Anda di halaman 1dari 5

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN

BERMASYARAKAT, BERBANGSA, DAN BERNEGARA


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu:
Nanang Qosim, M.Pd

Oleh:
Hera Selviana
P13337425221007

KELAS 2A
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TERAPI GIGI
JURUSAN KESEHATAN GIGI
POLTEKKES KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN 2022
A. Pengertian Paradigma
Secara etimologis, istilah paradigma pada dasarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu dari
kata “para” yang artinya di sebelah atau pun di samping, dan kata “diegma” yang artinya teladan,
ideal, model, atau pun arketif. Sedangkan secara terminologis, istilah paradigma diartikan sebagai
sebuah pandangan atau pun cara pandang yang digunakan untuk menilai dunia dan alam
sekitarnya, yang merupakan gambaran atau pun perspektif umum berupa cara – cara untuk
menjabarkan berbagai macam permasalahan dunia nyata yang sangat kompleks.
Selain pengertian di atas, berikut pengertian kata paradigma yang coba diutarakan oleh
para ahli :
1. Robert Freidrichs
Menurut Robert Freidrichs, paragigma merupakan kumpulan tata nilai yang membentuk pola
pikir seseorang sebagai titik tolak pandangannya sehingga terbentuk citra subjektif seseorang
terhadap ralita sehingga berujung pada ketentuan bagaimana cara untuk menangani realita
tersebut.
2. Thomas Kuhn
Menurut Thomas Kuhn, pengertian paradigma adalah landasan berpikir atau pun konsep dasar
yang digunakan / dianut sebagai model atau pun pola yang dimaksud para ilmuan dalam
usahanya, dengan mengandalkan studi – studi keilmuan yang dilakukannya.
3. C. J. Ritzer
Menurut C. J. Ritzer, paradigma adalah pandangan mendasar para ilmuan mengenai apa yang
menjadi pokok permasalahan yang seharusnya dipelajari oleh satu cabang ilmu pengetahuan
tertentu.
4. Guba
Menurut Guba, pengertian paradigma adalah sekumpulan keyakinan dasar yang membimbing
tindakan manusia.

B. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Politik


Dasar kenyataan bahwa manusia adalah sebagai subyek negara dalam sistem politik :
1) Negara harus mendasarkan pada tuntutan hak dasar kemanusiaan (Hak Asasi Manusia)
 negara harus mampu menciptakan system yang menjamin hak-hak tersebut.
2) Negara harus mendasarkan pada kekuasaan yang bersumber pada penjelmaan hakikat
manusia sebagai mahluk sosial yang terjelma sebagai rakyat.
3) Kekuasaan negara harus berdasarkan kekuasaan rakyat, bukan kekuasaaan perseorangan
atau kelompok.
4) Drs. Moh Hatta : negara berdasarkan atas Ketuhanan YME, atas dasar Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab.  memberikan dasar moral supaya negara tidak berdasarkan
kekuasaan.

C. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Hankam


Negara bertujuan melindungi segenap wilayah negara dan bangsanya. Keamanan merupakan
syarat mutlak tercapainya kesejahteraan warga negara. Maka perlu pertahanan negara  perlu
aparat keamanan negara dan penegak hukum negara. Pertahanan dan keamanan negara harus
didasarkan pada tercapainya harkat dan martabat manusia sebagai pendukung pokok negara 
terjaminnya HAM :
1. sebagai mahluk Tuhan harus mampu menjamin tercapainya kesejahteraan hidup manusia
(sila 1 dan 2).
2. mendasarkan tujuan demi kepentingan warga negara (sila 3).
3. mampu menjamin hak-hak dasar, persamaan derajat dan kebebasan kemanusiaan (sila 4).
4. demi terwujudnya keadilan dalam hidup masyarakat (keadilan sosial) agar benar-benar
negara meletakkan pada fungsi yang sebenarnya  sebagai negara hukum, bukan
berdasarkan pada kekuasaan.

D. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Kehidupan Beragama


Pada proses reformasi dewasa ini di beberapa wilayah negara Indo-nesia terjadi konflik
sosial yang bersumber pada masalah SARA, terutama bersumber pada masalah agama. Hal
ini menunjukkan kemunduran bangsa Indonesia ke arah kehidupan beragama yang tidak
berkemanusiaan. Tragedi di Ambon, Poso, Medan, Mataram, Kupang serta daerah-daerah lainnya
menunjukkan betapa semakin melemahnya toleransi kehidupan beragama yang berdasarkan
kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu merupakan suatu tugas berat bagi bangsa
Indonesia untuk mengembalikan suasana kehidupan beragama yang penuh perdamaian, saling
menghargai, saling menghormati dan saling mencintai sebagai sesama umat manusia yang
beradab. Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai yang fundammental bagi umat bangsa
Indonesia untuk hidup secara damai dalam kehidupan beragama di negara Indonesia tercinta ini.
Manusia adalah sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa, oleh karena itu manusia wajib untuk
beribadah kepada Tuhan yang Maha Esa dalam wilayah negara di mana mereka hidup.

E. Pancasila Paradigma Pembangunan Iptek


Pembangunan nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai tujuan nasionalnya
sebagaimana dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945. Pada hakikatnya Pancasila sebagai
paradigma pembangunan nasional mengandung arti bahwa segala aspek pembangunan harus
mencerminkan nilai-nilai Pacasila. Pembangunan nasional adalah untuk manusia Indonesia,
dimana manusia secara kodratnya memiliki kedudukan sebagai makhluk sosial. Manusia tidak
hanya mengejar kepentingan pribadi, tetapi juga memperhatikan kepentingan masyarakat.
Manusia tidak hanya mementingkan tercapainya kebutuhan material, tetapi juga kebahagian
spiritual. Manusia memiliki fungsi monodualistis tidak hanya mengejar kepentingan dunia, tetapi
mendapatkan kebahagiaan di akhirat kelak. Oleh karena itu, pembangunan nasional hendaklah
mewujudkan tujuan tersebut.
Pancasila memrupakan satu kesatuan dari sila-silanya harus merupakan sumber nilai,
kerangka berfikir serta asas moralitas bagi pembangunan iptek. Apabila kita melihat sila-sila
demi sila sebagai berikut:
Sila ketuhanan yang Maha Esa, mengimplementasikan ilmu pengetahuan, mencipta,
perimbangan antara rasional dengan irrasional, antara akal, rasa dan kehendak. Berdasarkan sila
pertama ini iptek tidak hanya memilikirkan apa yang ditemukan, dibuktikan, dan diciptak
menemukan, tetapi juga mempertimbangkan maksud dan akibatnya kepada kerugian dan
keuntungan manusia dan sekitarnya. Pengolahan diimbangi dengan pelestarian. Sila pertama
menempatkan manusia di alam semesta bukan sebagai sentral, melainkan sebagai bagian yang
sistematika dari alam yang diolahnya.
Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, memberikan dasar-dasar moralitas bahwa
manusia dalam mengembangkan iptek haruslah secara beradab. Iptek adalah bagian dari proses
budaya manusia beradab dan bermoral. Oleh sebab itu, pembangunan iptek harus berdasarkan
kepada usaha-usaha mencapai kesejahteraan umat manusia, bukan menjadikan manusia sebagai
makhluk yang angkung dan sombong dari penggunaan iptek.
Sila Persatuan Indonesia, memberikan kesadaran kepanda bangsa Indonesia bahwa
nasionalisme bangsa Indonesia akibat dari sumbangan iptek, iptek persatuan dan kesatuan
bangsa dapat terwujud dan terpelihara, persaudaraan dan persahabatan antar daerah di berbagai
daerah terjalin karena tidak lepas dari faktor kemajuan iptek. Oleh sebab itu, iptek harus dapat
dikembangkan untuk memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa, jiwa sila dan selanjutnya
dapat dikembangkan dalam hubungan manusia Indonesia dengan masyarakat internasional.
Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Kikmah dalam Permusyawaratan/ Perwakilan,
prinsip demokrasi sebagai jiwa sila keempat ini dapat mendasari pemikiran manusia secara bebas
untuk mengkaji dan mengembangkan iptek. Seorang ilmuan harus pula memiliki sikap
menghormati terhadap hasil pemikiran orang lain dan terbuka, dikritik dan dikaji ulang hasil dari
pemikirannya. Penemuan iptek yang telah teruji kebenerannya harus dapat dipersembahkan
kepada kepentingan rakyat banyak.
Sila Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, kemajuan iptek harus dapat menjaga
keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan, yaitu keseimbangan keadilan dalam
kehidupan kemanusiaan, yaitu keseimbangan hubungan antara manusia dengan sesamanya,
hubungan antara manusia dengan Tuhan sebagai Penciptanya, hubungan manusia dengan
lingkungan dimana mereka berada.
F. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Hukum
Pembangunan nasional yang dilancarkan negara pada hakikatnya merupakan usaha
modernisasi dalam berbagai bidang kehidupan. Kondisi ini dapat diartikan sebagai suatu usaha
transformasi total dari pola kehidupan tradisional kepada pola kehidupan modern sesuai dengan
kemajuan jaman serta didukung oleh ilmu pengetahun dan teknologi. Dalam rangka mencapai
sasaran pembangunan tersebut, hukum harus menampakkan perannya. Dalam Pandangan
Mochtar Kusumaatmadja hukum harus mampu tampil ke depan dalam memberikan arah
pembaharuan. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa hukum merupakan sarana pembaharuan
masyarakat didasarkan atas anggapan bahwa adanya keteraturan atau ketertiban dalam usaha
pembangunan atau pembaharuan itu merupakan suatu yang diinginkan atau bahkan dipandang
(mutlak) diperlukan. Baik perubahan maupun ketertiban (atau keteraturan) merupakan tujuan
kembar dari masyarakat yang sedang membangun, maka hukum menjadi suatu yang tidak dapat
diabaikan dalam proses pembangunan.

G. Pancasila Sebagai Paradigma Dalam Pembangunan Ekonomi


Sesuai dengan Paradigma Pancasila dalam pembangunan ekonomi, sistem ekonomi
harus mendasarkan pada moralitas ketuhanan, dan kemanusiaan. Hal itu bertujuan untuk
mensejahterakan rakyat secara keseluruhan. Pengembangan ekonomi harus mampu
menghindarkan diri dari monopoli serta persaingan bebas yang nantinya akan
memberikan keuntungan besar pada pihak-pihak yang kuat dalam bidang ekonomi. Sedangkan,
pengusaha-pengusaha kecil akan dirugikan dengan adanya sistem persaingan bebas dalam
perekonomian. Sesuai dengan UUD 1945 pasal 33, menyebutkan bahwa sistem persaingan bebas
dan monopoli dilarang dalam perekonomian. Mengenai pasal 33 ini, penjelasan UUD 1945
menyatakan: “Dalam Pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh
semua, untuk semua dibawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat.” Oleh sebab
itu sistem perekonomian negara harus mengutamakan kesejahteraan rakyat. Masyarakat pun
harus ikut andil dalam kegiatan pembangunan ekonomi. Sedangkan pemerintah berkewajiban
memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap pertumbuhan ekonomi yang sehat bagi
perkembangan dunia usaha

H. Pancasila Sebagai Paradigma Dalam Pembangunan Sosial Budaya


Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan sosial budaya adalah mendasarkan
pembangunan sosial budaya berdasarkan nilai-nilai yang telah ada dalam masyarakat. Nilai-nilai
yang ada pada masyarakat pada hakikatnya merupakan dasar dari nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila. Dalam rangka pembangunan sosial budaya, Pancasila merupakan sumber
normatif yang bertujuan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Menjadikan warga
negara menjadi masyarakat yang beradab dan berbudaya. Pada era globalisasi, nilai-nilai budaya
yang berkembang dalam masyarakat sudah mulai tertimbun oleh budaya-budaya barat yang
masuk ke Indonesia. Nyaris semua penduduk Indonesia terpengaruh oleh budaya-budaya tersebut
baik itu budaya yang bersifat positive maupun budaya yang negative. Dengan masuknya berbagai
budaya- budaya baru, masyarakat mulai meninggalkan nilai-nilai budaya yang telah berkembang
dalam ruang lingkupnya dan mereka lebih memilih budaya-budaya bangsa barat yang bahkan
tidak sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Hal tersebut membuat
masyarakat memiliki sifat-sifat biadab, contohnya seperti gaya berpakaian yang meniru bangsa
barat, berbagai macam tarian-tarian bangsa barat yang mengandung unsur pornografi, dan lain
sebagainya. Sudah menjadi tugas pemerintah untuk mengingatkan serta mengarahkan
masyarakat untuk kembali menerapkan aspek budaya yang berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan,
nilai ketuhanan, dan nilai keberadaban.
Penerapan Norma-norma Dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Norma Agama
Norma agama memiliki sifat dogmatis, artinya tidak boleh dikurangi dan tidak boleh
ditambah. Maka, setiap orang dituntut untuk menjalankan norma sesuai dengan agama
atau kepercayaannya masing-masing. Agama menjadi pedoman manusia dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari. Keyakinan yang dimiliki berbagai agama juga memiliki
aturan serta hukuman bagi siapa yang melanggarnya. Contoh penerapan norma agama
dalam kehidupan sehari-hari adalah beribadah sesuai keyakinan yang dianut, melakukan
toleransi antar umat beragama, dan lain-lain.
2. Norma Kesusilaan
Norma kesusilaan adalahaturan hidup yang berhubungan dengan bisikan kalbu dan suara
hati nurani manusia. Suara hati nurani menjadi tuntunan bagi manusia dalam menempuh
kebaikan. Tujuan norma kesusilaan adalah mewujudkan keharmonisan hubungan
antarmanusia. Bagi pelanggar norma kesusilaan akan merasakan penyesalan atas
perbuatannya yang tidak benar. Contoh pelaksanaan norma kesusilaan, yaitu seorang
seorang siswa yang mendengarkan hati nurani tidak akan menyontek pekerjaan temannya
karena ia mengetahui itu adalah perilaku yang salah.
3. Norma Kesopanan
Norma kesopanan ialah norma yang mengatur pergaulan hidup manusia. Norma ini
bersumber dari tata kehidupan atau budaya berupa kebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam
mengatur kehidupan berkelompok. Norma kesopanan mencakup soal cara berpakaian,
cara berbicara, cara berperilaku terhadap orang lain, cara bertamu ke rumah seseorang,
dan lain-lain. Seseorang yang melanggar norma kesopanan akan mendapatkan sanksi
sosial berupa cemooh, pengucilan, atau dijauhkan oleh masyarakat.
4. Norma Hukum
Norma hukum ialah aturan tentang tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
yang disusun oleh badan-badan resmi negara dan sifatnya memaksa sehingga harus ditaati
oleh masyarakat. Tujuan norma hukum adalah untuk menciptakan ketertiban dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Norma hukum mempunyai dua sifat, antara lain:
Bersifat perintah, mengatur seseorang dalam melakukan sesuatu dan jika tidak dilakukan
dianggap melanggar norma hukum. Contoh: Setiap pengendara harus memiliki Surat Izin
Mengemudi (SIM). Bersifat larangan, membatasi seseorang dalam melakukan sesuatu dan
jika dilakukan dianggap melanggar norma hukum. Contoh: Larangan bagi pengemudi
kendaraan bermotor melebihi batas kecepatan sesuai ketentuan Undang-Undang.
Seseorang yang melanggar norma hukum akan ditindaklanjuti secara hukum, dampaknya
bisa berupa denda atau bahkan hukuman penjara.

Anda mungkin juga menyukai