Anda di halaman 1dari 3

6.

Belajar Dari Lubang Paku

Kisah inspiratif berikutnya adalah tentang seorang anak yang memiliki kondisi temperamen yang
begitu buruk. Lalu ia diberikan sebungkus paku yang dari ayahnya. Ayahnya berkata jika anak
tersebut sedang dalam kondisi marah ia harus memukul paku ke pagar.

Hari pertama ia menancapkan paku sebanyak 37. Namun seiring berjalannya waktu paku yang ia
tancapkan ke pagar mulai berkurang. Hingga pada suatu waktu ia berhasil tidak menancapkan paku
ke pagar.

Keberhasilan yang ia lakukan diceritakan kepada ayahnya. Sang ayahnya mulai memberikan perintah
kembali untuk mencabut semua paku yang ia tancapkan di pagar sebelumnya. Lalu ketika anak
tersebut telah menyelesaikan tugasnya, ia kembali menceritakan kepada ayahnya.

Lalu ayahnya mengajaknya keluar untuk melihat pagar tersebut dan berkata “bagus nak kamu sudah
menyelesaikan tugasmu dengan baik. Kamu sudah berhasil menguasai rasa amarahmu juga. Tapi
bagaimana dengan pagar tersebut masih tetap ada lubang yang tersisa dari tancapan paku itu?”
Tanya sang ayah kepada anak.

Lalu ayah tersebut mulai memberikan penjelasan singkat dengan berkata “lubang paku ini seperti
amarah yang kau lontarkan kepada orang lain naik. Mungkin  kau berhasil meminta maaf kepadanya
dan tak akan mengulanginya. Namun apakah luka yang akan  mereka terima bisa dengan cepat
sembuh?” Ucap ayah tersebut.

Dari cerita tersebut kita bisa belajar jika ucapan dan tindakan yang didasari oleh rasa amarah
hanyalah akan memberikan bekas luka kepada orang lain. Meski mereka memberikan ucapan maaf
kepada kita ketika permintaan maaf kita lontarkan.

Namun apakah kita bisa menjamin luka yang mereka rasakan dari ucapan atau tindakan yang kita
lakukan atas dasar amarah bisa sembuh, mungkin tidak. Bukan bagaimana cara mereka memberikan 
ucapan pengampunan kepada kita.

Tapi bagaimana kita mengendalikan emosi hingga tak menyakiti orang lain. Mungkin lidah adalah
salah satu bagian tubuh yang terbilang tidak membunuh orang lain. Akan tetapi ucapan yang keluar
dari mulut kita terkadang adalah salah satu senjata yang menyakiti orang lain tanpa kita sadari.

Maka dari itu mengontrol emosi adalah kunci untuk tidak menyakiti orang sekitar kita. Semua butuh
tahap, namun jika kita berusaha tentunya hasil pengendalian emosi dalam diri juga akan lebih
mudah tercapai.

Rekomendasi Buku

Belajar dari kisah inspiratif memang begitu menyenangkan. Kita bisa tahu apa saja kita untuk meraih
kesuksesan dalam karir. Bahkan untuk mengelola suatu emosi dalam diri juga bisa kita pelajari dari
sebuah kisah inspiratif lho.

Nah agar kalian bisa lebih paham bagaimana cara mudah untuk mengendalikan emosi. Maka tak ada
salahnya lho jika kalian membaca juga buku dengan judul “Seni Mengendalikan Emosi” ciptaan
Claudia Sabrina.
Buku dengan judul “Seni Mengendalikan Emosi” ini pertama kali diterbitkan pada tahun 2020 lewat
penerbit Bright Publisher. Sedangkan untuk jumlah halaman dari buku tersebut adalah sebanyak 140
lembar.

Dapatkan buku “Seni Mengendalikan Emosi” melalui toko buku Gramedia terdekat atau dengan
mengunjungi website resmi Gramedia.com.

Layanan Perpustakaan Digital B2B Dari Gramedia

ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir
untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital
kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah.
o Custom log

o Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas

o Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda

o Tersedia dalam platform Android dan IOS

o Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis

o Laporan statistik lengkap

o Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Anda mungkin juga menyukai