PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kristalografi merupakan cabang dari mineralogi yang terfokus pada sistem
kristal. Sedangkan kristal sendiri adalah suatu padatan yang secara esensial
memiliki suatu pola difraksi tertentu. Dapat dikatakan jika kristal adalah
padatan yang disusun oleh atom berulang tiga dimensional serta dapat
difraksikan oleh sinar X. Secara sederhana kristal merupakan zat padat yang
terdiri atas susunan atam dan molekul yang teratur. Hal ini dapat dilihat dari
permukaan kristal yang berupa bidang datar dan rata, mengikuti suatu pola
tertentu. Bidang yang terlihat rata pada krital ini dinamakan muka kristal.
Untuk membuat atau menentukan bidang muka kristal tidaklah sembarangan,
harus dilakukan pemotongan pada sumbu – sumbu kristal agar posisi letak dan
arahnya sesuai dengan standar yang berlaku. Di dalam kristal, terdapat sumbu
kristal yang berupa garis bayangan lurus, menembus kristal melalu titik
pusatnya. Satuan untuk sumbu kristal tersebut adalah parameter.
Kata “kristal” berasal dari bahasa Yunani crystallon yang berarti tetesan
ayang dingin atau beku. Menurut pengertian kompilasi yang diambil untuk
menyeragamkan pendapat para ahli, maka kristal adalah bahan padat
homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya serta mengikuti hukum-
hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya memenuhi hukum
geometri. Jumlah dan kedudukan bidang kristalnya selalu tertentu dan teratur.
Kristal-kristal tersebut selalu dibatasi oleh beberapa bidang datar yang jumlah
dan kedudukannya tertentu. Keteraturannya tercermin dalam permukaan
kristal yang berupa bidang- bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola
tertentu. Bidang-bidang ini disebut sebagai bidang muka kristal. sudut antara
bidang-bidang muka kristalyang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada
suatu kristal. Bidang muka itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh
perpotongannya dengan sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu
kristal berupa garis bayangan yang lurusyang menembus kristal melalui pusat
kristal. sumbu kristal tersebut mempunyaisatuan panjang yang disebut sebagai
parameter.
atau berpusat badan kisi kubik). Sistem ini memiliki 3 sumbu Kristal yang
masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang
yang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek.
Tapi pada umumnya lebih panjang, jika sumbu c lebih panjang dari sumbu a dan
sama dengan s90o. hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografi (α, β,
dan γ) tegak l umbu c. dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = urus satu
sama lain (90o) (Mandadori, 1997).
Pada saat penggambaran sistem hexagonal antar sumbu dimana sumbu yang
memiliki panjang 1 yaitu a, sumbu dengan panjang 3 yaitu b, sedangkan sumbu
yang memiliki panjang 6 satuan yaitu sumbu c. Tiap-tiap panjang sumbu
diproyeksikan dengan cara dikali 2, agar gambar yang dibuat nantinya terlihat
lebih besar dan lebih mudah dilihat. pada penggambarannya, setelah ditarik garis
dengan menggunakan busur dengan sudut antara a + ˆ b- = 200 maka hal yang harus
dilakukan selanjutnya ialah menarik garis pada sumbu a sebesar 2 satuan.
Kemudian ditarik lagi 2 satuan pada sumbu d dengan besar sudut anara d -ˆ b+ =
400, begitu seterusnya hingga membentuk gambar sistem kristal hexagonal sesuai
dengan prosedur.
Sistem kristal hexagonal memiliki empat sumbu kristal dimana sumbu c tegak
lurus terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b dan d, masing – masing
membentuk sudut 120° terhadap satu sama lain. Sumbu a,b dan d memiliki
panjang sama sedangkan, panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih
pendek (umumnya lebih panjang). Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal
Hexagonal memiliki axial ratio (Perbandingan Sumbu) a = b = d ≠ c, yang artinya
panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak
sama dengan sumbu c, dengan sudut kristalografi α = β = 90° ; γ = 120°. Hal ini
berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut
120° terhadap sumbu γ sistem hexagonal
Pada sistem hexagonal ini, penggambaran menggunakan proyeksi orthogonal,
sistem hexagonal memiliki perbandingan sumbu satu dengan yang lain yaitu a :
b : c = 1 : 3 : 6. Hal ini berarti, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1 cm, pada
sumbu b ditarik garis 3 cm dan sumbu c ditarik dengan sumbu 6 cm (nilai bukan
patokan, tetapi hanya perbandingan saja). Sudut antar sumbu yang digunakan
yaitu a+ ˆ b- = 200 dan d- ˆ b+ = 400. Ada beberapa kelas simetri sistem kristal
hexagonal ini, antara lain hexagonal pyramid, hexagonal bipyramid, hexagonal
trapezohedral, dihexagonal pyramid, dihexagonal bipyramid, trigonal bipyramid,
ditrigonal bipyramid. Beberapa contoh mineralnya ialah, quartz, corundum,
hematite, calcite, dolomite, apatite dan lain-lain
4.2 Saran
Diharapkan pada saat praktikum penggambaran sistem kristal, asisten
memperlihatkan satu sampel mineral kepada praktikan agar praktikan mengetahui
contoh mineralnya dengan kasat mata.Kedepannya lebih diperhatikan aturan-
aturan dalam penggambaran sistem kristal agar lebih memahami cara
penggambaran dan tidak terjadinya kesalahan-kesalahan akibat kurang telitinya
praktikan dalam menggambar sistem kristal.