DI SUSUN OLEH
Kelompok II
CI KLINIK CI ACADEMIK
A. Latar Belakang
Fraktur os nasal merupakan fraktur paling sering ditemui pada trauma muka
sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior wajah
merupakan faktor predisposisi yang memudahkan terjadinya fraktur jika terdapat
trauma pada wajah (Efiaty, 2007).
Fraktur os nasal lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan
dengan perbandingan adalah 2:1 (Haraldson, 2009). Di dunia berdasarkan penelitian
Cavalcanti dan Melo (2008), angka kejadian fraktur os nasal terjadi pada usia 13-17
tahun (60.9%) dengan penyebab terbanyak adalah jatuh (37.9%) dan kecelakaan
lalu lintas (21.1%). Di Amerika Serikat berdasarkan penelitian Erdmann et al
(2008) penyebab terbanyak adalah kekerasan (36%), jatuh (18%), olahraga (11%),
pekerjaan (3%), dan luka tembak
(2%).
Fraktur os nasal dapat diklasifikasikan sebagai fraktur terbuka atau tertutup.
Identifikasi awal dan penanganan trauma di awal periode penting untuk
menghindari komplikasi dari fraktur. Pemastian tidak adanya hematoma penting
untuk menghindari kerusakan lebih lanjut dan menghindari komplikasi antara lain
kompresi jaringan serta infeksi yang berbahaya (Efiaty, 2007).
Tanda-tanda fraktur yang lazim adalah epistaksis yang merupakan tanda
umum pada fraktur os nasal dikarenakan rusaknya pembuluh darah mukosa,
perubahan bentuk hidung, obstruksi jalan napas, dan ekimosis infraorbita (Perez,
2012).
BAB II
KONSEP TEORI
A. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang yang ditentukan sesuai jenis dan
luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
pemisahan atau patahnya tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang,fraktur patologis terjadi
tanpa trauma pada tulang yang lemah karena dimineralisasi yang berlebihan ( Linda
Juall C, 2002 ).
Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar.
Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana
Fraktur hidung adalah terhalangnya jalan pernafasan dan deformitas pada tulang,
(Robinstein,2000). Jadi, kesimpulan fraktur adalah suatu cedera yang mengenai tulang
yang disebabkan oleh trauma benda keras, seperti kecelakaan dan pemukula
B. Anatomi Dan Fisiologi
Os nasal dipasangkan menyokong setengah bagian atas piramida nasal. Setiap os nasal
berartikulasi secara lateral dengan prosesus frontal os maxilla dan berproyeksi secara
anterior ke arah garis tengah. Bagian superior, os nasal tebal dan berartikulasi dengan os
frontal. Bagian inferior, os nasal menjadi tipis, dan berartikulasi dengan kartilago lateral
atas. Akibatnya, sebagian besar fraktur os nasal terjadi pada setengah bagian bawah os
nasal. Septum bagian posterior terdiri dari vomer dan lamina perpendecularis os ethmoid
dan bertempat di garis tengah belakang os nasal. Sayangnya, tulang-tulang ini tipis dan
memberikan sokongan yang kecil pada setengah bagian atas dari hidung Setengah bagian
bawah dari hidung disokong oleh 2 kartilago lateral atas, 2 kartilago lateral bawah, dan
kartilago quadrangularis Kartilago lateral atas memiliki artikulasi jenis fibrosa di bagian
sayap burung camar ini memberikan dukungan yang penting untuk katup nasal internal,
bagian dari tahanan terbesar terhadap aliran udara inspirasi. Kartiloago lateral bawah
terdiri dari crus medial dan lateral dalam konfigurasi berbentuk “sayap burung camar”
yang sama. Terdapat hubungan secara fibrosa di bagian superiornya dengan kartilago
lateral atas, dan di bagian medialnya satu sama lain. Kartilago lateral bawah tebal dan
menggambarkan kontur dari apex nasal dan nostril. Kartilago quadrangularis bertindak
sebagai tiang tenda, memberikan sokongan untuk apex dan dorsum nasi. (Rubinstein
Brian, 2011).
C.Etiologi / Predisposisi
Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
1. Cedera Traumatik
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan,
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat
2. Fraktur Patologi
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor
dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :
a. Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas ) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak
b. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat
timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
c. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang
Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
3. Secara Spontan
Disesbabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan
D. Patofisiologi
eksternal dan obstruksi jalan napas yang bermakna. Jenis dan beratnya fraktur nasal
tergantung pada kekuatan, arah, dan mekanisme cedera. Sebuah benda kecil dengan
kecepatan tinggi dapat memberikan kerusakan yang sama dengan benda yang lebih besar
pada kecepatan yang lebih rendah. Trauma nasal bagian lateral yang paling umum dan
septal dapat mengakibatkan dorsum nasi berbentuk S, asimetri apex, dan obstruksi jalan
napas. Trauma frontal secara langsung pada hidung sering menyebabkan depresi dan
pelebaran dorsum nasi dengan obstruksi nasal yang terkait. Cedera yang lebih parah
dapat mengakibatkan kominusi pecah menjadi kecil-kecil seluruh piramida nasal. Jika
cedera ini tidak didiagnosis dan diperbaiki dengan tepat, pasien akan memiliki hasil
Diagnosis fraktur nasal yang akurat tergantung pada riwayat dan pemeriksaan
fisik yang menyeluruh. Riwayat yang lengkap meliputi penilaian terhadap kekuatan,
arah, dan mekanisme cedera munculnya epistaksis atau rhinorea cairan serebrospinalis,
riwayat fraktur atau operasi nasal sebelumnya, dan obstruksi nasal atau deformitas
nasal eksterna setelah cedera. Pemeriksaan fisik yang paling akurat jika dilakukan
sebelum timbulnya edema pasca trauma. Pemeriksaan ini memerlukan pencahayaan yang
cukup lampu kepala atau otoskop, instrumentasi spekulum hidung, dan suction sebaiknya
tipe Frasier. Inspeksi pada bagian dalam hidung sangat penting. (Rubinstein Brian, 2011)
Pathway
A. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang di imobilisasi,
spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak
secara tidak alamiah bukannya tetap rigid seperti normalnya, pergeseran fragmen pada
dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat
melekatnya otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi
4. Saat ekstermitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasanya baru terjadi setelah
b. Elevasi dari kepala dan penggunaan kompres air dingin pada daerah periorbital dan
regio nasal sendiri dapat membantu untuk mengurangi edema yang terjadi. Untuk
a. Reposisi terbuka, membutuhkan sedasi yang lebih dalam atau anestesia umum.
Indikasinya antara lain fraktur luas-dislokasi dari tulang nasal dan septum, dislokasi
fraktur dari septum kaudal, fraktur septum terbuka, deformitas persisten setelah
reduksi tertutup, untuk indikasi relatifnya seperti hematom septum, reduksi tulang
b. Reduksi tertutup, elevasi dari kepala dan penggunaan kompres air dingin pada
daerah periorbital dan regio nasal sendiri dapat membantu untuk mengurangi edema
yang terjadi. Untuk teknik pembedahannya sendiri tergantung dari fraktur hidung
yang terjadi
Dari hasil anamnesis didapatkan data pasien dengan nyeri pada hidungnya disertai keluar
darah/mimisan. Dari pemeriksaan hidung didapatkan jejas pada hidung, tampak
deformitas, terdapat nyeri tekan hidung, deviasi septum nasi. Dari pemeriksaan radiologi
water positions, pada foto cranium anteroposterior, foto nasale lateral, didapatkan kesan
fraktur os nasal dengan aposisi et alignment baik dan tidak tampak pembesaran chonca
nasalis bilateral. Dari data tersebut dapat ditegakkan diagnosis fraktur os nasal dengan
penyebab oleh karena kecelakaan lalu lintas. Terapi yang diberikan pada pasien ini
diberikan medikasi. Untuk tindakan operasinya sendiri tergantung dari jenis frakturnya.
(Hidayat, 2009)
F. Komplikasi
Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok yang berakibat fatal dalam beberapa
jam setelah cedera, emboli lemak, yang dapat terjadi dalam 48 jam atau lebih, dan sindrom
diseminata (KID). Syok hipovolemik atau traumatik, akibat pendarahan (baik kehilangan
dara eksterna maupun tak kelihatan ) dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang
diderita pasien, memasang pembebatan yang memadai, dan melindungi pasien dari cedera
lebih lanjut.
Komplikasi dari fraktur nasal termasuk deformitas secara kosmetik dan obstruksi
saluran napas. Selain itu ada beberapa komplikasi yang lain antara lain hematoma
epistaksis yang tidak berhenti/ bleeding, obstruksi saluran nafas, kontraktur jaringan parut,
G. Pengkajian Fokus
a. Gejala Sirkulasi
Gejala : Riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmononal, penyakit vascular perifer
b. Integritas Ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; faktor-faktor stress multiple, misalnya
simpatis.
c. Makanan / Cairan
d. Keamanan
e. Penyuluhan / Pembelajaran
antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat- obatan
koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi).
Pemeriksaan Penunjang :
a. Pemeriksaan Rongent
Menentukan luas atau lokasi minimal 2 kali proyeksi, anterior, posterior lateral.
J. Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op fraktur Wilkinson, 2006
meliputi :
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan post operasi fraktur adalah :
Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan
Daftar pustaka
EGC : Jakarta. Wilkinson, Judith M. & Nency, Ahern N. 2011. Buku Saku
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal masuk : Jum’at, 18 desember 2021
Jam masuk : 13.40
Ruang : Aster
No Register : 01-04-06-00
Dx.medis : Fraktur Nasal
Tanggal Pengkajian : Senin, 20 desember 2021
A. IDENTITAS PASIEN
1. Identitas klien
Nama : An. M.N
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : islam
Suku : Hulontalo
Alamat : Talise
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. A
Umur : 51 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku : Hulontalo
Alamat : Talise
Hubungan dengan klien : Ibu
B. Riwayat Penyakit
P : Klien mengatakan nyeri di bagian hidung seblah kanan, akibat kecelakaan lalu lintas.
A B
C D
Keterangan :
E : Klien bersaudara
C. Pengkajian pola fungsional kesehatan :
BAK :
Sekitar 4-8x sehari Sekitar 4-8x sehari
Frekuensi
Berwarna kuning muda Berwarna kuning muda
Warna
4-6L/hari 6-8L/hari
Jumlah urine
6 Pola aktivitas Klien mengatakan Sebelum Klien mengatakan Saat sakit pasien
sakit psien dapat melakukan kurang melakukan aktivitas karena
aktivitas sehari-hari dengan sedang terpasang infus
baik
7 Pola persepsi diri Klien Pasien memandang Klien mengatakan Pasien memandang
(konsep diri) dirinya dengan baik dan dirinya kurang baik dan tidak percaya
percaya diri dalam melakukan diri dalam melakukan aktivitas
aktivitas dikarenakan terdapat luka dibagian
hidung seblah kanan dan lebam
dibagian mata kanan dan kiri
8 Pola hubungan peran Klien mengatakan Klien mengatakan berhubungan baik
berhubungan baik dengan dengan keluarga
keluarga
9 Pola koping-toleransi Klien mengatakan Pasien Klien mengatakan Pasien tidak dapat
stres dapat melesaikan masalahnya melesaikan masalahnya sendiri
sendiri
10 Pola nilai- Klien mengatakan percaya Klien mengatakan percaya akan agama
kepercayaan spiritual akan agama yang di anutnya yang di anutnya
D. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital :
TD : 110/80 mmHg
N : 70 x/m
S : 36.4ºc
R : 20 x/m
2. Telinga
3. Mata
Inspeksi : Mmata mmerah akibat luka. Dan terlihat lebam dimata kiri, kanan
4. Hidung
6. Leher
7. Dada (jantung)
Paru-paru
Inspeksi : bentuk dada simetris kiri dan kanan, frekuensi nafas 20 x/m. Tidak
terlihat bekas luka
8. Abdomen
Inspeksi : jumlah jari lengkap kiri dan kanan tidak ada kelainan
Inspeksi : jumlah jari lengkap kiri dan kanan tidak ada kelainan
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
12. Kulit :
Inspeksi : kulit terlihat lebam di sekitar wajah dan terdapat lesi didaerah atas
hidung sebelah kanan
Tanggal
a. Hasil laboratorium :
G. Pengumpulan data
DS :
- Klien mengatakan nyeri dibagian hidung seblah kanan
- Klien mengatakan nyeri seperti di tekan tekan
- Nyeri hanya pada bagian hidung seblah kanan
- Skala nyeri 5
- Klien mmengatakan nyeri hilang timbul dan dirasakan ± 2 mmenit
- Klien mengatakan mandi 1x sehari
- Klien mmengatakan selama sakit tidak pernah cuci rambut
DO :
- Rambut klien terlihat kurang bersih dan ada sedikit ketombe
- Terlihat lebam dibagian mata kiri dan kanan
- Terlihat luka dibagian hidung seblah kanan
- Terlihat lebam dibagian hidung seblah kanan
- TTV daam batas normal :
TD : 110/80 mmHg
N : 70 x/m
S : 36,4º C
R : 20 x/m
ANALISA DATA
Do :
Agen Pencedera Fisik Nyeri Akut
- Terlihat luka di bagian hidung
seblah kanan
- Terlihat lebam dibagian mata kiri
dan kanan
- Skala nyeri 5
- TTV dalam batas normal
TD : 110/80 mmHg
N : 70 x/m
S : 36,4º c
R : 20 x/m
Ds :
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Perencanaan
- Klien mengatakan
Keluhan nyeri menurun - Identifikasi skala nyeri - Mengetahui skala
nyeri dibagian hidung (L.12111) - Identifikasi respon nyeri non verbal nyeri
- Identifikasi faktor yang memperberat - Mengetahui respon
seblah kanan
- Klien mengatakan
dan memperingan nyeri nyeri non verbal
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap - Mengetahui faktor
nyeri seperti di tekan
tekan respon nyeri yang memperberat dan
- Identifikasi pengaruh nyeri pada memperingan nyeri
- Nyeri hanya pada
bagia hidung seblah kualitas hidup - Mengetahui
- Monitor keberhsilan terapi pengaruh budaya
kanan
- Klien mengatakkan
komplementer yang sudah di berikan terhadap respon nyeri
- Monitor efek samping penggunaan - Mengetahui
nyeri hilang timbul dan
dirasakan ± 2 menit analgetik pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
Terapeutik : - Untuk mengurangi
Do : - Berikan teknik nonfarmatologis untuk rasa nyeri
- Terlihat luka di bagian mengurangi rasa nyeri (akupresur,terapi - Untuk mengetahui
hidung seblah kanan musik, terapi pijat ) apa yang memperberat
- Terlihat lebam
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
dibagian mata kiri dan
kanan rasa nyeri ( suhu ruangan, pencahayaan, - Memberikan waktu
- Skala nyeri 5 kebisingan ) tidur dan istrahat untuk
- TTV dalam batas
- Fasilitasi istrihat dan tidur pasien
normal
TD : 110/80 mmHg - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri - UntukPertimbangkan
N : 70 x/m dalam pemilihan strategi meredakan nyeri jenis dan sumber nyeri
S : 36,4º c
Edukasi : dalam pemilihan
R : 20 x/m
- Jelaskan penyebab, periode dan strategi meredakan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri - Untuk mengetahui
- Anjurkan memonitor nyeri secara penyebab priode dan
mandiri pemicu
- Anjurkan menggunakan analgetik - Untuk memonitor
secara mandiri nyeri secara mandiri
- Ajarkan teknik nonfarmatologis untuk - Untu menggunakan
mengurangi rasa nyeri analgetik secara mandiri
Kolaborasi : - Untuk mengajarkan
- Kolaborasi pemberian analgetik teknik nonfarmatologis
untuk mengurangi rasa
nyeri
Setelah dilakukan tindakan Dukungan perawatan diri : Mandi (I.11352)
2. Defisit perawatan diri b/d 2x24 jam diharapkan Observasi :
penurunan motivasi / perawatan diri mmeningkat - Identifikasi usia dan budaya membantu - Untuk
minat dengan kriteria hasil : kebersihan diri mengidentifikasi usia
Ds : Minat perawatan diri - Identifikasi jenis bantuan yang dan budaya
- klien mengatakan meningkat dibutuhkan - Untuk mengetahui
mandi 1x sehari - Monitor kebersihan tubuh (mis, jenis bantuan yang di
- Klien mengatakan rambut, mulut, kuku) butuhkan
selama sakit belum - Monitor integritas kulit - Agaar
pernah cuci rambut Terapeutik : memperhatikan
- Sediakan peralatan mandi (mis, sabun, kebersihan tubuh
Do : sikat gigi, shampo, pelembab kulit ) - Untuk menyediakan
- Rambut klien terlihat - Sediakan lingkungan yang aman dn lingkungn yang aman
kurang bersih dan ada nyaman dan nyaman
sedikit ketombe Terlihat - Fasilitasi menggosok gigi, sesuai - Untuk memfasilitasi
lebam di bagian hidung kebutuhan menggosok gigi
seblah kanan dan sedikit - Fasilitasi mandi, sesuai kebutuhan - Untuk memfasilitsi
kotor - Pertahankan kebiasaan kebersihan diri mandi sesuai kebutuhan
- Berikan bantuan sesuai tingkat - Untuk membantu
kemandirian sesuai tingkat mandiri
Edukasi : - Untuk mengetahui
- Jelaskan manfaat mandi dan dampak manfaat mandi
tidak mandi terhadap kesehatan - Untuk mengajarka
- Ajarkan kepada keluarga cara keluarga cara
memandikan pasien jika perlu memandikan pasien
Tanggal 22/12/2021
Tanggal 22/12/2021
Jam : 09.00
Jam 14.21
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri S : klien mengatakan nyeri sedikit berkurang
Hasil : lokasi di hidung, karakteristik hilang
O : skala nyeri 4
timbul, kualitas nyeri masih bisa di tahan.
A : tujuan belum tercapai
2. mengidentifikasi skala nyeri
Hasil : skala nyeri 5 P : intervensi dilanjutkan 2,3,4 dan 5
3. mengontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri ( suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan )
Hasil : membatasi jumlah pengunjun
4. mengjarkan teknik nonfarmatologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Hasil : tehnik napas dalam
5. Kolaborasi pemberian analgetik
Hasil : ketorolac 1 amp
1. Memonitor kebersihan tubuh (mis, rambut, S : klien mengatakan akan lebih rutin lagi untuk
pada rambut
2. Memfasilitasi mandi, sesuai kebutuhan A : tujuan belum teratasi