ََخاصَة
َ َماََيَعَرَضََلَلَبَدَنََفَيَخَرَجَ َهَعَنََالَعَتَدَالََال
)"Sesuatu yang menimpa badan sehingga menjadikan badan itu keluar dari
keseimbangan yang khusus)", yakni:
ََكَلَ َمَاخَرَجَ َبَهَ َالَنَسَانَ َعَنَ َذَدَ َهَ َالصَحَةَ َبَعَلَةَ َاَوَ َنَفَقَ َأَوَ َتَقَصَيَر
َََفَيََأَمَر
(setiap yang menjadikan manusia keluar dari lawan keadaan sehat berupa
penyakit atau kemunafikan atau lalai dalam suatu urusan).
Al-maradh ini merupakan keadaan di luar tabiat dan sangat berbahaya. Kata al-
maradh juga secara etimologis kadang-kadang ditujukan kepada pengaruhnya
yaitu al-alamu (rasa sakit). Hal ini sebagaimana dikatakan oleh beberapa pakar
yang terpercaya. Sedangkan menurut para dokter, al-maradh merupakan lawan
dari ash-shahih (sehat) yang berupa kondisi yang menimbulkan berbagai
perbuatan yang selamat. Yang dimaksud dengan perbuatan di sini adalah
kebiasaan-kebiasaan, baik yang bersifat alami seprti pertumbuhan atau yang
bersifat hewani seperti bernafas atau yang bersifat jiwa (nafsiyah) seperti kualitas
berpikir. Maka kata al-hawai (juling) dan al-hadab (bongkok) menurut para
dokter merupkan penyakit, semetara menurut ahli bahasa tidak termasuk
penyakit. Namun keduanya merupakan kegelapan dan kegoncangan yang
menimpa tabiat setelah sebelumnya dalam kondisi yang jernih dan lurus.
Al-maridh artinya adalah segala sesuatu yang keluar dari batasan sehat dan
selamat dari penyakit atau kemunafikan ata kelalaian dalam suatu urusan.
Arti lainnya ialah suatu kondisi tubuh yang tidak normal sehingga mengeluarkan
tindakan-tindakan yang mengandung bencana atau perubahan.
2
ن الظلَماتَ إلى النورَ والذينَ كَفروا
َ َللاَ وليَ الذينَ آمنوا يخرجه َم م
َأولياؤهمَ الطاغوتَ يخرجونهمَ منَ النورَ إَلَى الظلماتَ أولئكَ أصحاب
َالنارَ همَ فيها خالدون
Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari
kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir,
pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka dari
cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya. Surat 2. AL BAQARAH -Ayat 257
وننززلَ مزنَ القزرآنَ مزا هزوَ شزفا َ ورحمزةَ للمز َمنينَ ول يزيزدَ الظزالمينَ إَل
ارا
ً خس
Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah menambah kepada
orang-orang yang lalim selain kerugian (Surat 17. AL ISRAA' -Ayat 82)
B. Macam-macam penyakit
b. Penyakit Jasmani
Sebagai dasar pijakan hendaknya mencermati firman Allah berikut:
َليسَ على األعمى حرجَ ول على األعرجَ حرجَ ول عَلى المريضَ حرج
Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang,
tidak (pula) bagi orang sakit,... (Surat 24. An-Nuur: Ayat 61)
4
Allah menyebutkan penyakit jasmani dalam haji, ketika berpuasa dan
saat berwudlu, tentunya karena suatu rahasia tersembunyi yang amat
menakjubkan yang menjelaskan kepada kita keagungan al-Qur'an,
bahwa bila kita memahami dan mengerti kandungannya, kita tak lagi
membutuhkan petunjuk kesehatan yang lain. Bahkan ajaran para rasul
mengandung unsur pengobatan terhadap jasmani yang bisa diungkap
oleh otak para pakar kedokteran terhebat sekalipun.
Selain itu formula pengobatan penyakit jasmani ada tiga,
yakni:
1. Menjaga kesehatan dengan pola hidup dan makan yang sehat.
2. Menjaga tubuh dari unsur-unsur berbahaya, dan
3. Mengeluarkan zat-zat berbahaya dari dalam tubuh.
C. Hakekat Sakit
Islam sebagai agama fitrah berarti din yang diturunkan oleh Allah untuk
menjawab segala kebutuhan lahir batin manusia, termasuk masalah
kesehatan. Islam juga merupakan ajaran yang integral dan menyeluruh, yang
melihat segala sesuatu saling terkait dan meliliki ketergantungan antara satu
dengan yang lain dalam segala urusan; jasmani dan rohani. Dengan
demikian kesehatan jasmani tentu sangat terkait dengan kesehatan rohani,
sebagaimana pula ada keterkaitan antara perbuatan dosa dengan terjadinya
mushibah pada diri seseorang, bahkan masyarakat. Keniscayaan keterkaitan
ini dapat kita pahami berdasarkan dalil-dalil sebagai berikut:
a. Firman Allah SWT,
- Q.S. An-Nisa’ ayat 123:
َليسَبأمانيكمَولَأمانيَأهلَالكَتابََمنَيعَملَسو اًَيجز.
ً بهَولَيجدَلهَمنَدونََللاَوليَا ًَولََنصيرَا
123. (Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang
kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa
yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan
kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong
baginya selain dari Allah.
- Az-zalzalah: 8-9;
ََ)َوَمَنََيَعَمَلََمَثَقَالََذَرَةََشَرَاَيَرَه٨(ََفَمَنََيَعَمَلََمَثَقَالََذَرَةََخَيَ ًَراَيَرَه
َ)َ٩(
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya
dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya
pula.
- Al-a’raf : 96
5
َولوَأنَأهلَالقرىَآمنواَواتقواَلَفتَحناَعَليهمَبركاتََمن.
َالسما َواألرضَولـكنَكذبواَفأخَذناهمَبماَكَانواَيكسبون
96. Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami
siksa mereka disebabkan perbuatannya.
Hadits 1:
Dari Said bin Mansyur, dari ‘Aisya ra, bahwa seorang pria membaca
ayat ini (an-Nisa:23) dan berkata ‘kita akan dibalas atas semua yang
kita lakukan, maka tentu binasalah kita’. Mendengar kata-kata demikian
maka Rasulullah saw bersabda:
6
imannya, dan bagi yang telah kafir, sebagai hukuman/siksa di dunia
sebelum siksa akhirat yang lebih besar.
3) Bagi mukmin, sembuh secara fisik bukan segala-galanya. Yang
segala-galanya adalah tetap utuh dan semakin sempurnanya iman
hingga kematiannya. Oleh karena dalam mencari kesembuhan tidak
menghalalkan segala cara hingga jatuh kepada kemusyrikan.
4) Sakit adalah sarana dekat kepada Allah, amal shalih bagi diri sendiri;
dengan Allah sangat dekat di saat orang mukmin sakit; dengan
banyak bermuhasabah dan bertaubat. Sarana membangun kasih
sayang dengan kerabat dan sahabat.
5) Usaha berobat, mencari kesembuhan disertai berdo’a adalah fardlu
'ain sekaligus keutamaan bagi mukmin. Hati orang mukmin harus
penuh optimisme karena ia yakin bahwa setiap kali Allah menurunkan
penyakit, pasti Allah menurunkan obatnya.
Rasulullah Muhammad saw itu bagaikan mutiara yang berkilau dari sisi
manapun kita memandangnya. Kecermelangan dirinya adalah telaga abadi yang
tidak pernah habis ditimba. Hidup tanpa keteladanan dan kehilangan contoh
panutan adalah hidup secara kosmologis menjadi ahistoris. Beliau adalah inspirasi
bagi setiap profesi dan atribut, tempat di mana stiap muslim seharusnya berkaca
melihat diri. Oleh karena itu, layak mencari sumber keteladanan yang relevan
dengan pemeliharaan kesehatan dalam kehidupan beliau.
Ini prestasi kebugaran fisik yang sangat memukau. Betapa tidak Rasulullah
Saw hidup dengan beban pekerjaan yang besar, memikul ancaman yang berat,
yakni kelak membangun sebuah peradaban mahabesar. Ia mengisi lembaran hari-
harinya dengan penuh perjuangan, kerja keras, lahir berpredikat yatim, beranja enam
tahun menjadi piatu, sejak muda belia memulai karir sebagai pengembala ternak,
padagang, hingga menjadi interpreneur sukses yang melakukan bisnis ke
mancanegara Syiria, Yaman, dan lain sebagainya). Meningkatkan dewasa dimensi
tanggung jawab yang diembannya semakin bertambah kompleks; di usianya yang
40-an ia dilantik Tuhan menjadi Nabi bagi umatnya dan Rasul penutup bagi seluruh
umat manusia hingga akhir zaman. Ia juga kepala pemerintahan di jazirah Arabia,
komandan yang terjun langsung di banyak peperangan, dan suami bagi istri-istrinya,
7
ayah bagi anak-anaknya, pelindung kaum yang lemah dan tertindas. Muhammad
bin Abdillah seolah sengaja dilahirkan untuk menyerka air mata umatnya.
Ketika datang tawaran kepada Nabi yang mulia ini segala bentuk kesenagan
duniawi berupa harta yang berlimpah, kekusaan yang luas untuk menjadi seorang
Nabi dan Raja (mulkan-Nabiya), tapi subhanallah! ia lebih memilih hidup menjadi
seorang Nabi dan Rakyat jelata (‘abdan–Nabi ya). Sehingga kehidupan
kesehariannya amat bersahaja. Rumah Nabi luasnya tidak lebih dari 4, 80 m x 4, 62
m persegi, meski kelak ditangannya terletak kunci masyriq dan maghrib (kelak
Persia dan Konstantinopel terbuka dalam lindungan Islam). Ia rela tidur beralaskan
dipan tikar yang kasar, sehingga Umar bin Khatab ra menitikkan air mata ketika
melihat kamar Nabi yang bersahaja itu. Jendral besar sahabat umat Nabi itu
terbayang untuk membayangan beludru dan permadani empuk yang dimiliki
penguasa romawi ketika itu.
Hari-hari beliau adalah hari-hari yang dialui dengan perut lapar. Aisya
mengatakan, tidak pernah seumur hidupnya Nabi saw kenyang selama dua hari
berturut-turut, menu yang biasa ia konsumsi adalah roti gandum yang keras, dalam
rumahnya tidak pernah tersimpan makanan untuk hari esok, waktu tidurnya hanya
sedikit. salah satu doa yang pasti sukar kita ikuti adalah “Ya Rabbi, hidupkan aku
dalam keadaan miskin dan bangkitkan aku kelak bersama orang yang miskin”.
Ketika beliau wafat, harta kekayaan yang tertinggal di dalam rumahnya hanyalah
uang sebanyak tujuh dinar saja, meski kelak beberapa tahun setelah beliau wafat,
islam diterima komunitas dunia, terentang dari perbatasan hindia hingga pasir putih
tepi pantai samudra atantik, tergelar dari pegunungan kaukasus di utara Marauke
disebelah timur. Membentuk sebuah imperium keimanan yang paling megah dan
terluas dari kekaisaran romawi di zaman keemasannya dan lebih besar dari
bizantium dimasa jayanya.
Keseharian hidup beliau sangat jauh dari pake budaya modern saat ini.
Konteks sosiokultural hidup Nabi berlatar daerah kering gersang dengan tradisi
jahiliah yang barbarian dan tribalisme. Muhammad lahir ditahun 570 M, ditempat
yang jauh dari pusat-pusat peradaban dunia yang berjutur tinggi dan jauh dari
perputaran politik dunia. Jazirah Arabia saat itu adalah tempat terbelakang di dunia,
jauh dari seni dan ilmu pengetahuan. Kota Mekah saat kelahiran Nabi hanya
“dipandang sebelah mata” karena tidak ada yang dibanggakan sebagai suatu kota,
apakah lagi membincangkan system kesehatan saat itu? Dunia ilmu kedokteran
ketika Nabi lahir didominasi takhayul, mitos dan kurafat sebagaimana dimensi-
dimensi kehidupan sosial lainnya seperti pada waktu itu.
Namun, alangkah aneh bila Rasulullah Saw. hanya sakit dua kali saja seumur
hidupnya? Kelak di zaman Nabi ada sahabat bernama Harits ibn Khaladah yang
mendalami kedokteran yunani, tetapi sepanjang tugasnya, Harist tampak
menganggur karena Nabi memang tidak pernah sakit. Kita tidak pernah menemukan
satu cerita sekalipun bahwa Harist melakukan pengobatan kepada Nabi Saw.
8
Sekarang bandingkan dengan kita saat ini! Adakah diantara kita atau yang
kita kenal di sekitar kita yang hidup hanya sakit dua kali saja? Saya yakin bahkan
mereka yang bergeut di dunia kesehatan tidak ada yang punya status kesehatan
istimewa seperti Nabi! Perembangan ilmu kedokteran yang fantastis dan luar biasa
pun tidak berkorelasi dengan meningkat dan meratanya status kesehatan dunia.
yang terejadi malah penemuan-penemuan hebat dalam dunia kedokteran seolah
berbanding lurus dengan kemunculan penyakit-penyakit aneh yang sulit ditaklukan.
Lalu kira-kira apa yang menyebabkan beliau memiliki stamina fisik yang
mengagumkan itu? Dimana letak rahasianya? Nanti kita akan bersama-sama
mencari dan menggali unsur-unsur dalam gaya hidup dan perintah-perintah ajaran-
ajaran beliau yang memberi kontribusi pada faktor pemeliharaan kesehatan.
Tentunya jawaban yang dapat kita dapati dari pertanyaan tersebut hanya
akan kita temukan dalam dua warisan berharga beliau yang masih autentik hingga
kini yaitu Al-Qur’an dan sunah-sunahnya dalam hadits yang sahih. Karena keduanya
itulah yang menggambarkan tentang kehidupan Nabi dalam “wujud” yang lain.
Aisyah ra mengatakan bahwa akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an, (HR Muslim)
sehingga dalam banyak kesempatan Nabi Saw sering dijuluki sebagai “Al-Qur’an
yang berjalan”(The living Qur’an). Muhammad adalah wujud oprasional Al-Qur’an.
Al-Qur’an menjamin kredibilitas lisan Muhammad dengan pernyataan “…dan tiadalah
yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu
tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), ”(QS An-Najm[53]:3-4).
10