Anda di halaman 1dari 13

MENTAL MODEL TRADISIONAL

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan dan Berpikir Sistem
Kesehatan Masyarakat

Dosen Pengampu : dr. Ngakan Putu DS, M.Kes.

Disusun oleh

Catrin Dewi Saputri

6411418129

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1. LATAR BELAKANG...............................................................................1

1.2. RUMUSAN MASALAH..........................................................................1

1.3. TUJUAN...................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................2

2.1.APA ITU MENTAL.......................................................................................2

2.2.SIAPA YANG PUNYA MENTAL...............................................................3

2.3.KAPAN ADA MENTAL...............................................................................3

2.4.MENGAPA ADA MENTAL.........................................................................4

2.5.DIMANA ADA MENTAL............................................................................4

2.6.BAGAIMANA TIMBUL MENTAL.............................................................4

BAB III PEMBAHASAN........................................................................................6

3.1. PERMASALAHAN......................................................................................6

3.2. ANALISIS.....................................................................................................6

BAB IV PENUTUP.................................................................................................8

4.1. KESIMPULAN.............................................................................................8

4.2. SARAN.........................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Kesehatan mental lebih dari sekadar tidak adanya gangguan mental. Dimensi
positif dari kesehatan mental ditekankan dalam definisi WHO tentang kesehatan
seperti yang terkandung dalam konstitusi: “Kesehatan adalah keadaan fisik,
mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya tidak adanya penyakit.” Konsep
kesehatan mental meliputi persepsi efikasi diri, dan pengakuan kemampuan untuk
merealisasikan potensi intelektual dan emosional seseorang. Ini juga telah
didefinisikan sebagai keadaan kesejahteraan di mana individu mengenali
kemampuan mereka, mampu mengatasi tekanan kehidupan, bekerja secara pro-
produktif, dan membuat kontribusi untuk komunitas mereka.(‘No Title’, 2013)

Di sisi lain, Rogers mengenalkan konsep fully functioning person sebagai bentuk
kondisi mental yang sehat (Schultz dalam Notosoedirdjo & Latipun, 2002). Ada 5
indikasi utama dari fully functioning person, yaitu terbuka terhadap pengalaman,
ada kehidupan pada dirinya, kepercayaan kepada organismenya, kebebasan
berpengalaman, dan kreativitas. Sementara itu, Maslow dan Mittlemenn (dalam
Notosoedirdjo & Latipun, 2002) mengatakan bahwa kondisi yang sehat secara
psikologis merupakan suatu keadaan apabila individu sudah mencapai pemenuhan
kebutuhannya yang paling tinggi—secara hirarkis dalam teori Hierarki Kebutuhan
Manusia, yaitu self-actualization.(Hidayat and Riau, 2017)

1.2. RUMUSAN MASALAH


1.2.1. Bagaimana permasalahan mental model tradisional tersebut ?
1.2.2. Bagaimana analisis permasalahan mental model tradisional itu ?

1.3. TUJUAN
1.3.1. Untuk mengetahui permasalahan mental model tradisional
1.3.2. Untuk mengetahui analisis permasalahan mental model tradisional

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.APA ITU MENTAL


Pengertian “mental” secara definitif belum ada kepastian definisi yang jelas dari
para ahli kejiwaan. Secara etimologi kata “mental” berasal dari bahasa Yunani,
yang mempunyai pengertian sama dengan pengertian psyche, artinya psikis, jiwa
atau kejiwaan. 

James Draver memaknai mental yaitu “revering to the mind” maksudnya adalah
sesuatu yang berhubungan dengan pikiran atau pikiran itu sendiri.

Secara sederhana mental dapat dipahami sebagai sesuatu yang berhubungan


dengan batin dan watak atau karakter, tidak bersifat jasmani (badan).

Kata mental diambil dari bahasa Latin yaitu dari kata mens atau metis yang
memiliki arti jiwa, nyawa, sukma, roh, semangat. Dengan demikian mental ialah
hal-hal yang berkaitan dengan psycho atau kejiwaan yang dapat mempengaruhi
perilaku individu. Setiap perilaku dan ekspresi gerak-gerik individu merupakan
dorongan dan cerminan dari kondisi (suasana) mental.

Sedangkan secara terminologi para ahli kejiwaan maupun ahli psikologi ada
perbedaan dalam mendefinisikan “mental”. Salah satunya sebagaimana
dikemukakan oleh Al-Quusy (1970) yang dikutip oleh Hasan Langgulung,
mendefinisikan mental adalah paduan secara menyeluruh antara berbagai fungsi-
fungsi psikologis dengan kemampuan menghadapi krisis-krisis psikologis yang
menimpa manusia yang dapat berpengaruh terhadap emosi dan dari emosi ini akan
mempengaruhi pada kondisi mental.

Pengertian lain “mental” didefinisikan yaitu yang berhubungan dengan pikiran,


akal, ingatan atau proses yang berasosiasi dengan pikiran, akal dan ingatan.[6]
Seperti mudah lupa, malas berfikir, tidak mampu berkonsentrasi, picik, serakah,

2
sok, tidak dapat mengambil suatu keputusan yang baik dan benar, bahkan tidak
mempunyai kemampuan untuk membedakan yang benar dan yang salah, yang hak
dan yang batil, antara halal dan haram, yang bermanfaat dan yang mudharat.

Dari sini dapat ditarik pengertian yang lebih signifikan bahwa mental itu terkait
dengan, akal (pikiran/rasio), jiwa, hati (qalbu), dan etika (moral) serta tingkah
laku). Satu kesatuan inilah yang membentuk mentalitas atau kepribadian (citra
diri). Citra diri baik dan jelek tergantung pada mentalitas yang dibuatnya.

2.2.SIAPA YANG PUNYA MENTAL

Orang yang mempunyai mental adalah orang yang punya kecerdasan emosi yang
tinggi, orang yang punya kepercayaan diri yang tinggi, mereka berani bilang
“Tidak”, mereka tidak merasa perlu untuk menyenangkan semua orang, mereka
tidak cepat ngambek ketika bentrok dengan hal-hal yang tidak bisa mereka kontrol,
mereka tidak takut ambil risiko, mereka tidak terjebak di masa lalu, mereka berani
berubah, mereka tidak takut gagal, mereka tidak menyerah setelah kegagalan
pertama, mereka tidak membuat kesalahan yang sama berulang kali, mereka tidak iri
terhadap kesuksesan orang lain, mereka tidak mengharapkan hasil instan, mereka
tidak takut sendiri

2.3.KAPAN ADA MENTAL


Mental muncul sehari – hari saat kita beraktivitas sehari-hari, termasuk cara
berpikir, berkomunikasi, belajar, ketahanan psikologis dan rasa percaya
diri.

Dilihat dari aspek kesehatannya, masyarakat yang menjadi sasaran dalam


kesehatan mental ini dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan sebagai
berikut (Notosoedirdjo & Latipun, 2002).
1. Masyarakat umum, masyarakat yang sehat dan tidak berada dalam resiko sakit.

2. Masyarakat dalam kelompok resiko sakit, yaitu masyarakat yang berada dalam
situasi atau lingkungan yang kemungkinan mengalami gangguan relatif tinggi.

3
3. Kelompok masyarakat yang mengalami gangguan, yaitu kelompok masyarakat
yang sedang terganggu kesehatan mentalnya.

4. Kelompok masyarakat yang mengalami kecacatan atau hendaya, agar mereka


dapat berfungsi secara normal dalam masyarakat.

2.4.MENGAPA ADA MENTAL

Mental itu penting karena apabila kesehatan mental seseorang terganggu, ia akan
mengalami gangguan suasana hati, kemampuan berpikir, serta kendali emosi yang
mengarah pada perilaku buruk.

Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin berada dalam keadaan
tenteram dan tenang, sehingga memungkinkan untuk menikmati kehidupan dan
menghargai orang lain di sekitar.

2.5.DIMANA ADA MENTAL


keadaan mental adalah semacam keadaan hipotetis yang sesuai dengan pemikiran
dan perasaan, dan terdiri dari konglomerasi representasi mental dan sikap
proposisional. Ada beberapa kondisi pikiran paradigmatik yang dimiliki oleh
seorang agen: cinta , benci , kesenangan dan kesakitan , dan sikap terhadap
proposisi seperti: percaya itu, memahami itu, berharap dan takut itu, dll.

2.6.BAGAIMANA TIMBUL MENTAL


Gangguan mental terjadi karena :

 Cedera kepala.
 Faktor genetik atau terdapat riwayat pengidap gangguan mental dalam
keluarga.
 Kekerasan dalam rumah tangga atau pelecehan lainnya.
 Kekerasan pada anak atau riwayat kekerasan pada masa kanak-kanak.
 Memiliki kelainan senyawa kimia otak atau gangguan pada otak.
 Mengalami diskriminasi dan stigma.
 Mengalami kehilangan atau kematian seseorang yang sangat dekat.

4
 Mengalami kerugian sosial, seperti masalah kemiskinan atau utang.
 Merawat anggota keluarga atau teman yang sakit kronis.
 Pengangguran, kehilangan pekerjaan, atau tunawisma.
 Pengaruh zat racun, alkohol, atau obat-obatan yang dapat merusak otak.
 Stres berat yang dialami dalam waktu yang lama.
 Terisolasi secara sosial atau merasa kesepian.
 Tinggal di lingkungan perumahan yang buruk.
 Trauma signifikan, seperti pertempuran militer, kecelakaan serius, atau
kejahatan dan yang pernah dialami.

5
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. PERMASALAHAN
Dalam model tradisional, peranan dokter jauh lebih besar untuk mengetahui
masalah pasien daripada tanggungjawab pasien itu sendiri. Mental tradisional
cenderung menekankan aspek medis dan mengabaikan pengaruh spiritual.

Model mental adalah representasi mental dari dunia eksternal yang terus
digunakan manusia ketika mereka berinteraksi dengan lingkungan dan sistem di
dalamnya. Model mental ini sebagian dibentuk oleh seorang struktur yang
mendasari konsep terkait yang dimodifikasi saat seseorang memperoleh
pengalaman dengan suatu sistem atau domain.(Furlough and Gillan, 2018)

3.2. ANALISIS
Harus ada kesadaran bahwa kita semua memiliki kekuatan inheren untuk mencari
solusi untuk masalah kita dihadapkan dengan, dan bahwa kita dapat dan akan
membayangkan masa depan dan terus maju untuk menciptakannya.

Mental model telah diamati memiliki sejumlah karakteristik yang berbeda, selain
itu disebutkan di atas — bahwa itu melibatkan representasi pengetahuan dalam
memori fenomena eksternal dan bahwa mereka memiliki kekuatan prediksi. Yang
utama mekanisme prediksi dalam model mental umumnya dianggap sebagai
simulasi mental.

Keseimbangan kepribadian individu secara intrinsik (diri sendiri) maupun


ekstrinsik (lingkungan) dalam kehidupannya dalam ruang lingkup sosial atau
kemasyarakatan. Individu-individu yang sehat mental akan membentuk struktur
masyarakat yang sehat mental pula. Sebaliknya, apabila kelompok masyarakat
mengalami fluktuasi kesehatan mental (kelompok atau klasifikasi ketiga menurut
Notosoedirdjo & Latipun tersebut di atas), maka dapat mempengaruhi

6
keseimbangan psikologis individu yang sehat. Jadi, kedua dimensi itu saling
memiliki keterkaitan yang timbal balik.

7
BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
Istilah kesehatan mental mencakup suatu keadaan yang sehat sehat secara
psikologis yang memiliki indikator-indikator tertentu, misalnya mampu
menyesuaikan diri, bertanggung jawab, mampu berkembang secara dinamis, dan
mampu mengaktualisasikan diri (potensi) secara baik di masyarakat. Kadang,
individu mengalami goncangan atau stressor yang mengakibatkan dirinya
kehilangan konsep-konsep atau indikator-indikator kesehatan mental itu.

Frank, L.K (dalam Notosoedirdjo & Latipun, 2002) mengatakan bahwa kesehatan
mental merupakan orang yang terus menerus tumbuh, berkembang, dan matang
dalam hidupnya, menerima tanggung jawab, menemukan penyesuaian dalam
berpartisipasi dan memelihara aturan sosial dan tindakan dalam budayanya.

Di sisi lain, Rogers mengenalkan konsep fully functioning person sebagai bentuk
kondisi mental yang sehat (Schultz dalam Notosoedirdjo & Latipun, 2002). Ada 5
indikasi utama dari fully functioning person, yaitu terbuka terhadap pengalaman,
ada kehidupan pada dirinya, kepercayaan kepada organismenya, kebebasan
berpengalaman, dan kreativitas. Sementara itu, Maslow dan Mittlemenn (dalam
Notosoedirdjo & Latipun, 2002) mengatakan bahwa kondisi yang sehat secara
psikologis merupakan suatu keadaan apabila individu sudah mencapai pemenuhan
kebutuhannya yang paling tinggi—secara hirarkis dalam teori Hierarki Kebutuhan
Manusia, yaitu self-actualization.

4.2. SARAN
Tidak ada cara pasti untuk mencegah penyakit mental. Namun, jika penyakit
mental kambuh, dapat melakukan langkah-langkah seperti:
• Perhatikan tanda-tanda peringatan. Konsultasikan dengan dokter atau terapis
untuk mengetahui apa yang mungkin memicu gejala penyakit mental yang

8
dialami. Buat rencana sehingga dapat mengetahui apa yang harus dilakukan jika
gejalanya kembali. Hubungi dokter atau terapis jika melihat adanya perubahan
gejala atau perubahan perasaan. Pertimbangkan untuk melibatkan anggota
keluarga atau teman untuk mengawasi tanda-tanda peringatan.
• Dapatkan perawatan medis rutin. Jangan abaikan pemeriksaan atau lewati
kunjungan ke penyedia perawatan primer, terutama jika merasa tidak enak badan.

• Dapatkan bantuan saat membutuhkan. Kondisi kesehatan mental bisa lebih sulit
diobati jika menunggu sampai gejalanya memburuk. Perawatan pemeliharaan
jangka panjang juga dapat membantu mencegah kekambuhan gejala.

• Jaga diri baik-baik. Tidur yang cukup, makan sehat, dan aktivitas fisik teratur
adalah penting. Cobalah untuk mempertahankan jadwal yang teratur. Bicaralah
dengan penyedia perawatan utama jika kesulitan tidur atau jika memiliki
pertanyaan tentang diet dan aktivitas fisik.
Pada saat itu, individu membutuhkan pertolongan dari seorang profesional yang
kompeten dalam mengatasi permasalahan tersebut. Psikolog sebagai salah satu
akademisi yang memegang peran pada kondisi tersebut, perlu kiranya
mengaplikasikan metode-metode psikologi yang ia kuasai untuk merumuskan
solusi dari masalah itu. Salah satu metode populer adalah konseling, karena
konseling merupakan metode re-edukasi yang efektif untuk menciptakan
kesehatan mental bagi konseli.
Akhirnya, dengan segala permasalahan individu dan masyarakat, salah satu
masalah urgen adalah kesehatan mental masyarakat, dapat difasilitasi oleh
konseling. Metode konseling yang dilakukan secara individual maupun klasikal
terhadap konseli bertujuan untuk merumuskan problem solving dari masalah-
masalah psikologis konseli. Apabila problem solving sudah terwujud, maka
permasalahan psikologis itu akan mendapatkan jalan keluar yang memadai.
Keadaan inilah yang menciptakan kondisi kesehatan mental individu dan
masyarakat.

9
DAFTAR PUSTAKA
Furlough, C. S. and Gillan, D. J. (2018) ‘Mental Models: Structural Differences
and the Role of Experience’, Journal of Cognitive Engineering and Decision
Making, 12(4), pp. 269–287. doi: 10.1177/1555343418773236.

Hidayat, B. and Riau, U. I. (2017) ‘Konseling dan Kesehatan Mental Konseling


dan Kesehatan Mental’, (September), pp. 1–11.

‘No Title’ (2013).

https://translate.google.com/translate?u=https://en.wikipedia.org/wiki/
Mental_state&hl=id&sl=en&tl=id&client=srp

https://brainly.co.id/tugas/17278022

https://hellosehat.com/hidup-sehat/psikologi/15-karakter-mental-kuat/

https://www.sehatq.com/artikel/apa-itu-mental-illness-ini-penjelasan-lengkapnya

10

Anda mungkin juga menyukai