Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS PERMASALAHAN BERPIKIR SISTEM

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan dan Berpikir Sistem
Kesehatan Masyarakat

Dosen Pengampu : dr. Ngakan Putu DS, M.Kes.

Disusun oleh

Catrin Dewi Saputri

6411418129

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................. i


BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Apa itu Berpikir........................................................................................ 2
2.2. Siapa yang Berpikir................................................................................... 2
2.3. Kapan Berpikir .......................................................................................... 2
2.4. Mengapa Berpikir ..................................................................................... 2
2.5. Dimana Berpikir ....................................................................................... 3
2.6. Bagaimana Berpikir .................................................................................. 3

BAB III. PEMBAHASAN


3.1. Permasalahan ......................................................................... 4
3.2. Analisis Permasalahan ........................................................... 4

BAB III. PENUTUP


3.1. Kesimpulan ............................................................................ 8
3.2. Saran ......................................................................................
8

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 9

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Konsep pembelajaran berpikir sistem mengarah kepada pengembangan


manusia seutuhnya. Seorang pakar filosofi pendidikan mengatakan, konsep
pengembangan manusia seutuhnya muncul untuk mengimbangi konsep
pendidikan yang mengarah kepada spesialisasi yang sempit, karena seharusnya
seorang spesialis dilengkapi dengan pengetahuan mengenai totalitas kehidupan
agar supaya pengetahuannya itu akan bermanfaat bagi kehidupannya sendiri
maupun umat manusia. (Tilaar, 2000: 131)

Oleh karena itu, dalam pembelajaran ini kita menggunakan konsep


Berpikir Sistem. Paradigma berpikir sistem ini dikembangkan oleh WWF (World
Wild Fund) dengan gagasan “New Perspective on Thinking and Learning for
Sustainability”, dengan menggunakan metode Berpikir Sistem, yaitu program
kegiatan pendukung pembelajaran untuk membentuk karakter anak didik sehingga
mampu berpikir sistemik menggunakan pendekatan pemahaman lingkungan mulai
dari planet bumi sampai dengan ekosistem penyusunnya.

Proses membangun kesadaran ini akan dimulai dengan menanamkan “cara


berpikir sistem” (systems thinking, atau relational thinking atau ecological
thinking atau holistic thinking atau integrative thinking). Kenapa relational
thinking? Karena cara kita berpikir mempengaruhi bagaimana kita melihat dan
mempengaruhi bagaimana kita bertindak. (Sistem and Fund, 2000)

1.2. RUMUSAN MASALAH


Bagaimana konsep berpikir sistem tersebut ?
1.3. TUJUAN
Untuk mengetahui konsep berpikir sistem

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. APA ITU BERPIKIR

Pemikiran sistem adalah suatu pemahaman mengenai keterbatasan


manajemen dan kemampuan untuk mengevaluasi sistem yang diajukan oleh
pengajar manajemen. Suatu cara pandang komprehensif yang membuat inisiatif
perubahan organisasional di masa datang mengalami keberhasilan.
Alasan terakhir adalah, pola berpikir sistem juga dapat digunakan di dunia usaha
oleh manajemen yang visioner, manajemen yang bisa membaca aspirasi mengenai
apa yang diperlukan perusahaan di masa datang, dan manajemen yang mempunyai
suatu perasaan bahwa pemikiran sistem adalah pemikiran yang sesuai dengan
situasi masa kini, atau bahkan bisa dijadikan sebagai cara-cara manajemen
modern di masa datang. Namun begitu, hal ini juga membutuhkan suatu
perspektif baru dalam perusahaan, yang mencakup semua kepentingan
dari stakeholder, supplier, customer, dan komunitas lokal.
2.2. SIAPA YANG BERPIKIR

Sejak bayi, ternyata manusia sudah mampu membuat keputusan dan pola
pikir kritis yang sederhana. Dalam sebuah penelitian terbaru terungkap setidaknya
sejak usia satu tahun kita sudah bisa menganalisis masalah. Sebelumnya, ilmuwan
yakin bahwa kemampuan komunikasi menjadi salah satu dasar untuk
pengembangan logika berpikir. Untuk itu, bayi dianggap belum mampu berpikir
secara logis karena kemampuan bahasa mereka belum berkembang sempurna.
2.3. KAPAN BERPIKIR

Berpikir bisa kapan saja, memikirkan hal yang penting atau bahkan hal –
hal yang tidak penting. Bahkan diluar kesadaran kita, tanpa sengaja memikirkan
hal – hal yang terduga yang terlintas di dalam otak kita.

2.4. MENGAPA BERPIKIR


3

Dengan demikian berpikir secara sistematis, terarah dan memiliki tujuan


yang dinamakan bernalar tersebut, dipandang sebagai sebuah bentuk keseriusan
dalam aktivitas akal manusia. Dengan kata lain, melalui proses bernalar manusia
seringkali berharap untuk bisa menemukan jawaban-jawaban terhadap masalah
yang dihadapi.

2.5. DIMANA BERPIKIR

Letak pikiran adalah didalam proses kognitif itu sendiri. Selama otak
menjalani proses-proses rumit dengan mekanisme fisiologi yang runtut dan
berfungsi untuk menerima, menyimpan dan mengingat informasi, maka itu berarti
otak kita bekerja dan pikiran kita memang nyata berada didalamnya. Berfikir
berarti mengerahkan segala kemampuan kognitif dalam keadaan sadar maupun
tidak sadar. Letak pikiran biasanya memang tidak kita sadari, namun hasil dari
fikiran tersebut adalah bukti bahwa pikiran merupakan produk terpenting bagi
kelangsungan hidup manusia.

2.6. BAGAIMANA BERPIKIR

Mekanisme dasar dari sel otak manusia merefleksikan proses pencocokan


pola atau pengenalan pola. Saat seseorang melakukan refleksi, situasi baru dan
pengalaman baru dinilai berdasarkan apa yang diingat. Untuk membuat penilaian
ini, pikiran mempertahankan pengalaman saat ini dan mengurutkan pengalaman
masa lalu yang relevan. Hal tersebut dilakukan dengan mempertahankan agar
pengalaman kini dan masa lalu sebagai pengalaman yang terpisah. Pikiran dapat
mencampur, mencocokkan, menggabungkan, menukar, dan mengurutkan konsep-
konsep, persepsi, dan pengalaman. Proses ini disebut
penalaran. Logika adalah ilmu tentang penalaran. Kesadaran akan proses
penalaran ini adalah jalan masuk kedalam kesadaran
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. PERMASALAHAN

Masalah sesungguhnya adalah ketika kita tidak memiliki masalah.


Mengapa ada perspektif seperti ini? Karena proses pemecahan masalah yang
berkesinambungan merupakan kegiatan peningkatan kualitas yang
berkesinambungan pula. Jadi ketika tidak ada kegiatan pemecahan masalah,
berarti tidak ada peningkatan kualitas. Proses untuk memandang masalah menjadi
positif ini penting untuk membuat kita tidak terjebak dari emosi negatif, yang
sering timbul ketika kita berpikir negatif. Ketidakadaan emosi negatif dapat
mendukung proses kreatifitas dalam mencari pemecahan masalah. Kita jarang bisa
menjadi kreatif jika sedang terbakar oleh emosi negatif. Bukankah semua emosi
adalah negatif? Apakah ada emosi positif? Ada. Salah satunya adalah cinta. Cinta
adalah emosi positif yang dianggap mampu mendorong kreativitas. Jadi mulai
sekarang "cintailah masalah", dengan cara memandang masalah sebagai
kesempatan perbaikan. Bayangkan jika tidak ada masalah, anda tidak punya
kesempatan untuk membuktikan kemampuan diri.
Cara terbaik mendefinisikan masalah adalah adanya gap atau celah antara
apa yang idealnya diinginkan dengan apa yang terjadi saat ini (Hosotani February
2004). Definisi ini memberikan kenetralan terhadap cara pandang masalah, baik
untuk masalah negatif maupun positif.
Pengertian celah/gap ini juga memaksa kita untuk mendefinisikan kondisi
saat ini dan kondisi ideal yang kita inginka. Sesuatu hal yang terkadang lupa kita
lakukan, terutama jika masalah akan dibahas di dalam sebuah pembahasan
kelompok. Seringkali setiap anggota rapat memiliki pengetahuan yang berbeda
tentang kondisi saat ini serta memiliki perspektif yang bertentangan terhadap
kondisi ideal yang diinginkan. Tanpa proses klarifikasi dan pendefinisian
bersama, rapat dapat berjalan sangat tidak produktif.(Hidayatno, 2016)
3.2. ANALISIS
5

Definisi sistem menurut World Health Organization (WHO) menekankan


pada suatu pendekatan dalam memecahkan masalah. Dalam laporan tentang
aplikasi Berfikir Sistem dalam sistem kesehatan, WHO (2009) mendefinisikan
sistem sebagai berikut: “an approach to problem solving that views "problems" as
part of a wider, dynamic system”. Terjemahan secara bebas definisi tersebut
adalah sistem merupakan suatu pendekatan untuk memecahkan masalah dengan
“masalah” sebagai bagian dari masalah yang lebih luas yang besifat dinamis.
Misalnya masalah kepatuhan ibu hamil dalam menjalankan pemeriksaan
kehamilan (Ante Natal Care/ANC) merupakan bagian dari masalah sosial dan
budaya yang ada di keluarga dan wilayahnya. Artinya masalah kepatuhan itu
bukan hanya dilekatkan pada si ibu hamil sendiri. Penyebaran penyakit
leptospirosa merupakan masalah yang diturunkan dari masalah lingkungan dan
ekologis yang lebih luas seperti kebiasaan buang sampah, banjir, lingkungan
kumuh dan sebagainya.(Heryana and Unggul, 2018)

Namun secara sederhana dalam berpikir sistem, berpikir logis membantu


membebaskan diri dari imajinasi yang terlalu liar sehingga meninggalkan
kemasukakalan, ketika menganalisa sebuah masalah. Tanpa ada batasan logika
maka lamunan yang dilakukan akan tidak praktis atau down-to-earth dan tidak
memiliki perbedaan dengan khayalan. Berpikir logis yang berbasis kepada olah
argumen akan membantu kita dalam mengajak lawan bicara setuju dengan kita,
suatu proses yang penting pula dalam berpikir sistem. Berpikir logis dengan
kedisiplinan urutan argumen, juga memudahkan melakukan berpikir sistem,
karena komponen-komponen argumen harus dirangkai dalam urutan sedemikian
rupa sehingga secara lagika bisa diterima.
Jika digabungkan pemahaman dari definisi berpikir, proses berpikir, pola
berpikir dan definisi dari sistem, maka berpikir sistem didefinisikan sebagai,
Keahlian berpikir untuk melihat struktur umpan-balik sebab-akibat pada elemen-
elemen sistem permasalahan dalam berbagai dimensi kontekstual yang bisa
mengubah ciri holistik dari sistem dengan sebuah proses yang iteratif dan
interaktif untuk membangun, memodifikasi dan meningkatkan kualitas struktur
6

internal pikiran (model mental) melalui serangkaian pertanyaan dialogis reflektif


yang berbasis pada ciri-ciri sistem sebagai alat bantunya .
Istilah “berpikir sistem” dipopulerkan dalam buku 5th Discipline oleh Peter Senge
di awal tahun 1990an. Buku ini membahas bahwa untuk menjawab tantangan
kompleksitas dunia di masa akan datang, organisasi perlu membangun 5
kedisiplinan utama: keahlian personal, visi bersama, belajar secara kelompok,
model mental dan berpikir sistem.
Berpikir sistem berarti adalah serangkaian pertanyaan untuk mengeluarkan
ciri sistem dari permasalahan yang dihadapi. Kelompok Pertanyaan-pertanyaan ini
tentunya berdasarkan ciriciri sistem, karena ciri-ciri inilah yang kita butuhkan
untuk mendapatkan gambaran sistemik.
Sebuah sistem pasti memiliki tujuan
a. Apakah tujuan sistem yang sedang anda amati? Apakah ada perubahan
dari tujuan sistem saat ini dengan sebelumnya? bagaimana pada masa yang
akan datang, apakah akan berubah?
b. Apa tujuan sebuah sistem yang sempurna/ideal menurut kita?
c. Apakah ada perbedaan tujuan sistem pada komponen-komponennya
(termasuk perbedaan interpretasi)? Apakah ada tujuan yang bertentangan?
Paralel? Atau Seri (satu per satu bertahap)
Dalam pengalaman, beberapa komponen pengajaran berpikir sistem yang
harus disiapkan adalah :
a) Teori Berpikir
Konsep Lateral Thinking dari Edward De Bono merupakan pendekatan yang
paling pas dalam mengajak mahasiswa untuk mengevaluasi pola pikirnya. Dari
Lateral Thinking mahasiswa bisa arahkan ke pengenalan konsep model mental
dengan proses interaktif "selidik dan argumen" (inquiry and advocacy).
b) Teori Sistem
Teori sistem mengenalkan konsep sistem yang berfokus kepada interdependensi
komponen dibandingkan fokus kepada komponen.
c) Konsep Model Mental
7

Konsep model mental melanjutkan konsep lateral thinking yang melihat berpikir
sebagai sebuah keahlian. Model mental mendorong individu untuk melihat pola
berpikirnya sebagai sebuah pola sementara yang bisa disusun ulang menjadi lebih
baik dibandingkan memandangnya sebagai sebuah pola permanen.
BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Berpikir sistem bukanlah sebuah pola berpikir yang independen dan unik.
Sebenarnya secara konseptual, pola berpikir sistem merupakan kombinasi dan
pengembangan dari pendekatan atau pola berpikir lainnya. Metode atau alat yang
digunakan pun bisa mengadopsi berbagai metode dan alat yang digunakan di
berbagai konsep lain, seperti kualitas, pemecahan masalah dan lainnya.
4.2. SARAN

Tujuan proses berpikir sistem adalah untuk menyiapkan diri kita ketika
kita menghadapi permasalahan yang kompleks dengan baik dan lebih baik. Hal ini
bisa dilakukan dengan membangun dengan baik pula sebuah mental model baru
ketika kita menghadapi masalah yang baru. Masalah yang sama bisa kita
selesaikan dengan lebih baik dengan memodifikasi dan meningkatkan kualitas
mental model lama kita.
DAFTAR PUSTAKA

Heryana, A. and Unggul, U. E. (2018) ‘SISTEM : Teori , Pengertian dan Berfikir Sistem
Aplikasi dalam Bidang Kesehatan’, (November 2017).

Hidayatno, A. (2016) ‘Berpikir Sistem: Pola Berpikir untuk Pemahaman Masalah yang
lebih baik’, (October 2013).

Sistem, B. and Fund, W. W. (2000) ‘Pendahuluan berpikir sistem’.

http://lingkarlsm.com/pemikiran-sistem/

https://www.kompasiana.com/shepty_dhea/5500dc96a33311376f512627/mengapa-
harus-berpikir

https://beritagar.id/artikel/gaya-hidup/sejak-bayi-manusia-mampu-berpikir-logis

Anda mungkin juga menyukai