Anda di halaman 1dari 10

ISLAM DAN KESEHATAN

A. Pengertian penyakit (al-maradh)

1. Pengertian secara etimologi.


Al-maradh artinya:

ََ‫خاصَة‬
َ َ‫ماََيَعَرَضََلَلَبَدَنََفَيَخَرَجَ َهَعَنََالَعَتَدَالََال‬
)"Sesuatu yang menimpa badan sehingga menjadikan badan itu keluar dari
keseimbangan yang khusus)", yakni:

ََ‫كَلَ َمَاخَرَجَ َبَهَ َالَنَسَانَ َعَنَ َذَدَ َهَ َالصَحَةَ َبَعَلَةَ َاَوَ َنَفَقَ َأَوَ َتَقَصَيَر‬
َََ‫فَيََأَمَر‬
(setiap yang menjadikan manusia keluar dari lawan keadaan sehat berupa
penyakit atau kemunafikan atau lalai dalam suatu urusan).

Al-maradh ini merupakan keadaan di luar tabiat dan sangat berbahaya. Kata al-
maradh juga secara etimologis kadang-kadang ditujukan kepada pengaruhnya
yaitu al-alamu (rasa sakit). Hal ini sebagaimana dikatakan oleh beberapa pakar
yang terpercaya. Sedangkan menurut para dokter, al-maradh merupakan lawan
dari ash-shahih (sehat) yang berupa kondisi yang menimbulkan berbagai
perbuatan yang selamat. Yang dimaksud dengan perbuatan di sini adalah
kebiasaan-kebiasaan, baik yang bersifat alami seprti pertumbuhan atau yang
bersifat hewani seperti bernafas atau yang bersifat jiwa (nafsiyah) seperti kualitas
berpikir. Maka kata al-hawai (juling) dan al-hadab (bongkok) menurut para
dokter merupkan penyakit, semetara menurut ahli bahasa tidak termasuk
penyakit. Namun keduanya merupakan kegelapan dan kegoncangan yang
menimpa tabiat setelah sebelumnya dalam kondisi yang jernih dan lurus.

Kata al-maradh bentuknya seperti kata al-farah. Derivasinya adalah maridhan,


miradhan, dan maridhun. Bentuk subyeknya (fa'il) adalah mariidhan, mardhaa
dan miraadhan.

Al-maridh artinya adalah segala sesuatu yang keluar dari batasan sehat dan
selamat dari penyakit atau kemunafikan ata kelalaian dalam suatu urusan.

Arti lainnya ialah suatu kondisi tubuh yang tidak normal sehingga mengeluarkan
tindakan-tindakan yang mengandung bencana atau perubahan.

2. Pengertian Penyakit (al-maradh) secara terminologis

Firman Allah SWT dalam Q. S asy-Syu'ara:80):

َ‫وإذا مرضتَ فهوَ يشفين‬


Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku….
1
Secara tekstual kata al-maridh dan asy-syifa' terdapat dala al-qur'an.
Namun untuk mengetahui istilah yang diberikan oleh para ulama dalam bidang
ini terhadap kata al-maridh baik dulu maupun sekarang, maka dapat diteringkan
sebagai berikut:

Al-maradh adalah kondisi tidak normal yang menimpa tubuh keseluruhan


atau sebagian dan menyebabkan timbulnya berbagai indikasi. Indikasi (al-aradh)
adalah tanda-tanda yang menunjukkan adanya gejala penyakit, baik berasal di
atas ranjang (saririyah) atau hasil ronsen (syu'aun) atau hasil ekesperimen di
laboratorium (mukhtabariyah)

Al-Asbab (sebab-sebab): asbabul maradh (sebab-sebab timbulnya


penyakit) adalah faktor-faktor yang menimbulkan terjadinya penyakit. Setiap
penyakit memiliki penyebab yang berbeda-beda yang kadang-kadang bisa
diketahui dan tidak bisa diketahui, secara menyeluruh atau sebagian saja.

At-tasykhish (diagnosa), adalah mendifinisikan dan mengetahui identitas


penyakit secara teliti melaui indikasinya dan sebab-sebabnya yang sudah
diketahui.

Al-mudha'afaat (komplikasi) adalah getaran yang menimpa orang-orang


sakit, baik dengan cara kuatnya indikasi penyakit atau munculnya penyakit
sekunder lainnya yang lebih berbahaya dari penyakit pertama.

3. Pengertian Penyakit secara maknawi


Al-mufassirun (para ahli tafsir) secara maknawi penyakit adalah penyakit hati
(maradhul qalbi), yakni hati yang dhulumat (gelap) tidak memperoleh cahaya hidayah
dari Allah SWT. Hati yang lemah dan lesu karena penyakit-penyakit yang menjangkit.
Sebagaimana tersirat pada Q. S al-Baqarah ayat 10:
‫ضا‬
ً ‫في قلوبهمَ مرضَ فزادهمَ َللاََمر‬
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah ‫ر‬maknawi adalah sesuatu yang
menimpa seseorang berupa hal-hal yang menodai kesempurnaan diri, seperti marah,
lupa, akidah yang jelek, hasad, takabbur, ujub, riya' dsb. Sebagaimana penyakit
jasmani menodai badan dan menghalangi dari kelezatan dan keseimbangan, maka
penyakit hati akan menodai dan merusak serta mengahalangi dari kelezatan rahani.
Bahkan kerusakan rohani lebih dahsyat dan abadi dari kerusakan jasmani. Rasa sakit
akibat penyakit jasmani akan berhenti dengan kematian jasmani, sedangkan penyakit
hati akan dirasakan semakin sakit dan sempurna sejak kematian jasmani hingga sakitnya
siksa neraka yang abadi. Dan tidak ragu-ragu lagi bahwa hati orang munafik adalah hati
yang sedang sakit (qalbun mariid) akibat dipenuhi dengan penyakit keburukan yang
menghalangi dan menyeret mereka ke neraka paling bawah (fi darqil asfaliin).
Orang mukmin adalah orang yang hatinya sehat (qalbun saliim) dan sembuh
(asy-syifaa') dari penyakit hati, yakni hati yang terang benderang dipenuhi cahaya (nuur)
hidayah dan taufiq al-Qur'an. Sedangkan orang dhalim (berbuat aniaya) karena penuh
kegelapan hati (dhulumaat) gelap makin komplikasi dengan dihadirkan al-Qur'an
disebabkan hatinya telah kronis akibat berbagai penyakit yang terus menerus dilakukan.

2
‫ن الظلَماتَ إلى النورَ والذينَ كَفروا‬
َ ‫َللاَ وليَ الذينَ آمنوا يخرجه َم م‬
َ‫أولياؤهمَ الطاغوتَ يخرجونهمَ منَ النورَ إَلَى الظلماتَ أولئكَ أصحاب‬
َ‫النارَ همَ فيها خالدون‬
Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari
kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir,
pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka dari
cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya. Surat 2. AL BAQARAH -Ayat 257
‫وننززلَ مزنَ القزرآنَ مزا هزوَ شزفا َ ورحمزةَ للمز َمنينَ ول يزيزدَ الظزالمينَ إَل‬
‫ارا‬
ً ‫خس‬
Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah menambah kepada
orang-orang yang lalim selain kerugian (Surat 17. AL ISRAA' -Ayat 82)

Bagaimana dengan orang kafir dan musrik?


Dalam pandangan dan diagnosis al-Qur'an orang kafir dan musyrik secara
maknawi telah mati hatinya (qalbun mayyit), walaupun jasmaninya masih hidup
sehat. Mereka pada hakekatnya adalah mayat berjalan. Sebagaimana pada firman
Allah SWT:
َ‫} ختم‬6{َ‫إنَ الذينَ كفروا سوا َ عليهمَ أنذرتهَمَ أمَ لمَ تنذرهمَ ل يَ منون‬
َ‫َللاَ على قلوبهمَ وعلى سمعهمَ وعلى أبصَارهمَ غشاوةَ ولهمَ عذاب‬
}7{ َ‫عظيم‬
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri
peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman.
Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan
mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. QS. Al-Baqarah:6-
7

B. Macam-macam penyakit

Ulama' besar Ibnul Qayyim az-Zaujiyah, dalam kitabnya al-mukhtasyar at-


Tibbun Nabawi terj. Abu Umar Basyir (2005: 17), membagi penyakit menjadi dua,
yakni
a. Penyakit hati/rohani.
Penyakit hati sendiri dibagi dua yakni:
1. Penyakit syubhat yang disertai ragu-ragu
2. Penyakit syahwat yang disertai kesesatan.
Kedua penyakit itu disebutkan dalam al-Qur'an:
َ‫في قلوبهمَ مرضَ فزادهمَ َللا‬
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya
Adapun penyakit syahwat, difirmankan Allah:
َ‫يا نسا َ النبيَ لستنَ كأحدَ منَ النَسا َ إنَ اتقيتنَ فال تَخضعن‬
‫بالقولَ فيطمعَ الذي في قلبهَ مرضَ وَقلنَ قول ًًَمعروفًا‬
Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika
kamu bertakwa. Maka janganlah kamu melembutkan (yang berlebihan)
3
dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit
dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik. (Q.S. al-Ahzab: 33).

Adapun penyakit hati, urusannya diserahkan kepada para Rasul


karena memang hanya diri mereka dan hanya di tangan mereka
solusinya. Kalau ada prediksi bahwa hati bisa menjadi baik (sehat),
tanpa mengikuti advice (petunjuk) dan resep Rasul sungguh merupakan
prediksi yang keliru. Orang yang tidak bisa membedakan antara penyakit
hati yang penuh syahwat kebinatangan dengan kesehatan hati
sesungguhnya, hendaknya ia menangisi hatinya sendiri, karena hatinya
telah mati (qalbun maayit). Dan hendaknya ia meratapi cahaya hatinya,
yang kini tengelam lautan kegelapan (dhulumaat).
Sebagian besar manusia telah terlena dan tersesat mengejar
kesehatan jasmani, paranoid terhadap bahaya penyakit jasmani,
sehingga membiarkan dirinya ditimpa penyakit jiwa (rohani/qalbu) yang
jauh lebih dahsyat dan abadi penderitaannya.
Seorang ‘alim, Ibnul Qayyim al Zaujiyah, dalam kitabnya yang
berjudul Ighatsatul lahfan min mashayyidi asy-syaithan, menjelaskan
tanda-tanda hati yang sehat sebagai berikut:

‫ومن عالمات صحة القلب أن يكون إحتمامه بتسحيح العمل أعظم‬


،‫منه بالعمل فيحرص علي اإلخالص فيه‬
،‫ ويشهد مع ذلك منة هللا عليه فيه‬،‫والنصيحة والتبعة واإلحسان فيه‬
‫ فهذه شد مشاهد‬، ‫وتقصيره في حق هللا‬
‫ال يشهدها إال القلب الحي السليم‬
“Dan dari tanda-tanda sehatnya hati itu menjadikan pusat
perhatiannya pada memperbaiki amal, yang lebih besar dari pada amal itu
sendiri. Oleh karena itu ia akan senantiasa (1) menjaga keikhlasan
padanya, (2) setia kepada Allah, teliti dalam sunnah-sunnah Rasulullah,
(3) menjaga keihsanan di dalamnya, (4) dia selalu dapat menyaksikan
dengan terang sehingga nampak pada dirinya bahwa dia bisa beramal
demikian hanya karena karunia Allah SWT semata, (5) dia selalu dapat
menyaksikan bahwa dirinya itu banyak kekurangan dalam melaksanakan
kewajibannya pada Allah SWT. Maka inilah tanda-tanda yang sangat
jelas, yang tidak Nampak padanya kecuali hati yang hidup dengan sehat.

2) Al-Qur’an sebagai asy-Syifa’ (penyembuh)

b. Penyakit Jasmani
Sebagai dasar pijakan hendaknya mencermati firman Allah berikut:

َ‫ليسَ على األعمى حرجَ ول على األعرجَ حرجَ ول عَلى المريضَ حرج‬
Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang,
tidak (pula) bagi orang sakit,... (Surat 24. An-Nuur: Ayat 61)

4
Allah menyebutkan penyakit jasmani dalam haji, ketika berpuasa dan
saat berwudlu, tentunya karena suatu rahasia tersembunyi yang amat
menakjubkan yang menjelaskan kepada kita keagungan al-Qur'an,
bahwa bila kita memahami dan mengerti kandungannya, kita tak lagi
membutuhkan petunjuk kesehatan yang lain. Bahkan ajaran para rasul
mengandung unsur pengobatan terhadap jasmani yang bisa diungkap
oleh otak para pakar kedokteran terhebat sekalipun.
Selain itu formula pengobatan penyakit jasmani ada tiga,
yakni:
1. Menjaga kesehatan dengan pola hidup dan makan yang sehat.
2. Menjaga tubuh dari unsur-unsur berbahaya, dan
3. Mengeluarkan zat-zat berbahaya dari dalam tubuh.

Telah dimaklumi dalam ajaran Islam, apabila ruhani (qalb) kuat,


maka tabiat dan jiwa manusianya juga menjadi kuat. Tabiat dan jiwa
seseorang akan saling mendukung dalam mengusir dan mengatasi
penyakit jasmani.

C. Hakekat Sakit

Islam sebagai agama fitrah berarti din yang diturunkan oleh Allah untuk
menjawab segala kebutuhan lahir batin manusia, termasuk masalah
kesehatan. Islam juga merupakan ajaran yang integral dan menyeluruh, yang
melihat segala sesuatu saling terkait dan meliliki ketergantungan antara satu
dengan yang lain dalam segala urusan; jasmani dan rohani. Dengan
demikian kesehatan jasmani tentu sangat terkait dengan kesehatan rohani,
sebagaimana pula ada keterkaitan antara perbuatan dosa dengan terjadinya
mushibah pada diri seseorang, bahkan masyarakat. Keniscayaan keterkaitan
ini dapat kita pahami berdasarkan dalil-dalil sebagai berikut:
a. Firman Allah SWT,
- Q.S. An-Nisa’ ayat 123:

َ‫ليسَبأمانيكمَولَأمانيَأهلَالكَتابََمنَيعَملَسو اًَيجز‬.
ً ‫بهَولَيجدَلهَمنَدونََللاَوليَا ًَولََنصيرَا‬
123. (Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang
kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa
yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan
kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong
baginya selain dari Allah.

- Az-zalzalah: 8-9;

ََ‫)َوَمَنََيَعَمَلََمَثَقَالََذَرَةََشَرَاَيَرَه‬٨(ََ‫فَمَنََيَعَمَلََمَثَقَالََذَرَةََخَيَ ًَراَيَرَه‬
َ)َ٩(
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya
dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya
pula.

- Al-a’raf : 96

5
َ‫ولوَأنَأهلَالقرىَآمنواَواتقواَلَفتَحناَعَليهمَبركاتََمن‬.
َ‫السما َواألرضَولـكنَكذبواَفأخَذناهمَبماَكَانواَيكسبون‬
96. Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami
siksa mereka disebabkan perbuatannya.

b. Hadits Nabi saw.

Hadits 1:
Dari Said bin Mansyur, dari ‘Aisya ra, bahwa seorang pria membaca
ayat ini (an-Nisa:23) dan berkata ‘kita akan dibalas atas semua yang
kita lakukan, maka tentu binasalah kita’. Mendengar kata-kata demikian
maka Rasulullah saw bersabda:

َََ‫نعَمََيَجَزََبَهََالمَ َمَنََفَيَالدَنَيَاَفَيََنفَسَهََفَيََجَسَدَهََفَيََمَاَيَ َذَيَه‬


‘Ya, seorang mukmin akan diberi pembalasan di dunia apa yang
menggangu dirinya dan tubuhnya.
Hadits 2:
Diriwayatkan dari abu Dawud at-Thayalisi dari ali bin Zaid yang
mendengan bahwa putrinya bertanya kepada ‘Aisyah r.a tentang ayat
(4:123), maka Jawab Nabi saw:
“Ini adalah baiat Allah kepada hamba-Nya dari apa yang menimpanya
berupa penyakit demam, bencana, tusukan duri bahkan barang yang
berada di lengan bajunya lalu ia takut dan ditemukannya di dalam
sakunya, dan sesungguhnya seorang mukmin akan keluar dari dosa-
dosanya seperti emas yang baru keluar dari api pembakarannya.
Hadits 3:

َ‫اَمَا َوَالَذَيَ َنفَسَيَ َبَيَدَهَ َاَنَهَا َلَكَمَا َاَنَزَلَتَ َوَلكَنَ َاََبشَرَوَا‬


ََ‫وَسَدَ َدوَاَفَإَنَ َه َلَ َيَصَيَبَ َاَحَدًاَمَنَكَمَ َمَصََيبَةَ َفَيَ َالدَنَيَاَاَل‬
ََ‫كَفَرََللاََبَهَاَمَنََخَطَيَئَتَهََحَتَيَالشَوَكَةََيَشَاكَهَاَاَحَ َدكَمََفَي‬
ََ‫قَدَمَه‬
“Sesungguhnya demi Allah yang nyawaku berada dalam gengaman-Nya.
Ayat ini (4:123) adalah sebagaimana diturunkan, akan tetapi kamu boleh
bergembira bahwasanya tiada menimpa atas seorang diantara kamu sesuatu
mushibah di dunia melainkan dengan mushibah itu Allah menebus sebagian
dari dosanya, meskipun mushibah itu berupa tusukan duri pada telapak
tangannya”

Berdasarkan prinsip ajaran Islam sebagai agama fitrah dan agama


yang integral bagi mukmin dapat dipahami berkaitan dengan penyakit adalah
beberapa prinsip hakekat sebagai berikut:
1) Penyakit /sakit adalah taqdir Allah SWT; Ia menimpakan kepada yang
dikehendaki-Nya. Maka harus diterima dengan khusnudhan billah dan
penuh keshabaran.
2) Penyakit/sakit bagi mukmin adalah wujud dari kasih sayang-Nya; demi
kebaikan hakiki hamba yang dicintai-Nya. Bagi orang yang lalai,
sebagai peringatan, bagi yang taat, sebagai ujian peningkatan derajat

6
imannya, dan bagi yang telah kafir, sebagai hukuman/siksa di dunia
sebelum siksa akhirat yang lebih besar.
3) Bagi mukmin, sembuh secara fisik bukan segala-galanya. Yang
segala-galanya adalah tetap utuh dan semakin sempurnanya iman
hingga kematiannya. Oleh karena dalam mencari kesembuhan tidak
menghalalkan segala cara hingga jatuh kepada kemusyrikan.
4) Sakit adalah sarana dekat kepada Allah, amal shalih bagi diri sendiri;
dengan Allah sangat dekat di saat orang mukmin sakit; dengan
banyak bermuhasabah dan bertaubat. Sarana membangun kasih
sayang dengan kerabat dan sahabat.
5) Usaha berobat, mencari kesembuhan disertai berdo’a adalah fardlu
'ain sekaligus keutamaan bagi mukmin. Hati orang mukmin harus
penuh optimisme karena ia yakin bahwa setiap kali Allah menurunkan
penyakit, pasti Allah menurunkan obatnya.

D. Teladan kesehatan: Nabi Muhammad saw

MUHAMMAD TELADAN ABADI KESEHATAN

Rasulullah Muhammad saw itu bagaikan mutiara yang berkilau dari sisi
manapun kita memandangnya. Kecermelangan dirinya adalah telaga abadi yang
tidak pernah habis ditimba. Hidup tanpa keteladanan dan kehilangan contoh
panutan adalah hidup secara kosmologis menjadi ahistoris. Beliau adalah inspirasi
bagi setiap profesi dan atribut, tempat di mana stiap muslim seharusnya berkaca
melihat diri. Oleh karena itu, layak mencari sumber keteladanan yang relevan
dengan pemeliharaan kesehatan dalam kehidupan beliau.

Dengan mengumpulkan literatur dan bukti ilmiah dan memadukan nash-nash


AL-Qur’an, hadits Nabi, shirrah nabawiyah dengan kesimpulan ilmiah kedokteran
mutakhir dalam juranal ilmiah, pendapat para pakar ataupun sejumlah text book
kedoteran yang bertujuan untuk mencoba menyingkap sekelumit kehidupan Nabi
Muhammad Saw yang mempesona itu. Rasulullah Saw ditakdirkan berusia 63
tahun, dan salah satu keistimewaan dari hidup beliau yang mungkin jarang dibahas
adalah kondisi fisiknya yang prima. Dari litelatur biografi kehidupannya disebutkan
bahwa dari sepanjang hidupnya Nabi Saw hanya sakit 2 kali saja! Menurut Haekal
dalam Sejarah Hidup Muhammad, penyakit yang pernah dideritanya tidak lebih dari
kehilangan nafsu makan yang pernah dialami pada tahun keenam hijriah, tatkala ada
terisiar barita bohong bahwa ia telah disihir oleh orang-orang yahudi, dan satu
penyakit lagi yang pernah dideritanya sehingga karenanya ia berbekam, yaitu
setelah termakan daging beracun pada tahun ketuju hijriah.

Ini prestasi kebugaran fisik yang sangat memukau. Betapa tidak Rasulullah
Saw hidup dengan beban pekerjaan yang besar, memikul ancaman yang berat,
yakni kelak membangun sebuah peradaban mahabesar. Ia mengisi lembaran hari-
harinya dengan penuh perjuangan, kerja keras, lahir berpredikat yatim, beranja enam
tahun menjadi piatu, sejak muda belia memulai karir sebagai pengembala ternak,
padagang, hingga menjadi interpreneur sukses yang melakukan bisnis ke
mancanegara Syiria, Yaman, dan lain sebagainya). Meningkatkan dewasa dimensi
tanggung jawab yang diembannya semakin bertambah kompleks; di usianya yang
40-an ia dilantik Tuhan menjadi Nabi bagi umatnya dan Rasul penutup bagi seluruh
umat manusia hingga akhir zaman. Ia juga kepala pemerintahan di jazirah Arabia,
komandan yang terjun langsung di banyak peperangan, dan suami bagi istri-istrinya,

7
ayah bagi anak-anaknya, pelindung kaum yang lemah dan tertindas. Muhammad
bin Abdillah seolah sengaja dilahirkan untuk menyerka air mata umatnya.

Al-Qura’an mengilustrasikan kepribadian Nabi akhir zaman ini dangan


bahasa yang sangat indah “Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rasul dari
kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan
(keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap
orang-orang beriman. (QS At-Taubah {[9]:128). Apa yang menjadi kebahagiaan Nabi
ada pada kebahagiaan umatnya. Demikian kesusahannya ada pada kesusahan yang
dialami umatnya, nasib umatnya menjadi muatan isi hatinya.

Ketika datang tawaran kepada Nabi yang mulia ini segala bentuk kesenagan
duniawi berupa harta yang berlimpah, kekusaan yang luas untuk menjadi seorang
Nabi dan Raja (mulkan-Nabiya), tapi subhanallah! ia lebih memilih hidup menjadi
seorang Nabi dan Rakyat jelata (‘abdan–Nabi ya). Sehingga kehidupan
kesehariannya amat bersahaja. Rumah Nabi luasnya tidak lebih dari 4, 80 m x 4, 62
m persegi, meski kelak ditangannya terletak kunci masyriq dan maghrib (kelak
Persia dan Konstantinopel terbuka dalam lindungan Islam). Ia rela tidur beralaskan
dipan tikar yang kasar, sehingga Umar bin Khatab ra menitikkan air mata ketika
melihat kamar Nabi yang bersahaja itu. Jendral besar sahabat umat Nabi itu
terbayang untuk membayangan beludru dan permadani empuk yang dimiliki
penguasa romawi ketika itu.

Hari-hari beliau adalah hari-hari yang dialui dengan perut lapar. Aisya
mengatakan, tidak pernah seumur hidupnya Nabi saw kenyang selama dua hari
berturut-turut, menu yang biasa ia konsumsi adalah roti gandum yang keras, dalam
rumahnya tidak pernah tersimpan makanan untuk hari esok, waktu tidurnya hanya
sedikit. salah satu doa yang pasti sukar kita ikuti adalah “Ya Rabbi, hidupkan aku
dalam keadaan miskin dan bangkitkan aku kelak bersama orang yang miskin”.
Ketika beliau wafat, harta kekayaan yang tertinggal di dalam rumahnya hanyalah
uang sebanyak tujuh dinar saja, meski kelak beberapa tahun setelah beliau wafat,
islam diterima komunitas dunia, terentang dari perbatasan hindia hingga pasir putih
tepi pantai samudra atantik, tergelar dari pegunungan kaukasus di utara Marauke
disebelah timur. Membentuk sebuah imperium keimanan yang paling megah dan
terluas dari kekaisaran romawi di zaman keemasannya dan lebih besar dari
bizantium dimasa jayanya.

Keseharian hidup beliau sangat jauh dari pake budaya modern saat ini.
Konteks sosiokultural hidup Nabi berlatar daerah kering gersang dengan tradisi
jahiliah yang barbarian dan tribalisme. Muhammad lahir ditahun 570 M, ditempat
yang jauh dari pusat-pusat peradaban dunia yang berjutur tinggi dan jauh dari
perputaran politik dunia. Jazirah Arabia saat itu adalah tempat terbelakang di dunia,
jauh dari seni dan ilmu pengetahuan. Kota Mekah saat kelahiran Nabi hanya
“dipandang sebelah mata” karena tidak ada yang dibanggakan sebagai suatu kota,
apakah lagi membincangkan system kesehatan saat itu? Dunia ilmu kedokteran
ketika Nabi lahir didominasi takhayul, mitos dan kurafat sebagaimana dimensi-
dimensi kehidupan sosial lainnya seperti pada waktu itu.

Namun, alangkah aneh bila Rasulullah Saw. hanya sakit dua kali saja seumur
hidupnya? Kelak di zaman Nabi ada sahabat bernama Harits ibn Khaladah yang
mendalami kedokteran yunani, tetapi sepanjang tugasnya, Harist tampak
menganggur karena Nabi memang tidak pernah sakit. Kita tidak pernah menemukan
satu cerita sekalipun bahwa Harist melakukan pengobatan kepada Nabi Saw.

8
Sekarang bandingkan dengan kita saat ini! Adakah diantara kita atau yang
kita kenal di sekitar kita yang hidup hanya sakit dua kali saja? Saya yakin bahkan
mereka yang bergeut di dunia kesehatan tidak ada yang punya status kesehatan
istimewa seperti Nabi! Perembangan ilmu kedokteran yang fantastis dan luar biasa
pun tidak berkorelasi dengan meningkat dan meratanya status kesehatan dunia.
yang terejadi malah penemuan-penemuan hebat dalam dunia kedokteran seolah
berbanding lurus dengan kemunculan penyakit-penyakit aneh yang sulit ditaklukan.

Lalu kira-kira apa yang menyebabkan beliau memiliki stamina fisik yang
mengagumkan itu? Dimana letak rahasianya? Nanti kita akan bersama-sama
mencari dan menggali unsur-unsur dalam gaya hidup dan perintah-perintah ajaran-
ajaran beliau yang memberi kontribusi pada faktor pemeliharaan kesehatan.

Tentunya jawaban yang dapat kita dapati dari pertanyaan tersebut hanya
akan kita temukan dalam dua warisan berharga beliau yang masih autentik hingga
kini yaitu Al-Qur’an dan sunah-sunahnya dalam hadits yang sahih. Karena keduanya
itulah yang menggambarkan tentang kehidupan Nabi dalam “wujud” yang lain.
Aisyah ra mengatakan bahwa akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an, (HR Muslim)
sehingga dalam banyak kesempatan Nabi Saw sering dijuluki sebagai “Al-Qur’an
yang berjalan”(The living Qur’an). Muhammad adalah wujud oprasional Al-Qur’an.
Al-Qur’an menjamin kredibilitas lisan Muhammad dengan pernyataan “…dan tiadalah
yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu
tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), ”(QS An-Najm[53]:3-4).

Dokumentasi kehiduan beliau terekam baik dalam hadits-hadits yang sahih.


Menarik untuk diperbandingkan, di dunia ini sepertinya tidak seorang pun manusia
yang memiliki dokumentasi catatan kehidupan (yang dicatat oleh begitu banyak
orang).

Yang begitu lengkap terperinci sepanjang hidupnya sebagaimana catatan riwayat


kehidupan Nabi Muhammad Saw Dan pasti tidak ada seorang pun di muka bumi ini
yang kisah hidupnya dipelajari, diteladani jutaan manusia, dikritisi atau
“disalahpahami” karena rasa dengki atau ketidakpahaman (baca: kebodohan),
sebagaimana kehidupan Nabi Saw Demikian kita dapat berapologi, bahwa tidak
ada nama manusia pun dimuka bumi ini yang selalu disebut-sebut orang setiap
detiknya, selain nama beliau.

Pribadi Rasulullah Muhammad Saw Tentang bagaimana ia menjalani


kehidupan keseharian bagai buku terbuka yang terang benderang, lengkap, dan
mendetail. Sirrah Nabawiyah merekam dengan baik kehidupan beliau sejak elahiran,
masa kanak-kanak, remaja, dewasa hingga detik-detik akhir hayatnya. Akses
menemukan kisah sejarah kehidupan Nabi Saw Valid dan terpelihara baik karena
Rasul umat islam yang terakhir ini merupakan tokoh historis bukan sekedar tokoh
legenda Nabi -Nabi pra-Ibrahim (seperti:Nuh, Luth, Hud, dan lain sebagainya),yang
keberadaannya secara antropologis sukar dilacak kecuali oleh keterangan kitab-kitab
suci.

Muhammad Rasulullah adalah figur yang selalu aktual (evergreen),


perilakunya memang sengaja dirakitkan Allah menjadi model bagi umat manusia
sepanjang zaman. Tentu Tuhan tidak menurunkan model yang harus diikuti oleh
umat manusia dengan sosok yang mustahil ditiru (manusia setengah dewa, malikat
ataupun jin), tapi segala perilaku kehidupan sehari-hari Nabi Muhammad Saw
Adalah perilaku kehidupan manusia biasa yang memungkinkan untuk dicontoh.
Untuk hal ini Al-Qur’an merekam:sesungguhnya aku (Muhammad) ini hanya manusia
seperti kamu …, ”(QS A-Kahfi [18]:110).
9
Bahkan kelebihan muhamad sebagai Nabi diantaranya karena kesediaan
beliau memilih tetap menjadi manusia biasa, jauh dari aksesori keajaiban seperti
yang dimiliki para Nabi terdahulu sebagai mu’jizat yang memukau dan
mencengangkan. ketika seorang pendeta Nasrani menyoal Nabi dengan gugatan
“Hai Muhammad, jika musa mampu membelah laut merah dan isa menghidupkan
orang mati maka buktinya kelebihanmu sebagai Nabi?”, Nabi hanya menjawab
dengan sepotong ayat: “ sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
yaitu orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): ”Ya Tuhan kami, tiadaah engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha
Suci Engkau, maka peliharaah kami dari siksa neraka, ”(QS Ali”Imran [3}:190-191)

10

Anda mungkin juga menyukai