hasil penelitian yang telah
rumah sakit yang sulit di cari , Waktu yang dilakukan pada 6 partisipan di Wilayah
lama untuk mengambil obat, jarak rumah Kerja RSU Kuningan Medical Center ,
sakit yang jauh. Semua kesulitan – maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
kesulitan diatas menajdikan pasien stroke berikut:
yang semakinlelah damn melemahkan 1. Gambaran perubahan psikososial
jasmani mereka. Secara psikologis mereka pasien stroke didapatkan adanya
menjadi malas dan tidak antuas untuk
perubahan yang dirasakan pasien
melanjutkan pengobatan. Hal ini akan
selama menjalani pengobatan yang
membuat pasien stroke mengalami stres
karena kondisi tersebut. terdiri dari: 1) perubahan fisik meliputi
kelemahan fisik, gangguan sirkulasi dan
Tema 4 : Harapan pasien stroke dalam gangguan kulit; 2) perubahan psikologis
mengatasi perubahan psikososial meliputi respon psikologis awal terkena
Menurut17 bahwa dukungan emosional penyakit stroke dan gangguan
adalah bentuk dukungan yang dapat emosional; 3) perubahan pola interaksi
membuat individu memiliki rasa nyaman , sosial meliputi perubahan aktivitas
yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sosial.
keluarga/orang lain sehingga individu 2. Persepsi pasien stroke tentang cara
dapat menghadapi masalah dengan baik . mengatasi perubahan psikososialnya
Dukungan ini sangat penting dalam dalam penelitian ini dilakukan dengan
menghadapi keadaan yang dianggap tidak cara pandangan hidup yang positif,
dapat dikontrol. meningkatkan kualitas spiritual, prilaku
Dukungan informasi juga mengurangi keluhan akibat penyakit
merupakan kebutuhan dari partisipan yang
stroke dan mancari sumber informasi
diharapkan dalam penelitian ini untuk
dalam mengatasi masalah.
mendapatkan informasi terkait
kesehatannya. Partisipan merasakan 3. Dari hasil penelitian ditemukan adanya
mendapatka informasi dari perawat hal yang mendukung dan menghambat
maupun petugas kesehatan lainnya namun cara mengatasi perubahan psikososial
belum secara jelas, akurat dan mudah pasien stroke . hal yang mendukung
dipahami. meliputi dukungan sosial, dukungan
Dukungan fasilitas kesehatan yang pelayanan keperawatan dan dukungan
optimal juga merupakan kebutuhan dari pemerintah. Sedangkan hal yang
partisipan yang di harapkan dalam menghambat dalam penelitian ini adala
rumah sakit yang jauh dari tempat
pasien sehingga pasien merasa lelah
saat harus berobat.
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 15

4. Harapan pasien stroke dalam mengatasi DAFTAR PUSTAKA


perubahan psikososial dalam penelitian Mendis, S. (2013). Stroke disability and
ini adalah adanya dukungan emosional,
dukungan informasi dan dukungan rehabilitation of stroke: World Health
fasilitas kesehatan yang optimal Organization perspective. International

SARAN Journal of Stroke, 8(1), 3–4.


1. Bagi Institusi Pedidikan STIKes Cirebon
Hasil penelitian ini diharapkan dapat American Stroke Association. 2013.
dijadikan bahan referensi untuk Physical challenges. Diakses tanggal 5
perpustakaan dan sebagai dasar bagi Mei 2015, dalam
penelitian selanjutnya tentang cara http://www.strokeassociation.org.
pasien stroke mengatasi perubahan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia. Jakarta: Departemen
Psikososial akibat pengobatan rutin Kesehatan Republik Indonesia.
yang lama dari penyakitnya stroke Badan Penelitian dan Pengembangan
2. Bagi Peneliti Lain Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan
Penelitian ini masih perlu menggali Dasar (RISKESDAS) 2013. Laporan
lebih banyak tema-tema perubahan Nasional 2013, 1–384. doi:1 Desember
psikososial dari pasien stroke agar lebih 2013
mendapat gambaran yang .Sherlock, P. L. (2009). Stroke in
komprehensip dan mendalam. DevelopingCountries: Epidemiology,
Impact and Policy Implications. School
Diharapkan peneliti lain dapat menggali of International Development
tema-tema perubahan psikososial University
tersebut Kernan, et al. 2014. American Heart

3. Bagi Praktik Keperawatan Association /American Stroke


Diperlukan pelayanan yang lebih baik,
terutama dalam hal pemberian asuhan Moleong, L. J. (2013). Metodologi
keperawatan, sehingga yang diberikan
Penelitian Kualitatif. (Edisi Revisi).
bukan hanya dari aspek fisik, namun
secara holistik dengan Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
mempertimbangkan aspek psikososial
dan spiritual.
Creswell, W. John. (2013). Research
4. Bagi Responden Design Pendekatan Kualitatif,
Bagi pasien stroke yang sudah dapat
mengatasi perubahan psikososial akibat Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta :
masa pengobatannya yang memakan Pustaka Pelajar.
waktu lama agar terus mengembangkan
kemampuan-kemampuan seperti
Komisi Nasional Etik Penelitian
memiliki pandangan hidup yang
Kesehatan, Dep. Kes.RI, Jakarta 2007
positif, meningkatkan kualitas spiritual
Pedoman Nasional Etik Penelitian
melalui ibadah dan pencerahan hati.
Kesehatan Suplemen III Jaringan
Semua kemampuan mental tersebut
Komunikasi Nasional Etik Penelitian.
sangat mempengaruhi percepatan
Afiyanti, Y.,& Rachmawati, I.N. (2014).
kesembuhan dan penyesuain pasien
dengan penyakitnya. Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam
Riset Keperawatan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 16
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) 2013. Laporan
Nasional 2013, 1–384. doi:1
Desember
2013
Kemenkes. (2012). Gambaran Penyakit
Tidak Menular di RS di Indonesia
2009 dan 2010.
Misbach, J., Tobing, L., Ranakusuma,
T.A.S., Suryamiharja, A., Harris, S.
&
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 17
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 18

Bustami, M. (2004). Guideline Stroke 2004, Kelompok Studi


Serebrovaskuler
Young. C Koopsen (2007 ) . Spiritualitas, Kesehatan, dan Penyembuhan
Potter. P.A &Perry . A. G (2010 ). Fundamental of nurshing: Fundamental
Keperawatan( edisi 7 ) (Andriana Frederica Nggi& Marina Albar), Jakarta:
SalembaMedika
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 19

Pinzonzon, R. (2010). Awas Stroke. Yogyakarta: Andi Offset., R. (2010).


Awas Stroke. Yogyakarta: Andi Offset
Sobirin, C., Husna, E. & Sulistyawan, A. (2014). Hubungan Peran Keluarga
Dalam Memotivasi Pasien Pasca Stroke Dengan Kepatuhan Penderita
Mengikuti Rehabilitasi Di Unit
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 20

B. Gangguan konsep diri


Seorang laki-laki berusia 20 tahun yg berini sial tn A , Kurang lebih 7
bulan yang lalu klien berbica sendiri, berkelakukan aneh, melukai diri sendiri,
tidak bisa tidur, gelisah, bingung, klien merasa malu karena tidak memiliki
pekerja, ditinggal tunangannya, dan menyesal dengan perbuatannya yang
telah merugikannya.

ANALISA DATA
 Data objektif
Klien tampak kurang rapi dalam berpakaian,gelisah,berbicara
sendiri,bingung, Klien tampak murung, Klien tampak banyak
diam, Klien jelas dalam berbicara dan terkadang tidak nyambung
saat ditanyak, kontak mata kurang, klien tampak tidak percaya diri
saat wawancara
 Data subjektif
Klien mengatakan merasa malu karena tidak memiliki pekerjaan,
klien mengatakan susah tidur, Klien mengatakan tidak percaya
dengan kemampuan diri sendiri, Klien merasa tidak berguna
karena tidak dapat membantu keluarga. Klien merasa minder
karena keadaannya yang sekarang

Masalah Gangguan konsep diri : Harga diri Rendah

KESIMPULAN
Dari jurnal yg di dapatkan kesimpulanya Berdasarkan literature review yang
kami cari, terdapat hubungan antara penampilan fisik dengan terjadinya harga
diri rendah situasional pada remaja, diantaranya hubungan jerawat
hiperpigmentasi dengan harga diri rendah yang berhubungan dengan wajah
atau area lain yang tidak tertutup oleh pakaian berpengaruh langsung terhadap
tingkat keparahan jerawat dan hubungan kelebihan berat badan dengan harga
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 21

diri rendah yang berpengaruh terhadap perlakuan yang mereka terima dari
teman sebayanya seperti komentar negatif, viktimisasi dan perundungan. Dan
masalah pekerjaan.
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 22

JURNAL PSIKOLOGI

VOLUME 7, NO.1, APRIL 2012: 490 – 500

KEMATANGAN EMOSI, KONSEP DIRI DAN KENAKALAN


REMAJA

Lis Binti
Muawanah1
Fakultas
Psikologi
Universitas
17 Agustus
1945

Herlan Pratikto2
Fakultas
Psikologi
Universitas
17 Agustus
1945

Abstract

Emotionol maturity, self-concept, and juvenile delinquency


examined on 120 middle adolescents. Researcher developed three
research instrament of measurement, namely the scale of juvenile
delinquency, the scale of emotional maturity, and the self-concept
scale. Data analyzed with the multiple regression. Varians
proportion of juvenile delinquency can be explained through the
emotional maturity and self-concept. Emotional moturity and self-
concept simultaneously predict delinquency in undirectional and
linear relationships; Emotional maturity is a psychological capacity
that has the potential to allow a decline in juvenile delinquency;
Self-concept is a psychological capacity that no potential to allow
the reducticn or increase in juvenile delinquency. Juvenile
delinquency data not normally distributed and relativety high.
Prediction research, findings apply only to groups of adolescents
with high delinquency, rates. The findings are discussed in terms of
their implications for middle adolescent in context.

Key words: maturity of emotion, self-concept, juvenile delinquency


V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 23

1
Korespondesi mengenai artikel ini
dapat dilakukan dengan menghubungi:
pascauntag@yahoo.com

2
Korespondesi mengenai artikel ini
dapat dilakukan dengan menghubungi:
pascauntag@yahoo.com

490
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 24
MUAWANAH & PRATIKTO

Kondisi remaja di Indonesia saat ini masyarakat, dan akhirnya terlibat dalam
dapat digambarkan menikah usia remaja, kenakalan remaja. (Coopersmith dalam
seks pranikah dan kehamilan tidak Partosuwido, 1992).
dinginkan, aborsi 2,4 juta: 700-800 ribu Dinamika perubahan psikologis yang
adalah remaja, 17.000/tahun, l4l7/bulan, tidak terkontrol akan memungkinkan remaja
17/hari perempuan meninggal karena terlibat kenakalan yang lebih beresiko.
komplikasi kehamilan dan persalinan, Kematangan emosi dan konsep diri
HIV/AIDS: 1283 kasus, diperkirakan sebagai
52.000 terinfeksi (fenomena gunung es)
(70% remaja), minuman kelas dan narkoba
(Kusumaredi, 2011).
Kasus kenakalan remaja yang
terdata di Badan Pemasyarakatan Anak
(Bapas) kelas II Kediri selalu terjadi
peningkatan setiap tahun. Selama 2008
total ada 345 perkara, 2009 ada 312
perkara, dan 2010 ada 309 perkara

(http://koranmontera.com/
newsAiputan.php?
subaction:showfull&id:130 3 827055
&archive=& start_from=&ucat=1&.
Unduh 26/10/2011 Pukul 21.00).
Remaja menjadi nakal karena belum
mampu melakukan kontrol emosi secara
lebih tepat dan mengekspresikan emosi
dengan cara-cara yang diterima
masyarakat (Lugo dalam Haryono, 1996).
Remaja yang memiliki konsep diri akan
melakukan perbuatan positif yang
diharapkan masyarakat. Konsep diri
negatif akan membuat remaja cerderung
melanggar peraturan dan norma-norma
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 25
konstrukk psikologi positif yang pada orang iain, dan perilaku
berkembang dengan baik akan menimbulkan korban fisik pada orang lain.
menurunkan potensi remaja terlibat Perilaku melanggar status merupakan
kenakalan. Misalnya, perkelahian remaja perilaku dimana remaja suka melawan
secara psikologis disebabkan konflik orang tua, membolos sekolah, pergi dari
batin, mudah frustrasi, memiliki emosi rumah tanpa pamit. Perilaku
yang labil, tidak peka terhadap perasaan membahayakan diri sendiri, antara lain
orang lain, dan perasaan rendah diri mengendarai kendaraan bermotor dengan
(Tambunan, 2001). kecepatan tinggi, menggunakan narkotika,
Kemampuan mengatur emosi yang menggunakan senjata, keluyuran malam,
rendah dan perilaku menjalin interaksi dan pelacuran. Perilaku menimbulkan
dengan orang lain menyebabkan gangguan korban materi, yaitu perilaku yang
perilaku, memilih tindakan agresif sebagai mengakibatkan keraguan pada orang lain,
stategi keluar dari masalah (coping) misalnya: mencuri dan mencopet,
(Yanti, 2005). merampas. Perilaku menimbulkan korban
fisik pada orang lain adalah perkelahian,
Kenakalan remaja menempeleng, menampar,
Kenakalan remaja adalah perilaku melempar benda keras, mendorong
remaja melanggar status, membahayakan sampai jatuh, menyepak, dan
diri sendiri, menimbulkan korban materi

JURNAL PSIKOLOGI 491


V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 26
KEMATANGAN EMOSI, KONSEP DIRI DAN KENAKALAN
REMAJA
psikis, sosial, emosional, aspirasi, dan
memukul dengan benda (Jensen dalam
prestasi. Konsep diri fisik adalah gambaran
Sarwono, 2001).
remaja tentang penampilannya, dengan
seksnya, arti penting tubuhnya dalam
Kematangan emosi
hubungannya dengan perilakunya, dan
Kematangan emosi
gengsi yang diberikan tubuhnya di mata
adalah
orang-lain. Konsep diri
kemampuan remaja dalam
mengekspresikan emosi secara tepat dan
wajar dengan pengendalian diri, memiliki
kemandirian, memiliki konsekuensi diri,
serta memiliki penerimaan diri yang
tinggi. Pengendalian diri adalah
kemampuan remaja dalam
mempertahankan dorongan emosi, serta
memahami emosi diri untuk diarahkan
kepada tindakan-tindakan positif.
Kemandirian adalah keadaan dimana
remaja tidak menggantungkan dirinya
kepada orang lain. Rasa konsekuen adalah
rasa tanggung jawab remaja dengan
kesadaran untuk menjalankan keputusan,
serta berani bertanggung jawab terhadap
semua akibat dan keputusan yang telah
diambil. Penerimaan diri adalah
kemampuan remaja untuk dapat menerima
keadaan diri sendiri, baik kelemahan
maupun kelebihan, menerima diri secara
fisik maupun psikis dengan baik (Albin,
1996)

Konsep diri
Konsep diri adalah penilaian remaja
tentang diri sendiri yang bersifat fisik,
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 27
1996).

psikis adalah gambaran remaja tentang


Kematangan emosi, konsep diri dan
kemampuan dan ketidakmampuannya,
kenakalan remaja
harga dirinya dan hubungannya dengan
Kematangan diri secara emosional
orang lain. Konsep diri sosial adalah
(maturing emotional self) menunjuk pada
gambaran remaja tentang hubungannya
emosi yang menyangkut semua wilayah
dengan orang lain, dengan teman sebaya,
perilaku afektif dengan melibatkan aspek
dengan keluarga, dan lain-lain. Konsep
biologis, kognitif, dan sosial. Kematangan
diri emosional adalah gambaran remaja
emosi merupakan proses dimana pribadi
tentang emosi diri, seperti kemampuan
individu secara tetus menerus berusaha
menahan emosi, pemarah, sedih, atau
mencapai suatu tingkatan emosi yang
riang-gembira, pendendam, pemaaf, dan
sehat, baik secara intrafisik maupun
lain-lain. Konsep diri aspirasi adalah
interpersonal. Individu yang secara
gambaran remaja tentang pendapat dan
emosional telah matang dapat menentukan
gagasan, kreativitas, dan cita-cita. Konsep
dengan tepat kapan dan sejauhmana dirinya
diri prestasi adalah gambaran remaja
perlu terlibat dalam suatu masalah sosial
tentang kemajuan dan keberhasilan yang
serta dapat turut memberikan jalan keluar
akan diraih, baik dalam masalah belajar
atau pemecahan yang diperlukan (Gorlow;
maupun kesuksesan hidup (Hurlock,
Lugo dalam Haryono, 1996).

492 JURNAL PSIKOLOGI


V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 28
MUAWANAH & PRATIKTO

Keberadaan emosi di satu sisi dapat acuan untuk menilai diri sendiri (Shavelson
menjadikan orang pasif dan tidak berdaya, & Roger, 1982). Remaja dengan konsep diri
tidak mampu mempertanggungjawabkan positif akan mampu mengatasi dirinya,
apa yang dilakukan. Emosi di sisi lain memperhatikan dunia luar dan mempunyai
dapat menjadi sumber energi yang kemampuan untuk berinteraksi sosial.
membuat seseorang sanggup melakukan Remaja
apa saja secara tepat tanpa terpikirkan
sebelumnya. Seseorang perlu mengontrol
emosinya. Kontrol emosi bukan berarti
eliminasi atau penekanan emosi moral,
tetapi belajar mengekspresikan emosi
dengan cara-cara yang lebih dapat diterima
atau disetujui oleh kelompok sosia dan
pada saat yang sama tetap dapat
memberikan kepuasan yang maksimum
dan mengurangi
gangguan ketidakseimbangan.
Kenakalan remaja sebagian disebabkan
oleh pencapaian emosi yang kurang
matang. Remaja menjadi nakal karena
belum mampu melakukan kontrol secara
lebih tepat dan mengekspresikan emosi
dengan cara-cara yang diterima oleh
masyarakat (Lugo dalam Haryono, 1996).
Konsep diri terbentuk dan
berkembang berdasarkan pengalaman dan
interpretasi dari lingkungan, penilaian
orang lain, atribut, dan perilaku diri.
Pengembangan konsep diri berpengaruh
terhadap perilaku yang ditampilkan,
sehingga bagaimana orang lain
memperlakukan dan apa yang dikatakan
orang lain tentang individu akan dijadikan
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 29
dengan konsep diri negatif akan mempengaruhi kontrol diri. Individu
sulit mengangap suatu dengan kontrol diri rendah memiliki
keberhasilan diperoleh dari diri sendiri, kekuatan ego rendah, kurang mampu
tetapi karena bantuan orang lain, menunda kepuasan (kurang sabar), kurang
kebetulan, dan nasib semata dan toleran pada frustrasi dan lebih impulsif.
biasanya mengalami kecemasan yang Perilaku sosial yang tidak tepat akan
tinggi (Beane & Lipka dalam Maria, nampak ketika derajad kontrol sosial tidak
2007). Remaja dengan konsep diri positif cukup kuat menolak godaan yang ingin
berciri spontan, kreatif dan orisinil, langsung dipuaskan (Hay, 2000).
menghargai diri sendiri dan orang lain, Perilaku nakal remaja dapat diatasi
bebas dan dapat mengantisipasi hal dengan mempertinggi konsep diri.
negatit serta memandang diri secara Perspektif teori peningkatan diri (sel-
utuh, disukai, diinginkan dan diterima enhancement) menyatakan individu
oleh orang lain. (Combs Snygg dalam memiliki kecenderungan untuk menambah
Shiffer dkk, 1997). positif konsep dirinya. Individu berusaha
Para teoris kontrol sosial mencapai kepuasan pribadi dan perasaan
menyatakan bahwa yang menampakkan efektif dengan cara mencari aktivitas dan
perilaku antisosial adalah remaja yang umpan balik yang dapat manpertinggi
memiliki konsep diri rendah. Perspektif konsep dirinya.
kontrol sosial menyatakan konsep diri

JURNAL PSIKOLOGI 493


V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 30
KEMATANGAN EMOSI, KONSEP DIRI DAN KENAKALAN
REMAJA
Corrected-Item-Total-Correlation 0,310
Hipotesis
s/d
1. Kematangan emosi dan konsep diri 0,772 reliabilitas Alpha = 0,747.
Contoh
berhubungan dengan kenakalan remaja.
2. Hubungan kematangan emosi dengan
kenakalan remaja secara parsial adalah
berlawanan arah.
3. Hubungan konsep diri dengan kenakalan
remaja secara parsial adalah berlawanan
arah.

Metod
e

Subjek

Subjek penelitian adalah remaja


tengah usia 16-17 tahun, 53 laki-laki dan
67 perempuan yang tinggal di Kota Kediri
Jawa Timur.

Alat ukur

Kenakalan remaja diukur dengan


skala kenakalan remaja. Aitem-aitem
favourabel- unfavourabel mengurai aspek-
aspek dari Jensen (dalam Sarwono,
2001), yaitu: Perilaku melanggar status;
Perilaku membahayakan diri sendiri;
Perilaku menimbulkan korban materi pada
orang lain, dan; Perilaku menimbulkan
korban fisik pada orang lain. Skor skala
adalah 5-poin kontinum sangat setuju
sampai sangat tidak setuju. Uji
diskriminasi aitem (N = 93) 32 aitem
memenuhi indeks daya diskriminasi aitem,
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 31
Aspek-aspek konsep diri dari
Hurlock (1996) diurai menjadi 36 aitem
aitem, “Saya membolos sekolah dengan
untuk mengukur konsep diri fisik, psikis,
alasan sakit.”
sosial, emosional, aspirasi dan konsep diri
Kematangan emosi diukur dengan
prestasi. Aitem-aitem favourobel dan
28 aitem yang mengurai aspek-aspek dari
unfavourabel diskala 5-poin kontinum
Albin (1996), yaitu: Pengendalian diri;
sangat setuju sampai sangat tidak setuju
Kemandirian; Rasa konsekuen;
dan memenuhi indeks daya diskriminasi
Penerimaan diri. Item-item skala disusun
aitem dengan corrected- Item-Total-
secara favourabel dan unfavourabel. Skor
Correlation 0,261 s/d 0,633, reliabilitas
skala adalah 5-poin kontinum sangat
Alpha = 0,737 (N = 93). Contoh aitem,
setuju sampai sangat tidak setuju. Aitem-
“Banyak teman membuat saya dapat
aitem memenuhi indeks daya diskriminasi
mengenal berbagai karakter orang.”
aitem dengan Corrected-Item-Total-
Correlation 0,260 s/d
Hasil
0,693, reliabilitas Alpha = 0,740 (N = 93).
1. Koefisien determinasi R2 = 0,132,
Contoh aitem, "Dalam mengemban
menunjukkan 13,2% proporsi variasi
kepercayaan saya menjalankannya dengan
kenakalan remaja dapat dijelaskan melalui
sungguh-sungguh."
kematangan emosi dan kondisi diri.

494 JURNAL PSIKOLOGI


V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 32
MUAWANAH & PRATIKTO

Sisanya (100% - 13,2%) = berlawanan arah dan linier. Prediksi


86,8%
tersebut tidak signifikan (p > 0,05).
dijelaskan faktor lain yang tidak
dianalisis dalam penelitian. F = 8,908
dan p = 0,000 (p < 0,05) menunjukkan
dengan signifikan variabel kematangan
emosi dan konsep diri secara simultan
memprediksi kenakalan remaja dalam
hubungan searah dan linier. Hipotesis
yang menyatakan kematangan emosi
dan konsep diri berhubungan dengan
kenakalan remaja, diterima.
2. Koefisien korelasi parsial kematangan
emosi = -0,313 dan p = 0,001
menunjukkan hubungan kematangan
emosi (setelah skor konsep diri dikontrol
secara statistik) dengan kenakalan remaja
adalah berlawanan arah dan linier.
Prediksi tersebut signifikan (p < 0,5).
Kematangan emosi merupakan kapasitas
psikologis yang berpotensi untuk
memungkinkan terjadinya penurunan
kenakalan remaja. Skor kenakalan remaja
134,225 – (0,313) = 133,912 adalah skor
penurunan yang signifikan (bermakna).
Hipotesis yang menyatakan hubungan
kematangan emosi dengan kenakalan
remaja secara parsial adalah berlawanan
arah, diterima.
3. Koefisien korelasi parsial konsep diri = -
0,080 dan p = 0,530 menunjukkan
hubungan konsep diri (setelah skor
kematangan emosi dikontrol secara
statistik) dengan kenakalan remaja adalah
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 33
Konsep diri merupakan kapasitas bersifat positif dan menghasilkan
psikologis yang tidak berpotensi untuk kemungkinan keluaran variabel negatif,
memungkinkan terjadinya penurunan yaitu kenakalan remaja. Hubungan tersebut
atau peningkatan kenakalan remaja. termasuk unik. Komposisi kematangan
Skor kenakalan remaja 134,225 – emosi dan konsep diri kemungkinan besar
(0,080) = 134,145 adalah skor membangkitkan kenakalan remaja. Hasil
penurunan yang tidak signifikan (tidak uji asumsi menunjukkan kematangan emosi
bermakna). Hipotesis yang dan konsep diri berhubungan ko-linier.
menyatakan hubungan konsep diri Sifat hubungan kedua variabel tidak
dengan kenakalan remaja secara terpisahkan, kematangan emosi ada di
parsial adalah berlawanan arah, dalam konsep diri, dan konsep diri ada di
ditolak. dalam kematangan emosi. Remaja yang
matang emosinya adalah remaja yang
Disku konsep dirinya berkembang baik. Remaja
si
kosep dirinya berkembang dengan baik
Proporsi variasi tinggi rendahnya adalah remaja yang matang secara
kenakalan remaja dapat dijelaskan melalui emosional.
kematangan emosi dan konsep diri. Kematangan emosi yang tcrdiri dari
Variabel kematangan emosi dan konsep aspek pengendalian diri,
diri merupakan variabel psikologis yang kemandirian,

JURNAL PSIKOLOGI 495


V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 34
KEMATANGAN EMOSI, KONSEP DIRI DAN KENAKALAN
REMAJA

perasaan konsekuen, dan penerimaan diri emosi, pemarah, sedih, atau riang-gembira,
(Albin, 1996) adalah ko-linier dengan pendendam, dan pemaaf secara teoritis
aspek- aspek konsep diri dari Hurlock merupakan aspek pengendalian diri di
(1996), yaitu konsep diri fisik, psikis, dalam kematangan emosi.
sosial, emosional, aspirasi, dan prestasi.
Informasi perbandingan rerata teoritik dan
empirik menunjukkan kematangat emosi,
konsep diri, dan kenakalan remaja yang
menjadi subjek penelitian tergolong tinggi.
Informasi hasil uji asumsi normalitas
sebaran menunjukan data kenakalan
remaja tidak sesuai dengan ciri-ciri kurve
normal. Remaja yang terpilih sebagai
subjek penelitian kebetulan sebagian besar
kenakalannya tergolong tinggi.
Perkembangan emosi yang sangat
matang dan konsep diri yang
berkembangan sangat baik berhubungan
dengan kenakalan remaja, hanya berlaku
pada sampel remaja dengan tingkat
kenakalan tinggi. Prediksi peningkatan
komposisi kematangan emosi dan konsep
diri akan diikuti peningkatan kenakalan
remaja,hanya berlaku pada remaja dengan
tingkat kenakalan yang tinggi. Kematangan
emosi dan konsep diri kemungkinan karena
kedua variabel merupakan variabel
interval dan bersifat positif. Aspek
kematangan emosi yang secara teoritis ada
di dalam konsep diri adalah aspek
pengendalian diri, yaitu pada aspek konsep
diri emosional. Gambaran remaja tentang
emosi diri, seperti kemampuan menahan
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 35
Kematangan emosi ko-linier Kenakalan remaja yang terdiri dari aspek-
dengan konsep diri dan berhubungan aspek perilaku melanggar status, perilaku
dengan kenakalan remaja sulit ditemukan membahayakan diri sendiri, perilaku
penjelasan teoritis maupun praktis. menimbulkan korban materi dan korban
Dinamika psikologis dapat diidentifikasi fisik pada orang lain merupakan
pada hubungan parsial. Hubungan manifestasi frustrasi berbentuk agresi.
kematangan emosi dengan kenakalan Remaja yang emosinya matang akan
remaja adalah berlawanan arah, linier, dan mampu mengatasi frustrasi yang
signifikan. Semakin matang emosi, mendorong apresi, dan mampu
semakin kecil kemungkinan remaja mengendalikan impuls-impuls emosi yang
berperilaku nakal. Hipotesis frustasi-agresi mendorong perilaku nakal.
menjelaskan keadaan frustrasi akan Remaja dengan emosi matang
menimbulkan agresi. Frustasi adalah mampu mempertahankan dorongan emosi,
situasi individu terhambat atau gagal memahami emosi diri untuk diarahkan
dalam usaha mencapai tujuan tertentu kepada tindakan- tindakan positif. Tidak
yang diinginkan. Pengalaman perilaku menggantungkan diri kepada orang lain,
tindak agresi dan taraf halangan yang sadar dan bertanggung jawab menjalankan
berlebihan yang tidak diharapkan akan keputusan, menerima kelemahan maupun
menimbulkan perilaku agresi (Wringhtan kelebihan dan menerima
& Deaux dalam Sears dkk., 2004).

496 JURNAL PSIKOLOGI


V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 36
MUAWANAH & PRATIKTO

masalah. Konsep diri fisik yang tidak


diri secara fisik maupun psikis dengan
realitis membuat remaja menggambarkan
baik. Remaja yang matang emosinya
dirinya sangat tinggi dalam penampilannya,
kemungkinan besar tidak suka melawan
dengan seksnya, arti penting
orangtua, tidak membolos sekolah, dan
tidak suka pergi dari rumah tanpa pamit,
mengendarai motor tidak dengan kecepatan
tinggi, menghindari narkotika, tidak
menggunakan senjata, tidak keluyuran
malam, dan menghindati pelacuran.
Remaja dengan emosi matang perilakunya
tidak merugikan orang lain, tidak mencuri,
mencopet, ataupun merampas. Remaja
yang matang emosinya menghindari
perilaku yang dapat menimbulkan korban
fisik pada orang lain seperti berkelahi,
menempeleng. menampar, melempar
benda keras, mendorong sampai jatuh,
menyepak, atau memukul dengan benda.
Konsep diri tidak berhubungan
dengan kenakalan remaja setelah
kematangan emosi dikendalikan.
Hubungan simultan antara kematangan
emosi dan konsep diri yang searah dan
signifikan dengan kenakalan remaja
kemungkinan karena adanya konsep diri.
Konsep diri merupakan variabel
intemal yang positif. Konsep diri secara
parsial tidak berhubungan dengan
kenakalan remaja. Temuan penelitian dapat
dijelaskan melalui dinamika internal dalam
keseluruhan aspek konsep diri, kecuali
konsep diri emosional. Konsep diri yang
tidak realitistis akan menjadi sumber
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 37
diri memiliki pendapat dan gagasan yang
paling benar dibanding orang lain, lebih
tubuhnya dalam hubungannya dengan
kreatif, dan bercita-cita yang sulit diraih.
perilakunya, dan gengsi yang diberikan
Konsep diri prestasi yang tidak
tubuhnya di mata orang lain.
realitis membuat remaja menggambarkan
Konsep diri psikis yang tidak
diri terlalu diri sebagai individu yang maju
realistis membuat remaja menggambarkan
dan akan berhasil. Gambaran diri yang
diri sangat tingg terhadap kemampuan dan
tidak realitis akan mengganggu
tidak bersedia kemampuannya dinilai
keseimbangan dan merusak kematangan
rendah, dan harga dirinya membubung
emosi dan akan mempertinggi
tinggi dan menganggu hubungannya
kemungkinan terjadinya kenakalan remaja.
dengan orang lain.
Analisis kemungkinan hubungan
Konsep diri sosial yang tidak
positif konsep diri yang tidak realistis
realitis membuat remaja mengambarkan
dengan kenakalan remaja sesuai dengan
diri terlalu baik dalam hubungannya
respon konsep diri dalam kontinum
dengan orang lain, dengan teman sebaya,
respon adaptif sampai respon maladaptif
dan dengan keluarga.
dari Stuart dan Sundeen (1998)
Konsep diri aspirasi yang tidak
sebagai berikut.
realitis membuat remaja menggambarkan

JURNAL PSIKOLOGI 497


V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 38
KEMATANGAN EMOSI, KONSEP DIRI DAN KENAKALAN
REMAJA

Respon adaptif Respon maladaptif


ketidaksesuaian dalam mempersepsi segala
kelebihan dan kelemahan dari keadaan yang
Aktualisasi diri Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi
positif rendah sesungguhnya
identitas dimiliki. Individu menilai
potensi diri yang dimiliki
Gejala yang muncul akibat gangguan
konsep diri adalah mengkritik diri sendiri
atau orang lain, penurunan produktivitas,
destruktif pada orang lain, gangguan
hubungan dengan orang lain, perasaan diri
penting yang berlebihan, perasaan tidak
mampu, perasaan bersalah, mudah
tersinggung atau marah yang berlebihan,
perasaan negatif mengenai tubuh sendiri,
ketegangan peran yang dirasakan,
pandangan hidup pesimis, keluhan fisik,
pandangan hidup yang bertentangan,
penolakan terhadap kemampuan personal,
destruktif terhadap diri sendiri, pengurangan
diri atau penarikan diri secara sosial,
penyalahgunaan zat perangsang (adiktif),
dan menarik diri dari realitas.
Rasa diri penting yang berlebihan
dan menarik diri dari realitas merupakan
tipikal konsep diri yang tidak realistis.
Pemahaman tentang potensi diri akan
menimbulkan rasa mampu. Individu akan
selalu berupaya meningkatkan standar atau
patokan keberhasilan pada kesempatan yang
akan datang dan terdorong untuk berprestasi
dan meningkatkan prestasi di masa yang
akan datang. Rasa mampu yang dihasilkan
oleh konsep diri bisa saja salah. Hal ini bisa
terjadi karena kesalahan atau
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 39
memiliki rasa mampu yang realistis,
individu harus terbuka terhadap kelemahan
diri, harus bersedia menerima umpan balik
dari orang lain sebagai suatu kritik yang

terlalu tinggi atau terlalu rendah dari membangun, bukan sebagai kritik yang

keadaan yang sesungguhnya. Akibatnya bertujuan untuk menjatuhkan; 2) Aspek

konsep diri yang terbentuk dapat negatif harga diri adalah komponen penting dan

atau terlalu positif. Konsekuensi domain dalam konsep diri individu.

selanjutnya adalah muncul rasa mampu Harga diri berperan sebagai penilai bagian-

yang tidak realistis, sehingga standar atau bagian diri yang menghasilkan rasa suka,

patokan keberhasilan (prestasi) menjadi tidak suka, puas, tidak puas, dan lain-lain.

tidak realistis pula (White dalam Purwanti, Keterbukaan diri dan keyakinan diri

1996). dibutuhkan untuk menghasilkan penilaian

Fitts (dalam Purwanti, 1996) yang tepat dan membuat pemahaman diri

menyatakan jika individu ingin berkembang. Perkembangan pemahaman

mendapatkan persepsi yang tepat tentang diri akan menumbuhkan perasaan berhasil

dirinya, ada empat aspek konsep diri yang dan perasaan mampu yang berperan

harus terintegrasi dalam dirinya, yaitu: sebagai kendali internal untuk

1). Aspek konsep diri kritik, jika ingin mengarahkan perilaku; 3)

498 JURNAL PSIKOLOGI


V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 40
KEMATANGAN EMOSI, KONSEP DIRI DAN KENAKALAN
REMAJA

Aspek integrasi diri, menunjuk pada keluaran perilaku negatif, yaitu kenakalan
kemampuan individu dalam membuat remaja yang tinggi. Hubungan simultan
kesesuaian antara penilaian dan kenyataan yang searah dan signifikan antara
yang ada. Individu akan memiliki kematangan emosi dan konsep diri
integrasi diri yang baik jika dapat dengan kenakalan remaja
memenuhi kesesuaian penilaian dan
kenyataan, karena mencoba realistis dalam
membuat penilaian diri; 4) Aspek
keyakinan diri, menggambarkan
sejauhmana keyakinan individu dalam
menilai diri sendiri. Individu yang tidak
yakin akan dirinya, siapa, dan bagaimana
keadaannya, akan mempunyai gambaran
diri yang tidak tepat. Penilaian yang tepat
dan sesuai dengan kenyataan
membutuhkan keyakinan diri yang kuat.
Keyakinan yang kuat bahwa penilaian
sudah dilengkapi dengan keterbukaan akan
kelemahan diri, agar gambaran diri (konsep
diri) yang terbentuk menjadi tepat
(realsitis).
Penelitian menyimpulkan
kematangan emosi dan konsep diri adalah
suatu komposisi. Kematangan emosi ada di
dalam konsep diri dan konsep diri ada di
dalam kematangan emosi. Aspek
pengendalian diri di dalam konsruk-
kematangan emosi identik dengan aspek
konsep diri emosional di dalam konstruk
konsep diri.
Komposisi kematangan emosi tinggi
dan konsep diri tinggi merupakan variabel
psikologi positif yang memprediksi
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 41
kemungkinan karena keterlibatan konsep berperilaku nakal. Semakin matang emosi,
diri yang tinggi. semakin kecil kemungkinan remaja
Konsep diri secara parsial tidak berperilaku nakal. Semakin tidak matang
berhubungan dengan kenakalan remaja. emosi, semakin besar potensi remaja
Konsep diri remaja yang membumbung berperilaku nakal.
tinggi kemungkinan akan berkonflik
Kepustakaan
dengan kematangan emosi. Konsep diri
yang tinggi dan tidak terkontrol akan
Albin, R S. (1996). Emosi Bagaimana
menjadi tidak rasional. Kemantangan Mengenal, Menerima
emosi yang tidak mampu berperan dan
Mengarahkannya. Yogyakarta:
mengendalikan konsep diri yang Kanisius.
berkembang secara tidak rasional akan
membelokkan arah hubungan kematangan Haryono. (1996). Kematangan Emosi,
Pemikiran Moral, dan Kenakalan
emosi dengan kenakalan remaja. Remaja. Semarang: FIP-IKIP Semarang.
Kematangan emosi secara parsial
berhubugnan linier, berlawanan arah, dan Hay, I. (2000). Gender-Self-concept Profiles of
Adolescents Suspended from High
signifikan. Kematangan emosi akan School. Journal of Child Psychology and
menjauhkan remaja dari kemungkinan Psychiatry, 41, 3, 345-352.

JURNAL PSIKOLOGI 499


V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 42
KEMATANGAN EMOSI, KONSEP DIRI DAN KENAKALAN
REMAJA

Hurlock, E.B. (1996). Psikologi Perkembangan


Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Sarwono, S.W. (2001). Psikologi Remaja.
Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Jakarta: Rajawali Pers.


Kusumaredi, L.A. (2011). Fenomena Kenakalan
Remaja di Indonesia. http://ntb. Sears, D., Freedman, J., Peplau, L.
bkkn.go.id/rubrik/691/. 1994.
Unduh 18 Agustus 2011, Pukul 19.30. Psikologi Sosial. Jakarta : Erlangga.

Maria, U. (2007). Peran Persepsi Shavelson, B.J. & Roger, B (1982). Self-
Keharmonisan Keluarga dan Konsep Concept: The Interplay of Theory
Diri terhadap Kecenderungan Methods, Journal of Educational
Kenakalan Remaja. Tesis. Psychology, 72, 1, 3-17.
Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada.
Shiffer, N. Layhch-Sanner, J., &
Partosuwido, S.R. (1992). Penyesuaian Nadelman, L (1997). Relationship
Diri Mahasiswa Dalam Kaitannya Between Self- Concept ad Classroom
dengan Konsep Diri, Pusat Kendali Behavior in Two Informal
dan Status Perguruan Laporan Elementary Classroom. Journal of
Penelitian. Yogyakarta: Fakultas Educational Psychology, 72, 1, 349-
Psikologi Universitas Gadjah Mada. 359.

Purwanti, M. (1996). Menumbuhkan dan Tambunan, R. (2001). Perkelahian Pelajar.


Meningkatkan Motif Berprestasi www.e-psikologi.com. Unduh
Remaja, Upaya Pembinaan dan tanggal 17 Agustus 2011, Pukul
Pengembangan Generasi Muda. 20.20.
Jurnal Atma nan Jaya, April, 71-84.
Yanti, D. (2005). Keterampilan Sosial pada
Anak Menengah Akhir yang
Mengalami Gangguan Perilaku. e-
USU Repository. Medan: Program
Studi Psikologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.

Stuart, G.W. and Sundeen, S.J. (1998). Buku


Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 43

Sekolah Tinggi IImu Keperawatan


Volume 7 No. 1, Januari 2021 PPNI Jawa Barat

Studi Komparasi Gaya Kepemimpinan Antara Rumah Sakit Swasta dan Pemerintah

(Diwa Agus Sudrajat, Rahmi Rahmawati)

Efektivitas Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap Kualitas


Tidur pada Pasien Post Operasi:

Literature Review

(Dian Anggraini, Auliya Safinatunnajah)

Literature Review Hubungan Antara


Tipe Kepribadian dengan Kejadian
Hipertensi (Dede Rina, Nita Fitria,
Hendrawati)

Tingkat Stress Mahasiswa S1 Angkatan 2014 dalam Menghadapi


Peningkatan Strata Pendidikan di Fakultas Keperawatan Universitas
Padjadjaran Kampus Garut

(Gian Nurdiansyah, Ahmad Yamin, Iceu Amira DA)

Hubungan Durasi Penggunaan Gadget terhadap Prevalensi Astigmatisma

(Ctiita Widia, Ayu Nursobah, Darmono)

Pengaruh Cognitive Behavior Therapy (CBT) pada Peningkatan Harga Diri Remaja :
Literature Review

(Lia Juniarni, Wini Hadiyani, Nina Marlin a, Sandra R. Nurrandi, Tri Desi Anggita)
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 44

Studi Literatur : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Harga Diri Rendah pada
Remaja

(Efri Widianti, Lia Ramadanti, Karwati, Chandra Kirana K., Anjani Mumtazhas, Aprilia
Aulia Ardianti,

Nimas Safitri Ati, Nurhalimah Tri Handayani, Hanifah Hasanah)

Pengaruh Life Review Therapy terhadap Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
dengan Hemodialisis

(Trio Gustin Ratiay u)

The Effectiveness of Al-Qur'an Murrotal Therapy on Reducing Pain Among


Postoperative Patients: A Systematic Review (Bhakti Permana, Nunung
Nurhayati, Citra Nurintan Amelia, Linlin Lindayani)

Life Skill Remaja dalam Pencegahan HIV/AIDS

(Irma Darmawati, Dhika Dharmansyah, Linlin Lindayani, Ririn Alfyani)

Survei Kepadatan Jentik Nyamuk Aedes Aegypti pada


Penampungan Air dalam Rumah dan Implikasinya terhadap
Keperawatan Komunitas

(Khotafiatun, Sugiharto, Wiwiek Natalia)

Media Pembelajaran Jarak Jauh dalam Pendidikan Keperawatan

(Suci Noor Hayati, Gina Nurdina, Tri Antika Rizki Kusuma Putri)

ISSN
JURNAL KEPERAWATAN Hal. 1-89 Bandung 2354-84
KOMPREH ENSIF VOL. 7 NO. 1 Januari
2021 e—IS
259&87
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 45

DAFTAR ISI

Studi Komparasi Gaya Kepemimpinan Antara Rumah Sakit Swasta dan Pemerintah
(Diwa Agus Sudrajat, Rahmi Rahmawati) ............................................................................ 1-6

Efektivitas Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap Kualitas Tidur
pada Pasien Post Operasi: Literature Review

(Dian Anggraini, Auliya Safinatunnajah)...................................................................................7-14

Literature Review Hubungan Antara Tipe Kepribadian dengan Kejadian Hipertensi

(Dede Rina, Nita Fitria, Hendrawati)........................................................................................15-19

Tingkat Stress Mahasiswa S1 Angkatan 2014 dalam Menghadapi Peningkatan Strata


Pendidikan di Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Kampus Garut
(Gian Nurdiansyah, Ahmad Yamin, Iceu Amira DA)........................................................20-26

Hubungan Durasi Penggunaan Gadget terhadap Prevalensi Astigmatisma


(Chita Widia, Ayu Nursobah, Darmono)..................................................................................27-31

Pengaruh Cognitive Behavior Therapy (CBT) pada Peningkatan Harga Diri Remaja :

Literature Review

(Lia Juniarni, Wini Hadiyani, Nina Marlina, Sandra R. Nurrandi, Tri Desi Anggita).......32-38

Studi Literatur : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Harga Diri Rendah pada Remaja
(Efri Widianti, Lia Ramadanti, Karwati, Chandra Kirana K., Anjani Mumtazhas, Aprilia
Aulia Ardianti, Nimas Safitri Ati, Nurhalimah Tri Handayani,

Hanifah Hasanah)..................................................................................................................39-47

Pengaruh Life Review Therapy terhadap Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan
Hemodialisis

(Trio Gustin Rahayu)..................................................................................................................48-53

The Effectiveness of Al-Qur’an Murrotal Therapy on Reducing Pain Among Postoperative


Patients: A Systematic Review
(Bhakti Permana, Nunung Nurhayati, Citra Nurintan Amelia, Linlin Lindayani).............54-65

Life Skill Remaja dalam Pencegahan HIV/AIDS

(Irma Darmawati, Dhika Dharmansyah, Linlin Lindayani, Ririn Alfyani)..........................66-73

Survei Kepadatan Jentik Nyamuk Aedes Aegypti pada Penampungan Air dalam Rumah dan
Implikasinya terhadap Keperawatan Komunitas
(Khotafiatun, Sugiharto, Wiwiek Natalya)...............................................................................74-79
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 46

Media Pembelajaran Jarak Jauh dalam Pendidikan Keperawatan


(Suci Noor Hayati, Gina Nurdina, Tri Antika Rizki Kusuma Putri).....................................80-89
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 39

STUDI LITERATUR : FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


HARGA DIRI RENDAH PADA REMAJA

Efri Widianti1, Lia Ramadanti2, Karwati3, Chandra Kirana K.3, Anjani Mumtazhas4, Aprilia Aulia
Ardianti5, Nimas Safitri Ati6, Nurhalimah Tri Handayani7, Hanifah Hasanah8 1,2,3,4,5,6,7,8Fakultas
Keperawatan, Universitas Padjadjaran, Jawa Barat, Indonesia

Email: efri.widianti@unpad.ac.id

Abstrak

Harga diri rendah yang terjadi pada remaja dikarenakan secara psikologis konsep diri remaja belum matang dalam
berinteraksi dan bergaul. Harga diri rendah dapat mempengaruhi kemampuan remaja untuk bersosialisasi dengan
teman yang lain. Dari total kasus harga diri rendah yang terjadi 3 tahun terakhir (2016 - 2018) adalah 57 dengan
persentase 99,98%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara penampilan fisik
dengan terjadinya harga diri rendah situasional pada remaja. Metode yang digunakan adalah pendekatan narrative
review. Database utama yang digunakan untuk pencarian literatur adalah PubMed menggunakan kata kunci dengan
teknik bolean dalam bahasa Inggris yang disusun menjadi satu kalimat pencarian yaitu “Teenager” OR “Adolescent”
AND “Effect” OR “Impact” OR “Influence” AND “body image” AND “low self esteem” OR “low situasional self esteem”.
Terdapat 5 artikel yang digunakan, 2 artikel membahas terkait dampak atau hubungan peningkatan berat badan
dengan low self esteem, 2 artikel membahas terkait dampak dari perubahan warna kulit terhadap low self esteem baik
itu dari jerawat maupun acanthosis nigricans dan 1 artikel membahas terkait hubungan ketidakpuasan tubuh dan
harga diri pada remaja. Dari 5 jurnal penelitian yang telah kami pilih, penelitian-penelitian tersebut dilakukan di
Spanyol, Turki, America, Nigeria, dan US. Kesimpulan : Terdapat hubungan antara penampilan fisik dengan terjadinya
harga diri rendah situasional pada remaja, diantaranya hubungan jerawat hiperpigmentasi dengan harga diri rendah
yang berhubungan dengan wajah atau area lain yang tidak tertutup oleh pakaian berpengaruh langsung terhadap
tingkat keparahan jerawat dan hubungan kelebihan berat badan dengan harga diri rendah yang berpengaruh terhadap
perlakuan yang mereka terima dari teman sebayanya seperti komentar negatif, viktimisasi dan perundungan.

Kata Kunci : Adolescent, effect, body image, low self esteem, low situasional self esteem

Abstract

Low self-esteem that occurs in adolescents is due to psychologically immature adolescents' self-concept in interacting
and socializing. Low self-esteem can affect a teenager's ability to socialize with other friends. Of the total cases of low
self-esteem that occurred in the last 3 years (2016 - 2018) it was 57 with a percentage of 99.98%. The purpose of this
study was to determine the relationship between physical appearance and the occurrence of situational low self-
esteem in adolescents. The method used was a narrative review approach. The main database used for literary search
was PubMed using keywords with the Bolean technique in English which arranged into one search sentence, namely
39
V o l . 0 2 N o . 0 2 M y C a m p a i g n J o u r n a l | 40

"Teenager" OR "Adolescent" AND "Effect" OR "Impact" OR "Influence" AND "body image" AND "Low self esteem" OR
"low situational self esteem". There were 5 articles used, 2 articles discussed the impact or relationship of weight gain
with low self-esteem, 2 articles discussed the impact of skin discoloration on low self-esteem both from acne and
acanthosis nigricans and 1 article discussed the relationship of dissatisfaction. body and self-esteem in adolescents. Of
the 5 research journals we have selected, the studies were conducted in Spain, Turkey, America, Nigeria, and the US.
Conclusion: There is a relationship between physical appearance and the occurrence of situational low self-esteem in
adolescents, including the relationship of hyperpigmented acne with low self-esteem associated with the face or other
areas not covered by clothing, a direct effect on the severity of acne and the relationship between being overweight
and self-esteem. low which affects the treatment they receive from their peers such as negative comments,
victimization and bullying.

Keywords : Adolescent, effect, body image, low self esteem, low situasional self esteem

40
Studi Literatur : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Harga Diri Rendah pada Remaja (Efri Widianti)

PENDAHULUAN berpendapat bahwa kepuasan seseorang


Remaja merupakan masa transisi dari masa terhadap tubuhnya sangat berhubungan
kanak-kanak menuju masa dewasa (Febristi, dengan harga diri, dengan kata lain orang
Arif, & Dayati, 2020). Batas usia remaja yang memiliki kepuasan tubuh tinggi juga
menurut WHO yaitu 10-19 tahun, sedangkan akan cenderung memiliki harga diri tinggi.
menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Harga diri rendah yang terjadi pada remaja
Nomor 25 Tahun 2004, remaja adalah dikarenakan secara psikologis konsep diri
penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun. remaja belum matang dalam berinteraksi dan
Pada masa remaja akan terjadi perubahan- bergaul. Harga diri rendah dapat
perubahan fisik yang membentuk konsep mempengaruhi kemampuan remaja untuk
dirinya dan menilai kebermaknaan dirinya bersosialisasi dengan teman yang lain
dalam kehidupan (Nurliana, 2015 dalam (Fatimah, Arna, & Wilda, 2014). Komisi
Febristi, Arif, & Dayati, 2020). Salah satu Nasional Perlindungan Anak (2012)
konstruksi yang berkaitan dengan kognitif- menyebutkan bahwa prevalensi kejadian
afektif dan komponen perilaku adalah harga diri rendah pada remaja di Indonesia
penampilan yang disebut sebagai orientasi dibanding dengan anak remaja di kawasan
penampilan. Orientasi penampilan ini akan Asia, remaja di Indonesia berpeluang
berpengaruh pada investasi perilaku mengalami harga diri rendah sebesar 2%
seseorang sebagai ukuran kepuasan atau (Fatimah, Arna, & Wilda, 2014). Hasil Riset
ketidakpuasan tubuh (Quittkat, Hartmann, Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes
Düsing, Buhlmann, & Vocks, 2019). Santrock tahun 2013 menunjukkan prevalensi
(2007) menyatakan pada masa remaja terjadi gangguan mental emosional yang ditunjukkan
proses peralihan perkembangan yang dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan
melibatkan perubahan-perubahan dalam diri untuk usia 15 tahun keatas mencapai sekitar
individu, seperti perubahan biologis atau 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk
fisik, sosio-emosional, dan kognitif. Indonesia hal ini meningkat pada tahun 2018
Perubahan fisik menimbulkan dampak mencapai 9,8%. Berdasarkan data penderita
psikologis yang tidak diinginkan. Mayoritas harga diri rendah yang diambil di RSKD
anak muda lebih banyak memperhatikan Provinsi Maluku, yang pernah dirawat 3
penampilan mereka ketimbang aspek lain tahun terakhir (2016 – 2018) adalah tahun
dalam diri mereka, dan banyak di antara 2016 sebanyak 20 dengan persentase 35,08%,
mereka yang tidak suka melihat apa yang tahun 2017 sebanyak 25 persentase 43,85%,
mereka lihat di cermin. Anak perempuan tahun 2018 sebanyak 12 dengan presentase
memiliki perasaan tidak suka yang lebih 21,05%. Dari total kasus harga diri rendah
tinggi dibandingkan anak laki-laki, yang terjadi 3 tahun terakhir (2016 - 2018)
mencerminkan penekanan kultural yang lebih adalah 57 dengan persentase 99,98%. Harga
besar terhadap atribut fisik wanita (Papalia, diri yang tinggi dan konsep diri positif adalah
2011). Thompson (dalam Ridha, 2013) karakteristik penting dari kesejahteraan
mengungkapkan tingkat kepuasan dan individu (Santrock, 2007).
ketidakpuasan individu terhadap tubuhnya
Menurut Taylor, Peplau dan Sears (2009),
bergantung pada perasaan yang dimiliki
orang dengan harga diri yang rendah akan
individu serta harapan-harapan mengenai
berpikir buruk tentang diri sendiri, tidak
tubuhnya. Webster & Tiggemann (2003)
memiliki tujuan hidup yang jelas, cenderung

41
Studi Literatur : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Harga Diri Rendah pada Remaja (Efri Widianti)

pesimis tentang masa depan, mengingat masa Skrining tahap I dengan mengeliminasi
lalu mereka lebih negatif dan berkubang berdasarkan kriteria inklusi yaitu publikasi
dalam suasana hati negatif mereka dan lebih tahun 2010-2020. (3) Skrining tahap II
rentan terhadap depresi ketika mereka dengan mengeliminasi berdasarkan judul dan
menghadapi stress. Selain itu, semakin rendah abstrak (4). Membaca artikel hasil skrining
harga diri seseorang akan lebih berisiko tahap III secara keseluruhan sehingga
terkena gangguan kepribadian. Pada beberapa didapatkan artikel yang relevan (5). Membuat
penelitian mengaitkan rendahnya harga diri tabel evidence based practice menggunakan
dengan adanya kecemasan sosial. Orang yang artikel yang telah dianalisis.
memiliki harga diri yang rendah akan
memiliki perasaan takut gagal ketika terlibat Pencarian database elektronik dilakukan
dalam hubungan sosial. Individu dengan untuk mengidentifikasi studi yang relevan.
harga diri rendah sering mengalami depresi Database utama yang digunakan untuk
dan tidak bahagia. Selain itu tingkat pencarian lteratur adalah PubMed
kecemasan individu tersebut cenderung menggunakan kata kunci dengan teknik
tinggi, menunjukan implus-implus agresivitas bolean dalam Bahasa Inggris yang disusun
yang lebih besar, mudah marah dan menjadi satu kalimat pencarian yaitu
mendendam, serta selalu menderita karena “Teenager” OR “Adolescent” AND “Effect”
ketidakpuasan akan kehidupan sehari-hari OR “Impact” OR “Influence” AND “body
(Gracia, & Akbar, 2019). image” AND “low self esteem” OR “low
Maka dari itu, berdasarkan beberapa situasional self esteem”.
penelitian sebelumnya yang menyatakan
Artikel dipertimbangkan untuk ditinjau jika
bahwa harga diri rendah situasional pada
tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
remaja yang disebabkan karena penampilan
faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri
fisik akan menghasilkan dampak yang lebih
pada remaja. Selain itu, artikel yang
besar, menjadikan alasan untuk dilakukannya
dimasukkan untuk ditinjau jika memenuhi
penelitian lebih lanjut, dengan tujuan untuk
kriteria berikut : (1) diterbitkan dalam Bahasa
mengetahui hubungan antara penampilan fisik
Inggris, (2) diterbitkan antara tahun 2010
dengan terjadinya harga diri rendah
hingga 2020. Kriteria ekslusi adalah artikel
situasional pada remaja.
yang tidak menggambarkan faktor-faktor
METODE PENELITIAN yang mempengaruhi harga diri pada remaja.
Metode yang digunakan adalah pendekatan
Hasil pencarian dengan menggunakan kata
narrative review dengan mengikuti pedoman
kunci dan kriteria inklusi menghasilkan 396
Preferred Reporting items for Systemati
artikel yang kemudian dilakukan skrining
Reviews and Meta-Analyses (PRISMA) yang
tahun publikasi dan didapatkan 241 artikel,
diawali dengan pemilihan topik, kemudian
selanjutnya skrining judul dan didapatkan 7
menentukan pertanyaan penelitian
artikel yang memiliki potensi dalam
berdasarkan PICO, lalu merumuskan kata
memberikan informasi terkait hubungan
kunci dengan menggunakan teknik Boleaan.
penampilan fisik terhadap harga diri rendah
Dalam menentukan artikel yang dipilih
situasional pada remaja. Selanjutnya, 5 artikel
dilakukan (1) Melakukan seleksi file duplikat
dipilih dan 2 artikel tidak dimasukan karena
dengan cara membaca judul artikel. (2)
tidak relevan dengan tujuan pencarian.

41
Studi Literatur : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Harga Diri Rendah pada Remaja (Efri Widianti)

Artikel yang di skrining Artikel yang


tahap 1 (tahun publikasi) dikeluarkan
PubMed = 396 PubMed =
155
Identifikasi

Artikel yang diidentifikasi Artikel tambahan


melalui pencarian basis yang diidentifikasi
data PubMed = 396 melalui sumber lain
(n= 0)
Skrining

Artikel setelah duplikat


dihapus PubMed = 396

Artikel yang di Artikel yang


skrining tahap 1 dikeluarkan
(judul+abstrak) PubMed =
Uji Kelayakan

PubMed = 241 234

Artikel teks lengkap yang Artikel teks lengkap yang


dinilai untuk uji dikeluarkan dengan alasan
kelayakan Pub kurang relevan
Med = 7 PubMed = 2
Pengambilan

Artikel yang
dimasukkan dalam
sintesis kualitatif (n = 5)

PubMed = 5

Gambar 1. Diagram PRISMA Flow

42
Studi Literatur : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Harga Diri Rendah pada Remaja (Efri Widianti)

HASIL PENELITIAN badan dengan low self esteem, 2 artikel


membahas terkait dampak dari perubahan
Hasil pencarian melalui database warna kulit terhadap low self esteem baik itu
PubMed ditemukan 243 Artikel. Namun dari dari jerawat maupun acanthosis nigricans dan
banyaknya artikel tersebut kami memiliki 1 artikel membahas terkait hubungan
kategori yang sesuai untuk dijadikan evidence ketidakpuasan tubuh dan harga diri pada
based practice yaitu dengan kriteria artikel remaja. Dari 5 jurnal penelitian yang telah
dalam bahasa Inggris, tahun jurnal publikasi kami pilih, penelitian-penelitian tersebut
10 tahun terakhir. Untuk artikel yang diambil dilakukan di Spanyol, Turki, Amerika,
merupakan artikel yang telah di skrining Nigeria, dan U.S
berdasarkan judul dan abstrak didapatkan 5
Ringkasan global dari hasil pencarian
artikel dipilih, 2 artikel membahas terkait
disajikan dalam Tabel 1.
dampak atau hubungan peningkatan berat

Tabel 1.
Ringkasan artikel jurnal yang menginformasikan Faktor-faktor yang
mempengaruhi Harga Diri Rendah pada Remaja

Author Country Method Aim Populasi, Teknik Findings


(Languange) Sampling

Pirgon Ö, et Turki (English) Original Untuk menilai dampak Sebanyak 59 remaja Kelompok AN (Acanthosis Nigricans)
al. acanthosis nigricans perempuan obesitas (usia obesitas dengan kadar testosteron total
Research
(AN) terhadap depresi rata-rata: 13,19±1,3 tahun, yang lebih tinggi (> 50 ng / dL) memiliki skor
usia rentang: 12-17 tahun, SES yang lebih tinggi (2,55 ± 1,8 vs 1,42 ±
gejala, kualitas hidup
rata-rata indeks massa 1,2; p = 0,03) dibandingkan kelompok AN
terkait dan skor harga
tubuh:29.89±3.30). obesitas dengan kadar testosteron total
diri pada remaja
Remaja perempuan rendah. Harga diri diukur dengan
perempuan yang
obesitas dibagi menjadi menggunakan Rosenberg Self- Esteem Scale
mengalami obesitas
dua kelompok (SES). Dalam penelitian didapatkan bahwa
berdasarkan kehadiran skor SES yang lebih tinggi (status harga diri
atau ketiadaan AN rendah) ditentukan dalam remaja obesitas
(Acanthosis Nigricans). dengan acanthosis dan terkait dengan
Remaja sehat non-obesitas hiperandrogenisme. Penelitian ini juga
merupakan menunjukkan bahwa tingkat testosteron

kelompok kontrol (30 anak


perempuan, usia rata-rata:
13,5±1,4 tahun tinggi mungkin salah satu indikator
penting dari status harga diri yang rendah
pada gadis obesitas dengan AN
(Acanthosis Nigricans)

Murphy, C. American Original Untuk menyelidiki Sampel 1.023 siswa dengan Remaja yang mengalami kelebihan berat
M, et al. (English) Research hubungan serentak dan 52% perempuan, 24% non- badan atau obesitas lebih cenderung
Article prospektif antara Kulit Putih (5% Hitam, 3% merasa negatif tentang penampilan dan
kelebihan berat badan, Asia, 2% Indian Amerika, tubuhnya, selain itu hasil penelitian
SEPA (self-esteem for 8% ras campuran, dan 6% menunjukkan bahwa memiliki harga diri
physical appearance), lainnya), dan 12% Hispanik yang lebih rendah terkait dengan
dan mulai merokok. dan terdiri dari jumlah yang penampilan fisik seseorang dikaitkan
kira-kira sama dari Siswa dengan kemungkinan yang lebih besar 43
kelas 6, 7, dan 8 (masing- untuk mulai merokok di tahun-tahun
masing 33%, 32%, dan berikutnya dan menunjukkan bahwa self-
35%). Usia rata-rata adalah esteem for physical appearance (SEPA)
Studi Literatur : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Harga Diri Rendah pada Remaja (Efri Widianti)

Akinboro,
Nigerian Original Untuk mendokumentasi Populasi dan sampel dalam Perasaan psikologis subjektif semua
et al.
(English) Researc kan implikasi psikososial penelitian ini sebanyak 200 partisipan dengan jerawat, terdapat 49
h Article dan harga diri dari mahasiswa yang baru (24,5%) kesal secara emosional, 39
jerawat dan wajah diterima. Karakteristik
(19,2%) cemas, 29 (14,5%) depresi, 25
hiperpigmentasi pada demografi dan klinis
(12,5%) merasa dinilai oleh orang lain,
mahasiswa yang baru diperoleh dan jerawat
dan 17 (8,5%) merasa tidak diterima oleh
diterima. dinilai menggunakan US
lingkungan sosial, 15 (7,5%) merasa
Food and Drug
Administration (US-FDA) 5
terstigmatisasi, dan 12 (6,0%) dengan
harga diri rendah. Dari hasil tersebut
- kategori sistem global
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
klasifikasi jerawat. Para
yang signifikan antara jerawat
peserta menyelesaikan
hiperpigmentasi dengan harga diri
Indeks Cacat Jerawat
rendah. Hal ini terjadi karena prevalensi
Cardiff (CADI) dan skala
tertinggi yang diteliti adalah remaja yang
harga diri Rosenberg
mengalami masalah mild acne dan clear
(RSES), dan data dianalisis
acne. Selain itu, interpretasi budaya yang
menggunakan SPSS 20.
menganggap bahwa jerawat adalah hal
biasa yang terjadi di masa remaja
berpengaruh pada hasil penelitian ini.
Terjadinya penurunan harga diri
berpengaruh langsung terhadap tingkat
keparahan jerawat dan partisipan
dengan jerawat.

Álvarez- Spanyol Original Untuk menguji (1) sendiri sebagai kelebihan 3145 remaja di Asturias (Spanyol). Sampelnya hampir
García, D, (English) Research apakah remaja yang berat badan pada efek merata
et al menganggap dirinya tersebut.

kelebihan berat badan


anak laki-laki (50,7%)
berbeda dari orang lain
dalam hal viktimisasi dan perempuan (49,3%),
offline di sekolah,
berusia antara 12 dan 18 tahun (M = 14,03, SD =
cybervictimization,
harga diri, dan 1,40). Hampir semua
kesulitan berhubungan
(95,5%) memiliki ponsel sendiri. Sebagian besar (83,9%)
dengan teman sebaya;
menggunakan internet di waktu luang mereka untuk
(2) untuk memeriksa
kegiatan non-pekerjaan rumah.
kemungkinan efek
offline dan 93,3% menggunakan aplikasi perpesanan instan (mis.,
cybervictimization pada WhatsApp), dan 78,2% berpartisipasi dalam jejaring sosial
harga diri dan kesulitan (mis., Facebook) di waktu luang mereka
yang berkaitan dengan
teman sebaya; dan (3) Teknik sampling : random sampling
untuk memeriksa
kemungkinan peran
moderasi dari
mempersepsikan diri
44
Studi Literatur : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Harga Diri Rendah pada Remaja (Efri Widianti)
R n e n an ation dibandingkan remaja yang tidak
e g b dil dari menganggap dirinya kelebihan berat
m g i ap vikti badan. Selain itu harga diri yang lebih
a a h or misa rendah dan lebih banyak mengalami
j p a ka si kesulitan dalam berteman akibat rasa
a n n offli malu atau kecemasan sosial. Pada kedua

d le ne kelompok remaja, viktimisasi dan

y i b bi di cybervictimization berkorelasi satu sama

a r e h seko lain, kedua jenis viktimisasi memiliki

n i r se lah efek langsung negatif pada harga diri,

g n a rin dan dan harga diri pada gilirannya memiliki

y t g beb efek langsung negatif pada kesulitan

a m erap teman sebaya. Selain itu, viktimisasi


m
en a offline memiliki efek langsung dan positif
e b
ja jenis pada kesulitan teman sebaya.
n k a
di cybe Menganggap diri sendiri sebagai
g e d
ko rvic kelebihan berat badan memoderasi efek
a l a
rb timiz harga diri pada kesulitan teman sebaya.

Van den USA (Englisha) Original Untuk mengetahui Terdiri dari 4.745 remaja Hubungan keseluruhan
Berg, et al hubungan antara sampai kelas 12. antara ketidakpuasan
Research
ketidakpuasan tubuh tubuh dan harga diri disesuaikan dengan
Article Sebanyak 35% partisipan
dan harga diri rendah status berat badan, ras/etnis, SES, dan
berasal dari sekolah
menurut jenis kelamin, kelompok usia. Hubungan antara
menengah berusia lebih
usia, status berat badan, ketidakpuasan tubuh dan harga diri pada
muda. Usia rata-rata
ras / etnis, dan SES remaja laki-laki tidak berbeda secara
mereka adalah 12,8
(Gender, race/ethnicity, signifikan. Sedangkan pada remaja
tahun (SD = 0,8).
and socioeconomic perempuan, hubungan ketidakpuasan
status). tubuh dan harga diri berpengaruh
Sekitar 65% dari peserta
secara signifikan
berasal dari di sekolah
berdasarkan status berat badan,
menengah dengan usia
ras/etnis, dan SES. Pada remaja
yang lebih tua, usia
perempuan yang memiliki berat badan
rata- rata mereka
kurang tidak mempengaruhi harga diri
adalah 15,9 tahun (SD =
mereka. Sedangkan remaja perempuan
0,9
dengan berat badan rata-rata, berat
badan berlebih, dan obesitas akan
mempengaruhi harga diri pada remaja
putri.

45
Studi Literatur : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Harga Diri Rendah pada Remaja (Efri Widianti)

PEMBAHASAN masalah mild acne dan clear acne. Selain itu,


Di seluruh dunia, jumlah remaja diperkirakan interpretasi budaya yang menganggap bahwa
berjumlah 1,2 miliar atau sekitar 18% dari jerawat adalah hal biasa yang terjadi di masa
jumlah penduduk dunia (WHO, 2014). Pada remaja berpengaruh pada hasil penelitian ini.
masa remaja, tugas penting yang dihadapinya Selain gangguan kulit atau area tubuh lain
adalah mencari identitas diri, yaitu yang tidak tertutup, penampilan dan berat
menemukan jawaban dari pertanyaan badan merupakan salah satu faktor yang bisa
mengenai dirinya, mencakup keputusan, dan menimbulkan komentar negatif dan
standar tindakan, semua dievaluasi secara berpengaruh pada citra tubuh remaja tersebut.
pribadi atau orang lain (Pieter & Lubis, 2012). Ketidakpuasan terhadap tubuh tampaknya
Masa remaja adalah masa terjadinya krisis terkait dengan penurunan harga diri yang
identitas atau pencarian identitas diri, lebih besar dan aspek lain dari fungsi psiko-
karakteristik remaja 2 yang sedang berproses sosial pada wanita daripada pada pria (van
untuk mencari identitas diri ini juga sering den Berg., et. al, 2010). Hubungan antara
menimbulkan masalah pada diri remaja. Pada harga diri dan ketidakpuasan tubuh di
masa remaja ini, masa dimana individu kalangan remaja secara keseluruhan cukup
cenderung mengeksplorasi identitasnya, dan kuat. Remaja yang merasa memiliki berat
meningkatkan pemahaman dirinya berupa badan berlebih cenderung pernah menjadi
representasi kognitif remaja mengenai diri korban dalam viktimisasi dan perundungan.
dan harga diri remaja (Tavakoli, et.al, 2014)). Remaja yang mengalami perundungan dan
Harga diri meningkat seiring usia dan paling viktimisasi rentan terhadap harga diri rendah.
terancam selama masa remaja, ketika konsep Persepsi remaja tentang kelebihan berat badan
diri berubah dan banyak keputusan diri yang dapat memberikan pengaruh terhadap
dilakukan. Harga diri rendah atau low self perlakuan yang mereka terima dari teman
esteem diidentifikasi sebagai salah satu sebayanya. Ketika remaja mengalami harga
penyebab berbagai masalah yang dihadapi diri rendah, mereka akan sulit untuk
para remaja saat ini. Pentingnya harga diri berhubungan dengan teman sebaya karena
dalam membantu remaja mengatasi tantangan merasa malu dan cemas. (Álvarez-García et
dasar kehidupan, seperti penyesuaian al., 2020). Remaja perempuan yang memiliki
psikologis, keberhasilan akademik, kepuasan berat badan kurang tidak mempengaruhi
fisik, kesehatan dan hubungan sosial dengan harga diri mereka. Sedangkan remaja
orang lain (Anyamene & Chinyelu, 2016). perempuan dengan berat badan rata-rata, berat
Gangguan kulit yang berhubungan dengan badan berlebih, dan obesitas akan
wajah atau area lain yang tidak tertutup oleh mempengaruhi harga diri. Pada remaja laki-
pakaian dapat berpengaruh terhadap harga diri laki hubungan ketidakpuasan tubuh dan harga
seseorang. Terjadinya penurunan harga diri diri tidak ada perbedaan yang signifikan (Van
berpengaruh langsung terhadap tingkat Den Berg et al., 2010).
keparahan jerawat dan partisipan dengan
jerawat. Pada penelitian Akinboro et. al. KESIMPULAN
(2018), tidak ada perbedaan yang signifikan Berdasarkan literature review yang kami cari,
antara harga diri dan jerawat hiperpigmentasi. terdapat hubungan antara penampilan fisik
Hal ini dikarenakan prevalensi tertinggi yang dengan terjadinya harga diri rendah
diteliti adalah remaja yang mengalami situasional pada remaja, diantaranya

46
Studi Literatur : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Harga Diri Rendah pada Remaja (Efri Widianti)

hubungan jerawat hiperpigmentasi dengan bullying. Jurnal Ilmu Keperawatan: Journal of


harga diri rendah yang berhubungan dengan
Nursing Science, 4(1), 73-
wajah atau area lain yang tidak tertutup oleh
pakaian berpengaruh langsung terhadap
84.
tingkat keparahan jerawat dan hubungan
kelebihan berat badan dengan harga diri Febristi, A., Arif, Y., & Dayati, R. (2020). Faktor Sosial
dengan Self Esteem
rendah yang berpengaruh terhadap perlakuan
yang mereka terima dari teman sebayanya
seperti komentar negatif, viktimisasi dan
perundungan.

DAFTAR PUSTAKA

Álvarez-García, D., Núñez, A., Pérez- Fuentes,


M. D. C., & Núñez, J. C. (2020). Peer
victimization in overweight
adolescents and its effect on their
self-esteem and peer difficulties.
International Journal of
Environmental Research and Public
Health, 17(1).
https://doi.org/10.3390/
ijerph17010016.

Anyamene, A., & Chinyelu, N. (2016).


Effects of Assertive Training on the
Low Self-Esteem of Secondary School
Students in Anambra State, 4(1), 65–
78. https://doi.org/10.15640/jpbs.
v4n1a7.
Akinboro, A. O., Ezejiofor, O. I., Olanrewaju,
F. O., Oripelaye, M. M., Olabode, O.
P., Ayodele, O. E., & Onayemi, E. O.
(2018). The impact of acne and facial
post-inflammatory hyperpigmentation
on quality of life and self-esteem of
newly admitted Nigerian
undergraduates. Clinical, Cosmetic
and Investigational Dermatology, 11,
245–252. https://doi.org/10.2147/
CCID.S158129
Febriana, B. (2016). Pengaruh terapi kognitif
terhadap harga diri remaja korban
47
Studi Literatur : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Harga Diri Rendah pada Remaja (Efri Widianti)
(Harga Diri) Pada Remaja acanthosis nigricans. J Clin Res
Pediatr Endocrinol. Mar;7(1):63-8.
Dipanti Asuhan. Jurnal doi: 10.4274/jcrpe.1515. PMID:
Kebidanan, 6(1), 48– 25800478; PMCID: PMC4439894.
Quittkat, H. L., Hartmann, A. S., Düsing, R.,
56. Buhlmann, U., & Vocks, S. (2019).
https://doi.org/10.33024/j Body dissatisfaction, importance of
km. v6i1.2308 appearance, and body appreciation in
men and women over the
Fatimah, S., Arna, Y. D., &
lifespan. Frontiers in psychiatry, 10,
Wilda, Y. (2014).
864. https://doi.org/10.3389/fpsyt.
Penerapan Terapi
2019.00864
Aktifitas Kelompok (Tak)
Terhadap Perubahan Ridha, M. (2013). Hubungan antara body
Konsep Diri Remaja image dengan penerimaan diri pada
dengan Harga Diri mahasiswa Aceh di
Rendah. Jurnal Penelitian
Kesehatan, 12(2).
Gracia, F., & Akbar, Z. (2019).
Pengaruh Harga Diri
Terhadap Kecenderungan
Body Dysmorphic
Disorder Pada Remaja.
JPPP-Jurnal Penelitian
Dan Pengukuran
Psikologi, 8(1), 32-38.
https://doi.org/10.21009/J
PPP.081.05
Murphy, C. M., Janssen, T.,
Colby, S. M., & Jackson,
K. M. (2018). Low Self-
Esteem for Physical
Appearance Mediates the
Effect of Body Mass
Index on Smoking
Initiation Among
Adolescents. 1–11.
https://doi.org/10.
1093/jpepsy/jsy070
Papalia (2011). Human
Development (Psikologi
Perkembangan). Jakarta:
Kencana.
Pieter, H. Lubis. (2012). Pengantar Psikologi.
Jakarta: Prenada Media Group
Pirgon Ö, Sandal G, Gökçen C,
Bilgin H, Dündar B.
(2015). Social anxiety,
depression and self-
esteem in obese
adolescent girls with
48
Studi Literatur : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Harga Diri Rendah pada Remaja (Efri Widianti)

49
Studi Literatur : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Harga Diri Rendah pada Remaja (Efri Widianti)

Yogyakarta. EMPATHY Jurnal Fakultas Psikologi,


1(1).

Santrock, J.W. (2007). Life-span development, 11 edition. Boston:


McGraw-Hill.

Tavakoli, P., Setoodeh, G., Dashtbozorgi, B., Komili-Sani, H., &


Pakseresht, S. (2014). The influence of assertiveness
training on self-esteem in female students of government
high schools of Shiraz, Iran: A randomized controlled trial.
Nursing Practice Today, 1(1), 17-23.
Taylor, S. E., Peplau, L. A., & Sears, D. O. (2009). Psikologi
sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Tuasikal, H., Siauta, M., & Embuai, S. (2019). Upaya Peningkatan
Harga Diri Rendah Dengan Terapi Aktivitas Kelompok
( Stimulasi Persepsi ) di Ruang Sub Akut Laki RSKD
Provinsi Maluku. Jurnal Kesehatan, 2(4), 345–
35. https://doi.org/10.33368/woh. v0i0. 210

50
Studi Literatur : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Harga Diri Rendah pada Remaja (Efri Widianti)

Van den Berg, P. A., Mond, J., Eisenberg, M., Ackard, D., &
Neumark-Sztainer, D. (2010). The link between body
dissatisfaction and self-esteem in adolescents: similarities
across gender, age, weight status, race/ethnicity, and
socioeconomic status. The Journal of adolescent health :
official publication of the Society for Adolescent Medicine,
47(3), 290–296. https://doi.
org/10.1016/j.jadohealth.2010.02.004

Webster, J., & Tiggemann, M. (2003). The relationship between


women's body satisfaction and self-image across the life
span: The role of cognitive control. The journal of genetic
psychology, 164(2), 241-252.

51

Anda mungkin juga menyukai