Anda di halaman 1dari 5

Tugas Mandiri Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Pembelajaran Matematika di SD

PDGK 4301

Tutor :Wardono Leo , M.Pd

TUGAS 1

Disusun oleh :

RAHMA AGUSTIA

(856462278)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)


UNIVERSITAS TERBUKA
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH ( UPBJJ)
RIAU
POKJAR DURI
TAHUN 2021
Katagori anak/peserta didik dengn kelainan atau kebutuhan khusus berdasarkan jenis
penyimpangan menurut mulyono abdulrachman (2000)

1. Kelompok yang mengalami penyimpangan dalam bidang inelektual, terdiri dari anak yang
luar biasa cerdas dan anak yang tingkat kecerdasannya rendah (tunagrahita).

2. Kelompok yang mengalami penyimpangan karena hambatan sensoris atau indra, terdiri dari
anak tuna netra dan tuna rungu

3. Kelompok anak yang mendapat kesulitan belajar dan gangguan komunikasi 4. Kelompok anak
yang mengalami penyimpangan perilaku yang terdiri dari anak tuna laras dan penyandang
gangguan emosi termasuk autis

5. Kelompok anak yang yang mempunyai keluarbiasaan ganda yang sering disebut sebagai tuna
ganda. Jenis-jenis kelainan dibawah normal: Tuna netra (kurang penglihatan), tunarungu
(gangguan pendengaran), Gangguan komunikasi, Tunagrahita (cacat mental), Tunadaksa (cacat
fisik), Tunalaras (gangguan emosi), anak berkesulitan belajar, Tunaganda (kelainan lebih dari
satu)

Penyebab dan Dampak Munculnya Kebutuhan Khusus

A. Penyebab Munculnya Kebutuhan Khusus Berdasarkan waktu terjadinya, penyebab kelainan


dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Penyebab Prenatal, penyebab yang beraksi sebelum kelahiran.

2. Penyebab Perinatal, penyebab yang muncul pada saat atau waktu proses kelahiran.

3. Penyebab Postnatal, penyebab yang muncul setelah kelahiran Selain penyebab diatas masih
ada penyebab yang lain yaitu penyebab bawaan dan penyebab dari yang didapat atau dapatan.
Penyebab yang yang berasal dari bawaan selalu diasosiakan dengan keluarga atau orang tua
ABK. Sedangkan penyebab yang didapat atau dapatan terjadi pada kelainan yang muncul dalam
masa hidup anak.

B. Dampak Kelainan dan Kebutuhan Khusus

Dampak kelainan dan kebutuhan khusus ada 3 yaitu:

1. Dampak kelainan bagi anak Jenis dan tingkat kelainan akan menentukan dampaknya bagi
anak. Kelainan yang diatas normal, anak mempunyai kemampuan/bakat luar biasa yang disebut
anak berbakat. Sebaliknya, bagi anak yang mempunyai kelainan dibawah normal, kelainan itu
akan menghambat perkembangan anak.
2. Dampak kelainan bagi keluarga Sikap keluarga terhadap kelainan yang menimpa salah satu
anggota keluarganya dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya tingkat pendidikan, latar
belakang budaya status sosial ekonomi, tingkat kelainan yang diderita. Keluarga yang
berpendidikan dan dari latar belakang budaya tertentu akan menerima kelainan yang diderita
oleh anaknya karena dianggap sebagai anugrah dari Tuhan yang wajib diberi kasih sayang. Dan
sebaliknya ada keluarga yang yang tidal peduli, bahkan menyembunyikan anaknya karena rasa
malu.

3. Dampak kelainan bagi masyarakat Dampak bagi masyarakat berbeda-beda ada yang
bersimpati bahkan ikut membantu menyediakan fasilitas, ada yang bersikap acuh tak acuh
bahkan ada yang bersikap antipati sehingga melarang anaknya bergaul ABK yang dibawah
normal.

Kebutuhan serta Hak dan Kewajiban Anak Berkebutuhan Khusus

A. Kebutuhan Anak Berkelainan ( Berkebutuhan Khusus) Kebutuhan anak berkelainan terdiri


dari:

1. Kebutuhan Fisik/kesehatan Layanan kesehatan bagi ABK sebaiknya disediakan sesuai


dengan kebutuhannya. Terkait dengan jenis kelainan yang disandangnya berbagai
layanan kesehatan khusus diperlukan untuk anak ini antara lain physical therapy dan
occupational therapy.

2. Kebutuhan sosial-emosional Untuk memenuhi kebutuhan sosial-emosional ABK


memerlukan lindungan dan bantuan para pekerja sosial, psikolog, dan ahli bimbingan
yang dapat membantu mereka dalam menghadapi berbagai masalah yang berkaitan
dengan sosialisasi dan menjadi remaja.

3. Kebutuhan Pendidikan Secara umum semua penyandang kelainan memerlukan latihan


ketrampilan dan bimbingan karier yang memungkinkan mereka mendapat pekerjaan dan
hidup mandiri tanpa banyak bergantung pada orang lain.

B. Hak Penyandang Kelainan Sebagai warga Negara, para penyandang kelainan mempunyai hak
yang sama dengan warga Negara lainnya. Dalam pasal 31 UUD 1945 disebutkan bahwa
semua warga Negara berhak mendapat pendidikan. Hal ini dijabarkan lebih lanjut dalam Bab
IV Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Dari Bab IV
itu ada empat ayat dapat dijadikan acuan dalam menentukan hak para penyandang kelainan
yaitu Pasal 6 ayat (1), (2), (4), dan (5). C. Kewajiban Penyandang Kelainan Sebagai warga
Negara para penyandang kelainan juga mempunyai kewajiban yang harus dipenuhi. Undang-
undang No. 20/2003 tentang Sisdiknas, Bab IV, Pasal 6 menetapkan bahwa:

1. Setiap warga Negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun wajib mengikuti
pendidikan dasar;
2. Setiap warga Negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan
pendidikan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah saya amati , maka dapat diperoleh suatu
kesimpulan yaitu :

1. Aktifitas siswa autis dalam pembelajaran matematika di kelas inklusi. Guru yang
mengajar tidak menghiraukan adanya subjek di dalam kelas, beliau tampak mengajar
seperti layaknya guru tanpa membantu subjek dalam belajar. Hal tersebut dikarenakan
adanya guru pembimbing khusus yang telah membantu subjek dalam pembelajaran
matematika. Proses pemahaman subjek sangat lamban sehingga guru pembimbing khusus
membantu proses pembelajaran dengan menjelaskan secara perlahan mulai dari konsep
materi hingga penerapan soal. Sehingga komunikasi siswa autis dengan guru dan siswa
reguler tidak terjalin dengan baik.

2. Faktor kesulitan yang dialami siswa autis dalam pembelajaran matematika di kelas
inklusi.

a. Faktor internal Dalam diri anak yang memiliki gangguan khusus memang
cenderung mengalami kesulitan belajar. Kesulitan subjek dalam menghafalkan rumus-
rumus matematika karena kemampuan yang terbatas, maupun karena tidak menyukai
matematika dari awal. Sehingga dengan kesulitan belajar matematika tersebut maka
minat dan motivasi belajar matematika nya sangat kurang. Kebiasaan belajar sisw autis
juga kurang baik. Dalam belajar, siswa autis hanya bisa mencatat dan tidak bisa
memahami materi dengan baik. Hal tersebut didasari oleh kebiasaan, pengalaman, minat
dan motivasi siswa autis yang kurang. 70

b. Faktor eksternal Dalam segi keluarga subjek tidak ada masalah. Orang tua
sangat mendukung kegiatan belajar di sekolah bahkan mengantar dan menjemput sekolah
demi keberlangsungan pembelajaran subjek. Semua fasilitas yang dibutuhkan oleh subjek
tercukupi meskipun perhatian orangtua sedikit kurang disebabkan sibuk bekerja. Tetapi
dalam lingkungan sekolah memilliki kendala yaitu komunikasi yang tidak lancar. Subjek
cenderung diam dan tidak banyak bertanya bahkan tidak pernah sama sekali bertanya
mengenai pembelajaran. Subjek sangat pasif, hal tersebut ditandai dengan kegiatan
sehari-hari di dalam kelas yaitu hanya mencatat. Di sisi lain guru yang mengajar
matematika pun tidak pernah mengajak berkomunikasi dengan subjek. Guru pembimbing
khusus pun hanya membantu subjek ketika ada kesulitan, jika tidak ada kesulitan maka
GPK hanya memperhatikan kegiatan subjek. Kurang adanya fasilitas di sekolah seperti
kurangnya alat peraga. Karena sistem yang digunakan masih teacher center. Sehingga
siswa hanya duduk diam sambil mendengarkan penjelasan dari guru.

Anda mungkin juga menyukai