Anda di halaman 1dari 2

Pertumbuhan penduduk dunia yang cukup tinggi dari tahun ke tahun dan diperkirakan

saat ini sudah mencapai 7,6 miliar orang. Bertambahnya jumlah penduduk dunia ini berimbas
dengan peningkatan kebutuhan sarana transportasi yang pada akhirnya mempengaruhi jumlah
kebutuhan bahan bakar.. Bahan bakar fosil merupakan bahan bakar terbanyak yang
digunakan saat ini. Namun ketersediaan bahan bakar tidak terbarukan ini semakin menipis
dan sudah tidak bisa diandalkan di masa yang akan datang.. Salah satu cara mengurangi
ketergantungan terhadap minyak dan mengurangi pemanasan global dan efek rumah kaca
yaitu dengan menggunakan bioetanol. Pemanfaatan bioetanol didukung dengan adanya
Peraturan Mentri ESDM Nomor 12 tahun 2015 yang menyebutkan bahwa penggunaan
bioetanol E5 diwajibkan pada tahun 2020 dengan formulasi 5% etanol dan 95% bensin dan
meningkat menjadi E20 pada tahun 2025. Peraturan Menteri ESDM tersebut mengalami
kendala rendahnya produksi etanol nasional sehinggga pemerintah merevisi penerapan
kandungan bioetanol menjadi 2% pada tahun 2020. Pada uji coba pertamina dalam penerapan
E20 mengalami kendala tingginya biaya bahan baku (Pertamina.com, 2019). Dari adanya
kendala tersebut, pembuatan bioetanol dari limbah diharapkan dapat membantu adanya krisis
etanol nasional.
Saat ini sumber energi bahan bakar dari sumber alam sudah banyak dikembangkan.
Salah satu sumber energi tersebut adalah bioetanol. Bioetanol sudah dikembangkan
diberbagai belahan dunia dan saat ini Brazil dan Amerika Serikat merupakan negara produsen
bioethanol terbesar didunia. Brazil memproduksi bioethanol dari tebu dengan jumlah
produksi pada tahun 2004 sekitar 15 juta m3 . Sedangkan Amerika Serikat memproduksi
bioethanol dari jagung dengan produksi 14 juta m3 pada tahun yang sama. Sedangkan
Spanyol menjadi negara terbesar di eropa yang memproduksi bioethanol (Arlianti, 2018).
Bioetanol adalah cairan biokimia yang dapat dihasilkan dari kandungan glukosa, selulosa,
dan pati atau karbohidrat dengan bantuan mikroorganisme (Fadly Khaira et al., 2015). Salah
satu bahan yang berpotensi sebagai sumber bioetanol yaitu kulit manggis. Orozco dan Failla
(2013) melaporkan bahwa komponen seluruh buah manggis yang paling besar dalah kulitnya,
yakni 70-75%, sedangkan daging buahnya hanya 10-15% dan bijinya 15-20%. Kandungan
xanton tertinggi terdapat dalam kulit buah manggis, yakni 107,76 mg per 100 g kulit
buahnya. Di dalam kulit buah manggis terkandung nutrisi seperti karbohidrat (82,50%),
protein (3,02%), dan lemak (6,45%). Potensi manggis di Indonesia berdasarkan produksi
yang dihasilkan tahun 2018 mencapai 228.155 ton. Provinsi Bali merupakan penghasil
manggis ke enam setelah Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Barat, Banten dan Jawa Tengah,
dengan produksi tahun 2018 mencapai 15.228 ton atau berkontribusi terhadap produksi
nasional sebesar 6,67 persen (BPS, 2019). Berdasarkan total produksi manggis di Bali, salah
satu daerah sentra produksi manggis adalah Kabupaten Badung dengan

Anda mungkin juga menyukai