I. PRINSIP PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mempelajari dan memahami reaksi
kimia spesifik pada (asam amino).
Sebuah protein pertama-tama dipakai pada tahun 1838, berasal dari kata
Yunani, proteions yang berarti “pertama“. Protein dalam kehidupan mempunyai
fungsi yang sangat penting. Protein bersama-sama dengan lipida dan tulang
membentuk kerangka tubuh. Ia juga membentuk otot, anti bodi dan berbagai
hormon. Asam amino merupakan senyawa monomer dari protein. Asam amino
dapat dikelompokkan sebagai turunan asam karboksilat dengan adanya yang
terikat pada C alfa (α), yaitu atom C setelah gugus COOH. Jadi struktur asam
amino mempunyai 2 buah fungsi, yaitu gugus karboksilat (─COOH) dan gugus
amina (─NH2) (Fessenden & Fessenden, 1986).
Protein merupakan gabungan asamasam amino dengan cara ikatan peptida,
yaitu ikatan antara gugus amino. Proses metabolism protein didahului dengan
proses katabolisme (penguraian) protein menjadi asam amino, tahap tersebut
meliputi proses pembukaan (inisiasi), perpanjangan (elongasi), dan perakhiran
(terminasi). Proses sintesis protein melibatkan asam amino. Bila sel memerlukan
protein, maka akan terjadi rangkaian aktifitas. Dari rangkaian tersebut selanjutnya
akan menyebabkan asam-asam amino saling berkaitan membentuk peptida
(Rosmawati, 2013).
Protein mempunyai komponen penyusun yaitu asam amino yang
dihubungkan oleh ikatan peptide. Kualitas suatu protein dapat dinilai dari
perbandingan asam-asam amino yang menyusun protein tersebut. asam amino
akan mengalami kerusakan apabila dipanaskan lebih dari 1000C, akan tetapi bila
dipanaskan dalam larutan alkali, maka kestabilan asam amino dapat dinaikkan
sampai suhu 2000C. Asam amino yang paling berperan dalam pembentukan reaksi
Maillard adalah lisin dan asam glutamat,dikarenakan asam amino ini merupakan
asam amino yang paling reaktif dan merupakan gugus amino bebas. Protein
tersusun atas asam-asam amino yang membentuk polimer panjang dan sering
disebut sebagai residu asam amino. Residu asam amino selalu terikat secara
kovalen oleh ikatan-ikatan peptida. Oleh karena itu, semakin banyak jumlah
A. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi :
1. Tabung reaksi
2. Gelas ukur
3. Pipet tetes
4. Kertas saring
5. Corong
6. Labu erlenmeyer
7. Penangas air
B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi :
1. Aquades
2. NaOH
3. Reagen biuret
4. HNO3 pekat
5. Ubi kayu
6. Albumin
7. Reagen millon
8. Formaldehida 0,5 %
9. H2SO3 pekat
10. HgSO4
11. Pb asetat
1. Reaksi Biuret
1 mL sampel
Reagen Biuret
Hasil
2. Reaksi Xanthoprotein
1 mL sampel
1 mL HNO3 pekat
NaOH
Hasil
2 mL sampel
1 mL reagen Millon
Larutan NaNO3 1 %
Hasil
1 mL sampel
1 mL formaldehid 0,5 %
1 mL H2SO4 pekat
Hasil
1 mL sampel
1 mL NaOH 40 %
1 tetes Pb asetat
Hasil
A. Hasil Pengamatan
1. Reaksi Biuret
No. Percobaan Pengamatan
1. 2 mL pati + 5 tetes reagen Warna awal: putih susu
Biuret Warna akhir: putih susu +
cincin ungu
2. 1 mL telur puyuh + 5 tetes Warna awal: bening
reagen Biuret Warna akhir: bening + cincin
ungu + beku
3. 1 mL telur bebek + 5 tetes Warna awal: bening
reagen Biuret Warna akhir: bening + cincin
ungu
2. Reaksi Xanthoprotein
No Percobaan Pengamatan
.
1. Telur puyuh + 1 mL Warna awal: bening
HNO3 pekat Warna akhir: kuning muda
Setelah dipanaskan: kuning
2. Telur puyuh + 1 mL Warna awal: bening
HNO3 pekat + NaOH Warna akhir: kuning muda
Setelah dipanaskan: kuning
Ditambah NaOH: kuning
3. Telur ayam + 1 mL Warna awal: bening
HNO3 pekat Warna akhir: kuning muda
Setelah dipanaskan: kuning
4. Telur ayam + 1 mL Warna awal: bening
HNO3 pekat + NaOH Warna akhir: kuning muda
Setelah dipanaskan: kuning
4. Reaksi Hopkins-Cole
No Percobaan Pengamatan
1 Pati kedelai + Warna awal: bening
formaldehida + H2SO4 Setelah ditambahkan
formaldehida: terdapat endapan
Setelah ditambahkan H2SO4: 2
lapisan keruh dan endapan
2 Telur bebek + Warna awal: bening
formaldehida + H2SO4 Setelah ditambahkan
formaldehida: terdapat 2 lapisan
Setelah ditambahkan H2SO4: putih
susu, terdapat padatan putih coklat,
berbusa, dan bagian atas berwarna
jingga.
3 Telur puyuh + Warna awal: bening
formaldehida + H2SO4 Setelah ditambahkan
formaldehida: terdapat 2 lapisan
5. Reaksi Belerang
No Percobaan Pengamatan
1 Telur ayam + 1 mL Warna awal: bening
NaOH + Pb asetat Warna akhir: hitam
2 Pati ubi jalar + 1 mL Warna awal: bening
NaOH + Pb asetat Warna akhir: tidak berwarna hitam
3 Telur bebek + 1 mL Warna awal: bening
NaOH + Pb asetat Warna akhir: hitam
B. Pembahasan
1. Reaksi Biuret
Reaksi biuret adalah reaksi warna untuk senyawa peptida dan
protein. Prinsip percobaan reaksi ini adalah membuktikan ada atau
tidaknya ikatan peptida pada suatu protein. Peptida yang memiliki dua
ikatan peptida atau lebih akan bereaksi dengan Cu 2+ dalam suasana
basa dan membentuk suatu senyawa kompleks yang berwarna biru
ungu. Prosedur yang dilakukan pada percobaan ini yaitu 2 ml pati, 1
ml putih telur puyuh dan 1 ml putih telur bebek dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang berbeda, kemudian ketiga tabung reaksi
ditambahkan 5 tetes reagen Biuret dan dikocok hingga larutan
homogen. Hasil yang didapat yaitu ketiga larutan tersebut membentuk
cincin ungu ketika diteteskan reagen Biuret dan juga larutan membeku
pada putih telur puyuh. Hal ini disebabkan karena protein yang ada
pada ketiga sampel tersebut bereaksi dengan reagen biuret (larutan
NaOH pekat dan larutan CuSO4 5%) dan membentuk larutan berwarna
ungu muda dan membentuk cincin dan ketiga sampel ini memberikan
hasil positif pada uji ini. Warna larutan yang berubah menjadi ungu
terjadi karena adanya kompleks ikatan peptida dengan tembaga.
2. Reaksi Xanthoprotein
Uji xanthoprotein merupakan pengujian protein yang lebih
ditunjukkan untuk mengidentifikasi adanya inti benzena pada suatu
protein, seperti jenis sasam amino fenilalanin, tirosin, dan triptofon.
Pereaksi xanthoprotein merupakan larutan asam nitrat pekat. Warna
kuning yang terbentuk pada uji ini dikarenakan adanya inti benzena
yang ternitrasi oleh asam nitrat pekat membentuk nitro benzena
(Nurlely, et al., 2014)
Prosedur yang dilakukan pada percobaan ini yaitu putih telur
ayam dan telur puyuh dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan 1 ml HNO3 pekat, diamati endapan yang dibentuk,
diamati perubahan yang terjadi, dipanaskan dan didingankan serta
dibagi menjadi dua bagian. Tabung I ditambahkan NaOH sedangkan
3. Reaksi Millon
Pada percobaan reaksi Millon Nasse ini bertujuan nuntuk
mendeteksi pada sampel adanya asam amino yang mempunyai gusus
fenol seperti tirosin yang ditandai dengan terbentuknya kompleks
Astiana, I., Suwandi, R., Suryani, A. A. & Hidayat, T., 2015. Pengaruh
Penggorengan Belut Sawah (Monopetrus albus) Terhadap Komposisi
Asam Amino, Asam Lemak, Kolesterol, dan Mineral. Jurnal Ilmu-Ilmu
Perairan, Pesisir, dan Perikanan, 4(1): 49-57.
Bakhtra, D. D. A., Rusdi & Mardiah, A., 2016. Penetapan Kadar Protein dalam
Telur Unggas Melalui Analisis Nitrogen Menggunakan Metode Kjeldahl.
Jurnal Farmasi Higea, 8(2): 143-150.
Nurlely, Muslimah & Triyasmono, L., 2014. Pengujian Daya Cerna Protein Ikan
Haruan Asal Kota Banjarmasin. Jurnal Pharmascience, 1(2): 76-80.
Rosmawati, R., 2013. Lama Perebusan Terhadap Kandungan Protein pada Kerang
Darah (Anadara granosa). Jurnal Penelitian Science dan Pendidikan, 2(2):
103-109.
Rudini, B. & Ayustaningwarno, F., 2013. Kadar Protein, Serat, Triptofan, dan
Mutu Organoleptik Kudapan Ekstrusi Jagung dengan Substitusi Kedelai.
Journal of Nutrition College, 2(3): 373-381.
1. Reaksi Biuret
2. Reaksi Xanthoprotein
5. Reaksi Belerang