Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH KELOMPOK &

ANALISIS ARTIKEL JURNAL

SISTEM NEUROENDOKRINE
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Mengikuti Mata Kuliah Kapita Selekta Zoologi
yang Diampu oleh
Dr. H. Handoko Santoso, M.Pd. dan Dr. Hening Widowati, M.Si.

DISUSUN OLEH:
Moh. Muarif 18230005
In Rohwadi 18230010

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

2019
ii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas semua
limpahan rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
kajian zoologi tentang “Neuro Endokrinologi” sebagai bagian dari tugas mata kuliah
Kapita Selekta Zoologi.

Untuk itu, ucapan terimakasih kepada tim dosen pengampu mata kuliah
“Kapita Selekta Zoologi” yakni Dr. Hj. Hening Widowati, M.Si. Dan Dr. H. Handoko
Santoso, M.Pd.atas bimbingannya sehingga kami dapat menyusun tugas ini dengan
baik. Selanjutnya, terimakasih kepada teman-teman yang selalu memberikan motivasi
kepada kami sehingga tugas makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang
membacanya. Kami sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini masih belum
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Metro, 29 November 2019


Penyusun
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan.............................................................................................. 2
D. Manfaat ........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Analisis Kritis Artikel Jurnal........................................................... 3
B. Ulasan Materi................................................................................... 5
1. Sistem Saraf.............................................................................. 5
2. Sistem Endokrin........................................................................ 17
3. Keterkaitan dengan Alquran..................................................... 28

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................... 30
B. Saran .............................................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem saraf merupakan sistem koordinasi untuk mengantisipasi perubahan
kondisi lingkungan dan perubahan status kehidupan. Perubahan lingkungan akan
diinformasikan ke sistem saraf (saraf pusat dsb), saraf akan merangsang kelenjar
endokrin untuk mengeluarkan hormon-hormon yang hormon dikirim ke organ target
dan aktivitas metabolisme dibutuhkan  akan merangsang jaringan-jaringan.

Sistem saraf bersama sistem endokrin mengkoordinasikan seluruh sistem di


dalam tubuh. Sistem saraf dan sistem endokrin ini merupakan suatu sistem yang
saling berhubungan sehingga dinamakan sistem neuroendokrin. Hormon bekerja atas
perintah dari sistem saraf dan sistem yang mengatur kerjasama antara saraf dan
hormon terdapat pada daerah hipotalamus. Daerah hipotalamus sering disebut daerah
kendali saraf endokrin (neuroendocrine control).

Hormon berfungsi dalam mengatur homeostasis, metabolisme, reproduksi dan


tingkah laku. Homeostasis adalah pengaturan secara otomatis dalam tubuh agar
kelangsungan hidup dapat dipertahankan. Contohnya pengendalian tekanan darah,
kadar gula dalam darah, dan kerja jantung

Sistem koordinasi pada hewan meliputi sistem saraf beserta indera dan
sistem endokrin (hormon). Sistem saraf merupakan sistem yang khas bagi hewan,
karena sistem saraf ini tidak dimiliki oleh tumbuhan. Sistem saraf yang dimiliki oleh
hewan berbeda-beda, semakin tinggi tingkatan hewan semakin komplek sistem
sarafnya. Vertebrata menerima rangsangan dari lingkungan melalui organ perasa
(sense organ) kemudian diteruskan ke otak yang melalui impuls ke otak. Syaraf
adalah organ yang paling dulu dibentuk dari lapisan terluar (exoderm) yang berfungsi
sebagai penghubung. System syaraf bersama-sama dengan system hormonal
2

mengatur peranan penting dalam proses koordinasi dan pengaturan semua aktivitas
yang berlangsung dalam tubuh.

B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah yang menjadi penyusun sistem syaraf pada berbagai hewan?
2. Bagaimana proses kerja sistem syaraf pada berbagai hewan?
3. Organ apa sajakah yang menjadi penyusun sistem endokrin hewan?
4. Apa hubungan antara sistem syaraf dengan kandungan Al quran?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Memahami komponen penyusun sistem syaraf pada berbagai hewan.
2. Memahami proses sistem syaraf pada berbagai hewan.
3. Memahami organ apasaja yang menjadi penyusun sistem endokrin hewan
4. Memahami hubungan antara sistem syaraf dengan kandungan Al quran.

D. Manfaat
Diharapkan dari pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi pemakalah
dalam memahami organ dan sistem syaraf, memahami tentang proses sistem syaraf
pada hewan, memahami organ penyusun sistem endokrin, serta kandungan tentang
sistem syaraf dan endokrin dalam Alquran. Selain itu diharapkan makalah ini dapat
memberi pengetahuan baru ataupun menambah pengetahuan dari yang telah ada
bagi yang membacanya.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. ANALISIS KRITIS JURNAL


1. Bibliografi:
Kusuma P.S.W, Agung PW, Marhendra, Aulanni’am, Marsoedi. 2012.
Mekanisme Pelepasan Hormon Gonatropin (GtH-II) Ikan Lele (Clarias sp)
Setelah Di Induksi Laserpunktur Pada Titik Reproduksi. 11 Oktober 2012.

2. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan profil kadar hormon
ganodotropin (GtH-II) pada kondisi sebelum memijah dibandingkan dengan
kelompok kontrol.

3. Fakta Unik atau Hal Penting dalam Tulisan:


a. Laser berdaya rendah (soft laser) helium neon (He-Ne) 4-10 mW dapat
memberikan stimulus biologi seperti meningkatkan aktivitas seluler
dengan mengubah potensi listrik membran sel dan, membran menjadi
selektif permiabel untuk ion natrium, ion kalium dan ion kalsium, selain
itu dapat meningkatkan aktivitas enzim, daya regenerasi syaraf, baik
sentral maupun perifer
b. Titik reproduksi dan siklus reproduksi pada ikan nila hitam varietas
GIFT (Genetic Improvement Farmer Tilapia) betina yang baru memijah
pertama kali. Jika Ikan nila hitam varietas GIFT di induksi laserpuktur
selama 6 detik pada letak titik reproduksi tepatnya pada 2/6 bagian ventral
tubuh (govenoer vessel) dengan frekuensi penembakan sekali dalam
seminggu memberi pengaruh optimal terhadap tingkat kematangan gonad
c. Dalam waktu 30 hari ikan nila dapat berpijah tiga kali, sedangkan
normalnya dalam kondisi alami ikan nila bepijah sekali dalam 30 hari
4

d. Induksi laserpunktur pada titik reproduksi di jaringan kulit akan


menyebabkan depolarisasi membran sel syaraf yang selanjutnya akan
merangsang protein G sub unit α mengalami foforilisasi untuk
mengaktivasi enzim fosfolipase C.
e. Induksi laserpunktur pada titik reproduksi dapat dipakai untuk
merangsang pelepasan hormon gonadotropin (GtH-II) sebagai indikator
pematangan gonad dan pemijahan ikan lele (Clarias sp).
4. Beberapa Pertanyaan yang Muncul:
a. Bagaimana teknik induksi laserpunkter dalam pelepasan hormon
gonadotropin.
b. Adakah pengaruh yang signifikan antara penggunaan laser dan
pemijahan secara alama?
c. Apa peran induksi laserpunktur bagi peningkatan systme hormon dan
saraf pada tubuh lele?

5. Refleksi Diri atau Pengaruh pada Pembaca:


Analisis dan pembahasan dalam materi ini sangat memberikan
informasi dan ilmu baru bagi kami, yaitu penggunaan laser sebagai sarana
untuk meningkatkan produktivitas pemijahan ikan lele.

Kebutuhan lele di Indonesia sangat tinggi, sebagai sumber protein


hewani yang murah, lele terus dikembangkan dan ditingkatkan produksinya.
Dari jurnal ini kami menemukan teknik dimana tingkat produksi lele dapat
meningkat dengan cara merangsang saraf dan hormon yang terdapat dalam
ikan. Biasanya, ikan dirangsang untuk diproduksi dengan menggunakan
jenis pakan. Tapi, dari artikel ini, kami melihat bahwa laser dengan spektrum
yang kecil mampu memicu produksi lele dari yang sederhana.

B. Ulasan Materi
1. Sistem Saraf (Nervous System)
5

a. Sistem Syaraf pada Hewan Avetebrata


Tidak semua Avertebrata memiliki sistem saraf. Hewan yang tergolong
Protozoa dan Porifera tidak memiliki sistem saraf. Setiap sel penyusun tubuh
hewan tersebut mampu mengadakan reaksi terhadap stimulus yang diterima
dan tidak ada koordinasi antara satu sel dengan sel tubuh lainnya.
1) Sistem saraf pada Coelenterata. Pada Coelenterata akuatik seperti
Hydra, terdapat sistem saraf diffus karena sel-sel saraf masih
tersebar saling berhubungan satu sama lain menyerupai jala yang
disebut saraf jala. Meskipun demikian impuls dari satu sel ke sel
yang lainnya lewat melalui sinaps. Saraf jala sudah merupakan
sistem sinaps tapi tidak mempunyai cirri-ciri sinaps.

Gambar Sistem Saraf Coelenterata


Sumber : (Campbell, 2016)

2) Sistem saraf pada Echinodermata. Sistem saraf pada


Echinodermata masih merupakan sistem saraf primitif. Sel-sel saraf
tersusun dalam bentuk cincin saraf sekeliling rongga mulut dan
mempunyai cabang ke tiap lengan, tetapi susunan saraf didalamnya
masih diffus seperti jala belum ada pengelompokan dalam ganglion.
6

Pada bintang laut terdapat cincin saraf dalam cakram. Pada tiap
penjuluran tubuhnya terdapat saraf radial pada sisi ventral. Saraf ini
bercabang-cabang halus banyak sekali. Tiap saraf radial berakhir
sebagai sebuah mata pada tiap penjuluran tubuh.

Gambar Sistem Saraf Echinodermata


Sumber : (Campbell, 2016)

3) Sistem saraf pada Platyhelminthes. Platyhelminthes sudah


memiliki sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sel-sel saraf pada
cacing pipih terkonsentrasi menjadi sebuah ganglion dengan dua
lobus di bagian muka yang disebut dengan ganglion kepala atau
otak primitif. Dari ganglion kepala terdapat dua tali saraf
memanjang ke belakang tubuhnya membentuk seperti tangga.
Sistem saraf tepi terdiri atas saraf-saraf yang tersusun secara
transversal atau melintang yang menghubungkan tali saraf dengan
saraf-saraf yang lebih kecil yang terletak tersebar di semua bagian
tubuh.
7

Gambar Sistem Saraf Platyhelminthes


Sumber : (Campbell, 2016)

4) Sistem saraf pada Arthropoda. Pada arthropoda otak merupakan


stasiun relay sensorik dan mempunyai pengaruh untuk mengontrol
ganglia segmental yang lebih rendah seperti pada toraks dan
abdomen. Ganglia segmental pada hewan ini merupakan pusat
refleks lokal. Belalang mempunyai sebuah otak dorsal atau juga
disebut ganglion serebral yang bilobus. Otak dorsal itu disatukan
dengan korda ventral oleh dua penghubung sikumesofageal. Dalam
korda ventral terdapat 3 buah ganglion toraksis dan 5 buah ganglion
abdominalis. Cabang-cabang saraf keluar dari sistem saraf sentral.
Antena dan palpus mungkin mengandung alat-alat (akhir saraf)
untuk meraba,merasa, dan membau sesuatu.

Gambar Sistem Saraf Insecta


Sumber : (Campbell, 2016)

5) Sistem saraf Mollusca. Pada Cephalopoda (cumu-cumi, gurita)


terdapat otak yang kompleks karena adanya penggabungan berbagai
8

ganglia yang letaknya mengelilingi oesofagus. Karena itu otaknya


mempunyai bagian supraoesofagus dan suboesofagus. Pada bagian
suboesofagus terdapat pusat pernafasan untuk inspirasi dan
ekspirasi. Selain itu terdapat pula bagian yang termasuk ganglia
pedal dan branchial yang mengontrol lengan dan tentakel.
Sedangkan bagian otak supraoesofagus berisi pusat motorik, pusat
sensorik utama yang berupa lobus untuk pembau, dan kompleks
dorsal vertikal.

Gambar Sistem Saraf Mollusca


Sumber : (Campbell, 2016)

b. Sistem Syaraf pada Hewan Vetebrata


1) Sistem syaraf pada ikan. Otak terdapat pada susunan syaraf pusat.
Otak ikan dapat dibagi menjadi lima bagian yaitu telencephalon,
diencephalon, mesencephalon, metencephalon dan myelencephalon.
Ikan mempunyai otak yang pendek. Lobus olfaktorius, hemisfer serebral,
dan diensefalon kecil, sedang lobus optikus dan serebellum besar.
Ada 10 pasang saraf kranial. Korda saraf tertutup dengan lengkung-
lengkung neural sehingga mengakibatkan saraf spinal berpasangan pada
tiap segmen tubuh. Terdapat pada ikan bertulang menulang yaitu satu
olfaktoris pada moncong dengan sel-sel yang sensitif terhadap substansi
yang larut dalam air, kuncup perasa di sekitar mulut. Mata lebar mungkin
hanya jelas untuk melihat dekat, tetapi dapat digunakan untuk mendeteksi
9

benda-benda yang bergerak diatas permukaan air atau di darat didekatnya.


Telinga dalam dengan 3 saluran semisirkular, dan sebuah otolit untuk
keseimbangan. Ikan tidak mempunyai telinga tengah jadi tidak ada gendang
telinga. Oleh sebab itu, vibrasi atau suara diterima dan diteruskan melalui
kepala atau tubuh. Garis lateral tubuh mempunyai perluasan di daerah
kepala dan berguna untuk mendeteksi perubahan tekanan arus air (seperti
menghindar dari batu-batuan). Garis lateral itu diinervasi oleh saraf kranial
ke X (N. vagus), oleh sebab itu beberapa ahli berpendapat bahwa telinga
tengah pada vertebrata air berasal sama seperti garis lateral.

Gambar Sistem Syaraf pada Pisces


Sumber : (Linzey, 2003)

2) Sistem saraf Amphibi. Otak terbagi atas lima bagian dan serebellum
merupakan bagian yang terkecil. Ada 10 saraf kranial. Tiga saraf
pertama membentuk pleksus brakeal. Saraf ke-7, ke-8, dan ke-9
membentuk pleksus iskiadikus. Mata dengan kelopak mata atas dan
kelopak mata bawah, dan ada lagi kelopak mata yang ketiga yang
transparan (membran niktitans). Mata digerakkan oleh 6 otot, yaitu
10

oto-otot superior, inferior, rektus internal, rektus eksternal, oblikus


interior, dan oblikus superior.
Telinga dengan organ pendengar dan keseimbangan yang berupa 3
szlurzn semisirkular, yaitu vertikal anterior, vertikal posterior, dan
horizontal. Membran timpani (dalam telinga tengah, tetapi tidak ada
telinga luar), membawa implus-implus ke kolumella (tulang tipis
dalam telinga tengah yang memancarkan implus-implus melalui
stapes ke koklea).

Gambar Sistem Syaraf pada Amphibi


Sumber : (Linzey, 2003)

3) Sistem saraf Reptil. Otak dengan dua lobus olfaktorius yang


panjang, hemisfer serebral, 2 lobus optikus, serebellum, medulla
oblongata yang melanjut ke korda saraf. Di bawah hemisfer serebral
terdapat traktus optikus dan syaraf optikus, infundibulum, dan
hipofisis. Terdapat 12 pasang syaraf kranial. Pasangan-pasangan
syaraf spinal menuju ke somit-somit tubuh. Pada lidah terdapat
kuncup-kuncup perasa, dan terdapat organ pembau pada rungga
hidung. Mata dengan kelenjar air mata. Telinganya seperti telinga
11

vertebrata rendah. Saluran auditori eksternal tertutup kulit, dengan


membran tympani. Telinga dalam dengan tiga saluran semi sirkular
untuk mendengar. Dari ruang tympani ada saluran eustachius dan
bermuara dalam faring di belakang hidung dalam.

Gambar Sistem Syaraf pada Reptil


Sumber : (Linzey, 2003)

4) Sistem saraf Aves. Bentuk otak dan bagian-bagiannya tipikal pada


burung. Lobus olfaktorius kecil, serebrum besar sekali. Pada ventro-
kaudal serebrum terletak serebellum dan ventral lobus optikus.
lubang telinga nampak dari luar, dengan meatus auditoris eksternal
terus kemembran tympani (gendang telinga). Telinga tengah dengan
saluran-saluran semi sirkulat terus ke koklea. Pendengaran burung
dara sangat baik. Dari telinga tengah ada saluran eustachius menuju
ke faring dan bermuara pada langit-langitt bagian belakang. Hidung
sebagai organ pembau dimulai dengan dua lubang hidung yang
berupa celah pada dorsal paruh. Indra pencium pada burung kurang
baik. Mata besar dengan pekten yaitu sebuah membran bervaskulasi
dan berpikmen yang melekat pada mangkuk optik, dan melanjut
kedalam humor vitreus. Syaraf optik memasuki sklera mata di tempat
yang disebut bingkai skleral. Mata dengan kelenjar air mata.
Penglihatan terhadap warna sangat tajam dan cepat berakomodasi
pada berbagai jarak.
12

Gambar Sistem Syaraf pada Aves


Sumber : (Linzey, 2003)

5) Sistem saraf Mammalia


Bagian-bagian otak hewan mamalia terdiri atas otak depan, otak
tenagah dan otak belakang yang berkembang dengan baik. Selain itu,
mamalia juga memiliki sumsum lanjutan dan sumsum tulang
belakang(sumsum spinal). Adapun skema gerak biasa adalah
impuls( rangsangan( rangsangan)> saraf sensorik > otak > saraf
matorik > otot > gerakan. Skema gerak reflex adalah
impuls(rangsangan) > saraf sensorik > sumsum tulang belakang >
saraf motorik > otot > gerak reflex
Cerebrum besar jika dibandingkan dengan keseluruhan otak.
Serebelum juga besar dan berlobus lateral 2 buah. Lobus optikus ada
4 buah. Setiap bagian lateralnya dibagi oleh alur transversal menjadi
lobus anterior dan posterior. Mempunyai telinga luar. Gelombang
suara disalurkan melalui meatus auditori eksternal ke membran
tympani. Telinga tengah mengandung 3 buah osikel auditori. Koklea
agak berkelok. Mata tidak mengandung pekten (seperti yang terdapat
pada burung). Di banding dengan vertebrata yang lebih rendah, maka
pada kelinci membran olfaktori lebih luas, organ pembau lebih
efektif, karena membran olfaktori itu lebih luas. Hal itu disebabkan
karena papan-papan tulang dalam rongga hidung bergulung-gulung
membentuk kurva.
13

Gambar Sistem Syaraf pada Mamalia


Sumber : (Linzey, 2003)

c. Mekanisme Penjalaran Rangsang Pada Saraf


Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas
menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh
tubuh. Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam.
Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh
sistem saraf, yaitu:
1) Reseptor adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh hewan
yang bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.
2) Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari
berkas serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat
sel-sel khusus yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
3) Efektor adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan
oleh penghantar Impuls. Efektor yang paling penting pada hewan adalah
otot dan kelenjar.
14

Impuls adalah rangsangan atau pesan yang diterima oleh reseptor dari
lingkungan luar, kemudian dibawa oleh neuron. Impuls dapat juga dikatakan
sebagai serangkaian pulsa elektrik yang menjalari serabut saraf. Impuls dapat
dihantarkan melalui beberapa cara, di antaranya melalui sel saraf dan sinapsis.
a) Penghantaran Impuls Melalui Sel Saraf
Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun
tanggapan melalui serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya
perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan bagian dalam sel. Pada
waktu sel saraf beristirahat, kutub positif terdapat di bagian luar dan
kutub negatif terdapat di bagian dalam sel saraf. Diperkirakan bahwa
rangsangan (stimulus) pada indera menyebabkan terjadinya pembalikan
perbedaan potensial listrik sesaat. Perubahan potensial ini (depolarisasi)
terjadi berurutan sepanjang serabut saraf. Kecepatan perjalanan
gelombang perbedaan potensial bervariasi antara 1 sampai dengart 120 m
per detik, tergantung pada diameter akson dan ada atau tidaknya selubung
mielin.
Bila impuls telah lewat maka untuk sementara serabut saraf tidak
dapat dilalui oleh impuls, karena terjadi perubahan potensial kembali
seperti semula (potensial istirahat). Untuk dapat berfungsi kembali
diperlukan waktu 1/500 sampai 1/1000 detik. Energi yang digunakan
berasal dari hasil pemapasan sel yang dilakukan oleh mitokondria dalam
sel saraf. Stimulasi yang kurang kuat atau di bawah ambang (threshold)
tidak akan menghasilkan impuls yang dapat merubah potensial listrik.
Tetapi bila kekuatannya di atas ambang maka impuls akan dihantarkan
sampai ke ujung akson. Stimulasi yang kuat dapat menimbulkan jumlah
impuls yang lebih besar pada periode waktu tertentu daripada impuls
yang lemah.
15

Gambar Hantaran Impuls melalui Neuron


Sumber : (Campbell, 2016)

b) Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis


Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron
lain dinamakan sinapsis. Setiap terminal akson membengkak membentuk
tonjolan sinapsis. Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis terdapat struktur
kumpulan membran kecil berisi neurotransmitter; yang disebut vesikula
sinapsis. Neuron yang berakhir pada tonjolan sinapsis disebut neuron pra-
sinapsis. Membran ujung dendrit dari sel berikutnya yang membentuk
sinapsis disebut post-sinapsis. Bila impuls sampai pada ujung neuron,
16

maka vesikula bergerak dan melebur dengan membran pra-sinapsis.


Kemudian vesikula akan melepaskan neurotransmitter berupa asetilkolin.
Neurontransmitter adalah suatu zat kimia yang dapat menyeberangkan
impuls dari neuron pra-sinapsis ke post-sinapsis.
Neurontransmitter ada bermacam-macam misalnya asetilkolin
yang terdapat di seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di sistem saraf
simpatik, dan dopamin serta serotonin yang terdapat di otak. Asetilkolin
kemudian berdifusi melewati celah sinapsis dan menempel pada reseptor
yang terdapat pada membran post-sinapsis. Penempelan asetilkolin pada
reseptor menimbulkan impuls pada sel saraf berikutnya. Bila asetilkolin
sudah melaksanakan tugasnya maka akan diuraikan oleh enzim
asetilkolinesterase yang dihasilkan oleh membran post-sinapsis.

Gambar Hantaran Impuls melalui Sinaps


(Sumber : Mason, 2017)
17

2. Sistem Endokrin (Endocrine System)


Dalam beberapa hal sistem endokrin bekerjasama dengan sistem saraf
untuk pengaturan terhadap fungsi organ-organ tubuh. Bedanya sistem saraf
bekerja lebih cepat dibandingkan dengan cara kerja sistem hormonal yang lebih
lambat, namun berkesinambungan. Kelenjar-kelenjar endokrin dimasukkan ke
dalam suatu sistem karena getah (sekret) dari satu kelenjar endokrin dapat
mempengaruhi kelenjar endokrin lainnya. Getah yan dihasilkan kelenjar
endokrin disebut hormon, yang didistribusikan melalui sistem peredaran.
Meskipun kerja sistem saraf agak berbeda dengan cara kerja hormon,
tetapi terdapat kaitan antara keduanya, seperti beberapa kelenjar yang akan
bersekresi bila ada rangsang yang datang dari saraf. Ukuran kelenjar endokrin
biasanya kecil saja namun sangat vaskuler. Kelenjar endokrin yang terdapat
pada hewan-hewan vertebrata antara lain meliputi kelenjar hipofise, kelenjar
pankreas, kelenjar adrenal, kelenjar tiroid dan paratiroid, kelenjar gonad
mencakup ovarium dan testis, serta beberapa organ yang juga menghasilkan
hormon-hormon tertentu seperti ginjal, lambung, usus kecil, dan plasenta.
b. Organ endokrine
1) Kelenjar Hipofise
Hipofise berbentuk elip. Hipofise tergantung di bawah hipotalamus
oleh tangkai pendek dan rapuh (infundibulum), dan menempati fossa
hipofise sellae tursica (cekungan pada tulang basisphenoid) yang berada
pada lantai cavum cranii (tepatnya fossa cranialis medius). Hipofise
dibungkus oleh duramater kecuali tempat perlekatan infundibulum pada
diencephalon (hypotalamus). Suatu lipatan dura mater yang menyerupai
lempengan memanjang mengitari infundibulum. Kelenjar hipofise terdiri
atas :
a) Pars digitalis atau lobus anterior atau Adenohipofise
Pars distalis hipofise menghasilkan hormon somatotrofin (STH/GH),
gonadotrfin (FSH dan LH/ICSH), tirotrofin (TSH), adrenokortikotrofin
(ACTH), dan prolaktin.
18

b) Pars intermedia
Pars intermedia pada hewan rendah seperti amfibia memproduksi
melanocyte stimulating hormone (MSH). Hormon ini menimbulkan
penebaran pigmen hitam dalam melanosit epidermis.
c) Pars nervosa atau lobus posterior atau Neurohipofise
Dua hormon berbeda diproduksi oleh bagian neurohipofise yaitu
hormon antidiuretis (ADH)/vasopressin/Pitressin dan oksitosin/Pitosin

Gambar Kelenjar Hipofise


(Sumber : Hernawati, 2008)
19

2) Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid mengelilingi trakea di sebelah ventral dari larink.
Setiap lobus dari kelenjar tiroid dipisahkan oleh sekat-sekat menjadi lobuli
tiroid yang terdiri atas badan-badan bulat yang disebut folikel tiroid. Dalam
keadaan dimana hormon hasil produksi tidak dipakai, maka hormon ini
disimpan dalam bentuk koloid yang tak aktif disebut tiroglobulin. Kelenjar
tiroid juga menghasilkan enzim proteolitik yang disebut katepsin untuk
mengubah tiroglobulin yang tidak aktif menjadi hormon tiroksin yang aktif.
Bila kadar iodium yang terdapat dalam tubuh kurang maka yang dihasilkan
bukan tiroksin (T4), tetapi triiodotiroksin (T3). Fungsi hormon tiroksin
antara lain adalah :
a) Mengatur derajat metabolisme supaya di atas menimum
b) Mempunyai peranan dalam proses pertumbuhan dan diferensiasi
c) Mempengaruhi pertumbuhan mental kematangan seksual
d) Mempengaruhi metabolisme glukosa dan protein
e) Merangsang mengurangi jumlah asam-asam lemak, kolesterol dan
fosfolipid
Glandula tiroid dewasa dibungkus oleh kapsul jaringan ikat yang
dilekatkan ke organ sekitarnya secara longgar. Parenkim tiroid umumnya
berwarna merah bata dan teksturnya agak bergranul karena beberapa
bungkusan folikel yang dikandungnya. Pada beberapa hewan seperti sapi,
penampakan tiroid utuh tidak teratur, tetapi pada hewan lain seperti anjing
permukaannya sedikit halus. Jaringan tiroid sedikit kenyal dan padat
menyebabkannya dapat dipalpasi di belakang laring pada hewan besar. Pada
anjing sehat, tiroid tidak terpalpasi.
Ukuran glandula tiroid bervariasi bergantung pada kandungan iodium
pada makanan.Saat kandungan iodium rendah, pembesaran glandula tiroid
(goiter) dapat terjadi. Di Beberapa belahan dunia, penambahan iodium pada
garam merupakan keharusan sebagai usaha preventif terhadap defisiensi
iodium.
20

Gambar Kelenjar Tiroid


(Sumber : Hernawati, 2008)

3) Kelenjar Paratiroid
Kelenjar ini berperan dalam mengendalikan kadar kalsium dalam
darah. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar ini adalah parathormon yang
berfungsi mengendalikan kadar kalsium dalam darah. Hiposekresi kelenjar
ini mengakibatkan kadar kalsium dalam darah menurun dan mengakibatkan
kejang-kejang otot (tetani). Sebaliknya, hipersekresi kelenjar ini
mengakibatkan kadar kalsium dalam darah meningkat sehingga
menyebabkan pelepasan ion calsium dalam tulang ,tulang menjadi rapuh dan
mudah patah. Kelebihan kalsium darah mengakibatkan terjadi endapan
dalam ginjal atau menderita batu ginjal.
21

Gambar Kelenjar Paratiroid


(Sumber : Hernawati, 2008)

4) Kelenjar Adrenal
Terdapat sepasang melekat di sebelah anterior dari ginjal. Bagiannya
dapat dibedakan menjadi korteks, medula dan seludang. Korteks terdiri atas
tiga bagian yaitu :
a) Zona glomerulosa, menghasilkan hormon mineralokortikoid, fungsinya
untuk mengatur keseimbangan kadar natrium, dalam tubuh, hormonnya
yang penting ialah aldosteron
b) Zona Fasikulata, menghasilkan hormon glikokortikoid, fungsinya dalam
metabolisme karbohidrat dan protein, hormon yang penting adalah
hidrokortison
c) Zona retikulata, menghasilkan hormon-hormon seks, yaitu hormon-
hormon derivat steroid, seperti estradiol dan sebagainya
22

Gambar Kelenjar Adrenal


(Sumber : Hernawati, 2008)

Sel-sel penyusun medula berkelompok atau membentuk pita. Dalam sel-


sel ini mengandun butir-butir halus (granula) yan terwarna oleh pewarna garam-
garam krom yang menimbulkan warna coklat. Hormon ini pertama kali
diketemukan oelh Oliver dan Schafer pada tahun 1894. Pada tahun 1901 dan
ektralnya dapat dibuat kristal murni yang ternyata dari hasil penelitian lebih
lanjut mengandung dua hormon yaitu adrenalin atau epinefrin, dan noradrenalin
atau norepinepfrin, keduanya mempunyai fungsi :
23

1) Mempengaruhi denyut jantung, jadi berpengaruh terhadap tekanan darah.


2) Mempengaruhi limpa, dengan kontraksi darah yang terdapat dalam limpa
dipompa ke pembuluh darah.
3) Meningkatkan kadar glukosa darah, dengan mengubah glikogen menjadi
glukosa.

5) Kelenjar Pankreas

Gambar Kelenjar Pankreas


(Sumber : Hernawati, 2008)
24

Fungsi endokrin pankreas terdapat pada pulau-pulau Langerhans


yang tersebar di seluruh organ. Pada Pulau-pulau Langerhans ini dapat
dijumpai tiga macam sel yaitu :
a) Sel alfa, sel ini menghasilkan Glukagon juga dihasilkan oleh sel-sel alfa
ekstrapankreas (di luar pankreas), seperti pada lambung dan saluran
pencernaan.
b) Sel beta, menghasilkan hormon insulin yang berperan untuk mengubah
glukosa darah menjadi glikogen dalam hati.
c) Sel delta, menghasilkan hormon somatotropin atau Growth Hormone
Releasing Inhibiting Factor (GH-RIF) seperti dihasilkan oleh
hipotalamus. Fungsinya untuk menghambat produksi hormon insulin
maupun glukagon.

6) Kelenjar Gonad
Pada wanita kelenjar gonad disebut ovarium, dan pada pria disebut
testis. Ovarium merupakan organ berbentuk buah amadel, bergaris tengah 5
cm, dengan lebar 1,-3,0 cm dan tebal antara 0,6-1,5 cm. Terdiri atas bagian
medula yang merupakan jaringan ikat vaskuler, serta bagian korteks yang
banyak mengandung folikel-folikel telur. Folikel-folikel ini tertanam dalam
stroma korteks. Ada tiga macam folikel telur yaitu (1) folikel primordial
(primer); (2) folikel pertumbuhan (sekunder); dan (3) folikel Graaf. Folikel
Graarf akan berovulasi dan sel-sel folikel yang tersisa akan menjadi korpus
luteum. Estrogen merupakan hormon yang dihasilkan sel-sel folikel pada
masa pertumbuhan, sedangkan korpus luteum menghasilkan hormon
progesterone.
Testis merupakan kelenjar tubuler majemuk yang mempunyai dua
fungsi, yaitu reproduksi dan hormonal. Di antara tubulus-tubulus
seminiferous yang mempunyai fungsi reproduksi terdapat sel-sel intersisiel
yang disebut sel Leydig. Sel-sel Leydig inilah yang menghasilkan hormon
testosteron. Hormon testosteron bertanggungjawab terhadap perkembangan
25

sifat kelamin sekunder pria, seperti tumbuhnya rambut pada tempat-tempat


tertentu, membesarnya larink, hingga suara menjadi berat dan rendah.

c. Kerja Sistem Endokrin


Dasar dari sistem endokrin adalah hormon dan kelenjar (glandula),
sebagai senyawa kimia perantara, hormon akan memberikan informasi dan
instruksi dari sel satu ke sel lainnya. Banyak hormon yang berbeda-beda masuk
ke aliran darah, tetapi masing-masing tipe hormon tersebut bekerja dan
memberikan pengaruhnya hanya untuk sel tertentu.

Gambar Kerja Sistem Endokrin


(Sumber : Mason, 2017)
26

Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu, merupakan suatu kelenjar yang


tidak memiliki saluran pelepasan (ductless) untuk mengeluarkan hasil sekresi/
penggetahannya ke luar dari tubuh kelenjar. Sekret/getah yang diproduksi oleh
kelenjar yang demikian ini disebut hormon. Karena tidak memiliki saluran
pelepasan maka hormon ini langsung merembes ke peredaran darah, lymphe
atau cairan tubuh dari organ sampai ke organ target/sasaran. dalam hal ini
hanya jaringan tertentu saja yang mampu memberikan tanggapan/respons
terhadap hormon-honnon yang tertentu pula. Kelenjar endokrin merupakan
sekelompok susunan sel yang mempunyai susunan mikroskopis sangat
sederhana. Kelompok ini terdiri dari deretan sel-sel, lempengan atau gumpalan
sel disokong oleh jaringan ikat halus yang banyak mengandung pembuluh
kapiler.
Kelenjar endokrin mensekresi substansi kimia yang langsung dikeluarkan
ke dalam pembuluh darah. Sekresinya disebut hormon. Hormon yaitu
penghantar (transmitter) kimiawi yang dilepas dari sel-sel khusus ke dalam
aliran darah. Selanjutnya hormon tersebut dibawa ke sel-sel target (responsive
cells) tempat terjadinya efek hormon.
d. Sistem Endokrin Pada Berbagai Hewan
1) Sistem Endokrin pada Amphibia. Katak memiliki beberapa kelenjar
endokrin yang menghasilkan hormon. Fungsinya mengatur atau
mengontrol tugas-tugas tubuh, merangsang, baik yang bersifat
mengaktifkan atau mengerem pertubuhan, mengaktifkan bermacam-
macam jaringan dan berpengaruh terhadap tingkah laku makhluk hidup.
Yang unik dari endokrin katak ialah fungsi dari hormon tyroid yang
berperan besar pada metamorfosisi berudu menjadi katak.
27

Gambar Peran Hormon Tiroksin pada Metamorfosis Katak


(Sumber : Miller, 2001)

2) Sistem Endokrin pada Insecata dan Crustacea


Mekanisme neurosekresi pada insect dan crustacea sangat kompleks
dan sangat erat hubungannya dengan sistem saraf dan ganglionnya
28

3. Keterkaitan Materi dengan Alquran

Artinya : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari


suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu
Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang
Paling Baik.” [Q.S Al-Mukminun : 12-14 ]

Manusia diberi anugerah lebih dibandingkan dengan makhluk lain yakni


diberikan akal. Akal tersebut menandakan bahwa adanya fungsi otak yang satu
kerja otak adalah berpikir. Manusia diwajibkan memaksimalkan akal untuk
berpikir, mentafakkuri dan mentadabburi  ayat- ayat Allah baik yang tertulis
dalam al-Quran maupun hal hal yang tidak tertulis di alam semesta ini untuk
menjadi obyek penelitian, pengamatan. Allah SWT telah memotivasi manusia
sejak 14 abad yang lampau melalui lisan nabi Muhammad SAW sebagaimana
dijelaskan dalam al - Quran Surat Ali - Imran ayat 190 -191.
29

Ar tinya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda- tanda bagi orang- orang yang berakal. (yaitu)orang-
orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata):"Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakanini dengan sia-sia.
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”.
30

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sistem saraf merupakan sistem yang mengatur mekanisme penghantaran
impuls saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impuls saraf dan perintah
untuk memberi tanggapan rangsangan.
2. Sistem saraf merupakan sistem yang khas bagi hewan, karena sistem saraf
ini tidak dimiliki oleh tumbuhan. Sistem saraf yang dimiliki oleh hewan
berbeda-beda, semakin tinggi tingkatan hewan semakin komplek sistem
sarafnya.
3. Kelenjar endokrin bekerjasama dengan sistem saraf guna mengatur fungsi
kehidupan. Kelenjar endokri yang terdapat pada hewan-hewan vertebrata
antara lain meliputi kelenjar hipofise, kelenjar pankreas, kelenjar adrenal,
kelenjar tiroid dan paratiroid, kelenjar gonad.
4. Manusia diwajibkan memaksimalkan akal untuk berpikir, mentafakkuri dan
mentadabburi  ayat- ayat Allah baik yang tertulis dalam al-Quran maupun
hal hal yang tidak tertulis di alam semesta ini untuk menjadi obyek
penelitian, pengamatan. Allah SWT telah memotivasi manusia sejak 14 abad
yang lampau melalui lisan nabi Muhammad SAW sebagaimana dijelaskan
dalam al - Quran Surat Al Mukminun ayat 12 – 14 dan Surat Ali - Imran
ayat 190 -191.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang harus dilengkapi
untuk menyempurnakan isi makalah ini, sehingga penulis mengharapkan saran dari
pembaca untuk memperbaiki makalah ini, seperti perlu ditambahkannya lagi sumber-
sumber yang relevan terkait pokok bahasan makalah ini. Besar harapan semoga apa
yang ada dalam pembahasan ini dapat semakin menambah keimanan kita terhadap
Allah SWT.
31

DAFTAR PUSTAKA

Hernawati. 2008. Bahan Kuliah Struktur Hewan pada Materi Sistem Endokrin.
Bandung. Jurusan Pendidikan Biologi. UPI

Heryani, L.G. S.S. 2017. Endrokrinologi hewan. Denpasar. FKH Universitas


Udayana

Kusuma P.S.W, Agung PW, Marhendra, Aulanni’am, Marsoedi. 2012. Mekanisme


Pelepasan Hormon Gonatropin (GtH-II) Ikan Lele (Clarias sp) Setelah Di
Induksi Laserpunktur Pada Titik Reproduksi. 11 Oktober 2012.

Linzey. 2003. Vertebrate Biology 1. The Vertebrate Story: An Overview. The


McGraw Hill Companies

Mason et all. 2017. Biology Eleventh Edition. The McGraw−Hill Companies

Miller−Harley. 2001. Zoology, Fifth Edition. The McGraw−Hill Companies

Novesa, A. 2012. Pembiusan Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)


dengan Suhu Rendah Secara Bertahap Dalam Transportasi Sistem Kering.
Skirpsi Dipublikasikan. Institut Pertanian Bogor.

Reece, J. B., Urry, L. A., Campbell, N. A. 2016. Campbell Biology Eleventh Edition.
Hoboken : Pearson Higher Education.

Risa Purnamasari, Risa., Santi Rukma, Dwi. 2017. Fisiologi Hewan. Program Studi
Arsitektur UIN Sunan Ampel, cetakan pertama.

Yayu Saskia et al. Toksisitas dan Kemampuan Anastetik Minyak Cengkeh (Sygnium
aromaticum) terhadap benih ikan pelangi merah (Glossolepis incisus). Jurnal
Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan.

Anda mungkin juga menyukai