Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERPAJAKAN

Pajak penghasilan pasal 22 (pph pasal 22) dan pajak penghasilan pasal 23
(pph pasal 23)

Disusun Oleh :

 WANDA AYU SARTIKA (193214014)


AKUNTASI 6V AZIDIN

FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUSLIM


NUSANTARA (UMN)
AL WASHLIYAH T.A 2021/202

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
BAB l ................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2
BAB ll ................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
A. Definisi PPh 22 ............................................................................................ 3
B. Subjek PPh 22 ............................................................................................. 3
C. Objek PPh 22 .............................................................................................. 3
D. Tarif PPh 22 ................................................................................................ 4
E. Perhitungan PPh 22 .................................................................................... 4
F. Pengertian PPh Pasal 23 ............................................................................. 5
H. Tarif dan Penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 23............................... 5
I. Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 23 ................................................... 7
BAB lll .................................................................................................................11
KESIMPULAN ...................................................................................................11

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat dan karuni-Nya dapat menyelesaikan penyusunan makalah
perpajakan.

Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih yang yang
sebesar- besarnya kepada pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan penyusunan makalah perpajakan ini. Semoga dengan adanya
makalah perpajakan ini, dapat membantu dalam memahami materi nya.

Dalam pembuatan makalah ini, kami masih sadar masih banyak terdapat
kekurangan, terutama sekali dalam hal penyajian materi. Untuk itu kritik dan
saran pembaca saat penting bagi kami.

Akhir kata semoga Makalah perpajakan ini dapat berguna bagi diri saya
khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Perbaungan, 07 Maret 2022

Wanda Ayu Sartika

iii
BAB l
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dan sumber dana
alamnya. Pada saat ini, indonesia mengalami perkembangan
yangmendorong pemerintah untuk melakukan perubahan di segala sektor
demimeningkatkan pendapatan atau kas negara guna membiayain
pembangunan dana biaya-biaya negara dalam rangka menyelenggarakan
perubahan tersebut, pastilahmemerlukan dana yang tidak sedikit, dana
tersebut berasal dari APBN dan APBD, dimana sebagian besar bersumber
pada penerimaan pajak. dalam hal inimenjelaskan bahwa pajak memiliki
peranaan yang sangat penting dalamkehidupan bernegara, khususnya di
dalam pelaksanaan pembangunan pajakmerupakan salah satu sumber
pendapatan negara yang ada untuk membiayai pengeluaran termasuk
pengeluaran untuk meningkatkan pembangunan.

Pajak Penghasilan merupakan pajak yang di pungut oleh bendaharawan


pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, instansi
ataulembaga pemerintah atau lembaga lembaga negara lain berkenan
dengan pembayaran atas penyerahan barang. adan-badan tertentu yang
berkenandengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang
lainnya . DasarHukum PPh Pasal 22 Adalah UU Pajak Penghasilan Nomor
36 Tahun 2008

1
Pajak penghasilan pasal 23 merupakan pajak yang dipotong Atas
pengasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan
penghargaan, selain yang telah dipotong PPh pasal 21.

B. Rumusan Masalah
Pajak penghasilan pasal 22

Pajak Penghasilan Pasal 23

C. Tujuan Penulisan
Menjelaskan tentang Pajak Penghasilan baik itu pasal 22 maupun pajak
penghasilan pasal 23

2
BAB ll

PEMBAHASAN
A. Definisi PPh 22
Pph Pasal 22 Adalah Pemungutan Pajak Yang Di Lakukan Atas Pembelian
Barang, Impor Barang Dan Pembelian / Penjualan Barang Di Bidang Usaha
Tertenu. Oleh Karna Itu Yang Dilakukan Pemungukan Pph Pasal 22 Adalah
Pemasuk Barang Kepada Pemerintah , Impor Dan Pemasok/Beli Barang Dari
Badan-Badan Tertentu. Pajak Penghasilan (PPH) Pasal 22 Adalah Pph Yang
Di Pungut Oleh :

1. Bendahara Pemerintah Pusat / Daerah, Instansi Atau Lebaga Pemerintah Dan


Lembaga-Lembaga Negara Lain, Berkenan Dengan Pembayaran Atas
Penyerahan Barang .

2. Badan Badan Tertentu Baik Badan Pemerintah Maupun Swasta Berkenan


Dengan Kegiatan Di Bidang Impor Atau Kegiatan Usaha Di Bidang Lain.

3. Wajib Pajang Badan Yang Melakukan Penjualan Barang Yang Tergolong


Sangat Mewah.

B. Subjek PPh 22
 Importir sehubungan dengan impor

 Rekanan Pemerintah sehubungan dengan APBD/APBN/Non APBN

 Konsumen dengan badan tertentu

C. Objek PPh 22
 Importir sehubungan dengan impor

 Rekanan Pemerintah sehubungan dengan APBD/APBN/Non APBN

 Konsumen dengan badan tertentu

3
D. Tarif PPh 22

Atas impor :
 yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API), 2,5% (dua setengah
persen) dari nilai impor;
 yang tidak menggunakan API, 7,5% (tujuh setengah persen) dari nilai impor;
 yang tidak dikuasai, 7,5% (tujuh setengah persen) dari harga jual lelang.
 Atas pembelian barang yang dilakukan oleh DJPB, Bendahara Pemerintah,
BUMN/BUMD sebesar 1,5% (satu setengah persen) dari harga pembelian
tidak termasuk PPN dan tidak final.
 Atas penjualan hasil produksi ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur
Jenderal Pajak, yaitu:
 Kertas = 0.1% x DPP PPN (Tidak Final)
 Semen = 0.25% x DPP PPN (Tidak Final)
 Baja = 0.3% x DPP PPN (Tidak Final) d. Otomotif = 0.45% x DPP PPN
(Tidak Final) 4.
 Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh produsen atau
importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas adalah sebagai berikut:
Jenis Bahan Bakar
 Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor dari
pedagang pengumpul ditetapkan sebesar 2,5 % dari harga pembelian tidak
termasuk PPN.
E. Perhitungan PPh 22
Cara menghitung pph pasal 22 atas kegiatan impor barang Besarnya pph atas
impor: Yang menggunakan angka pengenal importer (AIP) tarif pemungutan
sebesar 2,5% dari nilai impor.Pph pasal 22 = 2,5% x nilai importer yang tidak
menggunakan angka pengenal importer (AIP) tariff pemungutannya sebesar
7,5% dari nilai impor Pph pasal 22 = 7,5%x nilai importer. Yang tidak di kuasai

4
tarif pemungutannya sebesar 7,5% dari harga jual lelang pph pasal 22 = 7,5%x
harga jual lelang.
Catatan Yang di maksut dengan niali impor adalah nilai berupa uang yang di
gunakan sebagai dasar perhitungan bea masuk . niali impor di hitung sebesar cost
insurance freight ( CIF ) + bea masuk +pemungutan pabean lainnya.
F. Pengertian PPh Pasal 23
Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan Pajak Penghasilan yang dipotong atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk
Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan
kegiatan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21, yang dibayarkan
atau terutang oleh badan pemerintah atau subjek pajak dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, Bentuk Usaha Tetap atau perwakilan perusahaan luar
negeri lainnya.
G. Pemotong PPh Pasal 23 Pemotong PPh Pasal 23 terdiri atas :
1. Badan pemerintah
2. Subjek pajak badan dalam negreri
3. Penyelenggara dalam negeri
4. Bentuk usaha tetap
5. Perwakilan perusahaan di luar negeri lainnya
6. Orang Pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri tertentu, yang ditunjuk oleh
kepala kantor pelayanan pajak sebagai pemotong PPh Pasal 23, yaitu:
a. Akuntan, arsitek, dokter, notaries, pejabat pembuat akta tanah (PPAT), kecuali
camat, pengacara, dan konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas
b. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan
atas pembayaran berupa sewa.
H. Tarif dan Penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 23

Penghasilan yang dikenakan PPh pasal 23 sesuai dengan pasal 23 UU No. 36


Tahun 2008 menetapkan tarif sebagai berikut:
1. Sebesar 15% dari Jumlah Bruto atas :

5
a. Dividen
b. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan
jaminan pengembalian utang
c. Royalty
d. hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh
yang dimaksut dalam Pasal 21 ayat 1
2. sebesar 2% dari jumlah bruto atas :
a. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali
sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan oenggunaan harta yang telah
dikenai PPh Pasal 4 ayat (2)
b. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa managemen, jasa konstruksi,
jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh pasal 21
 jasa penilai (appraisal)
 jasa aktuaris
 jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan
 jasa perancang
 jasa pengeboran dibidang penambangan minyak dan migas, kecuali yang
dilakukan oleh BUT
 jasa penunjang dibidang pembangunan migas dan panas bumi
 jasa penambangan dan jasa penunjang dibidang penambangan selain migas
 jasa penunjang dibidang penerbangan dan Bandar udara
 jasa penebangan hutan
 jasa ppengolaan limbah
 jasa penyedia tenaga kerja
 jasa perantara dan keagenan
 jasa dibidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan oleh
bursa efek, KSEI dan KPEI

6
 jasa custodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI
 jasa pengisian suara/ sulih suara
 jasa mixing film
 jasa sehubungan dengan software computer, termasuk perawatan,
pemelihraan dan perbaikan jasa instalasi/pemasangan mesin, pealatan, listrik,
telepon, air, gas, AC atau televisi kabel, selain yang dilakukan oleh wajib
pajak yang ruang lingkupnya dibidang konstruksi dan mempunyai izin atau
sertifikat sebagai pengusaha kontribusi
 jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air,
gas, AC atau televisi kabel, alat transportasi/kendaraan atau bangunan, selain
yang dilakukan oleh wajib pajak yang ruang lingkupnya dibidang konstruksi
dan mempunyai izin atau sertifikat sebagai pengusaha kontribusi
 jasa maklon
 jasa penyelidikan dan keamanan
 jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer
 jasa pengepakan
 jasa penyelidikan tempat dan waktu dalam media masa, media luar ruang atau
media lain untuk penyimpanan informasi
 jasa pembasmian hama
 jasa kebersihan atau cleaning service
 jasa catering atau tata boga
dalam hal Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan tersebut
tidak memiliki nomer NPWP besarnya tariff pemotongan adalah lebih tinggi
100% daripada tarif yang sebenarnya
I. Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 23

Beberapa jenis penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan PPh Pasal 23


sesuai dengan pasal 23 Aayat (4) uu No 17 tahun 2000, yaitu:
 penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank
7
 sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha
dengan hak opsi
 dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT sebagai wajin pajak
dalam negeri, koperasi, BUMN, BUMD, dari penyertaan modal pada badan
usaha yang
didirikan dan betempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
a. dividen berassal dari cadangan laba yang ditahan
b. bagi PT, BUMN dan BUMD yang menerima dividen, kepemilikan saham
pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal
yang disetor
 bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi termasuk pemegang unit penyertaan kontrak kolektif
 sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya
 penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa
keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman atau pembiayaan yang
diatur dengan PMK.
J. Saat Terutang, Penyetoran dan Pelaporan PPh
1. PPh Pasal 23 terutang pasa akhir bulan dilakukan pembayaran atau pada
akhir bulan terutangnya pengasilan yang bersangkutan.
2. PPh Pasal 23 harus disetorkan oleh pemotong pajak selambat-lambatnya
tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah bulan saar terutangnya pajak ke
bank presepsi atau kantor pos Indonesia
3. Pemotong PPh Pasal 23 diwajibkan menyampaikan SPT Masa selambat-
lambatnya 20 hari setelah masa pajak berakhir
4. Pemotong PPh Pasal 23 harus memberikan tanda bukti pemotongan kepada
orang pribadi atau badan yang dibebani PPh yang dipotong
5. Pelaksanaan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 23
dilakukan secara desentralisasi artinya dilakukan di tempat terjadinya
pembayaran atau terutangnya penghasilan yang merupakan Objek PPh Pasal
23, hal ini dimaksutkan untuk mempermudah pengawasan terhadap
8
pelaksanaan pemotongan PPh PAsal 23 tersebut. Transaksi-transaksi yang
merupakan objek pemotongan PPh pasal 23 yang pembayarannya dilakukan
oleh kantor pusat, PPh Pasal 23 dipotong, disetor dan dilaporkan oleh kantor
pusat, sedangkan objek PPh Pasal 23 yang pembayarannya dilakukan oleh
kantor cabang misalnya sewa kantor cabang, PPh Pasal 23 dipotong, disetor
dan dilaporkan oleh kantor cabang yang bersangkutan.
6 Perhitungan PPh Pasal 23
 Contoh Kasus-1:
Pada tanggal 10 May 2010, PT. Sukses Gagalnya, membagikan dividen
masing-masing Rp 10,000,000 kepada 20 pemegang sahamnya. Atas dividen
yang dibagikan, PT. Sukses Gagalnya wajib memungut PPh Pasal 23.
PPh pasal 23 yang harus dipotong PT. Sukses Gagalnya adalah : =>15% x Rp
10.000.000,- = Rp 150.000,=>20 x Rp 150.000,- = Rp 3.000.000,Saat terutang
: akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31 Mei 2010 Saat
Penyetoran : paling lambat 10 Juni 2010 Saat Pelaporan : paling lambat 20
Juni 2010
 2. Contoh Kasus-2:
Pada tanggal 20 agustus 2010, PT. Tukang Utang membayar bunga atas
pinjaman membayarkan bunga kepada PT. Lintah Darat sebesar Rp
90.000.000,PPh pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Tukang Utang adalah
: => 15% x Rp 90.000.000 = Rp 13.500.000,Saat terutang : akhir bulan
dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31 Agustus 2010 Saat Penyetoran :
paling lambat 10 September 2010 Saat Pelaporan : paling lambat 20
September 2010
 Contoh Kasus-3:
CV. Ayam Goreng Krenyes-Krenyes buat Lemes membayar Royalti kepada
Tuan. Doan Wiro Pasaribu atas pemakaian merek Ayam Goreng “Pak Doan”
sebesar Rp 1.000.000.000,- pada tanggal 2 Maret 2010
PPh pasal 23 yang harus dipotong CV. Ayam Goreng Krenyes-Krenyes buat
Lemes : => 15% x Rp 1.000.000.000,- = Rp 150.000.000,-

9
Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31 Maret
2010 Saat Penyetoran : paling lambat 10 April 2010 Saat Pelaporan : paling
lambat 20 April 2010
 Contoh Kasus-4 :
Doan Pasaribu mendapat hadiah sebuah mobil senilai Rp 200.000.000,- atas
undian tabungan yang diselenggarakan Bank Kecap ABC pada tanggal 20
Januari 2010 PPh pasal 23 yang harus dipotong Bank Kecap ABC adalah : =>
15% x Rp 200.000.000,- = Rp 30.000.000,Saat terutang : akhir bulan
dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31 Januari2010 Saat Penyetoran :
paling lambat 10 Februari 2010 Saat Pelaporan : paling lambat 20 Februari
2010
 Contoh Kasus-5 :
PT. Selalu Susah menyewa sebuah bus pariwisata dengan nilai sewa Rp
20.000.000,milik Budi
PPh pasal 23 yang harus dipungut PT. Selalu Susah => 2% x Rp. 20.000.000,-
= Rp 400.000,Apabila Budi tidak mempunyai NPWP maka PPh Pasal 23 yang
dipotong PT. Selalu susah adalah Rp 800.000,
 6. Contoh Kasus-6 :
PT Kalkulus meminta jasa dari Pak Dodi untuk membuat sistem akuntansi
Perusahaan dengan imbalan sebesar Rp. 22.000.000,- (sudah termasuk PPN)
PPh pasal 23 yang dipotong PT kalkulus adalah 2% x Rp 20.000.0000,- = Rp
400.000,PT. Celalu cayang dy membayarkan jasa konsultan PT Jaya sebesar
Rp 2.200.000 ( termasuk PPN). PT jaya tidak mempunyai NPWP maka PPh
pasal 23 yang dipotong PT. Celalu cayang dy adalah: 200% x 2% x Rp
2.000.000 = Rp 80.000,-

10
BAB lll

KESIMPULAN

PPh Pasal 22 adalah pajak yang dikenakan pada bendahara atau badan-
badantertentu, baik milik pemerintah maupun swasta yang melakukan kegiatan
perdagangan ekspor, impor dan re-impor. Sekarang dengan adanya
PeraturanMenteri Keuangan No. 90/PMK.03/2015, pemerintah melebarkan badan-
badanyang berhak memungut PPh Pasal 22 yaitu menjadi wajib pajak badan
yangmelakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah.

PPh Pasal 22 dikenakan terhadap perdagangan barang yang dianggap


menguntungkan’, karena itu PPh Pasal 22 dapat dikenakan baik saat penjualan
maupun pembelian.

Tarif PPh Pasal 22 bervariasi tergantung dari objek pajaknya, yaitu berkisarantara
0,25%-1,5%

Pemerintah telah menambahkan objek PPh Pasal 23 menjadi 62 jenis jasa


lainnyadalam Peraturan Menteri Keuangan No. 141/PMK.040/2015.

PPh Pasal 23 adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan atas modal, penyerahan
jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPhPasal 21.
Tarif PPh 23 ada dua yaitu 15% dan 2% tergantung pada objek pajaknya.

11

Anda mungkin juga menyukai