Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH

GAGAL JANTUNG

DISUSUN OLEH :

1. Harun Nasrulloh (19076)


2. Linda Kurniawati (18027)
3. Maulina Widyanti (18077)
4. Rani Suhesti (19045)
5. Reqia Syah Razaq (19046)
6. Sri Rahayu Lestari (19058)
7. Zaidatul Izzati (19069)

AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB PURWOREJO

TAHUN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
KaruniaNya lah, kami selaku penulis makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gagal
Jantung” yang mana makalah ini sebagai salah satu tugas Keperawatan Kritis. Alhamdulillah
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sehingga dapat
digunakan untuk membantu perbaikan mendatang dan atas perhatian dan kerjasamanya kami
ucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum wr.wb

Purworejo, Maret 2022

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii
BAB 1 1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Tujuan..............................................................................................................................................1
C. Manfaat...........................................................................................................................................2
BAB II3
TINJAUAN TEORI.....................................................................................................................................3
A. Pengertian.......................................................................................................................................3
B. Anatomi fisiologi..............................................................................................................................3
C. Etiologi.............................................................................................................................................5
D. Patofisiologi.....................................................................................................................................6
E. pathway ………………………………………………………………………………………………………………………………………….8

F. Tanda dan gejala..............................................................................................................................9


G. Pemeriksaan penunjang..................................................................................................................9
H. Penatalaksanaan medis.................................................................................................................10
I. Komplikasi.....................................................................................................................................11
BAB III......................................................................................................................................................13
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................13
A. Konsep dasar keperawatan...........................................................................................................13
BAB IV.....................................................................................................................................................20
PENUTUP.................................................................................................................................................20
A. kesimpulan....................................................................................................................................20
B. Saran..............................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................21

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pendekatan ini secara historis lebih berdasar pada prinsip belajar yang dikemukakan B. F.
Skinner, Edward Thorndike, Clark Hull, John Watson, Ivan Pavlov, William James, dan
beberapa ahli lainnya. Pendekatan kognitif behavioral lebih berfokus kepada perilaku yang
tampak dan perilaku yang tidak tampak yang didapatkan dari proses belajar dan
kondisioning saat berada di lingkungan social.

Pada mulanya pendekatan kognitif dan behavioral adalah pendekatan yang berdiri sendiri.
Keduanya memiliki pandangan sendiri terhadap manusia, bahkan memiliki metode terapi
yang berbeda pula. Pendekatan behavioral muncul berasal dari B. F Skinner dengan teori
kondisi pengoperan. Kemudian pendekatan behavioral ini menjadi pendekatan yang
popular pada masa 1960 an.

Pada tahun 1970 an pendekatan behavioral mendapatkan pengaruh dari teori kognitif.
Bandura merupakan salah seorang yang pertama kali menggunakan konsep pendekatan
kognitif behavioral.

Pendekatan kognitif behavioral memiliki pandangan bahwa seorang individu memiliki


perilaku yang dipengaruhi oleh kondisi internal (kognitif). Berdasarkan hal tersebut, terapi
kognitif behavioral menekankan bahwa perubahan tingkah laku dapat terjadi jika seorang
individu mengalami perubahan dalam masalah kognitif.

Terapi dalam pendekatan kognitif behavioral merupakan gabungan dari terapi yang ada
pada pendekatan kognitif dan pendekatan behavioral.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana teori atau konsep dasar dari cognitive behavioral theraphy?
2. Bagaimana masalah jika ditinjau dari pendekatan cognitive behavioral theraphy?
3. Intervensi apa yang tepat dalam menangani masalah yang ditinjau dalam
pendekatan cognitive behavioral theraphy?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui teori dan konsep dasar dari pendekatan cognitive
behavioral theraphy.
2. Agar mahasiswa mengetahui contoh kasus atau masalah jika ditinjau dari
pendekatan cognitive behavioral theraphy.
3. Agar mahasiswa mengetahui intervensi apa yang tepat dalam menangani masalah
yang ditinjau dalam pendekatan cognitive behavioral theraphy.

1
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar CBT (Cognitive Behavioral Theraphy)
Para ahli tergabung dalam National Association of Cognitive Behavioral Theraphy (NACBT),
mengungkapkan definisi dari cognitive behavioral theraphy yaitu suatu pendekatan
psikoterapi yang menekankan peran yang berfikir bagaimana kita merasakan dan apa yang
kita lakukan (NACBT, 2007). Untuk memahami munculnya pendekatan ini, ada 4 teoritis
utama yang menandai perkembangan gaya teoritis utama.
1. Classical Conditioning Theory : Pavlov & Watson
Classical Conditioning merupakan teori belajar yang menjadi tahap awal dalam
evolusi CBT , bebarapa ahli teori belajar yang menonjol yang memiliki dampak yang
signifikan dalam pengembangan psikologi perilaku ialah Ivan Pavlov , John
B.Watson , dan Joseph Wolpe .Penelitiannya dengan anjing yang dipimpin Pavlov
menjadi salah satu teori pertama yang menulis tentang jenis tertentu belajar yangdikenal
sebagai pengkondisian klasik. Menurut ahli fisiologi Rusia, pengkondisian klasik
mengambil bagian dalam tiga tahap. Ini pembelajaran baru anjing memunculkan respon
yang diharapkan CR dengan apa yang sekarang adalah stimulus terkondisi CS .John
Watson memperluas teori Pavlov belajar dengan menerapkan prinsip-prinsip
pengkondisian klasik bagi manusia, yang paling terkenal untuk seorang anak muda
bernama Albert. Dalam eksperimennya dengan Albert, Watson pertama kali
diperkenalkan stimulus berkondisi yang dihasilkan adalah respon berkondisi .Ketika
suara keras secara rutin sesuai dengan stimulus yang dikondisikan, Albert akhirnya
belajar untuk menanggapi penyajian tikus putih dengan respon terkejut tanpa iringan
lonceng keras. 
Tak perlu dikatakan, jenis penelitian akan dianggap tidak etis hari ini.Hasil
penelitian Watson membuatnya diakui sebagai pencetus teori utama psikologis yang
dikenal sebagai behaviorisme. Perspektif teoritis mencoba untuk melacak semua
perilaku untuk respon psikologis untuk berbagai jenis rangsangan. Penelitian Watson
temuannya dan tulisannya secara teoritis juga untuk bidang yang baru muncul dari
neuropsikologi.Seperti perspektif watson dari behaviorisme, neuropsikologi
menggambarkan manusia sebagai sistem mekanis yang pada dasarnya menanggapi
berbahasa, baik behaviorisme dan neuropsikologi menunjukkan bahwa kita menjadi
siapa kita melalui tanggapan psikologis kita terhadap lingkungan.Meskipun
menggunakan perspektif mekanistik dan hipotesis yang berhubungan dengan psikologis
untuk menjelaskan perkembangan dan perilaku manusia, Watson tidak terlalu
memperhatikan dampak dariketurunan dan bukan terfokus pada pengaruh lingkungan.
2. Operant Conditioning Theory : B.F. Skiner

Tahap kedua dalam evolusi dari CBT sebagian besar didorong oleh karya
B.F.Skiner, yang dibangun di Watson legacy. Skinner (1953,1969) teoritis pandangan
dunia menunjukkan bahwa mereka dapat mengontrol dan membentuk perilaku dalam
budaya dan keluarga yang mereka pilih. Perspekstif ini disebut sebagai instrumental

3
operant conditioning dan keyakinan ini beralasan bahwa kita dapat memilih perilaku
apa untuk memperkuat kita dilingkungan kita. Menurut teori behavior Skinner ada
empat tipe dari operant conditioning yakni : positive reinforcement, negative
reinforcement, punishment dan extinction.

a. Positive Reinforcement (Penguatan Positif). Dalam positive reinforcement perilaku


tertentu diperkuat dengan mengalami kondisi yang positif. Skinner mencatat dalam
penelitiannya, seekor tikus lapar menekan bar di dalam kandang dan menerima
makanan.the makanan tersebut adalah kondisi positif bagi tikus lapar.Tikus
menekan bar lagi, dan menerima makanan.Perilaku tikus menekan bar dengan
demikian diperkuat dengan konsekuensi menerima makanan.
b. Negative Reinforcement (Penguat Negative). Reinforcement negatif di sisi
lain, terjadi ketika suatu perilaku tertentu memperkuat konsekuensi dari
menghentikan atau menghindari kondisi yang negatif. Shock adalah kondisi negatif
untuk tikus. Tak lama kemudian tikus menerima kejutan lain dan menekan bar lagi
untuk menghentikan shock.
c. Punishment. Kejutan listrik adalah kondisi negative dengan menerima kejutan lain
dan menekan bar kembali. Pada pengamatan lebih lanjut, skinner mencatat bahwa
perilaku tikus terus menerus menekan bar melemah oleh konsekuensi dari
menerima kejutan setiap kali tikus memulai aksinya.
3. Extinction. Konsep ini menggambarkan perilaku yang melemah atau kondisi lingkungan
yang negatif. Skinner menekankan pada perilaku yang dapat diamati sebagai dasar
untuk terapi perilaku dan banyak terapi cognitive behavior lain pada saat ini. Di samping
penggabungannya dapat diterapkan analisis perilaku, analisis spesifik urutan perilaku
yang digunakan oleh banyak praktisi kesehatan dasar dari penelitian Skinner. Akhirnya
microskill mengusulkan tidak ada perilaku spesifik yang dilibatkan dalam terapi yang
memuji Skinner yang membuat aktivitas mistik menjadi jelas dan dapat diamati .
4. Social Learning Theory : Albert Bandura

Bandura bekerjasama dengan Richard Welters yang merupakan mahasiwa


doctor pertama di Stanfors, Bandura mengarahkan perhatiannya untuk meneliti
agresi antisosial anak laki-laki yang dating dari keluarga yang utuh didaerah
residential. Dalam penelitian ini para peneliti sengaja mmeilih anak-anak dari
keluarga utuh dan latar belakang ekonomi yang baik untuk demontrasikan factor lain
yang berlawanan selain kondisi kekeluargaan dan sosisoekonomik yang membantu
memperluas masalah perilaku pada anak-anak. Penelitian ini yang menggarisbawahi
peran penting dari permodelan perilaku manusia menyebabkan serangkaian studi
tambahan kedalam penentu dan mekanisme apa yang disebut Bandura sebagai
Observasional Learning.

a. Modeling. Bandura dan Walters menemukan bahwa remaja yang hiper aktif
biasa nya meniru orang tua yang memodelkan sikap bermusuhan. Meskipun

4
orang tua tidak mentolerir perilaku agresif dirumah, mereka membutuhkan
harus ada aturan agar anak anak dapat menjadi ulet dan dapat
menyelesaikan perselisihan dengan teman sebaya secara fisik jika
diperlukan. Ketika hasilnya dimana anak anak mendapatkan masalah atau
mendapat kesulitan di sekolah orang tua berada diposisi yang berlawanan
dengan anak mereka pada staff sekolah. Orang tua tidak hanya
memperlihatkan agresifitas terhadap sistem sekolah tetapi juga terhadap
anak-anak lain, yang mereka percaya telah memberikan anak mereka waktu
yang sulit . Seperti halnya dengan penelitian mengenai agresifitas
remaja, penelitian lain fokus pada cara orang belajar dengan pengamatan
dan modelling.Penelitian ini berusaha keras pada area yang meliputi studi
dari Bandura dengan Dorrie dan Stella Ross pada sosial modelling di antara
anak - anak,yang melibatkan boneka bobo doll yang terkenal saat itu yang
terbuat dari plastik. Anak-anak yang berpartisipasi dalam studi bobo doll yang
dimana expose pada model sosial yang menunjukkan perilaku kekerasan
atau tanpa kekerasan terhadap boneka bobo doll yang dalam memantul
kembali. Konsep ini telah digunakan untuk menjelaskan perilaku yang
berbeda dari studi penelitian bobo doll menunjukkan dalam ketidak hadiran
dari penguatan secara langsung.Dalam cara yang lain Bandura dan
koleganya mendemonstasikan bahwa anak-anak bisa belajar pola-pola baru
perilaku secara perwakilan, tanpa benar-benar melakukan perilaku yang
diamati atau menerima pembelajaran pada perilaku spesifik
seseorang.Pekerjaan Bandura menimbulkan banyak kontroversi baik dari
dalam maupun dari luar pada bidang psikologi mengakibatkan penelitian
tambahan yang memvalidasi bahwa apa yang orang lihat,mereka sering
lakukan. Hal ini jelas dimana kekerasan di media dan didunia video game
sangat berpengaruh dalam perkembangan dan psikososial perilaku anak-
anak dan remaja saat ini. Meskipun temuanoleh Bandura dan ilmuwan
perilaku lain yang menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara belajar
observasional dan manifestasi perilaku kekerasan terdapat penolakan yang
konsisten dari fakta ini dari eksekutif perusahaan dan profesional media
lainnya.
b. Self regulation. Bandura melakukan satu penelitian yang berfokusuntuk
melihat kemampuan anak dalam membuat self-regulatory dan konsep ini
merupakan bentukan dari konsep Bandura sendiri yaitu mengenai Human
Agency Bandura bekerja dengan Carol Kupers.Usahanya menghasilkan
peningkatan pemahaman tentang standar performansi individual dan proses
self-rewarding Penelitian ini meliputi penggunaan bowling game dimana
seorang anak diharapkan mampu memberikan reward kepada dirinya sendiri
saat dia merasa pantas untuk memberikan reward kepada perilakunya
itu. Perubahankondisi fisik menurut bandura dapat meningkatkan self-
efficacy, termasuk adanya peningkatan pada level neurotransmitter dan
hormon yang berkaitan dengan stres pada aliran darah. Penelusurannya

5
pada peran kognisi dalam proses belajar dan bentukan perilaku telah
diperluas oleh para teoris CBTlainnya.

Anda mungkin juga menyukai